Rabu, 25 Maret 2015
MATA KULIAH : PARASITOLOGI
DOSEN :
SULASMI, SKM.,M.Kes
MAKALAH PARASITOLOGI
“PARASIT PADA VEKTOR
( PLASMODIUM )”
Oleh:
EVI NURSYAFITRI
PO.71.4.221.13.2.012
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D.IV
2013/2014
Kata Pengantar
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur atas kehadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Makalah Parasitologi dengan judul “Parasit yang Terdapat pada Vektor (Plasmodium) ” ini dapat selesai dengan tepat waktu. Terwujudnya makalah ini, tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu saya selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada:
Puji syukur atas kehadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Makalah Parasitologi dengan judul “Parasit yang Terdapat pada Vektor (Plasmodium) ” ini dapat selesai dengan tepat waktu. Terwujudnya makalah ini, tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu saya selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Ibu Sulasmi,
SKM.,M.Kes selaku dosen pengampu pada mata kuliah Parasitologi yang telah
memberikan ilmu dan sumbangsinya dalam
menyusun makalah ini.
2.
Bapak dan Ibu
tercinta yang telah memberikan motivasi dan dukungan baik moral maupun
spiritual.
3.
Teman-teman yang
tercinta yang telah sabar untuk meluangkan waktunya untuk berdiskusi dalam
menyusun makalah ini.
4.
Dan semua pihak
yang telah membantu dalam menyusun
makalah ini.
Dalam makalah ini terdapat
beberapa pembahasan materi mengenai “Parasit yang ada di Vektor tersebut dan
mengenai penyakit yang disebabkan oleh parasit tersebut”. Namun dalam
penyusunannya masih terdapat banyak kekurangan oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun diharapkan penulis dari semua pihak, agar kedepannya lebih baik
lagi dalam menyusun makalah.
Akhir kata semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik itu
penulis terlebih kepada pembacanya.
Wasallam
Makassar, Juni
2014
Penulis
DAFTAR ISI
Sampul .......................................................................................................................
Kata Pengantar............................................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
A.
Latar Belakang ............................................................................................... 1
B.
Tujuan ........................................................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN ............................................................................................ 2
A.
Pengertian Malaria ........................................................................................ 2
B. Penyebab ....................................................................................................... 2
C. Masa Inkubasi ................................................................................................ 3
D. Patofiologi...................................................................................................... 3
E. Gejala Klinis .................................................................................................. 4
F. Jenis-jenis Malaria ......................................................................................... 6
G. Diagnosis ....................................................................................................... 6
H. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Malaria .................................................... 7
I. Pencegahan .................................................................................................... 9
BAB III PENUTUP..................................................................................................... 10
A.
Kesimpulan..................................................................................................... 10
B.
Saran .............................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Parasit
adalah Organisme yang hidup pada permukaan tubuh atau di dalam organisme lain
dan untuk kelangsungan hidupnya mengambil sebagian atau seluruh makanan serta
mendapat perlindungan dari organisme lain tersebut. Atau parasit adalah organisme
yang hidup sementara/menetap dan pada permukaan/di dalam. Dengan
maksud mengambil sebagian/seluruh
kebutuhan makanan dan mendapat perlindungan. Ilmu yang khusus menangani
mengenai parasit adalah Parasitologi. Hubungan timbal balik antara
parasit dengan hospes yang berguna untuk kelangsungan hidup parasit tersebut
disebut parasitisme.
Dalam makalah ini akan membahas mengenai parasit yang biasa ditemukan
dalam air limbah atau air kotor, sehingga mempermudah pemahaman kita mengenai
parasit. Yang mana kita ketahui parasit dapat ditemukan di tiga sumber yakni,
parasit yang ditemukan di air bersih, parasit dari air limbah dan dari vekto
B. Tujuan
Tujuannya adalah untuk mengetahui tentang parasit Plasmodium
yang di bawa oleh Vektor Nyamuk.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Malaria
Kata “malaria” berasal dari bahasa
Itali “ Mal” yang artinya buruk dan “Aria” yang artinya udara. Sehingga malaria
berarti udara buruk (bad air). Hal ini disebabkan karena malaria terjadi secara
musiman di daerah yang kotor dan banyak tumpukan air (koalisi (a) koalisi org
2001).
Malaria adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh parasit (protozoa) dan genus plasmodium, yang dapat ditularkan
melalui gigitan nyamuk anopheles. (Prabowo, 2004: 2).
Penyakit malaria merupakan penyakit
yang disebabkan oleh infeksi protozoa dan genus plasmodium masa tunas atau
inkubasi penyakit dapat beberapa hari atau beberapa bulan. (Dinas kesehatan DKI
Jakarta)
Berdasarkan pengertian diatas
penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa dan
genus plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles yang masa
inkubasi penyakit dapat beberapa hari sampai beberapa bulan.
B. Penyebab Malaria
Penyebab malaria adalah dari genus plasmodium famili plasmodiidae dari orde
Coccdiiae penyebab malaria di Indonesia sampai saat ini di golongkan menjadi empat plasmodium,yaitu:
1. Plasmodium Falsiparum, penyebab penyakit malaria tropika.
1. Plasmodium Falsiparum, penyebab penyakit malaria tropika.
2. Plasmodium Vivax, penyebab
penyakit malaria tertiana.
3. Plasmodium Malariae, penyebab penyakit malaria kuartana.
4. Plasmodium Ovale, jenis ini jarang sekali dijumpai umumnya banyak di Afrika.
3. Plasmodium Malariae, penyebab penyakit malaria kuartana.
4. Plasmodium Ovale, jenis ini jarang sekali dijumpai umumnya banyak di Afrika.
C. Masa Inkubasi
Masa inkubasi bervariasi pada setiap spesies antara 9-30 hari, gigitan
nyamuk dan munculnya gejala klinis masa inkubasi dapat dibedakan berdasarkan
penyebabnya:
1. Plasmodium Flasiparum antara 12 hari.
2. Plasmodium Vivax antara 13-17 hari.
3. Plasmodium Ovale antara 13-17 hari.
4. Plasmodium Malariae antara 28-30 hari.
Masa inkubasi malaria juga tergantung dan intensitas infeksi, pengobatan
yang sudah pernah didapat sebelumnya dan derajat imunitas penjamu. (Soegijanto,
2004: 6)
D. Patofisiologis
Ada 4 patologi yang terjadi pada malaria, yaitu demam, anemia,
imunopatologi dan anoksia jaringan, yang disebabkan oleh perlengketan eritrosit
yang terinfeksi pada endotel kapiler.
Demam paroksimal berbeda untuk keempat spesies tergantung dari lama
manutaskizonnya. Serangan demam disebabkan pecahnya eritrosit sewaktu fase
skizogom eritrositik dan masuknya merozoit kedalam sirkulasi darah. Demam
mengakibatkan terjadinya vasoaktif yang diproduksi oleh parasit. Setelah
merozoit masuk dan menginfeksi eritrosit yang baru, demam turun dengan cepat
sehingga penderita merasa kepanasan dan berkeringat banyak. Anemia disebabkan
oleh destruksi eritrosit yang berlebihan, hemolisis autoimun dan gangguan
eritropoesis. Diduga terdapat toksin malaria yang disebabkan gangguan fungsi
eritrosit dan sebagian eritrosit pecah saat melalui limpa dan keluarlah
parasit. Splenomegali disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah eritrosit yang
ter infeksi parasit sehingga terjadi aktivitas system RES untuk memfagositosis
eritrosit baik yang terifeksi maupun yang tidak. Kelainan patologik pembuluh
darah kapilerdisebabkan karena eritrosit yang terinfeksi menjadi kaku dan
lengket, perjalanannya dalam kapiler terganggu sehingga mekat pada endotel
kapiler, timbul hipoksia atau anoriksia jaringan. Juga terjadi gangguan
integritas kapiler sehingga terjadi pembesaran plasma. Monosit atau makrofag
merupakan partisipan selalu terpenting dalam fagositosis eritrosit yang terinfeksi
(Soegijanto, 2004: 5).
E. Gejala Klinis
Secara klinis gejala malaria infeksi tunggal pada penderita nonimun terdiri
atas serangan demam secara berulang dengan interval tertentu (paroksisme) yang
diselingi oleh suatu periode dimana penderita bebas sama sekali dan demam.
Sebelum demam penderita biasanya merasa lemah (malaise), myalgia, sakit kepala,
anoreksia, nausea dan muntah. Gejala awal terjadi selama 2-3 hari sebelum
paroksisme akut dimulai. Serangan demam dapat terus - menerus (tanpa interval)
pada penderita dengan infeksi campuran (lebih dari satu plasmodium) atau satu
jenis plasmodium tapi infeksi berulang dalam waktu yang berbeda (Soegijanto, 2004: 5).
Gejala malaria muncul 9-14 hari setelah terinfeksi berdasarkan gejalanya
dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Gejala Umum
a. Menggigil 15 - 60 menit
b. Demam 2 - 6 jam dengan suhu 37,5-40 C
c. Berkeringat 2-4 jam
d. Dapat diikuti sakit kepala, mual dan muntah.
e. Dapat disertai gejala khas masing - masing daerah, seperti diare pada balita (Tim - Tim), nyeri otot dan pegal-pegal pada orang dewasa (Papua), pucat dan pegal pada orang dewasa (Yogya).
b. Demam 2 - 6 jam dengan suhu 37,5-40 C
c. Berkeringat 2-4 jam
d. Dapat diikuti sakit kepala, mual dan muntah.
e. Dapat disertai gejala khas masing - masing daerah, seperti diare pada balita (Tim - Tim), nyeri otot dan pegal-pegal pada orang dewasa (Papua), pucat dan pegal pada orang dewasa (Yogya).
2. Gejala Malaria Parah
a. Gangguan kesadaran lebih dan 30
menit.
b. Kejang beberapa kali dan kejang panas tinggi diikuti gangguan kesadaran
c. Mata kuning dan tubuh kuning
d. Pendarahan dihidung, gusi atau saluran pencernaan
e. Jumlah kencing kurang (oliguri).
f. Warna urine seperti teh tua.
g. Kelemahan umum (tidak bisa duduk atau berdiri).
h. Nafas sesak
b. Kejang beberapa kali dan kejang panas tinggi diikuti gangguan kesadaran
c. Mata kuning dan tubuh kuning
d. Pendarahan dihidung, gusi atau saluran pencernaan
e. Jumlah kencing kurang (oliguri).
f. Warna urine seperti teh tua.
g. Kelemahan umum (tidak bisa duduk atau berdiri).
h. Nafas sesak
Setelah melewati masa inkubasi pada anak dan orang dewasa timbul gejala
demam (periode peroksimal) yang khas pada malaria yang terlihat dalam 3
stadium, yaitu :
1.
Stadium dingin (Cold stage)
Diawali dengan menggigil dan perasaan sangat dingin, gigi gemertak,
berpakaian dan berselimut tebal, nadi cepat lemah, bibir dengan jari pucat dan
sianosis, kulit kering dan pucat. Stadium ini berlangsung antara 15 menit
sampai dengan 1 jam.
2.
Stadium demam (Hot stage)
Setelah kedinginan, penderita merasa kepanasan, muka merah, kulit kering
dan terasa panas seperti terbakar, disertai nyeri kepala dan mual muntah. Nadi
menjadi kuat, suhu badan tinggi sampai 41°C atau lebih, penderita menjadi
sangat haus. Stadium ini berlangsung antara 2-12 jam. Demam disebabkan oleh
pecahnya entrosit matang yang berisi skizon yang mengandung merozoit memasuki
sirkulasi darah. Pada plasmodium falcifarumnterval demam tidak jelas (setiap
24-48 jam). Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale interval demam terjadi setiap
48 jam dan Plasmodium malariae setiap 72 jam. Stadium ini berlangsung 2-4 jam.
3. Stadium berkeringat
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali, suhu badan menurun
dengan cepat kadang-kadang sampai di bawah normal. Penderita dapat tidur dengan
nyenyak, badan terasa lemah setelah bangun, stadium ini berlangsung 2-4 jam.
Gejala klinis yang timbul tidak selalu sama pada setiap penderita
tergantung dari spesies parasit, berat infeksi dan umur penderita. Di daerah
dengan tingkat endemisitas tinggi (hiper atau holondemis), pada orang dewasa
sering kali tidak dijumpai gejala klinis atau gejala klinis yang ringan
walaupun dalam darahnya mengandung parasit malaria. Hal ini karena imunitas
yang telah timbul pada mereka karena infeksi yang berulang(Soegijanto,2004:6).
F.
Jenis-Jenis Malaria (Tempo 2003)
1. Malaria Tertiana (paling ringan)
Malaria yang disebabkan Plasmodium Vivax dengan gejala demam dapat terjadi
setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi ( dapat terjadi selama
dua minggu setelah
infeksi)
2. Demam Rimba (Jungle Fever)
Malaria Aestivo-Autumnal atau disebut juga malaria tropika disebabkan
plasmodium falciparum merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat
malaria. Organisme bentuk ini sering menghalangi darah ke otak, menyebabkan
koma,mengigaudan kematian.
3. Malaria Kuartana
Malaria yang disebabkan plasmodium malariae, memiliki masa inkubasi lebih
lama daripada penyakit malaria tertiana atau tropika, gejala pertama biasanya
tidak terjadi antara 18 - 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala itu kemudian
akan terulang lagi tiap tiga hari.
4. Malaria yang Jarang dijumpai
Malaria yang disebabkan plasmodium ovale yang mirip dengan malaria
tertiana.
G. Diagnosis
Penyakit malaria tidak sukar diketahui. Selain dari demamnya kita menduga
dan tempat penderita berasal. Jika di daerah malaria seseorang mendadak demam, timbulnya
demam mungkin berarti terjangkit malaria. Lebih-lebih harus dicurigai jika
demamnya khas malaria. Jika demamnya meragukan dilakukan pemerikasaan darah.
Darah diambil dengan tusukan jarum diujung jari, lalu dioleskan pada sepotong
kaca. Diberi warna khusus, lalu diperiksa dibawah mikroskop. Jika ada sel darah
merah mengandung parasit, tandanya positif malaria.
Pengambilan darah untuk memeriksa malaria tidak sembarang waktu. Darah diambil waktu demam timbul, parasitnya beredar dalam danah, sehingga dari pemeriksaan tidak ditemukan parasit malarianya. Seolah-olah tidak ada parasitnya. Padahal, sebetulnya parasitnya ada tetapi sedang bersembunyi. Pemeriksaan darah dilakukan rutin pada pendatang yang memasuki daerah malaria selama setahun. Dengan pemeriksaan ini dapat lebih dini dapat diketahui jangkitan malarianya. Pemeriksaan perlu diulang-ulang karena masa tunas penyakit malaria panjang. Pada pemeriksaan pertama parasitnya mungkin belum muncul di darah baru pemeriksaan ulang berikutnya parasitnya baru muncul (Handrawanm, 1996).
Pengambilan darah untuk memeriksa malaria tidak sembarang waktu. Darah diambil waktu demam timbul, parasitnya beredar dalam danah, sehingga dari pemeriksaan tidak ditemukan parasit malarianya. Seolah-olah tidak ada parasitnya. Padahal, sebetulnya parasitnya ada tetapi sedang bersembunyi. Pemeriksaan darah dilakukan rutin pada pendatang yang memasuki daerah malaria selama setahun. Dengan pemeriksaan ini dapat lebih dini dapat diketahui jangkitan malarianya. Pemeriksaan perlu diulang-ulang karena masa tunas penyakit malaria panjang. Pada pemeriksaan pertama parasitnya mungkin belum muncul di darah baru pemeriksaan ulang berikutnya parasitnya baru muncul (Handrawanm, 1996).
H.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Malaria, yaitu:
1. Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
berulang tahun (Elisabeth,1995).
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dan orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini akibat dan pengalaman dan kematangan jiwanya (Huclok, 1998). Anak - anak lebih rentan terhadap infeksi parasit malaria (Depkes, 1999: 19).
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dan orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini akibat dan pengalaman dan kematangan jiwanya (Huclok, 1998). Anak - anak lebih rentan terhadap infeksi parasit malaria (Depkes, 1999: 19).
2. Jenis Kelamin
Karakter biologis atau kualitas yang membedakan laki-laki dan wanita satu
sama lain, seperti ditampilkan dalam analisis gonad, morfologis (Internal dan
eksternal) kromosom dan karakteristik hormone individu (John H. Direkx,M.D,
2005). Infeksi malaria tidak membedakan jenis kelamin akan
tetapi apabila mengenfeksi ibu yang sedang hamil akan menyebabkan anemia yang lebih
berat (Depkes,1999:19).
3. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk mendewasakan seseorang. Dengan demikian
setiap usaha pendidikan itu bertujuan, walaupun kadang tujuannya tidak disadari
dan dirumuskan secara eksplisit (Slameto, 1991). Pendidikan berarti hubungan yang
diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu
cita-cita tertentu (Suwarno, 1992). Makin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan
(Kuncoroningrat, 1997).
Faktor pendidikan seseorang sangat menentukan kecemasan, kliends pendidikan tinggi akan lebih mampu mengatasi, menggunakan koping yang efektif dan konnstruktif daripada seseorang dengan pendidikan rendah (Broewer, 1983).
Faktor pendidikan seseorang sangat menentukan kecemasan, kliends pendidikan tinggi akan lebih mampu mengatasi, menggunakan koping yang efektif dan konnstruktif daripada seseorang dengan pendidikan rendah (Broewer, 1983).
4. Status sosial ekonomi
“Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara
mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan (Erich, 1996; Nursalam & Pariani, 2001: 133).
Status sosial ekonomi merupakan jenis kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan responden setiap harinya sebagai penghasilan ekonomi.
Terbagi atas 2 kategori yaitu bekerja ( buruh, swasta, PNS/ ABRI) dan tidak bekerja ( Nursalam & Pariani, 2001: 138) ( skripsi Rohana Agustina). Keadaan sosial ekonomi masyarakat yang bertempat tinggal di daerah endemis malaria erat hubunganya dengan infeksi malaria (Depkes: 1999).
Status sosial ekonomi merupakan jenis kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan responden setiap harinya sebagai penghasilan ekonomi.
Terbagi atas 2 kategori yaitu bekerja ( buruh, swasta, PNS/ ABRI) dan tidak bekerja ( Nursalam & Pariani, 2001: 138) ( skripsi Rohana Agustina). Keadaan sosial ekonomi masyarakat yang bertempat tinggal di daerah endemis malaria erat hubunganya dengan infeksi malaria (Depkes: 1999).
5. Cara hidup
Perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini
khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merekfesikan status sosialnya
(The Jakarta Consuting Group, 2006)
Cara hidup sangat berpengaruh terhadap penularan penyakit malaria. Misalnya: Tidur tidak memakai kelambu dan senang berada diluar rumah pada malam hari (Depkes, 1999: 19)
Cara hidup sangat berpengaruh terhadap penularan penyakit malaria. Misalnya: Tidur tidak memakai kelambu dan senang berada diluar rumah pada malam hari (Depkes, 1999: 19)
6. Riwayat Malaria Sebelumnya
Orang yang pernah terinfeksi penyakit malaria sebelumnya biasanya akan
terbentuk imunitas sehingga akan lebih tahan terhadap infeksi malaria (Depkes, 1999. )
I.
Pencegahan
Ada beberapa hal yang menyangkut cara dan tips pencegahan malaria itu
sendiri. Ada beberapa cara mencegah penyakit malaria adalah:
1. Pendidikan kesehatan, untuk mencegah penyebaran penyakit parasit Isospora belli, terutama daerah yang endemi
dengan penyakit ini. Yakni dengan memberi
penyuluhan kepada masyarakat di daerah endemis tentang cara-cara penularan dan
cara pemberantasan penyakit ini.
2. Menghindari gigitan nyamuk, tidur
memakai kelambu, menggunakan obat nyamuk, memakai obat oles anti nyamuk, pasang
kawat kasa pada ventilasi, menjauhkan kandang ternak dari rumah, mengurangi
berada di luar rumah pada malam hari.
3. Membersihkan lingkungan, menimbun
genangan air, membersihkan lumut, gotong royong membersihkan lingkungan
sekitar, mencegahnya dengan kentongan. Ini adalah bentuk dari usaha untuk pencegahan
malaria.
4. Menebarkan pemakan jentik, menekan
kepadatan nyamuk dengan menebarkan ikan pemakan jentik. Seperti ikan kepala
timah, nila merah, gupi, mujair.
5. Penanaman padi secara serempak atau
diselingi dengan tanaman kering atau pengeringan sawah secara berkala.
6. Pengawasan higiene dan sanitasi yakni dengan menjaga kebersihan perorangan dan kebersihan lingkungan
BAB IV
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Plasmodium merupakan parasit yang dibawa oleh
vektor yakni nyamuk. Adapun beberapa jenis nyamuk yang membawa parasit
plasmodium, yakni nyamuk Anopheles betina, nyamuk Culex, dan Nyamuk Aedes.
Karena parasit ini dapat menyebabkan terjadinya penyakit malaria. Adapun
penyakit malaria, yakni: Malaria Tertiana, Malaria Vivax, dan Malaria Falsifarum.
B. Saran
Kebersihan lingkungan merupakan salah satu faktor dalam mewujudkan
lingkungan yang bersih dan sehat, serta dapat mengurangi terjadinya berbagi
pencemaran, dan mengurangi terjadinya penyakit yang berbasis lingkungan.
Sehingga diharapkan warga harus proaktip dan mendukung kebijakan pemerintah
dalam mewujudkan Indonesia sehat, sehingga tercipta lingkungan yang bersih dan
sehat. Sehingga mereka dapat bekerja dan berkarya lebih maksimal menuju
masyarakat yang makmur dan sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
http://tautanpena.blogspot.com/2013/05/Penyebab-Cara-Pencegahan-Malaria.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
PARASIT PADA VEKTOR ( PLASMODIUM )
Written on 12.15.00 by Unknown
MATA KULIAH : PARASITOLOGI
DOSEN :
SULASMI, SKM.,M.Kes
MAKALAH PARASITOLOGI
“PARASIT PADA VEKTOR
( PLASMODIUM )”
Oleh:
EVI NURSYAFITRI
PO.71.4.221.13.2.012
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D.IV
2013/2014
Kata Pengantar
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur atas kehadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Makalah Parasitologi dengan judul “Parasit yang Terdapat pada Vektor (Plasmodium) ” ini dapat selesai dengan tepat waktu. Terwujudnya makalah ini, tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu saya selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada:
Puji syukur atas kehadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Makalah Parasitologi dengan judul “Parasit yang Terdapat pada Vektor (Plasmodium) ” ini dapat selesai dengan tepat waktu. Terwujudnya makalah ini, tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu saya selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Ibu Sulasmi,
SKM.,M.Kes selaku dosen pengampu pada mata kuliah Parasitologi yang telah
memberikan ilmu dan sumbangsinya dalam
menyusun makalah ini.
2.
Bapak dan Ibu
tercinta yang telah memberikan motivasi dan dukungan baik moral maupun
spiritual.
3.
Teman-teman yang
tercinta yang telah sabar untuk meluangkan waktunya untuk berdiskusi dalam
menyusun makalah ini.
4.
Dan semua pihak
yang telah membantu dalam menyusun
makalah ini.
Dalam makalah ini terdapat
beberapa pembahasan materi mengenai “Parasit yang ada di Vektor tersebut dan
mengenai penyakit yang disebabkan oleh parasit tersebut”. Namun dalam
penyusunannya masih terdapat banyak kekurangan oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun diharapkan penulis dari semua pihak, agar kedepannya lebih baik
lagi dalam menyusun makalah.
Akhir kata semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik itu
penulis terlebih kepada pembacanya.
Wasallam
Makassar, Juni
2014
Penulis
DAFTAR ISI
Sampul .......................................................................................................................
Kata Pengantar............................................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
A.
Latar Belakang ............................................................................................... 1
B.
Tujuan ........................................................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN ............................................................................................ 2
A.
Pengertian Malaria ........................................................................................ 2
B. Penyebab ....................................................................................................... 2
C. Masa Inkubasi ................................................................................................ 3
D. Patofiologi...................................................................................................... 3
E. Gejala Klinis .................................................................................................. 4
F. Jenis-jenis Malaria ......................................................................................... 6
G. Diagnosis ....................................................................................................... 6
H. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Malaria .................................................... 7
I. Pencegahan .................................................................................................... 9
BAB III PENUTUP..................................................................................................... 10
A.
Kesimpulan..................................................................................................... 10
B.
Saran .............................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Parasit
adalah Organisme yang hidup pada permukaan tubuh atau di dalam organisme lain
dan untuk kelangsungan hidupnya mengambil sebagian atau seluruh makanan serta
mendapat perlindungan dari organisme lain tersebut. Atau parasit adalah organisme
yang hidup sementara/menetap dan pada permukaan/di dalam. Dengan
maksud mengambil sebagian/seluruh
kebutuhan makanan dan mendapat perlindungan. Ilmu yang khusus menangani
mengenai parasit adalah Parasitologi. Hubungan timbal balik antara
parasit dengan hospes yang berguna untuk kelangsungan hidup parasit tersebut
disebut parasitisme.
Dalam makalah ini akan membahas mengenai parasit yang biasa ditemukan
dalam air limbah atau air kotor, sehingga mempermudah pemahaman kita mengenai
parasit. Yang mana kita ketahui parasit dapat ditemukan di tiga sumber yakni,
parasit yang ditemukan di air bersih, parasit dari air limbah dan dari vekto
B. Tujuan
Tujuannya adalah untuk mengetahui tentang parasit Plasmodium
yang di bawa oleh Vektor Nyamuk.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Malaria
Kata “malaria” berasal dari bahasa
Itali “ Mal” yang artinya buruk dan “Aria” yang artinya udara. Sehingga malaria
berarti udara buruk (bad air). Hal ini disebabkan karena malaria terjadi secara
musiman di daerah yang kotor dan banyak tumpukan air (koalisi (a) koalisi org
2001).
Malaria adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh parasit (protozoa) dan genus plasmodium, yang dapat ditularkan
melalui gigitan nyamuk anopheles. (Prabowo, 2004: 2).
Penyakit malaria merupakan penyakit
yang disebabkan oleh infeksi protozoa dan genus plasmodium masa tunas atau
inkubasi penyakit dapat beberapa hari atau beberapa bulan. (Dinas kesehatan DKI
Jakarta)
Berdasarkan pengertian diatas
penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa dan
genus plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles yang masa
inkubasi penyakit dapat beberapa hari sampai beberapa bulan.
B. Penyebab Malaria
Penyebab malaria adalah dari genus plasmodium famili plasmodiidae dari orde
Coccdiiae penyebab malaria di Indonesia sampai saat ini di golongkan menjadi empat plasmodium,yaitu:
1. Plasmodium Falsiparum, penyebab penyakit malaria tropika.
1. Plasmodium Falsiparum, penyebab penyakit malaria tropika.
2. Plasmodium Vivax, penyebab
penyakit malaria tertiana.
3. Plasmodium Malariae, penyebab penyakit malaria kuartana.
4. Plasmodium Ovale, jenis ini jarang sekali dijumpai umumnya banyak di Afrika.
3. Plasmodium Malariae, penyebab penyakit malaria kuartana.
4. Plasmodium Ovale, jenis ini jarang sekali dijumpai umumnya banyak di Afrika.
C. Masa Inkubasi
Masa inkubasi bervariasi pada setiap spesies antara 9-30 hari, gigitan
nyamuk dan munculnya gejala klinis masa inkubasi dapat dibedakan berdasarkan
penyebabnya:
1. Plasmodium Flasiparum antara 12 hari.
2. Plasmodium Vivax antara 13-17 hari.
3. Plasmodium Ovale antara 13-17 hari.
4. Plasmodium Malariae antara 28-30 hari.
Masa inkubasi malaria juga tergantung dan intensitas infeksi, pengobatan
yang sudah pernah didapat sebelumnya dan derajat imunitas penjamu. (Soegijanto,
2004: 6)
D. Patofisiologis
Ada 4 patologi yang terjadi pada malaria, yaitu demam, anemia,
imunopatologi dan anoksia jaringan, yang disebabkan oleh perlengketan eritrosit
yang terinfeksi pada endotel kapiler.
Demam paroksimal berbeda untuk keempat spesies tergantung dari lama
manutaskizonnya. Serangan demam disebabkan pecahnya eritrosit sewaktu fase
skizogom eritrositik dan masuknya merozoit kedalam sirkulasi darah. Demam
mengakibatkan terjadinya vasoaktif yang diproduksi oleh parasit. Setelah
merozoit masuk dan menginfeksi eritrosit yang baru, demam turun dengan cepat
sehingga penderita merasa kepanasan dan berkeringat banyak. Anemia disebabkan
oleh destruksi eritrosit yang berlebihan, hemolisis autoimun dan gangguan
eritropoesis. Diduga terdapat toksin malaria yang disebabkan gangguan fungsi
eritrosit dan sebagian eritrosit pecah saat melalui limpa dan keluarlah
parasit. Splenomegali disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah eritrosit yang
ter infeksi parasit sehingga terjadi aktivitas system RES untuk memfagositosis
eritrosit baik yang terifeksi maupun yang tidak. Kelainan patologik pembuluh
darah kapilerdisebabkan karena eritrosit yang terinfeksi menjadi kaku dan
lengket, perjalanannya dalam kapiler terganggu sehingga mekat pada endotel
kapiler, timbul hipoksia atau anoriksia jaringan. Juga terjadi gangguan
integritas kapiler sehingga terjadi pembesaran plasma. Monosit atau makrofag
merupakan partisipan selalu terpenting dalam fagositosis eritrosit yang terinfeksi
(Soegijanto, 2004: 5).
E. Gejala Klinis
Secara klinis gejala malaria infeksi tunggal pada penderita nonimun terdiri
atas serangan demam secara berulang dengan interval tertentu (paroksisme) yang
diselingi oleh suatu periode dimana penderita bebas sama sekali dan demam.
Sebelum demam penderita biasanya merasa lemah (malaise), myalgia, sakit kepala,
anoreksia, nausea dan muntah. Gejala awal terjadi selama 2-3 hari sebelum
paroksisme akut dimulai. Serangan demam dapat terus - menerus (tanpa interval)
pada penderita dengan infeksi campuran (lebih dari satu plasmodium) atau satu
jenis plasmodium tapi infeksi berulang dalam waktu yang berbeda (Soegijanto, 2004: 5).
Gejala malaria muncul 9-14 hari setelah terinfeksi berdasarkan gejalanya
dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Gejala Umum
a. Menggigil 15 - 60 menit
b. Demam 2 - 6 jam dengan suhu 37,5-40 C
c. Berkeringat 2-4 jam
d. Dapat diikuti sakit kepala, mual dan muntah.
e. Dapat disertai gejala khas masing - masing daerah, seperti diare pada balita (Tim - Tim), nyeri otot dan pegal-pegal pada orang dewasa (Papua), pucat dan pegal pada orang dewasa (Yogya).
b. Demam 2 - 6 jam dengan suhu 37,5-40 C
c. Berkeringat 2-4 jam
d. Dapat diikuti sakit kepala, mual dan muntah.
e. Dapat disertai gejala khas masing - masing daerah, seperti diare pada balita (Tim - Tim), nyeri otot dan pegal-pegal pada orang dewasa (Papua), pucat dan pegal pada orang dewasa (Yogya).
2. Gejala Malaria Parah
a. Gangguan kesadaran lebih dan 30
menit.
b. Kejang beberapa kali dan kejang panas tinggi diikuti gangguan kesadaran
c. Mata kuning dan tubuh kuning
d. Pendarahan dihidung, gusi atau saluran pencernaan
e. Jumlah kencing kurang (oliguri).
f. Warna urine seperti teh tua.
g. Kelemahan umum (tidak bisa duduk atau berdiri).
h. Nafas sesak
b. Kejang beberapa kali dan kejang panas tinggi diikuti gangguan kesadaran
c. Mata kuning dan tubuh kuning
d. Pendarahan dihidung, gusi atau saluran pencernaan
e. Jumlah kencing kurang (oliguri).
f. Warna urine seperti teh tua.
g. Kelemahan umum (tidak bisa duduk atau berdiri).
h. Nafas sesak
Setelah melewati masa inkubasi pada anak dan orang dewasa timbul gejala
demam (periode peroksimal) yang khas pada malaria yang terlihat dalam 3
stadium, yaitu :
1.
Stadium dingin (Cold stage)
Diawali dengan menggigil dan perasaan sangat dingin, gigi gemertak,
berpakaian dan berselimut tebal, nadi cepat lemah, bibir dengan jari pucat dan
sianosis, kulit kering dan pucat. Stadium ini berlangsung antara 15 menit
sampai dengan 1 jam.
2.
Stadium demam (Hot stage)
Setelah kedinginan, penderita merasa kepanasan, muka merah, kulit kering
dan terasa panas seperti terbakar, disertai nyeri kepala dan mual muntah. Nadi
menjadi kuat, suhu badan tinggi sampai 41°C atau lebih, penderita menjadi
sangat haus. Stadium ini berlangsung antara 2-12 jam. Demam disebabkan oleh
pecahnya entrosit matang yang berisi skizon yang mengandung merozoit memasuki
sirkulasi darah. Pada plasmodium falcifarumnterval demam tidak jelas (setiap
24-48 jam). Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale interval demam terjadi setiap
48 jam dan Plasmodium malariae setiap 72 jam. Stadium ini berlangsung 2-4 jam.
3. Stadium berkeringat
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali, suhu badan menurun
dengan cepat kadang-kadang sampai di bawah normal. Penderita dapat tidur dengan
nyenyak, badan terasa lemah setelah bangun, stadium ini berlangsung 2-4 jam.
Gejala klinis yang timbul tidak selalu sama pada setiap penderita
tergantung dari spesies parasit, berat infeksi dan umur penderita. Di daerah
dengan tingkat endemisitas tinggi (hiper atau holondemis), pada orang dewasa
sering kali tidak dijumpai gejala klinis atau gejala klinis yang ringan
walaupun dalam darahnya mengandung parasit malaria. Hal ini karena imunitas
yang telah timbul pada mereka karena infeksi yang berulang(Soegijanto,2004:6).
F.
Jenis-Jenis Malaria (Tempo 2003)
1. Malaria Tertiana (paling ringan)
Malaria yang disebabkan Plasmodium Vivax dengan gejala demam dapat terjadi
setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi ( dapat terjadi selama
dua minggu setelah
infeksi)
2. Demam Rimba (Jungle Fever)
Malaria Aestivo-Autumnal atau disebut juga malaria tropika disebabkan
plasmodium falciparum merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat
malaria. Organisme bentuk ini sering menghalangi darah ke otak, menyebabkan
koma,mengigaudan kematian.
3. Malaria Kuartana
Malaria yang disebabkan plasmodium malariae, memiliki masa inkubasi lebih
lama daripada penyakit malaria tertiana atau tropika, gejala pertama biasanya
tidak terjadi antara 18 - 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala itu kemudian
akan terulang lagi tiap tiga hari.
4. Malaria yang Jarang dijumpai
Malaria yang disebabkan plasmodium ovale yang mirip dengan malaria
tertiana.
G. Diagnosis
Penyakit malaria tidak sukar diketahui. Selain dari demamnya kita menduga
dan tempat penderita berasal. Jika di daerah malaria seseorang mendadak demam, timbulnya
demam mungkin berarti terjangkit malaria. Lebih-lebih harus dicurigai jika
demamnya khas malaria. Jika demamnya meragukan dilakukan pemerikasaan darah.
Darah diambil dengan tusukan jarum diujung jari, lalu dioleskan pada sepotong
kaca. Diberi warna khusus, lalu diperiksa dibawah mikroskop. Jika ada sel darah
merah mengandung parasit, tandanya positif malaria.
Pengambilan darah untuk memeriksa malaria tidak sembarang waktu. Darah diambil waktu demam timbul, parasitnya beredar dalam danah, sehingga dari pemeriksaan tidak ditemukan parasit malarianya. Seolah-olah tidak ada parasitnya. Padahal, sebetulnya parasitnya ada tetapi sedang bersembunyi. Pemeriksaan darah dilakukan rutin pada pendatang yang memasuki daerah malaria selama setahun. Dengan pemeriksaan ini dapat lebih dini dapat diketahui jangkitan malarianya. Pemeriksaan perlu diulang-ulang karena masa tunas penyakit malaria panjang. Pada pemeriksaan pertama parasitnya mungkin belum muncul di darah baru pemeriksaan ulang berikutnya parasitnya baru muncul (Handrawanm, 1996).
Pengambilan darah untuk memeriksa malaria tidak sembarang waktu. Darah diambil waktu demam timbul, parasitnya beredar dalam danah, sehingga dari pemeriksaan tidak ditemukan parasit malarianya. Seolah-olah tidak ada parasitnya. Padahal, sebetulnya parasitnya ada tetapi sedang bersembunyi. Pemeriksaan darah dilakukan rutin pada pendatang yang memasuki daerah malaria selama setahun. Dengan pemeriksaan ini dapat lebih dini dapat diketahui jangkitan malarianya. Pemeriksaan perlu diulang-ulang karena masa tunas penyakit malaria panjang. Pada pemeriksaan pertama parasitnya mungkin belum muncul di darah baru pemeriksaan ulang berikutnya parasitnya baru muncul (Handrawanm, 1996).
H.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Malaria, yaitu:
1. Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
berulang tahun (Elisabeth,1995).
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dan orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini akibat dan pengalaman dan kematangan jiwanya (Huclok, 1998). Anak - anak lebih rentan terhadap infeksi parasit malaria (Depkes, 1999: 19).
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dan orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini akibat dan pengalaman dan kematangan jiwanya (Huclok, 1998). Anak - anak lebih rentan terhadap infeksi parasit malaria (Depkes, 1999: 19).
2. Jenis Kelamin
Karakter biologis atau kualitas yang membedakan laki-laki dan wanita satu
sama lain, seperti ditampilkan dalam analisis gonad, morfologis (Internal dan
eksternal) kromosom dan karakteristik hormone individu (John H. Direkx,M.D,
2005). Infeksi malaria tidak membedakan jenis kelamin akan
tetapi apabila mengenfeksi ibu yang sedang hamil akan menyebabkan anemia yang lebih
berat (Depkes,1999:19).
3. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk mendewasakan seseorang. Dengan demikian
setiap usaha pendidikan itu bertujuan, walaupun kadang tujuannya tidak disadari
dan dirumuskan secara eksplisit (Slameto, 1991). Pendidikan berarti hubungan yang
diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu
cita-cita tertentu (Suwarno, 1992). Makin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan
(Kuncoroningrat, 1997).
Faktor pendidikan seseorang sangat menentukan kecemasan, kliends pendidikan tinggi akan lebih mampu mengatasi, menggunakan koping yang efektif dan konnstruktif daripada seseorang dengan pendidikan rendah (Broewer, 1983).
Faktor pendidikan seseorang sangat menentukan kecemasan, kliends pendidikan tinggi akan lebih mampu mengatasi, menggunakan koping yang efektif dan konnstruktif daripada seseorang dengan pendidikan rendah (Broewer, 1983).
4. Status sosial ekonomi
“Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara
mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan (Erich, 1996; Nursalam & Pariani, 2001: 133).
Status sosial ekonomi merupakan jenis kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan responden setiap harinya sebagai penghasilan ekonomi.
Terbagi atas 2 kategori yaitu bekerja ( buruh, swasta, PNS/ ABRI) dan tidak bekerja ( Nursalam & Pariani, 2001: 138) ( skripsi Rohana Agustina). Keadaan sosial ekonomi masyarakat yang bertempat tinggal di daerah endemis malaria erat hubunganya dengan infeksi malaria (Depkes: 1999).
Status sosial ekonomi merupakan jenis kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan responden setiap harinya sebagai penghasilan ekonomi.
Terbagi atas 2 kategori yaitu bekerja ( buruh, swasta, PNS/ ABRI) dan tidak bekerja ( Nursalam & Pariani, 2001: 138) ( skripsi Rohana Agustina). Keadaan sosial ekonomi masyarakat yang bertempat tinggal di daerah endemis malaria erat hubunganya dengan infeksi malaria (Depkes: 1999).
5. Cara hidup
Perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini
khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merekfesikan status sosialnya
(The Jakarta Consuting Group, 2006)
Cara hidup sangat berpengaruh terhadap penularan penyakit malaria. Misalnya: Tidur tidak memakai kelambu dan senang berada diluar rumah pada malam hari (Depkes, 1999: 19)
Cara hidup sangat berpengaruh terhadap penularan penyakit malaria. Misalnya: Tidur tidak memakai kelambu dan senang berada diluar rumah pada malam hari (Depkes, 1999: 19)
6. Riwayat Malaria Sebelumnya
Orang yang pernah terinfeksi penyakit malaria sebelumnya biasanya akan
terbentuk imunitas sehingga akan lebih tahan terhadap infeksi malaria (Depkes, 1999. )
I.
Pencegahan
Ada beberapa hal yang menyangkut cara dan tips pencegahan malaria itu
sendiri. Ada beberapa cara mencegah penyakit malaria adalah:
1. Pendidikan kesehatan, untuk mencegah penyebaran penyakit parasit Isospora belli, terutama daerah yang endemi
dengan penyakit ini. Yakni dengan memberi
penyuluhan kepada masyarakat di daerah endemis tentang cara-cara penularan dan
cara pemberantasan penyakit ini.
2. Menghindari gigitan nyamuk, tidur
memakai kelambu, menggunakan obat nyamuk, memakai obat oles anti nyamuk, pasang
kawat kasa pada ventilasi, menjauhkan kandang ternak dari rumah, mengurangi
berada di luar rumah pada malam hari.
3. Membersihkan lingkungan, menimbun
genangan air, membersihkan lumut, gotong royong membersihkan lingkungan
sekitar, mencegahnya dengan kentongan. Ini adalah bentuk dari usaha untuk pencegahan
malaria.
4. Menebarkan pemakan jentik, menekan
kepadatan nyamuk dengan menebarkan ikan pemakan jentik. Seperti ikan kepala
timah, nila merah, gupi, mujair.
5. Penanaman padi secara serempak atau
diselingi dengan tanaman kering atau pengeringan sawah secara berkala.
6. Pengawasan higiene dan sanitasi yakni dengan menjaga kebersihan perorangan dan kebersihan lingkungan
BAB IV
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Plasmodium merupakan parasit yang dibawa oleh
vektor yakni nyamuk. Adapun beberapa jenis nyamuk yang membawa parasit
plasmodium, yakni nyamuk Anopheles betina, nyamuk Culex, dan Nyamuk Aedes.
Karena parasit ini dapat menyebabkan terjadinya penyakit malaria. Adapun
penyakit malaria, yakni: Malaria Tertiana, Malaria Vivax, dan Malaria Falsifarum.
B. Saran
Kebersihan lingkungan merupakan salah satu faktor dalam mewujudkan
lingkungan yang bersih dan sehat, serta dapat mengurangi terjadinya berbagi
pencemaran, dan mengurangi terjadinya penyakit yang berbasis lingkungan.
Sehingga diharapkan warga harus proaktip dan mendukung kebijakan pemerintah
dalam mewujudkan Indonesia sehat, sehingga tercipta lingkungan yang bersih dan
sehat. Sehingga mereka dapat bekerja dan berkarya lebih maksimal menuju
masyarakat yang makmur dan sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
http://tautanpena.blogspot.com/2013/05/Penyebab-Cara-Pencegahan-Malaria.html
0 komentar:
Posting Komentar