Rabu, 25 Maret 2015
Mata Kuliah : Parasitologi
Dosen : Sulasmi,SKM.,M.Kes
TOXOPLASMA GONDII
Oleh: Kelompok 5
1.
DESI (PO.71.4.221.13.2 009)
2.
NAKILA (PO.71.4.221.13.2 031)
3.
WAHYU PURNOMO JAMIR (PO.71.4.221.13.2 050 )
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
DIPLOMA IV
2014
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah pemilik segala kejadian yang telah
memberikan limpahan taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
MAKALAH tentang TOXOPLASMA GONDII ini. Salawat dan salam senantiasa kita
tuturkan kepangkuan baginda Rasulullah SAW,beserta keluarganya,para sahabat dan
orang-orang yang senantiasa konsisten dengan risalahnya.
Sepenuhnya kami menyadari bahwa makalah yang dibuat ini
masih jauh dari kesempurnaan.karena keterbatasan pengetahuan,pengalaman,serta
kemampuan kami.Namun bimbingan,pengarahan,dorongan dan bantuan dari berbagai
pihak,sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Oleh karenanya kami mengucapkan banyak terima kasih. Apabila ada kekurangan
kami memohon ma’af yang sebesar-besarnya. Dan semoga Allah senantiasa
memberikan yang terbaik untuk kita semua amin.
Makassar, April 2014
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar……………………………………………………………………………… i
Daftar Isi………………………………………………………………………………………. ii
BAB 1
PENDAHULUAN………………………………………………………………….. 1
a.
Latar belakang…….………………………………………………………… 1
b.
Tujuan…………..……………………………………………………………… 2
BAB II
PEMBAHASAN…………………………………………………………………….
3 A. Sejarah toxoplasma gondii…………………………………………….. 3
B.
Penyebaran…………………………………………………………………… 3
C. Morfologi dan
klasifikasi....................................................................... 4
D.
Habitat toxoplasma gondii……………………………………….. 5
E.
Daur hidup toxoplasma gondi………………………………………… 6
F. Penyebab
penyakit.................................................................................. 9
G.
Pencegahan..............................………………………………………….. 10
H.
Spesifikasi toxoplasma gondii………………………………………… 11
I.
Gejala
........................................................................................................... 13
J.
Manifestasi
Klinis.................................................................................... 14
BAB III
PENUTUP........................................................................................................... 15
A. Kesimpulan................................................................................................. 15
B. Saran ............................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Pada umumnya, suatu peristiwa timbulnya penyakit akibat
makanan dapat disebabkan oleh kontaminasi yang ada pada makanan yang berupa
agen biologi atau patogen (contohnya virus, bakteri, parasit, prion), agen
kimiawi (contohnya senyawa toksin atau logam) atau agen fisik (contohnya
pecahan kaca atau serpihan tulang. Dengan ditemukannya lebih dari 200 penyakit
yang bisa ditularkan melalui makanan, patogen-patogen tersebut merupakan
penyebab utamanya. Hampir semua patogen pembawa yang berasal dari makanan
berukuran mikroskopis, termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit lainnya.
Bakteri merupakan mikroorganisme uniseluler yang memiliki
dinding sel namun tidak memiliki nukleus. Mereka memiliki bentuk, jenis dan
properti yang bermacam-macam. Beberapa bakteri patogen dapat membentuk spora
dan resisten terhadap panas tinggi (contohnya Clostridium botulinum, C.
perfringens, Bacillus subtillus, B. cereus). Bakteri lainnya dapat memproduksi
toksin yang membuat mereka resisten terhadap panas (contohnya Staphylococcus
aureus).
Protozoa parasit merupakan mikroorganisme uniseluler yang
tidak memiliki dinding sel yang rigid (kaku) namun memiliki nukleus yang
sistematis. Protozoa tersebut lebih besar daripada bakteri. Seperti layaknya
virus, protozoa tidak berkembangbiak di makanan, hanya di sel inang saja.
Bentuk transmisi organisme ini disebut dengan cyst. Protozoa ini dapat
bekerjasama dengan makanan dan menyebarkan penyakit melalui air, contohnya
yaitu Entamoeba histolytica, Toxoplasma gondii, Giardia lamblia, Crytosporidium
parvum dan Cyclospora cayatenensis.
penyakit yang
disebabkan oleh protozoon ( bersel satu ) yang disebut toxoplasma gondii yaitu
suatu parasit intraselluler yang banyak terinfeksi pada manusia dan hewan
peliharaan. Penyakit toxoplasmosis biasanya ditularkan dari kucing atau anjing
tetapi penyakit ini juga dapat menyerang hewan lain seperti babi, sapi, domba,
dan hewan peliharaan lainnya. Walaupun sering terjadi pada hewan-hewan yang
disebutkan di atas penyakit toxoplasmosis ini paling sering dijumpai pada
kucing dan anjing. Untuk tertular penyakit toxoplasmosis tidak hanya terjadi
pada orang yang memelihara kucing atau anjing tetapi juga bisa terjadi pada
orang lainnya yang suka memakan makanan dari daging setengah matang atau
sayuran lalapan yang terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit
toxoplasmosis. Pada manusia penyakit toxoplasmosis ini sering terinfeksi
melalui saluran pencernaan, biasanya melalui perantaraan makanan atau minuman
yang terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit toxoplasmosis ini, misalnya
karena minum susu sapi segar atau makan daging yang belum sempurna matangnya
dari hewan yang terinfeksi dengan penyakit toxoplasmosis. Penyakit ini juga
sering terjadi pada sejenis ras kucing yang berbulu lebat dan warnanya indah
yang biasanya disebut dengan mink, pada kucing ras mink penyakit toxoplasmosis
sering terjadi karena makanan yang diberikan biasanya berasal dari daging segar
(mentah) dan sisa-sisa daging dari rumah potong hewan.
B. TUJUAN
1. Mengetahui sejarah
dari Toxoplasma gondii
2. Mengetahui penyebaran
Toxoplasma gondii
3. Mengetahui morfologi
dan klasifikasi Toxoplasma gondii
4. Mengetahui habitatbakteri
Toxoplasma Gondii
5. Mengetahui daur hidup
bakteri Toxoplasma gondii
6. Mengetahui penyebab
penyakit Toksoplasmosis
7. Mengetahui cara
pencegahan terhadap penyakit Toksoplasmosis
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH TOXOPLASMA GONDII
Toxoplasma
gondii pertama kali ditemukan oleh Nicole dan Manceaux tahun 1908 pada limfa dan hati hewan pengerat
Ctenodactylus gundi di Tunisia Afrika dan pada seekor kelinci di Brazil. Lebih
lanjut Mello pada tahun 1908 melaporkan protozoa yang sama pada anjing di
Italia, sedangkan Janku pada tahun 1923 menemukan protozoa tersebut pada
penderita korioretinitis. Lalu Wolf pada tahun 1937 telah mengisolasinya dari
neonatus dengan ensefalitis dan dinyatakan sebagai penyebab infeksi kongenital
pada anak. Walaupun perpindahan intra-uterin secara transplasental sudah
diketahui, tetapi baru pada tahun 1970 daur hidup parasit ini menjadi jelas
ketika ditemukan daur seksualnya pacta kucing.
B. PENYEBARAN
Penyebaran
parasit ini sangatlah cepat. Penyebaran parasit toxoplasma gondii sangat luas
yaitu dari daerah Alaska sampai dengan Australia. Distribusi yang sangat luas
ini mungkin menjadi suatu bagian dalam mekanisme penularan. Kejadian
toksoplasmosis ini pernah dilaporkan pada 35.940 wanita hamil di Norwegia
antara tahun 1992-1994. Di Indonesia pernah dilaporkan oleh Gandahusada pada
tahun 1995, bahwa angka prevelensi dari toksoplasmosis pada manusia berkisar
antara 2-63%, kucing 35-73%, anjing 75%, babi 11-36%, kambing 11-61%, sedangkan
sapi/kerbau kurang dari 10%. Parasit ini juga menyebabkan terjadinya keguguran
spontan. Setelah diteliti ternyata sebagian besar positif terjangkit
toxoplasma. Penyebaran Toxoplasma gondii sangat luas, hampir di seluruh dunia,
termasuk Indonesia baik pada manusia maupun pada hewan. Sekitar 30% dari
penduduk Amerika Serikat positif terhadap pemeriksaan serologis, yang
menunjukkan pernah terinfeksi pada suatu saat dalam masa hidupnya. Kontak yang
sering terjadi dengan hewan terkontaminasi atau dagingnya, dapat dihubungkan
dengan adanya prevalensi yang lebih tinggi di antara dokter hewan, mahasiswa
kedokteran hewan, pekerja di rumah potong hewan dan orang yang menangani daging
mentah seperti juru masak.
Konsumsi
daging mentah atau daging yang kurang masak merupakan sumber infeksi pada
manusia. Tercemarnya alat-alat untuk masak dan tangan oleh bentuk infektif
parasit ini pada waktu pengolahan makanan merupakan sumber lain untuk
penyebaran T. gondii. Di Indonesia, prevalensi zat anti T. gondii pada hewan
adalah sebagai berikut: kucing 35-73%, babi 11-36%, kambing 11-61%, anjing 75%
dan pada ternak lain kurang dari 10%.
C. MORFOLOGI DAN
KLASIFlKASI
Gambar: Toxoplasma gondi
Toxoplasma
gondii merupakan protozoa obligat intraseluler, terdapat dalam tiga bentuk
yaitu takizoit (bentuk proliferatif), kista (berisi bradizoit) dan ookista
(berisi sporozoit). Bentuk takizoit menyerupai bulan sabit dengan ujung yang
runcing dan ujung lain agak membulat. Ukuran panjang 4-8 mikron, lebar 2-4
mikron dan mempunyai selaput sel, satu inti yang terletak di tengah bulan sabit
dan beberapa organel lain seperti mitokondria dan badan golgi.
Kista
dibentuk di dalam sel hospes bila takizoit yang membelah telah membentuk
dinding. Ukuran kista berbeda-beda, ada yang berukuran kecil hanya berisi
beberapa bradizoit dan ada yang berukuran 200 mikron berisi kira-kira 3000
bradizoit. Kista dalam tubuh hospes dapat ditemukan seumur hidup terutama di
otak, otot jantung, dan otot bergaris. Kista tersebut mempunyai dinding, berisi
satu sporoblas yang membelah menjadi dua sporoblas. Pada perkembangan
selanjutnya kedua sporoblas membentuk dinding dan menjadi sporokista.
Masing-masing sporokista tersebut berisi 4 sporozoit yang berukuran 8 x 2
mikron dan sebuah benda residu.
Toxoplasma
gondii dalam klasifikasi termasuk kelas Sporozoasida, karena berkembang
biak secara seksual dan aseksual yang terjadi secara bergantian. Selain itu
Toxoplasma gondii terdapat dalam 3 bentuk yaitu bentuk trofozoit, kista, clan
Ookista. Trofozoit berbentuk oval dengan ukuran 3-7 um, dapat menginvasi semua
sel mamalia yang memiliki inti sel. Dapat ditemukan dalam jaringan selama masa
akut dari infeksi. Bila infeksi menjadi kronis, trofozoit dalam jaringan akan
membelah secara lambat dan disebut bradizoit.
Bentuk
kedua adalah kista yang terdapat dalam jaringan dengan jumlah ribuan berukuran
10-100 um. Kista penting untuk transmisi dan paling banyak terdapat dalam otot
rangka, otot jantung dan susunan syaraf pusat. Bentuk yang ketiga adalah bentuk
Ookista yang berukuran 10-12 um. Ookista terbentuk di sel mukosa usus kucing
dan dikeluarkan bersamaan dengan feces kucing. Dalam epitel usus kucing
berlangsung siklus aseksual atau schizogoni dan siklus seksual atau gametogeni
dan sporogoni yang menghasilkan ookista dan dikeluarkan bersama feces kucing.
Kucing
yang mengandung toxoplasma gondii dalam sekali ekskresi akan mengeluarkan
jutaan ookista. Bila ookista ini tertelan oleh hospes perantara seperti
manusia, sapi, kambing atau kucing maka pada berbagai jaringan hospes perantara
akan dibentuk kelompok-kelompok trofozoit yang membelah secara aktif. Pada
hospes perantara tidak dibentuk stadium seksual tetapi dibentuk stadium
istirahat yaitu kista. Bila kucing makan tikus yang mengandung kista maka
terbentuk kembali stadium seksual di dalam usus halus kucing tersebut.
o Menurut Levine (1990) klasifikasi parasit
sebagai berikut :
Kingdom
: Animalia
Sub
kingdom
: Protozoa
Filum
: Apicomplexa
Kelas
: Sporozoasida
Sub
Kelas
: Coccidiasina
Ordo
: Eucoccidiorida
Sub
ordo
: Eimeriorina
Famili
: Sarcocystidae
Genus
: Toxoplasma
Spesies
: Toxoplasma gondii
D. HABITAT TOXOPLASMA GONDII
Habitat Toksoplasma gondii hidup didalam :
Sel endotil
Leukosit mononukler
Cairan tubuh
Sel
jaringan hospes/tuan rumah
Toxoplasma gondii adalah parasit
intraseluler pada monocyte dan sel-sel endothelial pada berbagai organ tubuh.
Toxoplasma ini biasanya berbentuk bulat atau oval, jarang ditemukan dalam darah
perifer, tetapi sering ditemukan dalam jumlah besar pada organ-organ tubuh
seperti pada jaringan hati, limpa, sumsum tulang, otak, ginjal, urat daging,
jantung dan urat daging licin lainnya.
Perkembangbiakan
toxoplasma terjadi dengan membelah diri menjadi 2, 4 dan seterusnya. Belum ada
bukti yang jelas mengenai perkembangbiakan dengan jalan schizogoni. Pada
preparat ulas dan sentuh dapat dilihat di bawah mikroskop bentuk yang oval agak
panjang dengan kedua ujung lancip, hampir menyerupai bentuk merozoit dari
coccidium. Jika ditemukan di antara sel-sel jaringan tubuh berbentuk bulat
dengan ukuran 4 sampai 7 mikron. Inti selnya terletak di bagian ujung yang
berbentuk bulat. Pada preparat segar, sporozoa ini bergerak, namun para
peneliti belum ada yang berhasil memperlihatkan flagellanya.
Toxoplasma
baik dalam sel monocyte, dalam sel-sel sistem reticulo endotelial, sel alat
tubuh viceral maupun dalam sel-sel syaraf membelah dengan cara membelah diri
menjadi 2, 4 dan seterusnya. Setelah sel yang ditempatinya penuh lalu
pecah parasit-parasit akan menyebar melalui peredaran darah dan hinggap di
sel-sel baru dan demikian seterusnya.
Toxoplasma
gondii mudah mati karena suhu panas, kekeringan dan pembekuan. Toxoplasma
gondii juga cepat mati karena pembekuan darah induk semangnya dan bila induk
semangnya mati, jasad ini pun akan ikut mati. Toxoplasma membentuk
pseudocyte dalam jaringan tubuh atau jaringan-jaringan tubuh hewan yang diserangnya
secara kronis. Bentuk pseudocyte ini lebih tahan dan dapat bertindak sebagai
penyebar toxoplasmosis.
E. DAUR HIDUP TOXOPLASMA GONDII
Siklus
hidup T. gondii memiliki dua fase. Bagian seksual dari siklus hidup hanya
terjadi pada kucing, baik domestik maupun liar (keluarga Felidae), yang membuat
kucing menjadi tuan rumah utama parasit. Tahap kedua, bagian aseksual dari
siklus hidup, dapat terjadi di lain hewan berdarah panas, termasuk kucing,
tikus, manusia, dan burung. Host dimana reproduksi aseksual terjadi disebut
hospes perantara.
Hewan
Pengerat adalah hospes perantara yang khas. Dalam kedua jenis host, parasit
Toxoplasma menyerang sel dan membentuk ruang yang disebut vakuola. Di dalam
vakuola khusus yang disebut vakuola parasitophorous, bentuk parasit
bradyzoites, perlahan mereplikasi parasit.
Vakuola
yang berisi kista bentuk reproduksi bradyzoites terutama dalam jaringan otot
dan otak. Karena parasit berada di dalam sel, mereka aman dari sistem kekebalan
inang yang tidak menanggapi kista.
Kucing
dan hewan sejenisnya merupakan hospes definitif dari T. gondii. Di dalam usus
kecil kucing sporozoit menembus sel epitel dan tumbuh menjadi trofozoit. Inti
trofozoit membelah menjadi banyak sehingga terbentuk skizon. Skizon matang
pecah dan menghasilkan banyak merozoit (skizogoni). Daur aseksual ini
dilanjutkan dengan daur seksual. Merozoit masuk ke dalam sel epitel
danmembentuk makrogametosit dan mikrogametosit yang menjadi makrogamet dan
mikrogamet (gametogoni). Setelah terjadi pembuahan terbentuk ookista, yang akan
dikeluarkan bersama kotoran kucing. Di luar tubuh kucing, ookista tersebut akan
berkembang membentuk dua sporokista yang masing-masing berisi empat sporozoit
(sporogoni). Bila ookista tertelan oleh mamalia seperti domba, babi, sapi dan
tikus serta ayam atau burung, maka di dalam tubuh hospes perantara akan terjadi
daur aseksual yang menghasilkan takizoit. Takizoit akan membelah, kecepatan
membelah takizoit ini berkurang secara berangsur kemudian terbentuk kista yang
mengandung bradizoit. Bradizoit dalam kista biasanya ditemukan pada infeksi
menahun (infeksi laten).
Resistensi
Toxoplasma untuk antibiotik bervariasi, tetapi kista sangat sulit untuk
diberantas sepenuhnya. Di dalam vakuola, T. Gondii itu sendiri (dengan
endodyogeni) sampai pada sel yang terinfeksi parasit dan mengisi dengan
semburan, melepaskan takizoit, bentuk, dan motil secara reproduksi aseksual
parasit. Berbeda dengan bradyzoites, maka takizoit bebas biasanya efisien
dibersihkan oleh sistem kekebalan inang, meskipun beberapa dari mereka berhasil
menginfeksi sel dan bradyzoites dengan cara mempertahankan infeksi pada
jaringan kista yang tertelan oleh kucing (misalnya, dengan memberi makan pada
tikus yang terinfeksi).
Kista
bertahan hidup melalui perut kucing dan parasit menginfeksi epitel dari usus
kecil di mana mereka mengalami reproduksi seksual dan pembentukan ookista.
Ookista berasal dari feses. Hewan dan manusia yang menelan ookista (misalnya,
dengan makan sayuran yang tidak dicuci) atau terinfeksi jaringan kista dalam
daging yang dimasak secara tidak benar. Parasit memasuki makrofag pada lapisan
usus dan didistribusikan melalui aliran darah ke seluruh tubuh.
Serupa
dengan mekanisme yang digunakan di banyak virus, toksoplasma mampu
mendisregulasi siklus sel inang dengan mengadakan pembelahan sel sebelum
mitosis (perbatasan G2 / M). Disregulasi siklus sel inang disebabkan oleh
sekresi peka panas sel yang terinfeksi sehingga mengeluarkan faktor yang
menghambat siklus sel tetangga. Alasan untuk disregulasi Toxoplasma tidak
diketahui, tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa infeksi adalah khusus
untuk host sel-sel dalam struktur sel S-fase dan host yang berinteraksi dengan
Toxoplasma sehingga tidak dapat diakses selama tahap-tahap lain dari siklus sel.
Infeksi
tahap akut toksoplasma dapat tanpa gejala, tetapi sering memberikan gejala
seperti flu pada tahap akut awal, dan dapat menjadi flu yang fatal (kasus
sangat jarang terjadi) lalu tahap akut mereda dalam beberapa hari ke bulan,
yang mengarah ke tahap laten. Infeksi laten biasanya tanpa gejala, namun dalam
kasus pasien immunocompromised (seperti mereka yang terinfeksi HIV atau
penerima transplantasi pada terapi imunosupresif), toksoplasmosis dapat
berkembang.
Manifestasi
yang paling menonjol dari toksoplasmosis pada pasien immunocompromised adalah
ensefalitis toksoplasma, yang dapat mematikan. Jika infeksi T. gondii terjadi
untuk pertama kali selama kehamilan, misalkan pada kotoran kucing yang
terinfeksi T. gondii, parasit dapat melewati plasenta, mungkin menyebabkan
hidrosefalus atau mikrosefali, kalsifikasi intrakranial, korioretinitis dan
kemungkinan bisa terjadi aborsi spontan (keguguran) atau kematian intrauterin.
Gambar Daur Hidup :
Gambar : Siklus hidup Toxoplasma
Gondii
F. PENYEBAB PENYAKIT
Manusia
dapat terinfeksi oleh T. gondii dengan berbagai cara yaitu makan daging mentah
atau kurang masak yang mengandung kista T. gondii, ternakan atau tertelan
bentuk ookista dari kotoran kucing, misalnya bersama buah-buahan dan
sayur-sayuran yang terkontaminasi. Juga mungkin terinfeksi melalui
transplantasi organ tubuh dari donor penderita toksoplasmosis laten kepada
resipien yang belum pernah terinfeksi T. gondii. Kecelakaan laboratorium dapat
terjadi melalui jarum suntik dan alat laboratoriurn lain yang terkontaminasi
oleh T. Gondii serta infeksi kongenital yang terjadi intra uterin melalui
plasenta.
Setelah
terjadi infeksi T. gondii ke dalam tubuh akan terjadi proses yang terdiri dari
tiga tahap yaitu parasitemia, dimana parasit menyerang organ dan jaringan serta
memperbanyak diri dan menghancurkan sel-sel inang. Perbanyakan diri ini paling
nyata terjadi pada jaringan retikuloendotelial dan otak, di mana parasit
mempunyai afinitas paling besar. Pembentukan antibodi merupakan tahap kedua
setelah terjadinya infeksi. Tahap ketiga rnerupakan rase kronik, terbentuk
kista-kista yang menyebar di jaringan otot dan syaraf, yang sifatnya menetap
tanpa menimbulkan peradangan lokal.
G. PENCEGAHAN
Kucing
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya toksoplasmosis, karena
kucing mengeluarkan berjuta-juta ookista dalam tinjanya, yang dapat bertahan
sampai satu tahun di dalam tanah yang teduh dan lembab. Untuk mencegah hal ini,
maka terjadinya infeksi pada kucing dapat dicegah, yaitu dengan memberi makanan
yang matang sehingga kucing tidak berburu tikus atau burung. Bila kucing
diberikan monensin 200 mg/kg melalui makanannya, maka kucing tersebut tidak
akan mengeluarkan ookista bersama tinjanya, tetapi ini hanya dapat digunakan
untuk kucing peliharaan. Untuk mencegah terjadinya infeksi dengan ookista yang
berada di dalam tanah, dapat diusahakan mematikan ookista dengan bahan kimia
seperti formalin, amonia dan iodin dalam bentuk larutan serta air panas 70oC
yang disiramkan pada tinja kucing
Anak
balita yang bermain di tanah atau ibu-ibu yang gemar berkebun, juga petani
sebaiknya mencuci tangan yang bersih dengan sabun sebelum makan. Sayur mayur
yang dimakan sebagai lalapan harus dicuci bersih, karena ada kemungkinan
ookista melekat pada sayuran. Makanan yang matang harus ditutup rapat supaya
tidak dihinggapi lalat atau kecoa yang dapat memindahkan ookista dari tinja
kucing ke makanan tersebut.
Kista
jaringan dalam hospes perantara (kambing, sapi, babi dan ayam) sebagai sumber
infeksi dapat dimusnahkan dengan memasaknya sampai 66°C atau mengasap dan
sampai matang sebelum dimakan. Bagi ibu yang memasak, jangan mencicipi hidangan
daging yang belum matang. Setelah memegang daging mentah (tukang jagal, penjual
daging, tukang masak) sebaiknya cuci tangan dengan sabun sampai bersih. Yang
paling penting dicegah adalah terjadinya toksoplasmosis kongenital karena anak
yang lahir dapat menyebabkan cacat dengan retardasi mental dan gangguan
motorik.
H. SPESIFIKASI TOXOPLASMA GONDII
Gambar: Toxoplasma gondi
Toxoplasma
gondii adalah parasit protozoa dalam genus Toxoplasma dengan sifat alami
dan perjalanan akut atau menahun. Toxoplasma gondii juga merupakan parasit pada
manusia, kucing, anjing, ayam, babi, marmot, kambing, ternak dan merpati, dan
pada manusia menimbulkan penyakit toxoplasmosis.
Toksoplasmosis,
suatu penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, merupakan penyakit
parasit pada manusia dan juga pada hewan yang menghasilkan daging bagi konsumsi
manusia. Infeksi yang disebabkan oleh T. gondii tersebar di seluruh dunia. Pada
hewan berdarah panas dan mamalia lainnya termasuk manusia sebagai hospes
perantara, sedangkan kucing dan berbagai jenis Felidae lainnya sebagai hospes
definitif. Infeksi Toxoplasma tersebar luas dan sebagian besar berlangsung
asimtomatis, meskipun penyakit ini belum digolongkan sebagai penyakit parasiter
yang diutamakan pemberantasannya oleh pemerintah, tetapi beberapa penelitian
telah dilakukan di beberapa tempat untuk mengetahui derajat distribusi dan
prevalensinya.
Indonesia sebagai
negara tropik merupakan tempat yang sesuai untuk perkembangan parasit tersebut.
Keadaan ini ditunjang oleh beberapa faktor seperti sanitasi lingkungan dan
banyak sumber penularan terutama kucing dan sebangsanya (Felidae). Manusia
dapat terkena infeksi parasit ini dengan cara didapat (Aquired toxoplasmosis)
maupun diperoleh semenjak dalam kandungan (Congenital toxoplasmosis).
Diperkirakan sepertiga penduduk dunia mengalami infeksi penyakit ini.
Sebagai parasit, T. gondii ditemukan dalam segala macam sel
jaringan tubuh kecuali sel darah merah. Tetapi pada umumnya parasit ini
ditemukan dalam sel retikulo endotelial dan sistem syaraf pusat.
Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yang secara alami
dapat menyerang manusia, ternak, hewan peliharaan lain seperti hewan liar,
unggas dan lain-lain. Kejadian toxoplasmosis telah dilaporkan dari beberapa
daerah di dunia ini yang geografiknya sangat luas. Survei terhadap kejadian ini
memberi gambaran bahwa toxoplasmosis pada suatu daerah bisa sedemikian hebatnya
hingga setiap hewan memperlihatkan gejala toxoplasmosis. Survei yang telah
diadakan di Amerika Serikat.
Toxoplasmosis juga sering terjadi melalui jalur atau rute
makanan yaitu bentuk jaringan dari parasit (kista mikroskopis terdiri dari
bradyzoites) dapat ditularkan kepada manusia oleh makanan. Manusia menjadi
terinfeksi karena :
Makanan
setengah matang, atau daging yang terkontaminasi (terutama daging babi, domba,
dan daging rusa).
Menelan makanan setengah matang, memegang
daging yang terkontaminasi dan tidak mencuci tangan dengan bersih (Toxoplasma
tidak dapat diserap melalui kulit utuh).
Makan makanan yang terkontaminasi oleh pisau,
peralatan, talenan, atau makanan lain yang pernah kontak dengan daging mentah
yang terkontaminasi.
Pada manusia, penyakit toxoplasmosis ini sering menginfeksi
melalui saluran pencernaan. Biasanya melalui perantara makanan atau minuman
yang terkontaminasi dengan agen penyebab penyakit toxoplasmosis ini, misalnya
karena minum susu sapi segar atau makan daging yang belum matang sempurna dari
hewan yang terinfeksi dengan penyakit toxoplasmosis. Penyakit ini juga sering
terjadi pada sejenis ras kucing yang berbulu lebat dan warnanya indah yang
biasanya disebut dengan mink. Pada kucing ras mink penyakit toxoplasmosis
sering terjadi karena makanan yang diberikan biasanya berasal dari daging segar
(mentah) dan sisa-sisa daging dari rumah potong hewan.
I. GEJALA
Pada garis besarnya sesuai dengan cara penularan dan gejala
klinisnya, toksoplasmosis dapat dikelompokkan menjadi : Toksoplasmosis akuisita
(dapatan) dan Toksoplasmosis kongenital. Baik toksoplasmosis dapatan maupun
kongenital sebagian besar asimtomatis atau tanpa gejala. Keduanya dapat
bersifat akut dan kemudian menjadi kronik atau laten. Gejala yang nampak sering
tidak spesifik dan sulit dibedakan dengan penyakit lain.
Toksoplasmosis dapatan biasanya tidak diketahui karena
jarang menimbulkan gejala. Tetapi bila seorang ibu yang sedang hamil mendapat
infeksi primer, ada kemungkinan bahwa 50% akan melahirkan anak dengan
toksoplasmosis kongenital. Gejala yang dijumpai pada orang dewasa maupun
anak-anak umumnya ringan.
Gejala klinis yang paling sering dijumpai pada
toksoplasmosis dapatan adalah limfadenopati dan rasa lelah, disertai demam dan
sakit kepala. Pada infeksi akut, limfadenopati sering dijumpai pada kelenjer
getah bening daerah leher bagian belakang. Gejala tersebut di atas dapat
disertai demam, mialgia, malaise. Bentuk kelainan pada kulit akibat toksoplasmosis
berupa ruam makulopapuler yang mirip kelainan kulit, sedangkan pada jaringan
paru dapat terjadi pneumonia interstisial.Gambaran klinis toksoplasmosis
kongenital dapat bermacam-macam. Ada yang tampak normal pada waktu lahir dan
gejala klinisnya baru timbul setelah beberapa minggu sampai beberapa tahun. Ada
gambaran eritroblastosis, hidrops fetalis dan triad klasik yang terdiri dari
hidrosefalus, korioretinitis dan perkapuran intrakranial atau tetrade sabin
yang disertai kelainan psikomotorik. Toksoplasmosis kongenital dapat
menunjukkan gejala yang sangat berat dan menimbulkan kematian penderitanya
karena parasit telah tersebar luas di berbagai organ penting dan juga pada
sistem syaraf penderita.
Gejala susunan syaraf pusat sering meninggalkan gejala sisa,
misalnya retardasi mental dan motorik. Kadang-kadang hanya ditemukan sikatriks
pada retina yang dapat kambuh pada masa anak-anak, remaja atau dewasa.
Korioretinitis karena toksoplasmosis pada remaja dan dewasa biasanya akibat
infeksi kongenital.
Akibat kerusakan pada berbagai organ, maka kelainan yang
sering terjadi bermacam-macam jenisnya. Kelainan pada bayi dan anak-anak akibat
infeksi pada ibu selama kehamilan trimester pertama, dapat berupa kerusakan
yang sangat berat sehingga terjadi abortus atau lahir mati, atau bayi
dilahirkan dengan kelainan seperti ensefalomielitis, hidrosefalus, kalsifikasi
serebral dan korioretinitis. Pada anak yang lahir prematur, gejala klinis lebih
berat dari anak yang lahir cukup bulan, dapat disertai hepatosplenomegali,
ikterus, limfadenopati, kelainan susunan syaraf pusat dan lesi mata.
J. MANIFESTASI KLINIS
Infeksi T. gondii pada individu dengan imunodefisiensi
menyebabkan manifestasi penyakit dari tingkat ringan, sedang sampai berat,
tergantung kepada derajat imunodefisiensinya. Menurut Gandahusada dkk.,(1992),
pada penderita imunodefisiensi, infeksi T. gondii menjadi nyata, misalnya pada
penderita karsinoma, leukemia atau penyakit lain yang diberi pengobatan
kortikosteroid dosis tinggi atau radiasi. Gejala yang timbul biasanya demam
tinggi, disertai gejala susunan syaraf pusat karena adanya ensefalitis difus.
Gejala klinis yang berat ini mungkin disebabkan oleh eksaserbasi akut dari
infeksi yang terjadi sebelumnya atau akibat infeksi baru yang menunjukkan gejala
klinis yang dramati karena adanya imuno-defisiensi. Pada penderita AIDS,
infeksi T. gondii sering menyebabkan ensefalitis dan kematian. Sebagian besar
penderita AIDS dengan ensefalitis akibat T. gondii tidak menunjukkan
pembentukan antibodi dalam serum.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Penyakit
toxoplasmosis merupakan penyakit kosmopolitan dengan frekuensi tinggi di
berbagai negara dan juga di Indonesia karena gejala klinisnya ringan maka
sering kali luput dari pengamatan dokter. Padahal akibat yang ditimbulkan bisa
memberikan beban berat bagi masyarakat seperti abortus, lahir mati maupun cacat
kongenital. Diagnosis secara laboratoris cukup mudah yaitu dengan memeriksa
antibodi kelas IgG dan IgM terhadap Toxoplasma gondii akan dapat diketahui
status penyakit penderita. Dianjurkan untuk memeriksakan diri secara berkala
pada wanita hamil trimester pertama akan kemungkinan terinfeksi dengan
toxoplasmosis.
Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat
intraseluler yang dapat menyebabkan penyakit toxoplasmosis konginetal dan
toksoplasmosis akuisita. Hospes Definitif T. gondii adalah kucing dan binatang
sejenisnya (Felidae). Hospes perantaranya adalah manusia, mamalia lainnya dan
burung.
B.
SARAN
Penulis
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar penulisan
makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi. Demikian penulis ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Ir. Indra Chahaya
S., M.Si , 2003 , Epidemiologi “Toxoplasma gondii” . Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara. http://yazhid28bashar.blogspot.com/2013/05/makalah-bakteri-toxoplasma-gondii.html
Dharmana, Edi ,
2007 , Toxoplasma gondii, Musuh Dalam Selimut : Semarang . Kakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.
Blader, Ira J. ,
2009 , Communication between Toxoplasma gondii and its host:
impact on parasite growth, development, immune evasion, and virulence :
Okhlahoma . University of
Okhlahoma Health Sciences Center.
Schmidt, Ronald H.
, 2003 , General Overview of the Causative Agents of
Foodborne Illness
: Florida . University of Florida . http://yazhid28bashar.blogspot.com/2013/05/makalah-bakteri-toxoplasma-gondii.html ( Diakses pada
tanggal 11 april 2014)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Makalah TOXOPLASMA GONDI
Written on 12.36.00 by Unknown
Mata Kuliah : Parasitologi
Dosen : Sulasmi,SKM.,M.Kes
TOXOPLASMA GONDII
Oleh: Kelompok 5
1.
DESI (PO.71.4.221.13.2 009)
2.
NAKILA (PO.71.4.221.13.2 031)
3.
WAHYU PURNOMO JAMIR (PO.71.4.221.13.2 050 )
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
DIPLOMA IV
2014
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah pemilik segala kejadian yang telah
memberikan limpahan taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
MAKALAH tentang TOXOPLASMA GONDII ini. Salawat dan salam senantiasa kita
tuturkan kepangkuan baginda Rasulullah SAW,beserta keluarganya,para sahabat dan
orang-orang yang senantiasa konsisten dengan risalahnya.
Sepenuhnya kami menyadari bahwa makalah yang dibuat ini
masih jauh dari kesempurnaan.karena keterbatasan pengetahuan,pengalaman,serta
kemampuan kami.Namun bimbingan,pengarahan,dorongan dan bantuan dari berbagai
pihak,sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Oleh karenanya kami mengucapkan banyak terima kasih. Apabila ada kekurangan
kami memohon ma’af yang sebesar-besarnya. Dan semoga Allah senantiasa
memberikan yang terbaik untuk kita semua amin.
Makassar, April 2014
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar……………………………………………………………………………… i
Daftar Isi………………………………………………………………………………………. ii
BAB 1
PENDAHULUAN………………………………………………………………….. 1
a.
Latar belakang…….………………………………………………………… 1
b.
Tujuan…………..……………………………………………………………… 2
BAB II
PEMBAHASAN…………………………………………………………………….
3 A. Sejarah toxoplasma gondii…………………………………………….. 3
B.
Penyebaran…………………………………………………………………… 3
C. Morfologi dan
klasifikasi....................................................................... 4
D.
Habitat toxoplasma gondii……………………………………….. 5
E.
Daur hidup toxoplasma gondi………………………………………… 6
F. Penyebab
penyakit.................................................................................. 9
G.
Pencegahan..............................………………………………………….. 10
H.
Spesifikasi toxoplasma gondii………………………………………… 11
I.
Gejala
........................................................................................................... 13
J.
Manifestasi
Klinis.................................................................................... 14
BAB III
PENUTUP........................................................................................................... 15
A. Kesimpulan................................................................................................. 15
B. Saran ............................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Pada umumnya, suatu peristiwa timbulnya penyakit akibat
makanan dapat disebabkan oleh kontaminasi yang ada pada makanan yang berupa
agen biologi atau patogen (contohnya virus, bakteri, parasit, prion), agen
kimiawi (contohnya senyawa toksin atau logam) atau agen fisik (contohnya
pecahan kaca atau serpihan tulang. Dengan ditemukannya lebih dari 200 penyakit
yang bisa ditularkan melalui makanan, patogen-patogen tersebut merupakan
penyebab utamanya. Hampir semua patogen pembawa yang berasal dari makanan
berukuran mikroskopis, termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit lainnya.
Bakteri merupakan mikroorganisme uniseluler yang memiliki
dinding sel namun tidak memiliki nukleus. Mereka memiliki bentuk, jenis dan
properti yang bermacam-macam. Beberapa bakteri patogen dapat membentuk spora
dan resisten terhadap panas tinggi (contohnya Clostridium botulinum, C.
perfringens, Bacillus subtillus, B. cereus). Bakteri lainnya dapat memproduksi
toksin yang membuat mereka resisten terhadap panas (contohnya Staphylococcus
aureus).
Protozoa parasit merupakan mikroorganisme uniseluler yang
tidak memiliki dinding sel yang rigid (kaku) namun memiliki nukleus yang
sistematis. Protozoa tersebut lebih besar daripada bakteri. Seperti layaknya
virus, protozoa tidak berkembangbiak di makanan, hanya di sel inang saja.
Bentuk transmisi organisme ini disebut dengan cyst. Protozoa ini dapat
bekerjasama dengan makanan dan menyebarkan penyakit melalui air, contohnya
yaitu Entamoeba histolytica, Toxoplasma gondii, Giardia lamblia, Crytosporidium
parvum dan Cyclospora cayatenensis.
penyakit yang
disebabkan oleh protozoon ( bersel satu ) yang disebut toxoplasma gondii yaitu
suatu parasit intraselluler yang banyak terinfeksi pada manusia dan hewan
peliharaan. Penyakit toxoplasmosis biasanya ditularkan dari kucing atau anjing
tetapi penyakit ini juga dapat menyerang hewan lain seperti babi, sapi, domba,
dan hewan peliharaan lainnya. Walaupun sering terjadi pada hewan-hewan yang
disebutkan di atas penyakit toxoplasmosis ini paling sering dijumpai pada
kucing dan anjing. Untuk tertular penyakit toxoplasmosis tidak hanya terjadi
pada orang yang memelihara kucing atau anjing tetapi juga bisa terjadi pada
orang lainnya yang suka memakan makanan dari daging setengah matang atau
sayuran lalapan yang terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit
toxoplasmosis. Pada manusia penyakit toxoplasmosis ini sering terinfeksi
melalui saluran pencernaan, biasanya melalui perantaraan makanan atau minuman
yang terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit toxoplasmosis ini, misalnya
karena minum susu sapi segar atau makan daging yang belum sempurna matangnya
dari hewan yang terinfeksi dengan penyakit toxoplasmosis. Penyakit ini juga
sering terjadi pada sejenis ras kucing yang berbulu lebat dan warnanya indah
yang biasanya disebut dengan mink, pada kucing ras mink penyakit toxoplasmosis
sering terjadi karena makanan yang diberikan biasanya berasal dari daging segar
(mentah) dan sisa-sisa daging dari rumah potong hewan.
B. TUJUAN
1. Mengetahui sejarah
dari Toxoplasma gondii
2. Mengetahui penyebaran
Toxoplasma gondii
3. Mengetahui morfologi
dan klasifikasi Toxoplasma gondii
4. Mengetahui habitatbakteri
Toxoplasma Gondii
5. Mengetahui daur hidup
bakteri Toxoplasma gondii
6. Mengetahui penyebab
penyakit Toksoplasmosis
7. Mengetahui cara
pencegahan terhadap penyakit Toksoplasmosis
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH TOXOPLASMA GONDII
Toxoplasma
gondii pertama kali ditemukan oleh Nicole dan Manceaux tahun 1908 pada limfa dan hati hewan pengerat
Ctenodactylus gundi di Tunisia Afrika dan pada seekor kelinci di Brazil. Lebih
lanjut Mello pada tahun 1908 melaporkan protozoa yang sama pada anjing di
Italia, sedangkan Janku pada tahun 1923 menemukan protozoa tersebut pada
penderita korioretinitis. Lalu Wolf pada tahun 1937 telah mengisolasinya dari
neonatus dengan ensefalitis dan dinyatakan sebagai penyebab infeksi kongenital
pada anak. Walaupun perpindahan intra-uterin secara transplasental sudah
diketahui, tetapi baru pada tahun 1970 daur hidup parasit ini menjadi jelas
ketika ditemukan daur seksualnya pacta kucing.
B. PENYEBARAN
Penyebaran
parasit ini sangatlah cepat. Penyebaran parasit toxoplasma gondii sangat luas
yaitu dari daerah Alaska sampai dengan Australia. Distribusi yang sangat luas
ini mungkin menjadi suatu bagian dalam mekanisme penularan. Kejadian
toksoplasmosis ini pernah dilaporkan pada 35.940 wanita hamil di Norwegia
antara tahun 1992-1994. Di Indonesia pernah dilaporkan oleh Gandahusada pada
tahun 1995, bahwa angka prevelensi dari toksoplasmosis pada manusia berkisar
antara 2-63%, kucing 35-73%, anjing 75%, babi 11-36%, kambing 11-61%, sedangkan
sapi/kerbau kurang dari 10%. Parasit ini juga menyebabkan terjadinya keguguran
spontan. Setelah diteliti ternyata sebagian besar positif terjangkit
toxoplasma. Penyebaran Toxoplasma gondii sangat luas, hampir di seluruh dunia,
termasuk Indonesia baik pada manusia maupun pada hewan. Sekitar 30% dari
penduduk Amerika Serikat positif terhadap pemeriksaan serologis, yang
menunjukkan pernah terinfeksi pada suatu saat dalam masa hidupnya. Kontak yang
sering terjadi dengan hewan terkontaminasi atau dagingnya, dapat dihubungkan
dengan adanya prevalensi yang lebih tinggi di antara dokter hewan, mahasiswa
kedokteran hewan, pekerja di rumah potong hewan dan orang yang menangani daging
mentah seperti juru masak.
Konsumsi
daging mentah atau daging yang kurang masak merupakan sumber infeksi pada
manusia. Tercemarnya alat-alat untuk masak dan tangan oleh bentuk infektif
parasit ini pada waktu pengolahan makanan merupakan sumber lain untuk
penyebaran T. gondii. Di Indonesia, prevalensi zat anti T. gondii pada hewan
adalah sebagai berikut: kucing 35-73%, babi 11-36%, kambing 11-61%, anjing 75%
dan pada ternak lain kurang dari 10%.
C. MORFOLOGI DAN
KLASIFlKASI
Gambar: Toxoplasma gondi
Toxoplasma
gondii merupakan protozoa obligat intraseluler, terdapat dalam tiga bentuk
yaitu takizoit (bentuk proliferatif), kista (berisi bradizoit) dan ookista
(berisi sporozoit). Bentuk takizoit menyerupai bulan sabit dengan ujung yang
runcing dan ujung lain agak membulat. Ukuran panjang 4-8 mikron, lebar 2-4
mikron dan mempunyai selaput sel, satu inti yang terletak di tengah bulan sabit
dan beberapa organel lain seperti mitokondria dan badan golgi.
Kista
dibentuk di dalam sel hospes bila takizoit yang membelah telah membentuk
dinding. Ukuran kista berbeda-beda, ada yang berukuran kecil hanya berisi
beberapa bradizoit dan ada yang berukuran 200 mikron berisi kira-kira 3000
bradizoit. Kista dalam tubuh hospes dapat ditemukan seumur hidup terutama di
otak, otot jantung, dan otot bergaris. Kista tersebut mempunyai dinding, berisi
satu sporoblas yang membelah menjadi dua sporoblas. Pada perkembangan
selanjutnya kedua sporoblas membentuk dinding dan menjadi sporokista.
Masing-masing sporokista tersebut berisi 4 sporozoit yang berukuran 8 x 2
mikron dan sebuah benda residu.
Toxoplasma
gondii dalam klasifikasi termasuk kelas Sporozoasida, karena berkembang
biak secara seksual dan aseksual yang terjadi secara bergantian. Selain itu
Toxoplasma gondii terdapat dalam 3 bentuk yaitu bentuk trofozoit, kista, clan
Ookista. Trofozoit berbentuk oval dengan ukuran 3-7 um, dapat menginvasi semua
sel mamalia yang memiliki inti sel. Dapat ditemukan dalam jaringan selama masa
akut dari infeksi. Bila infeksi menjadi kronis, trofozoit dalam jaringan akan
membelah secara lambat dan disebut bradizoit.
Bentuk
kedua adalah kista yang terdapat dalam jaringan dengan jumlah ribuan berukuran
10-100 um. Kista penting untuk transmisi dan paling banyak terdapat dalam otot
rangka, otot jantung dan susunan syaraf pusat. Bentuk yang ketiga adalah bentuk
Ookista yang berukuran 10-12 um. Ookista terbentuk di sel mukosa usus kucing
dan dikeluarkan bersamaan dengan feces kucing. Dalam epitel usus kucing
berlangsung siklus aseksual atau schizogoni dan siklus seksual atau gametogeni
dan sporogoni yang menghasilkan ookista dan dikeluarkan bersama feces kucing.
Kucing
yang mengandung toxoplasma gondii dalam sekali ekskresi akan mengeluarkan
jutaan ookista. Bila ookista ini tertelan oleh hospes perantara seperti
manusia, sapi, kambing atau kucing maka pada berbagai jaringan hospes perantara
akan dibentuk kelompok-kelompok trofozoit yang membelah secara aktif. Pada
hospes perantara tidak dibentuk stadium seksual tetapi dibentuk stadium
istirahat yaitu kista. Bila kucing makan tikus yang mengandung kista maka
terbentuk kembali stadium seksual di dalam usus halus kucing tersebut.
o Menurut Levine (1990) klasifikasi parasit
sebagai berikut :
Kingdom
: Animalia
Sub
kingdom
: Protozoa
Filum
: Apicomplexa
Kelas
: Sporozoasida
Sub
Kelas
: Coccidiasina
Ordo
: Eucoccidiorida
Sub
ordo
: Eimeriorina
Famili
: Sarcocystidae
Genus
: Toxoplasma
Spesies
: Toxoplasma gondii
D. HABITAT TOXOPLASMA GONDII
Habitat Toksoplasma gondii hidup didalam :
Sel endotil
Leukosit mononukler
Cairan tubuh
Sel
jaringan hospes/tuan rumah
Toxoplasma gondii adalah parasit
intraseluler pada monocyte dan sel-sel endothelial pada berbagai organ tubuh.
Toxoplasma ini biasanya berbentuk bulat atau oval, jarang ditemukan dalam darah
perifer, tetapi sering ditemukan dalam jumlah besar pada organ-organ tubuh
seperti pada jaringan hati, limpa, sumsum tulang, otak, ginjal, urat daging,
jantung dan urat daging licin lainnya.
Perkembangbiakan
toxoplasma terjadi dengan membelah diri menjadi 2, 4 dan seterusnya. Belum ada
bukti yang jelas mengenai perkembangbiakan dengan jalan schizogoni. Pada
preparat ulas dan sentuh dapat dilihat di bawah mikroskop bentuk yang oval agak
panjang dengan kedua ujung lancip, hampir menyerupai bentuk merozoit dari
coccidium. Jika ditemukan di antara sel-sel jaringan tubuh berbentuk bulat
dengan ukuran 4 sampai 7 mikron. Inti selnya terletak di bagian ujung yang
berbentuk bulat. Pada preparat segar, sporozoa ini bergerak, namun para
peneliti belum ada yang berhasil memperlihatkan flagellanya.
Toxoplasma
baik dalam sel monocyte, dalam sel-sel sistem reticulo endotelial, sel alat
tubuh viceral maupun dalam sel-sel syaraf membelah dengan cara membelah diri
menjadi 2, 4 dan seterusnya. Setelah sel yang ditempatinya penuh lalu
pecah parasit-parasit akan menyebar melalui peredaran darah dan hinggap di
sel-sel baru dan demikian seterusnya.
Toxoplasma
gondii mudah mati karena suhu panas, kekeringan dan pembekuan. Toxoplasma
gondii juga cepat mati karena pembekuan darah induk semangnya dan bila induk
semangnya mati, jasad ini pun akan ikut mati. Toxoplasma membentuk
pseudocyte dalam jaringan tubuh atau jaringan-jaringan tubuh hewan yang diserangnya
secara kronis. Bentuk pseudocyte ini lebih tahan dan dapat bertindak sebagai
penyebar toxoplasmosis.
E. DAUR HIDUP TOXOPLASMA GONDII
Siklus
hidup T. gondii memiliki dua fase. Bagian seksual dari siklus hidup hanya
terjadi pada kucing, baik domestik maupun liar (keluarga Felidae), yang membuat
kucing menjadi tuan rumah utama parasit. Tahap kedua, bagian aseksual dari
siklus hidup, dapat terjadi di lain hewan berdarah panas, termasuk kucing,
tikus, manusia, dan burung. Host dimana reproduksi aseksual terjadi disebut
hospes perantara.
Hewan
Pengerat adalah hospes perantara yang khas. Dalam kedua jenis host, parasit
Toxoplasma menyerang sel dan membentuk ruang yang disebut vakuola. Di dalam
vakuola khusus yang disebut vakuola parasitophorous, bentuk parasit
bradyzoites, perlahan mereplikasi parasit.
Vakuola
yang berisi kista bentuk reproduksi bradyzoites terutama dalam jaringan otot
dan otak. Karena parasit berada di dalam sel, mereka aman dari sistem kekebalan
inang yang tidak menanggapi kista.
Kucing
dan hewan sejenisnya merupakan hospes definitif dari T. gondii. Di dalam usus
kecil kucing sporozoit menembus sel epitel dan tumbuh menjadi trofozoit. Inti
trofozoit membelah menjadi banyak sehingga terbentuk skizon. Skizon matang
pecah dan menghasilkan banyak merozoit (skizogoni). Daur aseksual ini
dilanjutkan dengan daur seksual. Merozoit masuk ke dalam sel epitel
danmembentuk makrogametosit dan mikrogametosit yang menjadi makrogamet dan
mikrogamet (gametogoni). Setelah terjadi pembuahan terbentuk ookista, yang akan
dikeluarkan bersama kotoran kucing. Di luar tubuh kucing, ookista tersebut akan
berkembang membentuk dua sporokista yang masing-masing berisi empat sporozoit
(sporogoni). Bila ookista tertelan oleh mamalia seperti domba, babi, sapi dan
tikus serta ayam atau burung, maka di dalam tubuh hospes perantara akan terjadi
daur aseksual yang menghasilkan takizoit. Takizoit akan membelah, kecepatan
membelah takizoit ini berkurang secara berangsur kemudian terbentuk kista yang
mengandung bradizoit. Bradizoit dalam kista biasanya ditemukan pada infeksi
menahun (infeksi laten).
Resistensi
Toxoplasma untuk antibiotik bervariasi, tetapi kista sangat sulit untuk
diberantas sepenuhnya. Di dalam vakuola, T. Gondii itu sendiri (dengan
endodyogeni) sampai pada sel yang terinfeksi parasit dan mengisi dengan
semburan, melepaskan takizoit, bentuk, dan motil secara reproduksi aseksual
parasit. Berbeda dengan bradyzoites, maka takizoit bebas biasanya efisien
dibersihkan oleh sistem kekebalan inang, meskipun beberapa dari mereka berhasil
menginfeksi sel dan bradyzoites dengan cara mempertahankan infeksi pada
jaringan kista yang tertelan oleh kucing (misalnya, dengan memberi makan pada
tikus yang terinfeksi).
Kista
bertahan hidup melalui perut kucing dan parasit menginfeksi epitel dari usus
kecil di mana mereka mengalami reproduksi seksual dan pembentukan ookista.
Ookista berasal dari feses. Hewan dan manusia yang menelan ookista (misalnya,
dengan makan sayuran yang tidak dicuci) atau terinfeksi jaringan kista dalam
daging yang dimasak secara tidak benar. Parasit memasuki makrofag pada lapisan
usus dan didistribusikan melalui aliran darah ke seluruh tubuh.
Serupa
dengan mekanisme yang digunakan di banyak virus, toksoplasma mampu
mendisregulasi siklus sel inang dengan mengadakan pembelahan sel sebelum
mitosis (perbatasan G2 / M). Disregulasi siklus sel inang disebabkan oleh
sekresi peka panas sel yang terinfeksi sehingga mengeluarkan faktor yang
menghambat siklus sel tetangga. Alasan untuk disregulasi Toxoplasma tidak
diketahui, tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa infeksi adalah khusus
untuk host sel-sel dalam struktur sel S-fase dan host yang berinteraksi dengan
Toxoplasma sehingga tidak dapat diakses selama tahap-tahap lain dari siklus sel.
Infeksi
tahap akut toksoplasma dapat tanpa gejala, tetapi sering memberikan gejala
seperti flu pada tahap akut awal, dan dapat menjadi flu yang fatal (kasus
sangat jarang terjadi) lalu tahap akut mereda dalam beberapa hari ke bulan,
yang mengarah ke tahap laten. Infeksi laten biasanya tanpa gejala, namun dalam
kasus pasien immunocompromised (seperti mereka yang terinfeksi HIV atau
penerima transplantasi pada terapi imunosupresif), toksoplasmosis dapat
berkembang.
Manifestasi
yang paling menonjol dari toksoplasmosis pada pasien immunocompromised adalah
ensefalitis toksoplasma, yang dapat mematikan. Jika infeksi T. gondii terjadi
untuk pertama kali selama kehamilan, misalkan pada kotoran kucing yang
terinfeksi T. gondii, parasit dapat melewati plasenta, mungkin menyebabkan
hidrosefalus atau mikrosefali, kalsifikasi intrakranial, korioretinitis dan
kemungkinan bisa terjadi aborsi spontan (keguguran) atau kematian intrauterin.
Gambar Daur Hidup :
Gambar : Siklus hidup Toxoplasma
Gondii
F. PENYEBAB PENYAKIT
Manusia
dapat terinfeksi oleh T. gondii dengan berbagai cara yaitu makan daging mentah
atau kurang masak yang mengandung kista T. gondii, ternakan atau tertelan
bentuk ookista dari kotoran kucing, misalnya bersama buah-buahan dan
sayur-sayuran yang terkontaminasi. Juga mungkin terinfeksi melalui
transplantasi organ tubuh dari donor penderita toksoplasmosis laten kepada
resipien yang belum pernah terinfeksi T. gondii. Kecelakaan laboratorium dapat
terjadi melalui jarum suntik dan alat laboratoriurn lain yang terkontaminasi
oleh T. Gondii serta infeksi kongenital yang terjadi intra uterin melalui
plasenta.
Setelah
terjadi infeksi T. gondii ke dalam tubuh akan terjadi proses yang terdiri dari
tiga tahap yaitu parasitemia, dimana parasit menyerang organ dan jaringan serta
memperbanyak diri dan menghancurkan sel-sel inang. Perbanyakan diri ini paling
nyata terjadi pada jaringan retikuloendotelial dan otak, di mana parasit
mempunyai afinitas paling besar. Pembentukan antibodi merupakan tahap kedua
setelah terjadinya infeksi. Tahap ketiga rnerupakan rase kronik, terbentuk
kista-kista yang menyebar di jaringan otot dan syaraf, yang sifatnya menetap
tanpa menimbulkan peradangan lokal.
G. PENCEGAHAN
Kucing
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya toksoplasmosis, karena
kucing mengeluarkan berjuta-juta ookista dalam tinjanya, yang dapat bertahan
sampai satu tahun di dalam tanah yang teduh dan lembab. Untuk mencegah hal ini,
maka terjadinya infeksi pada kucing dapat dicegah, yaitu dengan memberi makanan
yang matang sehingga kucing tidak berburu tikus atau burung. Bila kucing
diberikan monensin 200 mg/kg melalui makanannya, maka kucing tersebut tidak
akan mengeluarkan ookista bersama tinjanya, tetapi ini hanya dapat digunakan
untuk kucing peliharaan. Untuk mencegah terjadinya infeksi dengan ookista yang
berada di dalam tanah, dapat diusahakan mematikan ookista dengan bahan kimia
seperti formalin, amonia dan iodin dalam bentuk larutan serta air panas 70oC
yang disiramkan pada tinja kucing
Anak
balita yang bermain di tanah atau ibu-ibu yang gemar berkebun, juga petani
sebaiknya mencuci tangan yang bersih dengan sabun sebelum makan. Sayur mayur
yang dimakan sebagai lalapan harus dicuci bersih, karena ada kemungkinan
ookista melekat pada sayuran. Makanan yang matang harus ditutup rapat supaya
tidak dihinggapi lalat atau kecoa yang dapat memindahkan ookista dari tinja
kucing ke makanan tersebut.
Kista
jaringan dalam hospes perantara (kambing, sapi, babi dan ayam) sebagai sumber
infeksi dapat dimusnahkan dengan memasaknya sampai 66°C atau mengasap dan
sampai matang sebelum dimakan. Bagi ibu yang memasak, jangan mencicipi hidangan
daging yang belum matang. Setelah memegang daging mentah (tukang jagal, penjual
daging, tukang masak) sebaiknya cuci tangan dengan sabun sampai bersih. Yang
paling penting dicegah adalah terjadinya toksoplasmosis kongenital karena anak
yang lahir dapat menyebabkan cacat dengan retardasi mental dan gangguan
motorik.
H. SPESIFIKASI TOXOPLASMA GONDII
Gambar: Toxoplasma gondi
Toxoplasma
gondii adalah parasit protozoa dalam genus Toxoplasma dengan sifat alami
dan perjalanan akut atau menahun. Toxoplasma gondii juga merupakan parasit pada
manusia, kucing, anjing, ayam, babi, marmot, kambing, ternak dan merpati, dan
pada manusia menimbulkan penyakit toxoplasmosis.
Toksoplasmosis,
suatu penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, merupakan penyakit
parasit pada manusia dan juga pada hewan yang menghasilkan daging bagi konsumsi
manusia. Infeksi yang disebabkan oleh T. gondii tersebar di seluruh dunia. Pada
hewan berdarah panas dan mamalia lainnya termasuk manusia sebagai hospes
perantara, sedangkan kucing dan berbagai jenis Felidae lainnya sebagai hospes
definitif. Infeksi Toxoplasma tersebar luas dan sebagian besar berlangsung
asimtomatis, meskipun penyakit ini belum digolongkan sebagai penyakit parasiter
yang diutamakan pemberantasannya oleh pemerintah, tetapi beberapa penelitian
telah dilakukan di beberapa tempat untuk mengetahui derajat distribusi dan
prevalensinya.
Indonesia sebagai
negara tropik merupakan tempat yang sesuai untuk perkembangan parasit tersebut.
Keadaan ini ditunjang oleh beberapa faktor seperti sanitasi lingkungan dan
banyak sumber penularan terutama kucing dan sebangsanya (Felidae). Manusia
dapat terkena infeksi parasit ini dengan cara didapat (Aquired toxoplasmosis)
maupun diperoleh semenjak dalam kandungan (Congenital toxoplasmosis).
Diperkirakan sepertiga penduduk dunia mengalami infeksi penyakit ini.
Sebagai parasit, T. gondii ditemukan dalam segala macam sel
jaringan tubuh kecuali sel darah merah. Tetapi pada umumnya parasit ini
ditemukan dalam sel retikulo endotelial dan sistem syaraf pusat.
Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yang secara alami
dapat menyerang manusia, ternak, hewan peliharaan lain seperti hewan liar,
unggas dan lain-lain. Kejadian toxoplasmosis telah dilaporkan dari beberapa
daerah di dunia ini yang geografiknya sangat luas. Survei terhadap kejadian ini
memberi gambaran bahwa toxoplasmosis pada suatu daerah bisa sedemikian hebatnya
hingga setiap hewan memperlihatkan gejala toxoplasmosis. Survei yang telah
diadakan di Amerika Serikat.
Toxoplasmosis juga sering terjadi melalui jalur atau rute
makanan yaitu bentuk jaringan dari parasit (kista mikroskopis terdiri dari
bradyzoites) dapat ditularkan kepada manusia oleh makanan. Manusia menjadi
terinfeksi karena :
Makanan
setengah matang, atau daging yang terkontaminasi (terutama daging babi, domba,
dan daging rusa).
Menelan makanan setengah matang, memegang
daging yang terkontaminasi dan tidak mencuci tangan dengan bersih (Toxoplasma
tidak dapat diserap melalui kulit utuh).
Makan makanan yang terkontaminasi oleh pisau,
peralatan, talenan, atau makanan lain yang pernah kontak dengan daging mentah
yang terkontaminasi.
Pada manusia, penyakit toxoplasmosis ini sering menginfeksi
melalui saluran pencernaan. Biasanya melalui perantara makanan atau minuman
yang terkontaminasi dengan agen penyebab penyakit toxoplasmosis ini, misalnya
karena minum susu sapi segar atau makan daging yang belum matang sempurna dari
hewan yang terinfeksi dengan penyakit toxoplasmosis. Penyakit ini juga sering
terjadi pada sejenis ras kucing yang berbulu lebat dan warnanya indah yang
biasanya disebut dengan mink. Pada kucing ras mink penyakit toxoplasmosis
sering terjadi karena makanan yang diberikan biasanya berasal dari daging segar
(mentah) dan sisa-sisa daging dari rumah potong hewan.
I. GEJALA
Pada garis besarnya sesuai dengan cara penularan dan gejala
klinisnya, toksoplasmosis dapat dikelompokkan menjadi : Toksoplasmosis akuisita
(dapatan) dan Toksoplasmosis kongenital. Baik toksoplasmosis dapatan maupun
kongenital sebagian besar asimtomatis atau tanpa gejala. Keduanya dapat
bersifat akut dan kemudian menjadi kronik atau laten. Gejala yang nampak sering
tidak spesifik dan sulit dibedakan dengan penyakit lain.
Toksoplasmosis dapatan biasanya tidak diketahui karena
jarang menimbulkan gejala. Tetapi bila seorang ibu yang sedang hamil mendapat
infeksi primer, ada kemungkinan bahwa 50% akan melahirkan anak dengan
toksoplasmosis kongenital. Gejala yang dijumpai pada orang dewasa maupun
anak-anak umumnya ringan.
Gejala klinis yang paling sering dijumpai pada
toksoplasmosis dapatan adalah limfadenopati dan rasa lelah, disertai demam dan
sakit kepala. Pada infeksi akut, limfadenopati sering dijumpai pada kelenjer
getah bening daerah leher bagian belakang. Gejala tersebut di atas dapat
disertai demam, mialgia, malaise. Bentuk kelainan pada kulit akibat toksoplasmosis
berupa ruam makulopapuler yang mirip kelainan kulit, sedangkan pada jaringan
paru dapat terjadi pneumonia interstisial.Gambaran klinis toksoplasmosis
kongenital dapat bermacam-macam. Ada yang tampak normal pada waktu lahir dan
gejala klinisnya baru timbul setelah beberapa minggu sampai beberapa tahun. Ada
gambaran eritroblastosis, hidrops fetalis dan triad klasik yang terdiri dari
hidrosefalus, korioretinitis dan perkapuran intrakranial atau tetrade sabin
yang disertai kelainan psikomotorik. Toksoplasmosis kongenital dapat
menunjukkan gejala yang sangat berat dan menimbulkan kematian penderitanya
karena parasit telah tersebar luas di berbagai organ penting dan juga pada
sistem syaraf penderita.
Gejala susunan syaraf pusat sering meninggalkan gejala sisa,
misalnya retardasi mental dan motorik. Kadang-kadang hanya ditemukan sikatriks
pada retina yang dapat kambuh pada masa anak-anak, remaja atau dewasa.
Korioretinitis karena toksoplasmosis pada remaja dan dewasa biasanya akibat
infeksi kongenital.
Akibat kerusakan pada berbagai organ, maka kelainan yang
sering terjadi bermacam-macam jenisnya. Kelainan pada bayi dan anak-anak akibat
infeksi pada ibu selama kehamilan trimester pertama, dapat berupa kerusakan
yang sangat berat sehingga terjadi abortus atau lahir mati, atau bayi
dilahirkan dengan kelainan seperti ensefalomielitis, hidrosefalus, kalsifikasi
serebral dan korioretinitis. Pada anak yang lahir prematur, gejala klinis lebih
berat dari anak yang lahir cukup bulan, dapat disertai hepatosplenomegali,
ikterus, limfadenopati, kelainan susunan syaraf pusat dan lesi mata.
J. MANIFESTASI KLINIS
Infeksi T. gondii pada individu dengan imunodefisiensi
menyebabkan manifestasi penyakit dari tingkat ringan, sedang sampai berat,
tergantung kepada derajat imunodefisiensinya. Menurut Gandahusada dkk.,(1992),
pada penderita imunodefisiensi, infeksi T. gondii menjadi nyata, misalnya pada
penderita karsinoma, leukemia atau penyakit lain yang diberi pengobatan
kortikosteroid dosis tinggi atau radiasi. Gejala yang timbul biasanya demam
tinggi, disertai gejala susunan syaraf pusat karena adanya ensefalitis difus.
Gejala klinis yang berat ini mungkin disebabkan oleh eksaserbasi akut dari
infeksi yang terjadi sebelumnya atau akibat infeksi baru yang menunjukkan gejala
klinis yang dramati karena adanya imuno-defisiensi. Pada penderita AIDS,
infeksi T. gondii sering menyebabkan ensefalitis dan kematian. Sebagian besar
penderita AIDS dengan ensefalitis akibat T. gondii tidak menunjukkan
pembentukan antibodi dalam serum.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Penyakit
toxoplasmosis merupakan penyakit kosmopolitan dengan frekuensi tinggi di
berbagai negara dan juga di Indonesia karena gejala klinisnya ringan maka
sering kali luput dari pengamatan dokter. Padahal akibat yang ditimbulkan bisa
memberikan beban berat bagi masyarakat seperti abortus, lahir mati maupun cacat
kongenital. Diagnosis secara laboratoris cukup mudah yaitu dengan memeriksa
antibodi kelas IgG dan IgM terhadap Toxoplasma gondii akan dapat diketahui
status penyakit penderita. Dianjurkan untuk memeriksakan diri secara berkala
pada wanita hamil trimester pertama akan kemungkinan terinfeksi dengan
toxoplasmosis.
Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat
intraseluler yang dapat menyebabkan penyakit toxoplasmosis konginetal dan
toksoplasmosis akuisita. Hospes Definitif T. gondii adalah kucing dan binatang
sejenisnya (Felidae). Hospes perantaranya adalah manusia, mamalia lainnya dan
burung.
B.
SARAN
Penulis
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar penulisan
makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi. Demikian penulis ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Ir. Indra Chahaya
S., M.Si , 2003 , Epidemiologi “Toxoplasma gondii” . Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara. http://yazhid28bashar.blogspot.com/2013/05/makalah-bakteri-toxoplasma-gondii.html
Dharmana, Edi ,
2007 , Toxoplasma gondii, Musuh Dalam Selimut : Semarang . Kakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.
Blader, Ira J. ,
2009 , Communication between Toxoplasma gondii and its host:
impact on parasite growth, development, immune evasion, and virulence :
Okhlahoma . University of
Okhlahoma Health Sciences Center.
Schmidt, Ronald H.
, 2003 , General Overview of the Causative Agents of
Foodborne Illness
: Florida . University of Florida . http://yazhid28bashar.blogspot.com/2013/05/makalah-bakteri-toxoplasma-gondii.html ( Diakses pada
tanggal 11 april 2014)
0 komentar:
Posting Komentar