Jumat, 29 April 2016

Praktikum Usap Alat Makan, Pemeriksaan Borax & Arsen, dan Pemeriksaan Air Bersih

Mata Kuliah              PMM – B  
Dosen                        : Haderiah, SKM.,M.Kes
“Laporan Praktikum Usap Alat Makan, Pemeriksaan Borax & Arsen, dan Pemeriksaan Air Bersih di
 Rumah Makan Bu’ Sari”


  
Oleh
Kelompok 4:
ASHABUL QAHFI                                                          PO.71.4.221.13.2.008
EVI NURSYAFITRI                                                         PO.71.4.221.13.2.012
MUH.WAHYU NURFADHIL                                           PO.71.4.221.13.2.030
ANDI NURUL HILAL                                                      PO.71.4.221.13.2.032
NURUL FAHMI                                                               PO.71.4.221.13.2.038
SUKMAWATI                                                                  PO.71.4.221.13.2.047

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D.IV
2015


KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
            Puji syukur atas kehadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga
“Laporan Praktikum Usap Alat Makan” ini dapat selesai dengan tepat waktu. Terwujudnya laporan ini , tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu saya selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.Ibu Haderiah, SKM.,M.Kes selaku dosen pengampu pada mata kuliah PMM – A, yang telah memberikan ilmu  dan sumbangsinya khususnya pada  proses praktikum dan pembuatan laporan ini.
2.Orang tuaku tercinta yang telah memberikan motivasi dan dukungan baik moral maupun spiritual.
3.Teman-teman tercinta yang telah sabar untuk meluangkan waktunya untuk berdiskusi dalam menyusun laporan ini.
4.Dan semua pihak yang telah membantu dalam  menyusun laporan ini.
Dalam laporan ini terdapat hasil mengenai Angka Lempeng Total yang menunjukkan angka kuman yang terdapat pada alat makan yang telah diperiksa di laboratorium beberapa waktu lalu. Namun dalam penyusunannya masih terdapat banyak kekurangan oleh karena itu kritik dan saran yang membangun diharapkan penulis dari semua pihak, agar kedepannya lebih baik lagi dalam menyusun laporan.  
Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik itu  penulis terlebih kepada pembacanya.
Wasallam

Makassar,    April  2015


Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang..........................................................................................
B.Tujuan.......................................................................................................
C.Manfaat....................................................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.Tinjauan Umum Tentang Peralatan Makan.............................................
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
A.Metode Praktikum.......................................................................................
B.Prinsip Praktikum........................................................................................
C. Waktu praktikum ........................................................................................
D. Tempat.......................................................................................................
E.Prosedur Pelaksanaan ...............................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil.............................................................................................................
B.Pembahasan................................................................................................
BAB V PENUTUP
A.Kesimpulan..................................................................................................
B.Saran ..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Makanan adalah sumber energi satu-satunya bagi manusia. Karena jumlah penduduk yang terus berkembang, maka jumlah produksi makananpun harus terus bertambah melebihi jumlah penduduk ini, apabila kecukupan pangan harus tercapai. Permasalahan yang timbul dapat diakibatkan kualitas dan kuantitas bahan pangan. Hal ini tidak boleh terjadi atau tidak dikehendaki karena orang makan itu sebetulnya bermaksud mendapatkan energi tetap dapat bertahan hidup, dan tidak untuk menjadi sakit karenanya. Dengan demikian sanitasi makanan menjadi sangat penting (Slamet, 2009).
Sanitasi makanan adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk kebersihan dan keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya keracunan dan penyakit pada manusia. Dengan demikian, tujuan sebenarnya dari upaya sanitasi makanan, antara lain menjamin keamanan dan kebersihan makanan, mencegah penularan wabah penyakit, mencegah beredarnya produk makanan yang merugikan masyarakat, dan mengurangi tingkat kerusakan atau pembususkan pada makanan.
Upaya pengamanan makanan dan minuman pada dasarnya meliputi orang yang menangani makanan, tempat penyelenggaraan makanan, peralatan pengolahan makan dan proses pengolahannya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya keracunan makanan, antara lain adalah higiene perorangan yang buruk, cara penanganan makanan yang tidak sehat dan perlengkapan pengolahan makanan yang tidak bersih (Chandra, 2006).
Dalam mendapatkan makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan, maka perlu diadakan pengawasan terhadap higiene dansanitasi makanan dan minuman utamanya adalah usaha diperuntukkan untukumum seperti restoran,  rumah makan, ataupun pedagang kaki limamengingat bahwa makanan dan minuman merupakan media yang potensialdalam penyebaran penyakit (Depkes, 2004).
Kontaminasi makanan dapat terjadi setiap saat,  salah satunya dari peralatan makanan yang digunakan tidak memenuhi syarat kesehatan. Di Indonesia peraturan telah dibuat dalam bentuk Permenkes RI No. 1096/Menkes/Per/VI/2011, bahwa untuk persyaratan peralatan makanan tidak boleh bakteri lebih dari 0 koloni/cm2.
Peranan peralatan makanan dalam pedagang makanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari prinsip-prinsip penyehatan makanan (Food hygiene). Setiap peralatan makan (piring, gelas, sendok) harus selalu dijaga kebersihannya setiap saat digunakan. Alat makan (piring, gelas, sendok) yang kelihatan bersih belum merupakan jaminan telah memenuhi persyaratan kesehatan, karena didalam alat makan (piring, gelas, sendok) tersebut tercemar bakteri E.coli yang menyebabkan alat makan (piring, gelas, sendok) tersebut tidak memenuhi kesehatan. Untuk itu pencucian peralatan sangat penting diketahui secara mendasar, dengan pencucian secara baik akan menghasilkan peralatan yang bersih dan sehat pula. Dengan menjaga kebersihan peralatan makan (piring, gelas, sendok), berarti telah membantu mencegah pencemaran atau kontaminasi makanan yang dikonsumsi (Djajadinigrat, 1989 dalam Pohan, 2009).
Pada percobaan ini akan dilakukan pemeriksaan jumlah kuman pada peralatan makanan dengan sampel piring untuk mengetahui apakah paralatan makanan tersebut layak atau tidak digunakan untuk makan.

B.  Tujuan
1.   Untuk mengetahui cara mengusap alat makan
2.   Untuk mengetahui cara pemeriksaan pada alat makan
3.   Untuk mengetahui jumlah Angka Lempeng Total

C.  Manfaat
1.Sebagai bahan referensi dan masukan bagi para pembaca
2.Sebagai wahana bagi mahasiswa dalam mengembangkan ilmu penge-tahuan dan keterampilan serta kompetensi, terutama dalam mengaplikasi-kan Ilmu Kesehatan Lingkungan di bidang penyehatan makanan dan minuman.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.  Tinjauan Umum Tentang Peralatan Makanan
Perlindungan peralatan makan  dimulai dari keadaan bahan. Bahan yang baik adalah bila tidak larut dalam makanan, mudah dicuci dan aman digunakan. Peralatan utuh,  aman dan kuat, peralatan yang sudah retak, atau pecah selain dapat menimbulkan kecelakaan (melukai tangan) juga menjadi sumber pengumpulan kotoran karena tidak akan dapat tercuci sempurna. Demikian pula bila berukir hiasan, hiasan merk atau cat pada permukaan tempat makanan tidak boleh digunakan. Adapun persyaratan peralatan makanan (Pohan, 2009), yaitu:
1.  Peralatan yang kontak langsung dengan makanan tidak boleh mengeluarkan zat beracun yang melebihi ambang batas sehingga membahayakan kesehatan.
2.  Peralatan tidak  rusak, retak dan tidak menimbulkan pencemaran terhadap makanan.
3.  Permukaan yang kontak langsung dengan makanan harus tidak ada sudut mati, rata halus dan mudah dibersihkan.
4.  Peralatan harus dalan keadaan bersih sebelum digunakan.
5.  Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak boleh mengandung angka kuman yang melebihi ambang batas, dan tidak boleh mengandung E.coli.
6.  Cara pencucian peralatan harus memenuhi ketentuan :
a.  Pencucian peralatan harus menggunakan sabun atau deterjen air dingin, air panas, sampai bersih.
b.  Dibebas hamakan sedikitnya dengan larutan kaporit 50 ppm, air panas 800o C selama 2 menit.
7.  Peralatan yang sudah didesinfeksi harus ditiriskan pada rak-rak anti karat sampai kering sendiri dengan bantuan sinar matahari atau buatan  dan tidak boleh dilap dengan kain.
8.  Semua peralatan yang kontak dengan makanan harus disimpan dalam keadaan kering dan bersih,  ruang penyimpanan peralatan tidak lembab, terlindung dari sumber pengotoran /  kontaminasi dan binatang perusak.
Menurut Depkes 2004, Peralatan makan yang kita gunakan harus bersih, agar kita terhindar dari kemungkinan penularan penyakit. oleh karena itu perlu dilakukan uji sanitasi alat makan. Cara sederhana untuk memastikan alat makan kita bersih atau tidak, bisa dilakukan dengan uji kebersihan alat sebagai berikut. Menguji kebersihan secara fisik dapat dilakukan dengan cara:
1.  Menaburkan tepung pada piring yang sudah dicuci dalam keadaan kering. Bila tepungnya lengket pertanda pencucian belum bersih.
2.  Menaburkan garam pada piring yang kering, pertanda pencucian belum bersih.
3.  Penetesan air pada piring yang kering. Bila air jatuh pada piring ternyata menumpuk/atau tidak pecah pertanda pencucian belum bersih.
4.  Penetesan dengan alkohol, jika terjadi endapan pertanda pencucian belum bersih.
5.  Penciuman aroma, bila tercium bau amis pertanda pencucian belum bersih.
6.  Penyiraman. Bila peralatan kelihatannya kusam/tidak cemerlang berarti pencucian belum bersih.
Berdasarkan Permenkes RI No.1096/Menkes/SK/VI/2011 tentang hygiene sanitasi jasa boga,  persyaratan tempat pencucian peralatan dan bahan makanan sebagai berikut :
1.   Tersedia  tempat  pencucian  peralatan,  jika  memungkinkan  terpisah  dari tempat pencucian bahan pangan.
2.   Pencucian peralatan harus menggunakan bahan pembersih/deterjen.
3.   Pencucian bahan makanan  yang  tidak dimasak atau dimakan mentah harus dicuci  dengan menggunakan  larutan  Kalium  Permanganat(KMnO4)dengan konsentrasi  0,02%  selama  2 menit  atau  larutan  kaporit  dengan konsentrasi 70%  selama  2 menit  atau  dicelupkan  ke  dalam  air  mendidih (suhu  80° C -100° C) selama 1 – 5 detik.
4.   Peralatan dan bahan makanan yang telah dibersihkan disimpan dalam tempat yang terlindung dari pencemaran serangga, tikus dan hewan lainnya.
Peralatan yang digunakan sebaiknya harus dicuci sampai bersih dengan menggunakan air panas dan sabun (detergen), yang dibantu dengan menggunakan sikat halus dan atau setelah pencucian harus dilakukan pembilasan dengan air secukupnya. Setelah itu disemprot atau dilap dengan menggunakan larutan sanitaiser. Setelah dilap atau disemprot dengan larutan tersebut jangan dibilas lagi, langsung saja keringkan sampai kering.
Jika tidak digunakan larutan sanitaiser dapat dilakukan pembilasan dengan menggunakan air panas (mendidih). Peralatan-peralatan yang kecil seperti sendok, garpu, pengaduk, dan lain-lain yang susah dibersihkan hendaknya direndam dalam larutan detergen panas beberapa waktu sebelum dibersihkan dengan menggunakan larutan sanitaiser. Sanitaiser adalah senyawa kimia yang dapat mengurangi jumlah bakteri dan mikroba lainnya. Sanitaiser yang dapat digunakan bermacam-macam diantaranya 100-200 ppm klorin/atau senyawa kuat seperti ammonium/watener. Biasanya dilakukan dengan cara melarutkan sanitaiser sekitar 3,8 – 7,6 ml kedalam 25 liter air panas (77˚C). Disamping itu air yang digunakan untuk proses pencucian peralatan hendaknya air yang bersih yang memenuhi persyaratan sanitasi, sehingga mencegah kemungkinan kontaminasi.


BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A.  Metode praktikum
Metode praktikum yaitu metode swab dilakukan dengan cara di usap dengan menggunakan lidi kapas steril.

B.  Prinsip Praktikum
1.   Tangan dan meja tempat praktikum harus dalam keadaan steril.
2.   Alat dan bahan harus dalam keadaan steril.
3.   Tabung reaksi diplambir sebelum dan sesudah dimasukkan sampel untuk menjaga agar tabung tetap steril.
4.   Pipet ukur harus diplambir sebelum dan sesudah digunakan.
5.   Diperlukan ketelitian dalam melakukan percobaan.

C.  Waktu Praktikum
1.   Sterilisasi Alat
a.   Hari/Tanggal                         : Rabu, 29 April 2015
b.   Jam Mulai-akhir                    : Pukul. 12.00-14.00 WITA
2.   Praktikum Usap Alat Makan
a.   Hari/Tanggal                         : Rabu, 29 April 2015
b.   Jam Mulai-akhir                    : Pukul. 14.00  WITA
3.   Pemeriksaan Angka Lempeng Total (ALT)
a.   Hari/Tanggal                         : Rabu, 29 April 2015
b.   Jam Mulai-akhir                    : Pukul. 14.30  WITA
4.   Pembacaan Hasil dan Perhitungan Jumlah Angka Kuman
a. Hari/Tanggal                         : Kamis, 30 April 2015
b. Jam Mulai-akhir                    : Pukul. 12.00  WITA

D.  Tempat   
1.   Praktikum Usap Alat Makan
Lokasi praktikum usap alat makan ini berada di Rumah Kos, Jl. Wijaya Kusuma I Blok K5 No. 39, Kelurahan Banta-Bantaeng, Kecamatan Rappocini, Makassar.

2.   Praktikum Pemeriksaan Angka Lempeng Total (ALT) / angka kuman
Proses pemeriksaan Angka Lempeng Total (ALT)/ angka kuman ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Kampus Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan.

E.  Prosedur Pelaksanaan
1.   Tahap Persiapan Alat dan bahan
a.   Alat
1)  Pipet Steril 10 ml              4 buah masing – masing pemeriksaan  
2)  Petridish steril                   4 buah masing – masing pemeriksaan
3)  Lidi Kapas steril                4 buah masing – masing pemeriksaan
4)  Luas Jendela                    ukuran 3 x 15 cm = 15 cm ­2
5)  Erlenmeyer
6)  Pengaduk
7)  Lampu spritus
8)  Korek api
9)  Tabung reaksi
10)   Rak tabung
11)   Kompor gas
12)   Spidol
13)   Termos
14)   Gunting
15)   Autoclave
16)   Inkubator
17)   Oven
18)   Bulp

b.   Bahan
1)  Air pepton
2)  Larutan pengencer NaCl 0,85%
3)  Medium Nutrien Agar
4)  Alkohol
5)  Kapas
6)  Kertas Label

2.   Tahap Pelaksanaan
a.   Sterilisasi Alat
1)  Persiapkan alat yang akan di sterilisasi, seperti pipet 10 ml, petridish, dan lidi kapas.
2)  Bungkus alat tersebut dengan kertas kopi dan kertas koran
3)  Masukkan alat yang telah dibungkus tadi, ke dalam oven dengan suhu 105 ˚C dalam waktu 2 jam.

b.   Praktikum Usap Alat Makan
1)  Persiapkan sarung tangan yang steril atau bisa dengan membasahi tangan dengan menggunakan alkohol agar tangan menjadi steril.  
2)  Alat makan yang akan diperiksa masing – masing diambil 4 buah tiap jenis yang diambil secara acak dari tempat penyimpanan.
3)  Persiapkan catatan formulir pemeriksaan dengan membagi alat makan dalam kelompok – kelompok
4)  Persiapkan lidi kapas steril, kemudian buka kapas penutup tabung reaksi yang berisi air pepton.
5)  Plumbir bagian ujung dari tabung reaksi tersebut, kemudian masukkan lidi kapas steril ke dalamnya.
6)  Lidi kapas steril dalam tabung reaksi ditekan ke dinding tabung untuk membuang /memeras airnya, lalu angkat dan diusapkan pada setiap alat – alat makan yang diusapkan sampai selesai.
7)  Permukaan tempat alat makan yang diusap, yaitu:
a)  Cangkir dan gelas       :  permukaan luar dan dalam bibir setinggi 6 mm
b)  Sendok                        :  permukaan bagian luar dan dalam seluruh mangkok sendok 
c)  Garpu                          : permukaan bagian luar dan dalam alat penusuk
d)  Piring                           : permukaan dalam tempat makanan diletakkan

8)  Cara melakukan usapan :
a)  Pada cangkir dan gelas dengan usapan mengelilingi bidang permukaan.
b)  Pada sendok dan garpu dengan usapan seluruh permukaan luar dan dalam.
c)  Pada piring dengan 2 usapan pada permukaan tempat makanan dengan menyilang siku – siku antara usapan yang satu dengan garis usapan kedua dan menggunakan luas jendela untuk mewakili dari luas seluruh permukaan piring.
9)  Setiap bidang permukaan yang diusap dilakukan 3 kali berturut – turut dan satu lidi kapas digunakan untuk satu kelompok alat makan yang diperiksa.
10)   Setiap hasil mengusap 1 alat makan dari sau kelompok selalu dimasukkan ke dalam botol cairan di putar – putar dan ditekan ke dinding, demikian dilakukan berulang – ulang sampai semua kelompok diambil usapannya.
11)   Pada usapan peralatan makan, setiap usapan alat harus mencapai luas sekitar 8 inchi persegi atau 50 cm 2 dan dilakukan 5 kali (tempat) sehingga cukup mencapai luas 40 inchi atau 256 cm2
12)   Setiap satu kelompok menggunakan 1 lidi kapas sebab yang diusapkan dengan cara seperti no.11 di atas.
13)   Setelah kelompok alat makan atau luas permukaan peralatan masak diusap, lidi kapas dimasukkan ke dalam botol, lidinya dipatahkan atau digunting, dan bibir tabung dipanaskan dengan api spritus, lalu ditutup kembali dengan kapas penutupnya.
14)   Tempelkan kertas label yang telah dipersiapkan, tulis nama jenis alat makan yang telah diusap. Untuk nama pengambil, tempat pengambilan, dan tujuan pengambilan sampel ditulis dibuku catatan yang telah disiapkan oleh pengambil.
15)    Kirimkan segera ke laboratorium dengan suhu dingin untk diperiksa. Bila tidak dapat dikirim segera, disimpan dalam tempat penyimpanan dingin.
  
c.   Pemeriksaan Angka Lempeng Total
1)  Siapkan larutan pengencer NaCl 0,85% sebanyak masing – masing 2 tabung  dan 2 buah petridish yang diberi kode 101 dan 102  dan kontrol.
Catatan : Pengenceran yang digunakan adalah pengenceran 101 dan 10 2 sehingga yang digunakan yaitu:
2 tabung dan 2 petridish  untuk piring
2 tabung dan 2 petridish  untuk gelas
2 tabung dan 2 petridish  untuk sendok
2 tabung dan 2 petridish  untuk garpu
2)  Ambil 1 ml larutan pengencer NaCl dengan pipet steril pada tabung kode kontrol dan masukkan ke dalam petridish yang juga berkode kontrol.
3)  Ambil 1 ml sampel dengan pipet steril pada tabung yang berkode 101 (untuk satu jenis alat makan) dengan dengan pipet lepas sebanyak ±25 kali dan tidak boleh ditiup.
4)  Pipet 2 ml dari tabung tadi (yang berkode 101)  dan masukkan ke dalam petridish yang berkode 101 (untuk satu jenis alat makan) dan 1 ml sisanya ke tabung 102 lalu pipet lepas sebanyak ±25 kali
5)  Pipet 1 ml dari tabung 102 masukkan ke petridish yang sudah diberi kode 102.
6)  Tuangi petridish yang berisi sampel dengan nutrien agar 55˚C – 56˚C sebanyak ±15 ml
7)  Digoyang-goyang agar rata dan biarkan beku
8)  Balik petridish dan masukkan ke dalam inkubator untuk dieramkan dengan suhu 37˚C selama 1 x 24 jam

d.   Pembacaan Hasil dan Perhitungan ALT / Angka Kuman
1)  Keluarkan petridish yang berisi sampel yang telah dieramkan selama 1 x 24 jam
2)  Hitung jumlah kuman yang berbentuk bulatan pada sampel, kemudian masukkan ke dalam rumus yang telah ditentukan
3)  Adapun perhitungan jumlah kuman yang terbaca, yaitu:

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:



a)  Sendok
·      Untuk pengenceran pertama (101) = 60  kuman
·      Untuk pengenceran kedua (102) = 22 kuman
·      Untuk kontrol = 3 koloni/cm2
Maka perhitungannya sebagai berikut :
ALT= (60–3) x 10 + (22–3) x 100  = 570+1900 = 3800 koloni/cm2
                                         2                                 2

b)  Piring
·      Untuk pengenceran pertama (101)  = 34 kuman
·      Untuk pengenceran kedua (102)  = 7 kuman
·      Untuk kontrol = 3 koloni/cm2
Maka perhitungannya sebagai berikut :
ALT= (34–3) x 10 + (7–3) x 100  = 310+400 = 710 = 4,8koloni/cm2
     2                               2            45
Catatan : luas jendela yang digunakan = 3 x 5 = 15 cm2 pada 3 titik di permukaan piring yang digunakan. Sehingga luas jendela seluruhnya = 45 cm2

c)  Garpu
·      Untuk pengenceran pertama (101) = 26 kuman
·      Untuk pengenceran kedua (102) = 15 kuman
·      Untuk kontrol = 3 koloni/cm2
Maka perhitungannya sebagai berikut :
ALT= (26–3) x 10 + (15–3) x 100  = 230+1200 = 715 koloni/cm2
     2                                 2         


d)  Gelas
·      Untuk pengenceran pertama (101)   = 115 kuman
·      Untuk pengenceran kedua (102) = 91 kuman
·      Untuk kontrol = 3 koloni/cm2
Maka perhitungannya sebagai berikut :
ALT= (115–3) x 10 + (91–3) x 100  = 1120+8800= 4960 koloni/cm2
     2                                     2

  
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.  Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dilaboratorium Mikrobiologi, maka didapat angka kuman pada alat makan sebagai berikut :
Tabel.I : Angka Lempeng Total pada Alat Makan yang Diperiksa
No
Jenis Alat Makan
Jumlah ALT
(kolono/cm2)
1.
Piring
3800
2.
Sendok
4,8
3.
Garpu
715
4.
Gelas
4960

B.  Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh di atas dapat dianalisis bahwa pemeriksaan jumlah kuman pada alat makan dengan metode swab (dilakukan dengan cara di usap dengan menggunakan lidi kapas steril) didapatkan jumlah kuman pada alat makan di rumah kos-kosan di Jl. Wijaya Kusuma I blok K5 /39, yakni pada piring sebesar 3800 koloni/cm2, sendok 4,8 koloni/cm2, garpu 715 koloni/cm2 , gelas 4960 koloni/cm2  dan pada kontrol 3 koloni/cm2.
Jumlah kuman yang diperoleh dari alat makan tersebut dikarenakan penggunaan air pepton pada proses usap alat, yang mana air pepton ini berguna agar mikroba cepat tumbuh, karena mengandung banyak N2.. Larutan pepton juga berfungsi untuk mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak  banyak berubah selama reaksi kimia berlangsung.  Lidi kapas steril yang dicampur homogen dalam larutan pepton, berfungsi agar memungkinkan mikroorganisme pada sampel tersebar merata dalam larutan pepton.
Dan hasil perhitungan untuk kontrol didapatkan 3 koloni/cm2. Padahal seharusnya pada media kontrol ini tidak boleh terdapat angka kuman, karena pada media ini hanya terdapat pengencer steril yang tidak diberikan sampel. Hal ini menandakan bahwa kondisi awal lingkungan mengandung mikroba sebanyak 3 koloni/cm2 permukaan. Meskipun pada dasarnya, hasil pemeriksaan untuk kontrol idealnya 0 (nol) koloni/cm2, akan tetapi nilai ini boleh jadi karena ada kontaminasi dari praktikan ataupun lingkungan tempat dilakukannya pemeriksaan, termasuk alat yang digunakan pada saat praktikum. Dengan catatan bahwa nilai dari kontrol harus lebih kecil dari nilai pada pemeriksaan media biakan mikroba.
Pada praktikum ini, dilakukan pengenceran sampai 2 kali yaitu pengen-ceran 10sampai 10-2,  yaitu suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran diencerkan dalam suatu tabung tersendiri secara berkelanjutan dari suatu tabung ke tabung lain sampai pada pengenceran kedua. Dengan tujuan untuk menurunkan jumlah bakteri sehingga pada pengenceran terakhir akan didapatkan jumlah koloni yang lebih sedikit dan mudah diketahui jumlahnya (Sudarsono, 2008).
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan hasil pada pengenceran pertama dan kedua yang berbeda. Dari keempat alat makan yang diusap, pada pengenceran pertama memilki angka kuman yang tinggi dibandingkan dengan pengenceran kedua. Dari hasil  yang berbeda tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pengenceran yang dilakukan, semakin sedikit mikroba yang tumbuh dalam media. Dan media kontrol berfungsi untuk mengetahui kondisi awal lingkungan pemeriksaan dengan memasukkan 1 ml larutan NaCl ke dalam cawan petri dan dituangkan nutrient agar, lalu dihomogenkan.
Pada praktikum setelah Nutrien Agar dalam cawan petri beku, maka sampel dibalik dan dimasukkan ke dalam Inkubator selama 1 x 24 jam. Waktu ini adalah masa yang dibutuhkan bagi sel untuk membelah diri yang dikenal sebagai waktu generasi. Suhu yang digunakan selama inkubasi yaitu 37˚ C dan bakteri yang dapat tumbuh pada suhu ini adalah bakteri jenis mesofil dengan suhu minimum 10-20˚ C, optimum 20-40˚ C, dan maksimum 40-45˚ C.
Sehingga berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1096/ MENKES/PER/VI/2011, bahwa alat makan (piring, sendok, garpu, dan gelas)  tidak boleh mengandung bakteri lebih dari 0 koloni/cm2.  Maka dapat dilihat bahwa sampel alat makan (piring, sendok, garpu, dan gelas) yang  diperiksa  jumlah kumannya dapat  dikatakan tidak sehat  dan  tidak  layak  untuk  digu-nakan.
Adapun beberapa faktor  yang menyebabkan tingginya angka kuman pada alat makan di Rumah Kos, Jl. Wijaya Kusuma I Blok K5/39, yaitu:
1.   Rak tempat penyimpanannya berada dekat dengan tempat terbuka.
2.   Sabun/ Detergen yang digunakan biasanya dipakai berulang.
3.   Adanya arah angin dan sinar matahari langsung yang masuk ke dalam  ruang penirisan/penyimpanan.
Selain faktor-faktor di atas faktor lain dapat pula dipengaruhi dari ketidaktelitian mahasiswa pada saat melalukan pemeriksaan, termasuk pelaksanaan praktikum yang tidak sesuai prinsip kerja, dalam hal ini adalah kesalahan cara pengambilan sampel serta banyak berbicara pada saat melakukan praktikum.
  
BAB V
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil praktikum kami adalah sebagai berikut :
1.   Akhirnya mahasiswa dapat mengetahui cara mengusap alat makan.
2.   Akhirnya mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan kuman pada alat makan.
3. Akhirnya mahasiswa dapat mengetahui Jumlah Angka Lempeng Total pada alat makan.

B.  Saran
Adapun saran pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.   Kepada praktikan harus memperhatikan Sterilisasi alat dan bahan serta meja kerja.
2.   Kepada praktikan diharapkan untuk tidak berbicara pada saat praktikum dilaksanakan.
3.   Kepada masyarakat agar memperhatikan kebersihan alat makan yang digunakan.
  


DAFTAR PUSTAKA















0 komentar:

Praktikum Usap Alat Makan, Pemeriksaan Borax & Arsen, dan Pemeriksaan Air Bersih

Written on 20.26.00 by Unknown

Mata Kuliah              PMM – B  
Dosen                        : Haderiah, SKM.,M.Kes
“Laporan Praktikum Usap Alat Makan, Pemeriksaan Borax & Arsen, dan Pemeriksaan Air Bersih di
 Rumah Makan Bu’ Sari”


  
Oleh
Kelompok 4:
ASHABUL QAHFI                                                          PO.71.4.221.13.2.008
EVI NURSYAFITRI                                                         PO.71.4.221.13.2.012
MUH.WAHYU NURFADHIL                                           PO.71.4.221.13.2.030
ANDI NURUL HILAL                                                      PO.71.4.221.13.2.032
NURUL FAHMI                                                               PO.71.4.221.13.2.038
SUKMAWATI                                                                  PO.71.4.221.13.2.047

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D.IV
2015


KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
            Puji syukur atas kehadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga
“Laporan Praktikum Usap Alat Makan” ini dapat selesai dengan tepat waktu. Terwujudnya laporan ini , tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu saya selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.Ibu Haderiah, SKM.,M.Kes selaku dosen pengampu pada mata kuliah PMM – A, yang telah memberikan ilmu  dan sumbangsinya khususnya pada  proses praktikum dan pembuatan laporan ini.
2.Orang tuaku tercinta yang telah memberikan motivasi dan dukungan baik moral maupun spiritual.
3.Teman-teman tercinta yang telah sabar untuk meluangkan waktunya untuk berdiskusi dalam menyusun laporan ini.
4.Dan semua pihak yang telah membantu dalam  menyusun laporan ini.
Dalam laporan ini terdapat hasil mengenai Angka Lempeng Total yang menunjukkan angka kuman yang terdapat pada alat makan yang telah diperiksa di laboratorium beberapa waktu lalu. Namun dalam penyusunannya masih terdapat banyak kekurangan oleh karena itu kritik dan saran yang membangun diharapkan penulis dari semua pihak, agar kedepannya lebih baik lagi dalam menyusun laporan.  
Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik itu  penulis terlebih kepada pembacanya.
Wasallam

Makassar,    April  2015


Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang..........................................................................................
B.Tujuan.......................................................................................................
C.Manfaat....................................................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.Tinjauan Umum Tentang Peralatan Makan.............................................
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
A.Metode Praktikum.......................................................................................
B.Prinsip Praktikum........................................................................................
C. Waktu praktikum ........................................................................................
D. Tempat.......................................................................................................
E.Prosedur Pelaksanaan ...............................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil.............................................................................................................
B.Pembahasan................................................................................................
BAB V PENUTUP
A.Kesimpulan..................................................................................................
B.Saran ..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Makanan adalah sumber energi satu-satunya bagi manusia. Karena jumlah penduduk yang terus berkembang, maka jumlah produksi makananpun harus terus bertambah melebihi jumlah penduduk ini, apabila kecukupan pangan harus tercapai. Permasalahan yang timbul dapat diakibatkan kualitas dan kuantitas bahan pangan. Hal ini tidak boleh terjadi atau tidak dikehendaki karena orang makan itu sebetulnya bermaksud mendapatkan energi tetap dapat bertahan hidup, dan tidak untuk menjadi sakit karenanya. Dengan demikian sanitasi makanan menjadi sangat penting (Slamet, 2009).
Sanitasi makanan adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk kebersihan dan keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya keracunan dan penyakit pada manusia. Dengan demikian, tujuan sebenarnya dari upaya sanitasi makanan, antara lain menjamin keamanan dan kebersihan makanan, mencegah penularan wabah penyakit, mencegah beredarnya produk makanan yang merugikan masyarakat, dan mengurangi tingkat kerusakan atau pembususkan pada makanan.
Upaya pengamanan makanan dan minuman pada dasarnya meliputi orang yang menangani makanan, tempat penyelenggaraan makanan, peralatan pengolahan makan dan proses pengolahannya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya keracunan makanan, antara lain adalah higiene perorangan yang buruk, cara penanganan makanan yang tidak sehat dan perlengkapan pengolahan makanan yang tidak bersih (Chandra, 2006).
Dalam mendapatkan makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan, maka perlu diadakan pengawasan terhadap higiene dansanitasi makanan dan minuman utamanya adalah usaha diperuntukkan untukumum seperti restoran,  rumah makan, ataupun pedagang kaki limamengingat bahwa makanan dan minuman merupakan media yang potensialdalam penyebaran penyakit (Depkes, 2004).
Kontaminasi makanan dapat terjadi setiap saat,  salah satunya dari peralatan makanan yang digunakan tidak memenuhi syarat kesehatan. Di Indonesia peraturan telah dibuat dalam bentuk Permenkes RI No. 1096/Menkes/Per/VI/2011, bahwa untuk persyaratan peralatan makanan tidak boleh bakteri lebih dari 0 koloni/cm2.
Peranan peralatan makanan dalam pedagang makanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari prinsip-prinsip penyehatan makanan (Food hygiene). Setiap peralatan makan (piring, gelas, sendok) harus selalu dijaga kebersihannya setiap saat digunakan. Alat makan (piring, gelas, sendok) yang kelihatan bersih belum merupakan jaminan telah memenuhi persyaratan kesehatan, karena didalam alat makan (piring, gelas, sendok) tersebut tercemar bakteri E.coli yang menyebabkan alat makan (piring, gelas, sendok) tersebut tidak memenuhi kesehatan. Untuk itu pencucian peralatan sangat penting diketahui secara mendasar, dengan pencucian secara baik akan menghasilkan peralatan yang bersih dan sehat pula. Dengan menjaga kebersihan peralatan makan (piring, gelas, sendok), berarti telah membantu mencegah pencemaran atau kontaminasi makanan yang dikonsumsi (Djajadinigrat, 1989 dalam Pohan, 2009).
Pada percobaan ini akan dilakukan pemeriksaan jumlah kuman pada peralatan makanan dengan sampel piring untuk mengetahui apakah paralatan makanan tersebut layak atau tidak digunakan untuk makan.

B.  Tujuan
1.   Untuk mengetahui cara mengusap alat makan
2.   Untuk mengetahui cara pemeriksaan pada alat makan
3.   Untuk mengetahui jumlah Angka Lempeng Total

C.  Manfaat
1.Sebagai bahan referensi dan masukan bagi para pembaca
2.Sebagai wahana bagi mahasiswa dalam mengembangkan ilmu penge-tahuan dan keterampilan serta kompetensi, terutama dalam mengaplikasi-kan Ilmu Kesehatan Lingkungan di bidang penyehatan makanan dan minuman.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.  Tinjauan Umum Tentang Peralatan Makanan
Perlindungan peralatan makan  dimulai dari keadaan bahan. Bahan yang baik adalah bila tidak larut dalam makanan, mudah dicuci dan aman digunakan. Peralatan utuh,  aman dan kuat, peralatan yang sudah retak, atau pecah selain dapat menimbulkan kecelakaan (melukai tangan) juga menjadi sumber pengumpulan kotoran karena tidak akan dapat tercuci sempurna. Demikian pula bila berukir hiasan, hiasan merk atau cat pada permukaan tempat makanan tidak boleh digunakan. Adapun persyaratan peralatan makanan (Pohan, 2009), yaitu:
1.  Peralatan yang kontak langsung dengan makanan tidak boleh mengeluarkan zat beracun yang melebihi ambang batas sehingga membahayakan kesehatan.
2.  Peralatan tidak  rusak, retak dan tidak menimbulkan pencemaran terhadap makanan.
3.  Permukaan yang kontak langsung dengan makanan harus tidak ada sudut mati, rata halus dan mudah dibersihkan.
4.  Peralatan harus dalan keadaan bersih sebelum digunakan.
5.  Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak boleh mengandung angka kuman yang melebihi ambang batas, dan tidak boleh mengandung E.coli.
6.  Cara pencucian peralatan harus memenuhi ketentuan :
a.  Pencucian peralatan harus menggunakan sabun atau deterjen air dingin, air panas, sampai bersih.
b.  Dibebas hamakan sedikitnya dengan larutan kaporit 50 ppm, air panas 800o C selama 2 menit.
7.  Peralatan yang sudah didesinfeksi harus ditiriskan pada rak-rak anti karat sampai kering sendiri dengan bantuan sinar matahari atau buatan  dan tidak boleh dilap dengan kain.
8.  Semua peralatan yang kontak dengan makanan harus disimpan dalam keadaan kering dan bersih,  ruang penyimpanan peralatan tidak lembab, terlindung dari sumber pengotoran /  kontaminasi dan binatang perusak.
Menurut Depkes 2004, Peralatan makan yang kita gunakan harus bersih, agar kita terhindar dari kemungkinan penularan penyakit. oleh karena itu perlu dilakukan uji sanitasi alat makan. Cara sederhana untuk memastikan alat makan kita bersih atau tidak, bisa dilakukan dengan uji kebersihan alat sebagai berikut. Menguji kebersihan secara fisik dapat dilakukan dengan cara:
1.  Menaburkan tepung pada piring yang sudah dicuci dalam keadaan kering. Bila tepungnya lengket pertanda pencucian belum bersih.
2.  Menaburkan garam pada piring yang kering, pertanda pencucian belum bersih.
3.  Penetesan air pada piring yang kering. Bila air jatuh pada piring ternyata menumpuk/atau tidak pecah pertanda pencucian belum bersih.
4.  Penetesan dengan alkohol, jika terjadi endapan pertanda pencucian belum bersih.
5.  Penciuman aroma, bila tercium bau amis pertanda pencucian belum bersih.
6.  Penyiraman. Bila peralatan kelihatannya kusam/tidak cemerlang berarti pencucian belum bersih.
Berdasarkan Permenkes RI No.1096/Menkes/SK/VI/2011 tentang hygiene sanitasi jasa boga,  persyaratan tempat pencucian peralatan dan bahan makanan sebagai berikut :
1.   Tersedia  tempat  pencucian  peralatan,  jika  memungkinkan  terpisah  dari tempat pencucian bahan pangan.
2.   Pencucian peralatan harus menggunakan bahan pembersih/deterjen.
3.   Pencucian bahan makanan  yang  tidak dimasak atau dimakan mentah harus dicuci  dengan menggunakan  larutan  Kalium  Permanganat(KMnO4)dengan konsentrasi  0,02%  selama  2 menit  atau  larutan  kaporit  dengan konsentrasi 70%  selama  2 menit  atau  dicelupkan  ke  dalam  air  mendidih (suhu  80° C -100° C) selama 1 – 5 detik.
4.   Peralatan dan bahan makanan yang telah dibersihkan disimpan dalam tempat yang terlindung dari pencemaran serangga, tikus dan hewan lainnya.
Peralatan yang digunakan sebaiknya harus dicuci sampai bersih dengan menggunakan air panas dan sabun (detergen), yang dibantu dengan menggunakan sikat halus dan atau setelah pencucian harus dilakukan pembilasan dengan air secukupnya. Setelah itu disemprot atau dilap dengan menggunakan larutan sanitaiser. Setelah dilap atau disemprot dengan larutan tersebut jangan dibilas lagi, langsung saja keringkan sampai kering.
Jika tidak digunakan larutan sanitaiser dapat dilakukan pembilasan dengan menggunakan air panas (mendidih). Peralatan-peralatan yang kecil seperti sendok, garpu, pengaduk, dan lain-lain yang susah dibersihkan hendaknya direndam dalam larutan detergen panas beberapa waktu sebelum dibersihkan dengan menggunakan larutan sanitaiser. Sanitaiser adalah senyawa kimia yang dapat mengurangi jumlah bakteri dan mikroba lainnya. Sanitaiser yang dapat digunakan bermacam-macam diantaranya 100-200 ppm klorin/atau senyawa kuat seperti ammonium/watener. Biasanya dilakukan dengan cara melarutkan sanitaiser sekitar 3,8 – 7,6 ml kedalam 25 liter air panas (77˚C). Disamping itu air yang digunakan untuk proses pencucian peralatan hendaknya air yang bersih yang memenuhi persyaratan sanitasi, sehingga mencegah kemungkinan kontaminasi.


BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A.  Metode praktikum
Metode praktikum yaitu metode swab dilakukan dengan cara di usap dengan menggunakan lidi kapas steril.

B.  Prinsip Praktikum
1.   Tangan dan meja tempat praktikum harus dalam keadaan steril.
2.   Alat dan bahan harus dalam keadaan steril.
3.   Tabung reaksi diplambir sebelum dan sesudah dimasukkan sampel untuk menjaga agar tabung tetap steril.
4.   Pipet ukur harus diplambir sebelum dan sesudah digunakan.
5.   Diperlukan ketelitian dalam melakukan percobaan.

C.  Waktu Praktikum
1.   Sterilisasi Alat
a.   Hari/Tanggal                         : Rabu, 29 April 2015
b.   Jam Mulai-akhir                    : Pukul. 12.00-14.00 WITA
2.   Praktikum Usap Alat Makan
a.   Hari/Tanggal                         : Rabu, 29 April 2015
b.   Jam Mulai-akhir                    : Pukul. 14.00  WITA
3.   Pemeriksaan Angka Lempeng Total (ALT)
a.   Hari/Tanggal                         : Rabu, 29 April 2015
b.   Jam Mulai-akhir                    : Pukul. 14.30  WITA
4.   Pembacaan Hasil dan Perhitungan Jumlah Angka Kuman
a. Hari/Tanggal                         : Kamis, 30 April 2015
b. Jam Mulai-akhir                    : Pukul. 12.00  WITA

D.  Tempat   
1.   Praktikum Usap Alat Makan
Lokasi praktikum usap alat makan ini berada di Rumah Kos, Jl. Wijaya Kusuma I Blok K5 No. 39, Kelurahan Banta-Bantaeng, Kecamatan Rappocini, Makassar.

2.   Praktikum Pemeriksaan Angka Lempeng Total (ALT) / angka kuman
Proses pemeriksaan Angka Lempeng Total (ALT)/ angka kuman ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Kampus Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan.

E.  Prosedur Pelaksanaan
1.   Tahap Persiapan Alat dan bahan
a.   Alat
1)  Pipet Steril 10 ml              4 buah masing – masing pemeriksaan  
2)  Petridish steril                   4 buah masing – masing pemeriksaan
3)  Lidi Kapas steril                4 buah masing – masing pemeriksaan
4)  Luas Jendela                    ukuran 3 x 15 cm = 15 cm ­2
5)  Erlenmeyer
6)  Pengaduk
7)  Lampu spritus
8)  Korek api
9)  Tabung reaksi
10)   Rak tabung
11)   Kompor gas
12)   Spidol
13)   Termos
14)   Gunting
15)   Autoclave
16)   Inkubator
17)   Oven
18)   Bulp

b.   Bahan
1)  Air pepton
2)  Larutan pengencer NaCl 0,85%
3)  Medium Nutrien Agar
4)  Alkohol
5)  Kapas
6)  Kertas Label

2.   Tahap Pelaksanaan
a.   Sterilisasi Alat
1)  Persiapkan alat yang akan di sterilisasi, seperti pipet 10 ml, petridish, dan lidi kapas.
2)  Bungkus alat tersebut dengan kertas kopi dan kertas koran
3)  Masukkan alat yang telah dibungkus tadi, ke dalam oven dengan suhu 105 ˚C dalam waktu 2 jam.

b.   Praktikum Usap Alat Makan
1)  Persiapkan sarung tangan yang steril atau bisa dengan membasahi tangan dengan menggunakan alkohol agar tangan menjadi steril.  
2)  Alat makan yang akan diperiksa masing – masing diambil 4 buah tiap jenis yang diambil secara acak dari tempat penyimpanan.
3)  Persiapkan catatan formulir pemeriksaan dengan membagi alat makan dalam kelompok – kelompok
4)  Persiapkan lidi kapas steril, kemudian buka kapas penutup tabung reaksi yang berisi air pepton.
5)  Plumbir bagian ujung dari tabung reaksi tersebut, kemudian masukkan lidi kapas steril ke dalamnya.
6)  Lidi kapas steril dalam tabung reaksi ditekan ke dinding tabung untuk membuang /memeras airnya, lalu angkat dan diusapkan pada setiap alat – alat makan yang diusapkan sampai selesai.
7)  Permukaan tempat alat makan yang diusap, yaitu:
a)  Cangkir dan gelas       :  permukaan luar dan dalam bibir setinggi 6 mm
b)  Sendok                        :  permukaan bagian luar dan dalam seluruh mangkok sendok 
c)  Garpu                          : permukaan bagian luar dan dalam alat penusuk
d)  Piring                           : permukaan dalam tempat makanan diletakkan

8)  Cara melakukan usapan :
a)  Pada cangkir dan gelas dengan usapan mengelilingi bidang permukaan.
b)  Pada sendok dan garpu dengan usapan seluruh permukaan luar dan dalam.
c)  Pada piring dengan 2 usapan pada permukaan tempat makanan dengan menyilang siku – siku antara usapan yang satu dengan garis usapan kedua dan menggunakan luas jendela untuk mewakili dari luas seluruh permukaan piring.
9)  Setiap bidang permukaan yang diusap dilakukan 3 kali berturut – turut dan satu lidi kapas digunakan untuk satu kelompok alat makan yang diperiksa.
10)   Setiap hasil mengusap 1 alat makan dari sau kelompok selalu dimasukkan ke dalam botol cairan di putar – putar dan ditekan ke dinding, demikian dilakukan berulang – ulang sampai semua kelompok diambil usapannya.
11)   Pada usapan peralatan makan, setiap usapan alat harus mencapai luas sekitar 8 inchi persegi atau 50 cm 2 dan dilakukan 5 kali (tempat) sehingga cukup mencapai luas 40 inchi atau 256 cm2
12)   Setiap satu kelompok menggunakan 1 lidi kapas sebab yang diusapkan dengan cara seperti no.11 di atas.
13)   Setelah kelompok alat makan atau luas permukaan peralatan masak diusap, lidi kapas dimasukkan ke dalam botol, lidinya dipatahkan atau digunting, dan bibir tabung dipanaskan dengan api spritus, lalu ditutup kembali dengan kapas penutupnya.
14)   Tempelkan kertas label yang telah dipersiapkan, tulis nama jenis alat makan yang telah diusap. Untuk nama pengambil, tempat pengambilan, dan tujuan pengambilan sampel ditulis dibuku catatan yang telah disiapkan oleh pengambil.
15)    Kirimkan segera ke laboratorium dengan suhu dingin untk diperiksa. Bila tidak dapat dikirim segera, disimpan dalam tempat penyimpanan dingin.
  
c.   Pemeriksaan Angka Lempeng Total
1)  Siapkan larutan pengencer NaCl 0,85% sebanyak masing – masing 2 tabung  dan 2 buah petridish yang diberi kode 101 dan 102  dan kontrol.
Catatan : Pengenceran yang digunakan adalah pengenceran 101 dan 10 2 sehingga yang digunakan yaitu:
2 tabung dan 2 petridish  untuk piring
2 tabung dan 2 petridish  untuk gelas
2 tabung dan 2 petridish  untuk sendok
2 tabung dan 2 petridish  untuk garpu
2)  Ambil 1 ml larutan pengencer NaCl dengan pipet steril pada tabung kode kontrol dan masukkan ke dalam petridish yang juga berkode kontrol.
3)  Ambil 1 ml sampel dengan pipet steril pada tabung yang berkode 101 (untuk satu jenis alat makan) dengan dengan pipet lepas sebanyak ±25 kali dan tidak boleh ditiup.
4)  Pipet 2 ml dari tabung tadi (yang berkode 101)  dan masukkan ke dalam petridish yang berkode 101 (untuk satu jenis alat makan) dan 1 ml sisanya ke tabung 102 lalu pipet lepas sebanyak ±25 kali
5)  Pipet 1 ml dari tabung 102 masukkan ke petridish yang sudah diberi kode 102.
6)  Tuangi petridish yang berisi sampel dengan nutrien agar 55˚C – 56˚C sebanyak ±15 ml
7)  Digoyang-goyang agar rata dan biarkan beku
8)  Balik petridish dan masukkan ke dalam inkubator untuk dieramkan dengan suhu 37˚C selama 1 x 24 jam

d.   Pembacaan Hasil dan Perhitungan ALT / Angka Kuman
1)  Keluarkan petridish yang berisi sampel yang telah dieramkan selama 1 x 24 jam
2)  Hitung jumlah kuman yang berbentuk bulatan pada sampel, kemudian masukkan ke dalam rumus yang telah ditentukan
3)  Adapun perhitungan jumlah kuman yang terbaca, yaitu:

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:



a)  Sendok
·      Untuk pengenceran pertama (101) = 60  kuman
·      Untuk pengenceran kedua (102) = 22 kuman
·      Untuk kontrol = 3 koloni/cm2
Maka perhitungannya sebagai berikut :
ALT= (60–3) x 10 + (22–3) x 100  = 570+1900 = 3800 koloni/cm2
                                         2                                 2

b)  Piring
·      Untuk pengenceran pertama (101)  = 34 kuman
·      Untuk pengenceran kedua (102)  = 7 kuman
·      Untuk kontrol = 3 koloni/cm2
Maka perhitungannya sebagai berikut :
ALT= (34–3) x 10 + (7–3) x 100  = 310+400 = 710 = 4,8koloni/cm2
     2                               2            45
Catatan : luas jendela yang digunakan = 3 x 5 = 15 cm2 pada 3 titik di permukaan piring yang digunakan. Sehingga luas jendela seluruhnya = 45 cm2

c)  Garpu
·      Untuk pengenceran pertama (101) = 26 kuman
·      Untuk pengenceran kedua (102) = 15 kuman
·      Untuk kontrol = 3 koloni/cm2
Maka perhitungannya sebagai berikut :
ALT= (26–3) x 10 + (15–3) x 100  = 230+1200 = 715 koloni/cm2
     2                                 2         


d)  Gelas
·      Untuk pengenceran pertama (101)   = 115 kuman
·      Untuk pengenceran kedua (102) = 91 kuman
·      Untuk kontrol = 3 koloni/cm2
Maka perhitungannya sebagai berikut :
ALT= (115–3) x 10 + (91–3) x 100  = 1120+8800= 4960 koloni/cm2
     2                                     2

  
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.  Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dilaboratorium Mikrobiologi, maka didapat angka kuman pada alat makan sebagai berikut :
Tabel.I : Angka Lempeng Total pada Alat Makan yang Diperiksa
No
Jenis Alat Makan
Jumlah ALT
(kolono/cm2)
1.
Piring
3800
2.
Sendok
4,8
3.
Garpu
715
4.
Gelas
4960

B.  Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh di atas dapat dianalisis bahwa pemeriksaan jumlah kuman pada alat makan dengan metode swab (dilakukan dengan cara di usap dengan menggunakan lidi kapas steril) didapatkan jumlah kuman pada alat makan di rumah kos-kosan di Jl. Wijaya Kusuma I blok K5 /39, yakni pada piring sebesar 3800 koloni/cm2, sendok 4,8 koloni/cm2, garpu 715 koloni/cm2 , gelas 4960 koloni/cm2  dan pada kontrol 3 koloni/cm2.
Jumlah kuman yang diperoleh dari alat makan tersebut dikarenakan penggunaan air pepton pada proses usap alat, yang mana air pepton ini berguna agar mikroba cepat tumbuh, karena mengandung banyak N2.. Larutan pepton juga berfungsi untuk mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak  banyak berubah selama reaksi kimia berlangsung.  Lidi kapas steril yang dicampur homogen dalam larutan pepton, berfungsi agar memungkinkan mikroorganisme pada sampel tersebar merata dalam larutan pepton.
Dan hasil perhitungan untuk kontrol didapatkan 3 koloni/cm2. Padahal seharusnya pada media kontrol ini tidak boleh terdapat angka kuman, karena pada media ini hanya terdapat pengencer steril yang tidak diberikan sampel. Hal ini menandakan bahwa kondisi awal lingkungan mengandung mikroba sebanyak 3 koloni/cm2 permukaan. Meskipun pada dasarnya, hasil pemeriksaan untuk kontrol idealnya 0 (nol) koloni/cm2, akan tetapi nilai ini boleh jadi karena ada kontaminasi dari praktikan ataupun lingkungan tempat dilakukannya pemeriksaan, termasuk alat yang digunakan pada saat praktikum. Dengan catatan bahwa nilai dari kontrol harus lebih kecil dari nilai pada pemeriksaan media biakan mikroba.
Pada praktikum ini, dilakukan pengenceran sampai 2 kali yaitu pengen-ceran 10sampai 10-2,  yaitu suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran diencerkan dalam suatu tabung tersendiri secara berkelanjutan dari suatu tabung ke tabung lain sampai pada pengenceran kedua. Dengan tujuan untuk menurunkan jumlah bakteri sehingga pada pengenceran terakhir akan didapatkan jumlah koloni yang lebih sedikit dan mudah diketahui jumlahnya (Sudarsono, 2008).
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan hasil pada pengenceran pertama dan kedua yang berbeda. Dari keempat alat makan yang diusap, pada pengenceran pertama memilki angka kuman yang tinggi dibandingkan dengan pengenceran kedua. Dari hasil  yang berbeda tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pengenceran yang dilakukan, semakin sedikit mikroba yang tumbuh dalam media. Dan media kontrol berfungsi untuk mengetahui kondisi awal lingkungan pemeriksaan dengan memasukkan 1 ml larutan NaCl ke dalam cawan petri dan dituangkan nutrient agar, lalu dihomogenkan.
Pada praktikum setelah Nutrien Agar dalam cawan petri beku, maka sampel dibalik dan dimasukkan ke dalam Inkubator selama 1 x 24 jam. Waktu ini adalah masa yang dibutuhkan bagi sel untuk membelah diri yang dikenal sebagai waktu generasi. Suhu yang digunakan selama inkubasi yaitu 37˚ C dan bakteri yang dapat tumbuh pada suhu ini adalah bakteri jenis mesofil dengan suhu minimum 10-20˚ C, optimum 20-40˚ C, dan maksimum 40-45˚ C.
Sehingga berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1096/ MENKES/PER/VI/2011, bahwa alat makan (piring, sendok, garpu, dan gelas)  tidak boleh mengandung bakteri lebih dari 0 koloni/cm2.  Maka dapat dilihat bahwa sampel alat makan (piring, sendok, garpu, dan gelas) yang  diperiksa  jumlah kumannya dapat  dikatakan tidak sehat  dan  tidak  layak  untuk  digu-nakan.
Adapun beberapa faktor  yang menyebabkan tingginya angka kuman pada alat makan di Rumah Kos, Jl. Wijaya Kusuma I Blok K5/39, yaitu:
1.   Rak tempat penyimpanannya berada dekat dengan tempat terbuka.
2.   Sabun/ Detergen yang digunakan biasanya dipakai berulang.
3.   Adanya arah angin dan sinar matahari langsung yang masuk ke dalam  ruang penirisan/penyimpanan.
Selain faktor-faktor di atas faktor lain dapat pula dipengaruhi dari ketidaktelitian mahasiswa pada saat melalukan pemeriksaan, termasuk pelaksanaan praktikum yang tidak sesuai prinsip kerja, dalam hal ini adalah kesalahan cara pengambilan sampel serta banyak berbicara pada saat melakukan praktikum.
  
BAB V
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil praktikum kami adalah sebagai berikut :
1.   Akhirnya mahasiswa dapat mengetahui cara mengusap alat makan.
2.   Akhirnya mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan kuman pada alat makan.
3. Akhirnya mahasiswa dapat mengetahui Jumlah Angka Lempeng Total pada alat makan.

B.  Saran
Adapun saran pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.   Kepada praktikan harus memperhatikan Sterilisasi alat dan bahan serta meja kerja.
2.   Kepada praktikan diharapkan untuk tidak berbicara pada saat praktikum dilaksanakan.
3.   Kepada masyarakat agar memperhatikan kebersihan alat makan yang digunakan.
  


DAFTAR PUSTAKA















If you enjoyed this post Subscribe to our feed