Sabtu, 30 April 2016
Mata Kuliah : PMM – A
Dosen :
Zaenab, SKM.,M.Kes
Novi Utami Dewi, SKM., M.Kes
“Rekapan Laporan Praktikum PMM – A (Pemeriksaan Jamur, Identifikasi Rhodamin-B, Formalin, Boraks,
Methyl Yellow, Pemeriksaan Siklamat, Pemeriksaan E-Coli, Salmonella, dan Vibrio
pada Makanan)”
Oleh
Kelompok 4:
EVI NURSYAFITRI PO.71.4.221.13.2.012
ANDI NURUL HILAL PO.71.4.221.13.2.032
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D.IV
2015
PEMERIKSAAN JAMUR
PADA MAKANAN
A.
Dasar Teori
Jamur merupakan kelompok
organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum fungi. Jamur pada
umumnya multiseluler (bersel banyak).Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme
lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya.
Tubuh jamur tersusun dari
komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut
miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah. Hifa
adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dindingberbentuk pipa
(Pelczar and Reid, 1958). Dinding ini menyelubungi membran plasma dan
sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik.
Secara umum fungi dapat dibagi
menjadi dua kelompok berdasarkan atas tipe selnya yaitu :
1.
Fungi bersifat uniselluler (khamir)
Khamir (“yeast”) adalah fungi
bersel satu yang mikroskopik, beberapa generasi ada yang membentuk miselium
dengan percabangan. Khamir hidupnya sebagian ada yang saprofit dan ada
beberapa yang parasitik. Sel khamir mempunyai ukuran yang bervariasi, yaitu
dengan panjang 1-5 μm sampai 20-50μm, dan lebar 1-10 μm.
2.
Fungi yang bersifat multiselluler (kapang)
Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai
filamen, dan pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena penampakannya
yang berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih,
tetapi jika spora telah timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung dari
jenis kapang. Kapang terdiri dari suatu thallus yang tersusun dari filamen yang
bercabang yang disebut hifa. Kumpulan dari hifa disebut miselium.
B. Tujuan
1.
Untuk mengetahui cara mengidentifikasi jamur pada bahan Pangan.
2.
Untuk mengetahui jenis-jenis jamur yang ada pada pangan (mentah dan olahan).
C. Alat dan Bahan
1.
Alat :
a.
Mikroskop
b.
Label
c.
Pinset
d.
Objek glass
e.
Deg glass
f.
Pipet tetes
g.
Wadah sampel
2. Bahan :
a.
Aquadest
b.
Alcohol
c.
Sampel (Telur Balado
dan Bunga Kol ) yang ditumbuhi jamur
d.
Kapas
D. Prosedur Kerja
1.
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.
Kemudian bersihkan peralatan yang akan digunakan
3.
Setelah itu objek glass
dibersihkan dengan alkohol
4.
Kemudian ambil sampel
(pangan mentah dan pangan olahan) dan yang sudah ditumbuhi jamur secukupnya.
5.
Kemudian tetesi aquadest sebanyak 1-3 tetes
6.
Kemudian media ditutup dengan deck
glass
7.
Setelah itu diberi label pada objek glass/ preparat
8.
Preparat diletakkan pada mikroskop,
atur pencahayaan
9.
Amati dan gambar jenis jamur yang terdapat pada
sampel
10.
Setelah itu amati dan
gambar jenis jamur yang terdapat pada sampel pangan mentah dan pangan olahan.
11.
Catat hasil
E. Hasil
Berdasarkan hasil
pemeriksaan yang didapatkan dengan mengamati jamur yang terdapat pada sampel
roti, kelapa dan tomat ditemukan jenis jamur sebagai berikut:
1.
Jamur pada pangan olahan, yakni : Telur
Balado adalah “Thamnidium”
2.
Jamur pada pangan segar, yakni : Bunga
Kol adalah “Botrytis Cinerea”
F. Anlisa Hasil
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh, jenis jamur yng terdapat di
pangan olahan berupa Telur Balado adalah jamur “Thamnidium” dan jamur yang
terdapat di pangan segar berupa Bunga/Sayuran Kol adalah jamur jenis “Botrytis
Cinerea”. Jika dianalisis jenis jamur Thamnidium ini merupakan jamur dari Kelas
Zygomycetes, yang mana ciri-ciri dari jamur Thamnidium adalah hifa nonseptat
dan sporangiofora membawa sporangium besar pada ujungnya dan sekumpulan
sporangiola di bagian bawah dekat dengan dasar. Adapun ciri-ciri dari jamur
“Botrytis Cinerea” adalah tidak mempunyai spora seksual. Yang mana jamur ini
merupakan family dari Monoliales.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur pada makanan,
yaitu: suhu, kelembaban, oksigen, pH, makanan/nutrisi, dan komponen penghambat
lainnya.
Dalam sampel ini, jamur pada Bunga/Sayuran Kol dan Telur Balado, tumbuh
akibat disimpan di tempat yang kurang kadar O2 (dalam keadaan
tertutup) sehingga pertumbuhan jamurnya mendukung.
G.
Kesimpulan
1. Cara mengidentifikasi jamur
pada pangan olahan dan segar adalah menyiapkan alat dan bahannya, bersihkan
alat dengan alkohol agar tidak ada faktor pengganggu, kemudian diberikan 1-2
tetes aquadest, kemudian ditutup dengan degglass dan diperiksa/diidentifikasi
di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x.
2. Ada beberapa jenis jamur
yang biasa terdapat dalam pangan (baik olahan maupun segar), yaitu: Rhizopus sp, Thamnidium, Botrytis,
Sacharomyces, Aspergillus sp, dan lain sebagainya.
PEMERIKSAAN
KANDUNGAN FORMALIN PADA MAKANAN
A. Dasar teori
Top of Form
Bottom of Form
Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan
baunya sangat menusuk. Di dalam larutan formalin terkandung sekitar 37%
formaldehid dalam air dan merupakan anggota paling sederhana dan termasuk
kelompok aldehid dengan rumus kimia HCHO. Formalin biasanya
diperdagangkan di pasaran dengan nama berbeda-beda antara lain yaitu: Formol,
Morbicid, Methanal, Formic aldehyde, Methyl oxide, Oxymethylene, Methylene
aldehyde, Oxomethane, Formoform, Formalith, Karsan, Methyleneglycol, Paraforin,
Polyoxymethylene glycols, Superlysoform, Tetraoxymethylene, dan Trioxane.
Formalin biasanya digunakan pada
:
1.
Bidang
kesehatan : desinfektan dan pengawet mayat
2.
Industri
perkayuan dan plywood : sebagai perekat
3.
Industri
plastik : bahan campuran produksi
4.
Industri
tekstil, resin, karet dan fotografi : mempercepat pewarnaan.
Dari hasil sejumlah survey dan pemeriksaan laboratorium, ditemukan
sejumlah produk pangan menggunakan formalin sebagai pengawet misalnya ikan
segar, ayam potong, mie basah, bakso, ikan asin dan tahu yang beredar di
pasaran, dengan ciri sebagai berikut:
·
Tahu yang bentuknya sangat kenyal, tidak mudah
hancur, awet beberapa hari dan berbau menyengat.
|
·
Mie basah yang berwarna lebih mengkilat serta
awet beberapa hari dan tidak mudah basi dibandingkan dengan yang tidak
mengandung formalin.
|
·
Ayam potong yang berwarna putih bersih, awet
dan tidak mudah busuk.
|
·
Ikan basah yang warnanya putih bersih, kenyal, insangnya
berwarna merah tua bukan merah segar, awet sampai beberapa hari dan tidak
mudah busuk.
|
·
Ikan asin yang bentuknya bagus, tidak lembek,
tidak bau, dan awet.
|
Pemakaian formaldehida pada makanan dapat menyebabkan keracunan pada tubuh
manusia, dengan gejala: sukar menelan, mual, sakit perut yang akut disertai
muntah-muntah, mencret darah, timbulnya depresi susunan syaraf, atau gangguan
peredaran darah. Konsumsi formalin pada dosis sangat tinggi dapat mengakibatkan
konvulsi (kejang-kejang), haematuri (kencing darah) dan haimatomesis (muntah
darah) yang berakhir dengan kematian. Injeksi formalin dengan dosis 100 gr
dapat mengakibatkan kematian dalam waktu 3 jam.
Formalin tidak termasuk dalam daftar bahan tambahan makanan (additive) pada
Codex Alimentarius, maupun yang dikeluarkan oleh Depkes. Humas Pengurus
Besar Perhimpunan Dokter spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB PAPDI)
menyatakan formalin mengandung 37% formalin dalam pelarut air dan biasanya juga
mengandung 10 persen methanol. Formalin sangat berbahaya bagi kesehatan
manusia, karena dapat menyebabkan kanker, mutagen yang menyebabkan perubahan
sel dan jaringan tubuh, korosif dan iritatif. Berdasarkan penelitian WHO,
kandungan formalin yang membahayakan sebesar 6 gram. Padahal rata-rata
kandungan formalin yang terdapat pada mie basah 20 mg/kg mie
B. Tujuan
1.
Untuk mengetahui cara
pemeriksaan Formalin pada pangan.
2.
Untuk mengentahui jenis
makanan yang menggunakan Formalin.
C. Alat dan Bahan
1.
Alat :
a.
Petridish
b.
Pipet tetes
c.
Beaker glass
d.
Pengaduk
e.
Tabung reaksi
f.
Gelas ukur
g.
Lumpang
h.
Timbangan
2.
Bahan :
a.
Sampel
b.
Aquadest
c.
Larutan reagent FO 1
d.
Larutan reagent FO 2
e.
Larutan standar Formaldehyd
D. Prosedur kerja
1.
Timbang sampel sebanyak 25 gr.
2.
Gerus sampi halus.
3.
Tambahkan 50 ml aquadest
4.
Masukkan dalam tabung sampel
5.
Tambahkan 5 tetes larutan FO 1 tunggu 3 menit
6.
Tambahakan 1 sendok reagent FO 2 tunggu selama 5
menit
7.
Bandingkan dengan larutan standart
8.
Amati warna yang terjadi
pada sampel.
E. Hasil
Dari praktikum yang telah dilakukan, hasil yang didapatkan pada sampel
“Tahu” untuk pemeriksaan Formalin, didapatkan kandungan formalin sebesar 0,1ml.
F. Analisa Hasil
Dari hasil tersebut dapat dianalisis bahwa “Tahu” yang dijual di daerah Rappocini
Makassar, sudah mengandung formalin, walaupun dalam kandungan yang kecil yakni
0,1 ml, tetapi penggunaannya untuk pangan tidak diperbolehkan berdasarkan Permenkes
Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang BTP (Bahan Tambahan Pangan). Seperti kita ketahui formalin
merupakan Bahan Tambahan Pangan yang dilarang pengunaannya dalam makanan.
Selain itu penambahan formalin ke dalam makanan dapat memberikan dampak
negatif, baik itu secara langsung (akut) maupun secara tidak langsung (kronik)
terhadap kesehatan.
Dan dari hasil pengamatan sebelum melakukan pemeriksaan di laboratorium,
ciri fisik yang menandakan adanya kandungan formalin pada “Tahu” ini adalah
tahu tersebut ketika dijatuhkan ke lantai tidak pecah/hancur, serta memiliki
bau yang khas.
Oleh karena itu sebagai seorang tenaga kesehatan yang preventif, pentingnya
memberikan penyuluhan khusus kepada para produsen makanan, akan bahaya yang ditimbulkan oleh penambahan
formalin ke dalam makanan. Dan kepada konsumen agar berhati-hati dalam membeli
/ mengonsumsi makanan atau memilih makanan dengan baik.
G. Kesimpulan
Adapun kesimpulan
yang kami simpulakan dari praktikum pemeriksaaan kandungan formalin pada makanan, yaitu:
1. Cara pemeriksaan formalin pada makanan dilakukan dengann menimbang bahan /
sampel yang akan diperiksa, menggerus dengan lumpang, menambahkan quadest,
kemudian ditambahkan larutan FO-1 dan FO-2, lalu dibandingkan dengan larutan
standar / warna yang umumnya mengandung formalin.
2. Ada beberapa makanan yang umumnya disalahgunakan dengan penambahan formalin
diantaranya adalah tahu, bakso, mie basah / kering, dan ikan basah. Dari
makanan ini, umumnya makanan yang tergolong Perisahble Food (makanan yang tidak
stabil mudah rusak).
PEMERIKSAAN
KANDUNGAN BORAKS PADA MAKANAN
A.
Dasar Teori
Top of Form
Bottom of Form
Boraks
merupakan senyawa kimia dengan nama natriurn tetraborat, berbentuk
kristal lunak. Boraks bila dilarutkan dalam air akan terurai menjadi natrium
hidroksida serta asam borat. Baik boraks maupun asam borat memiliki
sifat antiseptik, dan biasa digunakan oleh industri farmasi sebagai ramuan obat
misalnya dalam salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut dan obat pencuci
mata. Secara lokal boraks dikenal sebagai 'bleng' (berbentuk
larutan atau padatan/kristal) dan ternyata digunakan sebagai pengawet misalnya
pada pembuatan mie basah, lontong dan bakso.
Penggunaan
boraks ternyata telah disalahgunakan sebagai pengawet makanan, antara lain digunakan
sebagai pengawet dalam bakso dan mie. Boraks juga dapat menimbulkan efek racun
pada manusia, tetapi mekanisme toksisitasnya berbeda dengan formalin.
Toksisitas boraks yang terkandung di dalam makanan tidak langsung dirasakan
oleh konsumen. Boraks yang terdapat dalam makanan akan diserap oleh tubuh dan
disimpan secara kumulatif dalam hati, otak, atau testis (buah zakar), sehingga
dosis boraks dalam tubuh menjadi tinggi. Pada dosis cukup tinggi, boraks
dalam tubuh akan menyebabkan timbulnya gejala pusing-pusing, muntah, mencret,
dan kram perut. Bagi anak kecil dan bayi, bila dosis dalam tubuhnya mencapai 5
gram atau lebih, akan menyebabkan kematian. Pada orang dewasa, kematian akan
terjadi jika dosisnya telah mencapai 10 - 20 g atau lebih.
1. Ciri-ciri Makanan yang Mengandung Boraks, yaitu sebagai berikut:
a.
Ciri-ciri mie basah
mengandung boraks: Teksturnya kenyal, lebih mengkilat, tidak lengket, dan tidak
cepat putus.
b.
Ciri baso
mengandung boraks: teksturnya sangat kenyal, warna tidak kecokelatan seperti penggunaan
daging namun lebih cenderung keputihan.
c.
Ciri-ciri jajanan
(seperti lontong) mengandung boraks: teksturnya sangat kenyal, berasa tajam,
seprti sangat gurih dan membuat lidah bergetar dan meberikan rasa getir.
d.
Ciri-ciri kerupuk
mengandung boraks: teksturnya renyah dan bisa menimbulkan rasa getir
2.
Pengaruh Boraks
Terhadap Kesehatan
a.
Jika terhirup; Rasa
terbakar pada hidung dan tenggorokan, sukar bernapas, napas pendek, sakit
kepala, kanker paru-paru.
b.
Jika terkena kulit;
Kemerahan, gatal, kulit terbakar.
c.
Jika terkena mata;
Kemerahan, gatal, mata berair, kerusakan mata, pandangan kabur, kebutaan.
d.
Jika tertelan;
Mual, muntah, perut perih, dalam jumlah banyak menyebabkan kurang darah, muntah
darah, mati.
B. Tujuan
1.
Untuk mengetahui cara
mengidentifikasi boraks pada makanan.
2.
Untuk mengetahui makanan
yang mengandung boraks.
C. Alat an Bahan
1.
Alat :
a.
Lumpang
b.
Petridish
c.
Oven
d.
Pipet ukur
e.
Pipet tetes
f.
Cawan porselin
2.
Bahan :
a.
Sampel
b.
Reagent boraks (B4O72)
c.
Larutan standart boraks
d.
Kertas boraks
D. Prosedur kerja
1.
Timbang sampel sebanyak 25 gr
2.
Haluskan dengan menggunakan lumpang
3.
Tambahakan aquadest sebanyak 50 ml. aduk hingga
homogen
4.
Untuk sampel miniuman yang sudah cair, ambil 25 ml tambahkan aquadest sampai tanda 50 ml
5.
Karena boraks dalam
keadaan dingin memmbentuk garam sebaiknya sampel sebelum diperiksa dipanaskan
terlebih dengan 800c selama 3-5 menit setelah
tercapai.
6.
Masukkan sampel sebanyak 5 ml ke dalam tabung
7.
Tambahakan reagent boraks 1 sebanayak 3 tetes
diaduk hingga rata.
8.
Siapkan kertas boraks tetskan sampel pada perlakuan
2 pada permukaan 3 tetes dan diamk beberapa saat jika Pada boraks ( B4O72)
akan terbentuk perubahan warna dari kuning menjadi merah.
9.
Untuk lebih meyakinkan bandingkan dengan
standart boraks.
E. Hasil
Hasil yang didapatkan dari praktikum pemeriksaan Boraks pada jajanan
“Empek-empek di daerah Cilallang adalah Negatif.
F. Analisa hasil
Berdasarkan hasil
praktikum yang dilakukan, kami dapat menganalisa bahwa sampel jajanan
“Empek-empek” tersebut masih layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat umum, jika
dilihat dari aspek kimianya.
Namun sebelum pemeriksaan dilaboratorium, ciri-ciri fisik dari jajanan
tersebut yang mengindikasikan adanya kandungan Boraks adalah keras, tidak
dikerumuni lalat, dan elastis. Sehingga yang menyebabkan tidak adanya kandungan
boraks pada Empek-Empek tersebut adalah pada saat pemeriksaan di laboratorium,
yang mana pengencerannya tidak sempurna, artinya konsentrasi air / aquadest
terlalu tinggi dibandingkan dengan sampel yang diperiksa.
Adapun peraturan yang melarang penggunaan Boraks adalah Permenkes Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Pangan. Olehnya pemberian penyuluhan kepada
masyarakat dan khususnya pada produsen agar mengetahui bahaya dan dampak dari
penggunaan Boraks pada pangan.
G. Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan
dapat disimpulkan bahwa :
1. Cara mengidentifikasi boraks pada makanan adalah menimbang sampel sebanyak
25 kg / 25 ml, dihaluskan (untuk sampel padat), tambahkan aquades sampai tanda
50 ml , kemudian sebelum diperiksa di panaskan di oven dengan suhu 80˚C selama
3-5 menit (karena dalam keadaan dingin boraks membentuk garam), masukkan sampel
sebanyak 5 ml ke dalam tabung, tambahkan reagent Boraks 1-3 tetes, diamkan,
kemudian akan terjadi perubahan warna kuning menjadi merah jika positif.
2. Makanan / pangan yang biasa mengandung boraks, memiliki ciri-ciri fisik
seperti teksturnya kenyal, tidak lengket, dan biasanya tidak dikerumuni oleh
Vektor. Jenis makanan yang biasanya terkandung / disalahgunakan dengan Borals
adalah bakso, mie basah, ikan, dan kerupuk.
PEMERIKSAAN
KANDUNGAN RHODAMIN-B PADA MAKANAN
A. Dasar Teori
Top of Form
Bottom of Form
Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa digunakan pada
industri tekstil dan kertas . Zat ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang
penggunaannya pada makanan melalui Menteri Kesehatan (Permenkes)
No.239/Menkes/Per/V/85. Namun penggunaan Rhodamine dalam makanan masih terdapat
di lapangan. Contohnya, BPOM di Makassar berhasil menemukan zat Rhodamine-B
pada kerupuk, sambal botol, dan sirup melalui pemeriksaan pada sejumlah sampel
makanan dan minuman. Rhodamin B ini juga adalah bahan kimia yang digunakan
sebagai bahan pewarna dasar dalam tekstil dan kertas. Pada awalnya zat ini
digunakan untuk kegiatan histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai
keperluan yang berhubungan dengan sifatnya dapat berfluorensi dalam sinar matahari.
Rumus Molekul dari Rhodamin B adalah C28H31N2O3Cl
dengan berat molekul sebesar 479.000. Zat yang sangat dilarang penggunaannya
dalam makanan ini berbentuk kristal hijau atau serbuk ungu-kemerah – merahan,
sangat larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah kebiru-biruan dan
berfluorensi kuat. Rhodamin B juga merupakan zat yang larut dalam alkohol, HCl,
dan NaOH, selain dalam air. Di dalam laboratorium, zat tersebut digunakan
sebagai pereaksi untuk identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg, dan Th dan titik
leburnya pada suhu 165?C.
Dalam analisis dengan metode destruksi dan metode spektrofometri, didapat
informasi bahwa sifat racun yang terdapat dalam Rhodamine B tidak hanya saja
disebabkan oleh senyawa organiknya saja tetapi juga oleh senyawa anorganik yang
terdapat dalam Rhodamin B itu sendiri, bahkan jika Rhodamin B terkontaminasi
oleh senyawa anorganik lain seperti timbaledan arsen ( Subandi ,1999). Dengan
terkontaminasinya Rhodamin B dengan kedua unsur tersebut, menjadikan pewarna
ini berbahaya jika digunakan dalam makanan.
Di dalam Rhodamin B sendiri terdapat ikatan dengan klorin ( Cl ) yang
dimana senyawa klorin ini merupakan senyawa anorganik yang reaktif dan juga
berbahaya. Rekasi untuk mengikat ion klorin disebut sebagai sintesis zat warna.
Disini dapat digunakan Reaksi Frield- Crafts untuk mensintesis zat warna
seperti triarilmetana dan xentana. Rekasi antara ftalat anhidrida dengan
resorsinol dengan keberadaan seng klorida menghasilkan fluoresein. Apabila
resorsinol diganti dengan N-N-dietilaminofenol, reaksi ini akan menghasilkan
rhodamin B.
Selain terdapat ikatan Rhodamin B dengan Klorin terdapat juga ikatan
konjugasi. Ikatan konjugasi dari Rhodamin B inilah yang menyebabkan Rhodamin B
bewarna merah. Ditemukannya bahaya yang sama antara Rhodamin B dan Klorin
membuat adanya kesimpulan bahwa atom Klorin yang ada pada Rhodamin B yang
menyebabkan terjadinya efek toksik bila masuk ke dalam tubuh manusia. Atom
Cl yang ada sendiri adalah termasuk dalam halogen, dan sifat halogen yang
berada dalam senyawa organik akan menyebabkan toksik dan karsinogen.
Beberapa sifat berbahaya dari Rhodamin B seperti menyebabkan iritasi bila
terkena mata, menyebabkan kulit iritasi dan kemerahan bila terkena kulit hampir
mirip dengan sifat dari Klorin yang seperti disebutkan di atas berikatan dalam
struktur Rhodamin B. Penyebab lain senyawa ini begitu berbahaya jika dikonsumsi
adalah senyawa tersebut adalah senyawa yang radikal. Senyawa radikal adalah
senyawa yang tidak stabil. Dalam struktur Rhodamin kita ketahui mengandung
klorin (senyawa halogen), sifat halogen adalah mudah bereaksi atau memiliki
reaktivitas yang tinggi maka dengan demikian senyawa tersebut karena merupakan
senyawa yang radikal akan berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan
berikatan dengan senyawa-senyawa dalam tubuh kita sehingga pada akhirnya akan
memicu kanker pada manusia.
Klorin sendiri pada suhu ruang berbentuk sebagai gas. Sifat dasar klorin
sendiri adalah gas beracun yang menimbulkan iritasi sistem pernafasan. Efek
toksik klorin berasal dari kekuatan mengoksidasinya. Bila klorin dihirup pada
konsentrasi di atas 30ppm, klorin mulai bereaksi dengan air dan sel-sel yang
berubah menjadi asam klorida (HCl) dan asam hipoklorit (HClO). Ketika digunakan pada tingkat tertentu untuk desinfeksi
air, meskipun reaksi klorin dengan air sendiri tidak mewakili bahaya utama bagi
kesehatan manusia, bahan-bahan lain yang hadir dalam air dapat menghasilkan
disinfeksi produk sampingan yang dapat merusak kesehatan manusia. Klorit yang
digunakan sebagai bahan disinfektan yang digunakan dalam kolam renang pun
berbahaya, jika terkena akan mennyebabkan iritasi pada mata dan kulit manusia.
Adapun ciri-ciri makanan yang mengandung
Rhodamin B, yaitu:
1.
Warna kelihatan cerah
(berwarna-warni), sehingga tampak menarik.
2.
Ada sedikit rasa pahit (terutama
pada sirop atau limun).
3.
Muncul rasa gatal di tenggorokan
setelah mengonsumsinya.
4.
Baunya tidak alami sesuai makanannya
5.
Harganya Murah seperti saus yang
cuma dijual Rp. 800 rupiah per botol
B. Tujuan
3.
Untuk mengetahui cara
pemeriksaan Rhodamine-B
4.
Untuk mengetahui jenis
makanan yang menggunakan Rhodamine-B
C. Alat dan Bahan
1.
Alat :
a.
Petridish
b.
Pipet tetes
c.
Beaker glass
d.
Pengaduk
e.
Tabung reaksi
f.
Gelas ukur
2.
Bahan :
a.
Reagen Rhodamine
–B1
b.
Larutan standar
Rhodamine – B
c.
Sampel makanan
d.
Aquadest
D.
Prosedur Kerja
1.
Sipakan beaker
glass dan masukkan sampel makanan 25 gr dalam volume 50 ml aquadest
2.
Hancurakan sampel
dengan pengaduk sampai larut seluruhnya.
3.
Untuk sampel
minuman yang sudah cair tidak perlu dilakukuan
4.
Siapakan tabung
reaksi dan msukkan 3 tetes Reagent Rhodamin – B1
5.
Tambahakan sampel
sebanyak 5 ml secara perlahan dan diamkan beberapa saat.
6.
Amati, jika terjadi
peruban warna Rhodamin – B tidak pekat warna menjadi putih kebiruan,
dibandingkan deret standart warna
Rhodamin – B.
7.
Untuk lebih
meyakinkan, bandingkan dengan standar Rhodamin – B yang diperlukan sebagai
sampel.
E.
Hasil
Dari praktikum ini, ada 2 jenis sampel yang diperiksa, yaitu: jajanan/snack
“Tela-Tela dan “Jelly”, adapun hasilnya yaitu sebagai berikut:
No
|
Jenis Pangan
|
Hasil Pemeriksaan
|
1
|
Jajanan/Snack “Tela-Tela”
|
Negatif
|
2
|
Jajanan “Jelly”
|
Positif
|
F.
Analisa Hasil
1.
Jajanan/Snack “Tela-Tela”
Pada pemeriksaan laboratorium, hasil yang didapatkan adalah negatif,
artinya makanan atau jajanan ini, tidak mengandung Rhodamin-B. Padahal jika
diperhatikan warna pada jajanan ini sangat mencolok dan jika dipegang warna
merah pada jajanan ini akan menempel dikulit dan terdapat titik-titik warna
merah yang tidak merata pada jajanan ini.
Jika dianalisis faktor yang menyebabkan sehingga kandungan Rhodamin-B pada
jajanan ini tidak ditemukan karena pada praktikum pengencerannya agak tinggi,
sehingga kandungan airnya/aquadestnya lebih banyak dibanding dengan sampel
makanan, sehingga tidak dapat teranalisa dengan baik.
Dan berdasarkan Permenkes No.1068/Menkes/Per/X/1999 Rhodamin-B merupakan
BTP (Bahan Tambahan Pangan) yang dilarang penggunaannya dalam makanan. Karena
memiliki banyak efek negatif terhadap kesehatan (iritasi lambung, alergi, dan
karsinogenik).
2.
Jajanan “Jelly”
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, jajanan ini positif
mengandung Rhodamin-B, ini dibuktikan pada pemeriksaan yang dilakukan
dilaboratorium. Sampel yang ditimbang sebanyak 25 kg, kemudian
digerus/dihaluskan, ditambahkan aquadest sampai tanda 50 ml, kemudian siapkan
tabung dan masukkan sampel jelly terjadi perubahan warna keunguan.
Sehingga berdasarkan Permenkes Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988 jaja- an ini tidak layak untuk dikonsumsi karena jajanaj ini
mengandung BTP (Bahan Tambahan Pangan) yang dilarang penggunaannya dalam
makanan. Karena dapat memberikan efek negatif seperti iritasi lambung, alergi,
karsinogenik (cancer) sampai pada perubahan fungsi jaringan dalam tubuh.
Oleh karena itu, sebagai tenaga Kesehatan, khususnya Sanitarian, pentingnya
memberikan penyuluhan kepada para produsen dan konsumen agar bisa mengetahui
bahaya / akibat dari Rhodamin-B.
G.
Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat kami
simpulkan bahwa:
1.
Cara pemeriksaan Rhodamin-B adalah dengan menimbang bahan/sampel yang akan
diperiksa sebanyak 25 gr/ 25 ml, haluskan sampel (untuk sampel padat), tambahkan
dan masukkan sampel kemudian amati perubahan warna yang terjadi dan bandingkan
dengan standart.
2.
Jenis makanan (pangan) yang biasanya disalahgunakan dengan Rhodamin-B
adalah kerupuk, terasi, jajanan pinggiran yang berwarna merah terang /
berpendar.
PEMERIKSAAN KANDUNGAN METHYL YELLOW PADA MINUMAN
A.
Dasar teori
Methanil yellow adalah zat warna
sintetik berbentuk serbuk berwarna kuning kecoklatan, larut dalam air agak
larut dalam aseton. Methanil yellow digunakan untuk memberi kuning. Methanil
yellow merupakan senyawa kimia aromatik yang dapat menimbulkan tumor dalam
berbagai jaringan hati, kandung kemih, saluran pencernaan dan jaringan kulit.
Methanil yellow digunakan untuk pewarna wool, nilon, kulit, kertas, cat, aluminium,
detergen, kayu dan kosmetik.
Beberapa
telah ditemukan untuk beberapa jenis pangan di antaranya, kerupuk, mie, pangan
jajanan berwarna kuning dan banyak juga sebagai pewarnapada tahu.
Ciri
pangan dengan pewarna kuning metanil biasanya, berwarna kuning menyolok dan
cenderung berpendar, banyak memberikan titik-titik warna karena tidak homogen
(misalnya pada kerupuk).
Metilen
yellow bila digunakan sebagai bahan pangan bisa bersifat karsinogenik. Methanil yellow
aaseton .dalah zat warna sintetik berbentuk serbuk berwarna kuning kecoklatan,
larut dalam air agak larut dalam aseton. Methanol yaitu digunakan dalam memberi
kuning. Beberapa telah ditemukan untuk beberapa jenis pangan
diantaranya, kerupuk, pangan mie, jajanan yang berwarna kuning.
B.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui cara mengidentifikasi methyl yellow pada makanan.
2.
Untuk mengetahui makanan yang mengandung methyl yellow.
C.
Alat dan Bahan
1.
Alat :
a.
Lumpang
b.
Petridish
c.
Beaker glass
d.
Pipet ukur
e.
Pipet tetes
f.
Cawan porselin
g.
Tabung reaksi
2.
Bahan :
a.
Sampel
b.
Reagent Methanyl Yellow-1
c.
Larutan standart warna methanyl yellow
d.
Aquadest
D.
Prosedur Kerja
1.
Timbang sampel
sebanyak 25 gr
2.
Haluskan dengan
menggunakan lumpang
3.
Setelah itu tambahkan aquadest sampai tanda 50 ml.
4.
Untuk sampel
minuman yang sudah cair tidak perlu dilakukan perlakuan awal
5.
Siapakan tabung
reaksi, dan masukkan 0,5-1 ml sampel
6.
Tambahkan Reagent Methanyl Yellow-1 sebanyak 2 tetes
7.
Diamkan beberapa saat akan terbentuk
warna merah muda seulas sampai pekat (merah tajam) menunjukkan methyl yellow
positif
8.
Bandingakan deret
standar warna methyl yellow
9.
Untuk lebih
meyakinkan bandingkan dengan standart methanyl yellow yang diperluakan sebagian
sampel
10.
Bandingkan dengan
larutan standart methanyl yellow
E.
Hasil
Dari praktikum di atas, hasil yang
didapatkan adalah negatif, artinya jajanan Jelly Kuning tersebut tidak
mengandung Methyl Yellow.
F.
Analisa Hasil
Berdasarkan hasil yang didapat maka dapat dianalisis bahwa jajanan tersebut masih aman / layak dikonsumsi. Jika dilihat secara fisik,
jelly tersebut, warnanya tidak terlalu mencolok / pekat, ketika dipegang
warnanya tidak berbekas di tangan.
Selain itu, hasil tersebutt di buktikan
pada pemeriksaan tidak terjadi perubahan warna menjadi merah muda menjadi merah
tajam, dan perbandingan dengan deret standar warna methyl Yellow
Sehingga dapat diketahui bahwa
pembuatan jajanan ini produsen tidak menggunakan pewarna methyll Yellow dan pewarna yang berlebihan.
G.
Kesimpulan
1.
Proses untuk mengidentifikasi adanyan kandungan Methyl Yellow pada makanan
adalah ditimbang sebanyak 25 gr / 25 ml untuk sampel berupa cairan, ditambahkan
aquades 50ml, kemudian diambil 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan reagent Methanil Yellow-1 sebanyak 2 tetes dan dibandingkan dengan
standart warna Methyl Yellow.
2.
Makanan yang mengandung Methyl Yellow dapat dilihat secara fisik, yakni
warna kuning terang berpendar dan jika dipegang warna kuning akan menempel di
kulit. Dan beberapa jenis makanan biasa ditemukan dengan adanya Kandungan
Methyl Yellow adalh Manisan, sirup, dan tahu.
PEMERIKSAAN PEMANIS
SIKLAMAT
A. Dasar Teori
Pemanis buatan adalah senyawa
hasil sintetis laboratorium yang merupakan bahan tambahan makanan yang dapat
menyebabkan rasa manis pada makanan. Pemanis buatan tidak atau hampir tidak
mempunyai nilai gizi. Sebagaimana pemanis alami, pemanis buatan juga mudah
larut dalam air.
Siklamat adalah salah satu jenis
pemanis buatan yang cukup populer di Indonesia. Siklamat pertama kali ditemukan
oleh ilmuwan Michael Sveda dan Ludwig Audrieth dari University of Illinois pada
tahun 1937. Pemanis buatan jenis siklamat merupakan garam natrium dari asam
siklamat. Siklamat mempunyai sifat sangat mudah larut dalam air dan mempunyai
tingkat kemanisan 30 kali dari gula. Rumus molekul siklamat adalah
C6H11NHSO3Na. Rasa manis siklamat masih dapat dirasakan pada tingkat
pengenceran 1 : 10 ( dalam liter ). Nama lain siklamat dalam perdagangan
dikenal dengan sebutan antara lain: Assugrin, Sucaril dan Sucrosa
(Indriasari, 2008).
Siklamat merupakan bahan tambahan
makanan yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan yang biasa digunakan
pada industry makanan dan minuman untuk para penderita diabetes mellitus atau
untuk makanan diet agar badan langsing. Siklamat mempunyai intensitas 30x dari
tingkat kemanisan gula tebu murni yang artinya 1 : 30. Penelitian oleh WHO
menunjukkan bahwa tidak ada bukti bahwa siklamat bersifat karsinogenik atau
menyebabkan kanker.
Pemanis buatan dapat menimbulkan efek
negatif bagi kesehatan manusia. Efek negatif tidak langsung seketika
terjadi pada manusia tetapi membutuhkan waktu lama karena terus
berakumulasi di dalam tubuh manusia. Efek negatif tersebut antara
lain: dapat merangsang pertumbuhan kanker kandung kemih, alergi, bingung,
diare, hipertensi, impotensi, iritasi, insomnia, kehilangan daya ingat, migrain
dan sakit kepala. Selain itu efek negatif pemanis buatan bagi anak-anak adalah
merangsang keterbelakangan mental; hal ini terjadi karena otak masih dalam
tahap perkembangan dan proses terakumulasi pemanis buatan pada jaringan syaraf
(Indoforum, 2008).
B. Tujuan
1.
Untuk mengetahui cara pemeriksaan pemanis siklamat pada sampel makanan dan
minuman
2.
Untuk mengetahui kandungan pemanis siklamat pada sampel yang diperiksa
C. Alat dan Bahan
1. Alat :
a.
Buret dan statif
b.
Pipet ukur
c.
Erlenmeyer
d.
Corong gelas
2. Bahan :
a.
Sampel Minuman
b.
Asam Asetat Glasial
c.
Kristal Violet
d.
HClO4 0,1 N
D. Prosedur Kerja
1.
Menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan
2.
Ambil sampel dengan
menggunakan pipet ukur sebanyak 0,15 ml kemudian massukkan ke dalam Erlenmeyer
3.
Tambahkan 10 ml
Asam Asetat Glacial
4.
Tambahkan 2 tetes
Kristal Violet
5.
Titrasi dengan HclO4
0,1 N
E. Hasil
Dari praktikum pemeriksaan kandungan
siklamat pada minuman “Jus Guava” yang dijual di Kios-kios pinggiran didapatkan
kandungan siklamat sebesar 104,624 mg.
F. Analisa Hasil
Dari hasil pemeriksaan tersebut di
atas, dapat dianalisa bahwa kandungan siklamat dalam minuman di atas masih
dalam standar Permenkes No.33/2012 tentang penggunaan Siklamat, yaitu 500-3000
mg/kg bahan makanan. Walaupun masih dalam standar yang diperbolehkan, tetapi salah
satu sifat bahan pengawet /bahan tambahan berupa zat kimia adalah akumualtif,
artinya jika jajanan tersebut sering dikonsumsi maka bahan kimia yang
terkandung akan menumpuk / terakumulasi di dalam tubuh sehingga bisa
mengakibatkan karsinogenik (gejala cancer).
Berdasarkan hal tersebut, penyuluhan
kepada para produsen sangat penting diberikan sehingga bisa memberikan
pengetahauan kepada para produsen dan mengurangi penggunaan pemanis sintetis
dalam pengolahan bahan makanan.
G. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Pemeriksaan siklamat pada minuman /
makanan dilakukan dengan cara titrasi. Dengan menambahkan Asam Asetat sebanyak
10 ml & kristal Violet 3 tetes , lalu dititrasi dengan HClO4,
kemudian dihitung hasil titrasinya.
2.
Penggunaannya siklamat pada makanan sangat beragam, umumnya digunakan pada
pembuatan es krim, es puter, selai, beberapa jenis minuman, sirup dan makanan
serta minuman lainnya.
PEMERIKSAAN E. COLI
A. Dasar Teori
E.Coli umumnya merupakan flora normal
saluran pencernaan manusia dan hewan. Dapat berubah menjadi oportunis pathogen
bila hidup di luar usus, misalnya pada infeksi saluran kemih, infeksi saluran
luka dan masitis.
E.Coli dalam jumlah yang banyak
bersama-sama tinja, akan mencemari lingkungan. E.Coli thermotouleran adalah
Staraint E.Coli yang telah dapat hidup pada suhu biakan 44,5’C dan merupakan
indikator pencemaran air dan makanan oleh tinja. E.Coli merupakan bakteri
batang gram negatif, tidak berkapsul umumnya mempunyai fimbria dan bersifat
motile. Bakteri ini mampu meragi lactosa dengan cepat sehingga pada agar EMB
membentuk koloni merah muda sampai tua dengan kilatan logam yang
spesifik, dan permukaan halus. E. coli adalah gram-negatif, anaerobik fakultatif dan non spora. Sel-sel biasanya
berbentuk batang yang panjangnya sekitar 2 mikrometer (μm) dan diameternya 0,5
μm r, dengan volume sel 0,6-0,7 μm 3. E. coli dapat hidup di berbagai
substrat. E. coli menggunakan fermentasi asam campuran dalam kondisi
anaerobik, menghasilkan laktat, suksinat, etanol, asetat dan karbondioksida.
1.
Domain : Bakteri
2.
Phylum : Proteobacteria
3.
Class : Gamma Proteobacteria
4.
Order : Enterobacteriales
5.
Family : Enterobacteriaceae
6.
Genus : Escherichia
7.
Species : E.coli (Anonimc,
2008).
Kontaminasi bakteri E.Coli pada makanan
biasanya berasal dari kontaminasi air yang digunakan. Bahkan makanan yang
sering terkontaminasi oleh E.Coli ialah daging ayam, daging sapi, daging babi,
selama penyembelihan, ikan dan makanan hasil laut lainnya, telur san produk
olahannnya, sayuran, buah-buahan, sari buah serta bahan minuman susu dan
lainnya.
Alat – alat yang digunakan dalam
industri pengolahan pangan sering terkontaminasi oleh E.Coli yang berasal dari
air yang digunakan untuk mencuci. Kontaminasi bakteri ini pada makanan atau
alat-alat pengolahan merupakan suatu tanda praktek sanitasi yang kurang baik.
B. Tujuan
1.
Untuk mengetahui alat dan
bahan yang digunakan dalam pemeriksaan E.Coli
2.
Untuk mengetahui cara
mengidentifikasi E.Coli pada sampel
makanan dan minuman
3.
Untuk mengetahui cara
menentukan jenis E.Coli pada sampel makanan dan minuman.
C. Metode
Pemeriksaan : Plate Count
D. Alat dan Bahan
1.
Alat:
a.
Timbangan
b.
Glass Erlemenyer
c.
Incuba tor
d.
Tabung reaksi
e.
Petridish
f.
Lampu spritus
g.
Ose
h.
Beacker glass
i.
Blender
j.
Gelas ukur
k.
Batang pengaduk
l.
Autoclave
2.
Bahan :
a.
Sampel minuman (air tahu)
b.
Aquadest
c.
Media penyubur SSL
d.
Media E.C.Medium
e.
Media Endo Agar
E. Prosedur Kerja
1.
Hari I
a. Pipet 1 ml sampel Air Tahu, masukkan ke dalam media pengaya / penyubur
(SSL).
b. Karena sampel sudah dalam bentuk cairan tidak dilakukan pengenceran dengan menggunakan
air pepton pengencer.
c. Inkubasikan dalam inkubator selama 1 x 24 jam dengan suhu 35-37˚C
2.
Hari II
a. Amati sampel yang telah diinkubasikan pada Hari I.
b. Karena sampel yang diperiksa positif, dengan ciri-ciri terdapat gelembung
gas pada tabung durham dan warna dari sampel keruh, tes dilanjutkan.
c. Dari tabung yang positif pada media SSL, diambil 1-2 mata ose.
d. Masukkan ke tabung E.C Medium, inkubasikan kembali selama 1 x 24 jam dengan
suhu 44,5˚C.
e. Jika sampel negatif dilanjutkan kembali untuk inkubasi selama 2 x 24 jam
dengan suhu 44,5˚C.
3.
Hari III
a. Amati sampel yang telah diinkubasikan pada Hari II.
b. Karena sampel yang diperiksa pada Hari II positif, dengan ciri-ciri
terdapat gelembung gas pada tabung durham.
c. Dari tabung yang positif pada media E.C.Medium, diambil 1-2 mata ose
koloni.
d. Zig-zag pada media Endo Agar padat,
e. Inkubasikan selama 1 x 24 jam dengan suhu 35-37˚C.
4.
Hari IV
a. Amati sampel yang diinkubasikan pada Hari III.
b. Hasil yang didapatkan dari praktikum pada pembacaan hasil hari terakhir adalah
negatif E.Coli.
F. Hasil
Dari pemeriksaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1.
Hasil Pemeriksaan
No
|
Hari/Media
|
Keterangan
|
1
|
Hari I (penanaman pada media SSL)
|
Penanaman
|
2
|
Hari II (penanaman pada media E.C.Medium)
|
(+) positif media SSL, dengan ciri : terdapat gelembung gas dan warna
keruh pada tabung durham
|
3
|
Hari III (penanaman pada media Endo Agar)
|
(+) positif media E.C.Medium, dengan ciri : terdapat gelembung gas pada
tabung durham.
|
4
|
Hari IV (pembacaan hasil akhir)
|
(-) negatif karena yang terdapat pada media Endo Agar, hanya berupa
Koloni, bukan bakteri E.Coli.
|
G. Analisa Hasil
Berdasarkan hasil
praktikum yang telah dilakukan dapat dianalisa bahwa sampel Air Tahu yang telah
diperiksa, tidak tercemar oleh bakteri E.Coli, namun jika dianalisis Air Tahu
tersebut tercemar oleh Bakteri walau bukan dari E.Coli, karena pada pembacaan
hasil hari terakhir yang ditemukan hanya berupa koloni.
Dari koloni tersebut dapat kita analisa bahwa sampel Air Tahu tersebut
mendapat cemaran dari air, mungkin air yang digunakan tidak sesuai / tidak
memenuhi kualitas dari segi biologisnya, selain faktor air, peralatan yang
digunakan untuk menyimpan / mengolahnya tidak bersih dan faktor dari penjamah
itu sendiri yang tidak memperhatikan hygiene peroranganya.
Dampak yang ditimbulkan dari adanya cemaran bakteri pada pangan, salah
satunya adalah diare dan sakit perut dan jika cemaran / kontaminasi sangat
tinggi dapat mengakibatkan kematian.
Berdasrakan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Hygiene Sanitasi Jasa Boga
kandungan / cemaran E.Coli harus Nol (0) gr/contoh makanan.
H. Kesimpulan
1.
Alat dan bahan yang
digunakan dalam pemeriksaan E.Coli adalah tabung reaksi, pipet steril, ose,
lampu spritus, alkohol, SSL, E.C.Medium, Endo Agar, dan Sampel.
2.
Cara mengidentifikasi
E.Coli pada makanan dan minuman adalah dengan memasukkan sampel pada media dan
melanjutkan tes ketika media tersebut positif dilanjutkan sampai tes terakhir.
3.
Cara menentukan E.Coli pada
makanan atau minuman adalah dengan melihat ciri-ciri pada setiap media yang
digunakan.
PEMERIKSAAN BAKT ERI SALMONELLA PADA MAKANAN
A. Dasar Teori
Bakteri Salmonella merupakan bakteri batang gram-negatif. Karena habitat aslinya yang berada
di dalam usus manusia maupun binatang, bakteri ini dikelompokkan ke dalam
enterobacteriaceae (Brooks, 2005). Isolasi dari mikroorganisme Salmonella
pertama sekali dilaporkan pada tahun 1884 oleh Gaffky dengan nama spesies
Bacterium thyposum. Kemudian, pada tahun 1886 perkembangan nomenklatur semakin
kompleks karena peranan Salmon dan Smith serta sempat menjadi bahan pembicaraan
yang rumit. Bahkan dalam perkembangannya, Salmonella menjadi bakteri yang
paling kompleks dibandingkan enterobacteriacea lain, oleh karena bakteri ini
memiliki lebih dari 2400 serotipe dari antigen bakteri ini (Winn,
2006).Walaupun begitu banyak serotip dari Salmonella, namun telah disepakati
bahwa hanya terdapat dua spesies, yakni S. bongori dan S. enterica dengan enam
subspesies: S. enteric subsp. enteric; S. enteric subsp.salamae; S. enteric
subsp.arizonae; S. enteric subsp.diarizonae; S. enteric subsp. houtenae; S. enteric
subsp. indica dan Salmonella bongori.
Salmonella adalah suatu genus bakteri
enterobakteria gram-negatif berbentuk tongkat yang menyebabkan tifus,
paratifus, dan penyakit foodborne. Spesies-spesies Salmonella dapat
bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen sulfida. Salmonella dinamai
dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika, walaupun sebenarnya, rekannya
Theobald Smith (yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis) yang pertama kali
menemukan bakterium tahun 1885 pada tubuh babi.
1.
Kerajaan : Bakteri
2.
Kelas : Gamma Proteobacteria
3.
Order : Enterobacteriales
4.
Keluarga : Enterobacteriaceae
5.
Genus : Salmonella
6.
Species : S. enterica (Anonimb, 2009).
Klasifikasi Bakteri Salmonella Klasifikasi Salmonella terbentuk berdasarkan dasar
epidemiologi, jenis inang, reaksi biokimia, dan struktur antigen O, H, V
ataupun K. Antigen yang paling umum digunakan untuk Salmonella adalah antigen O
dan H. Antigen O, berasal dari bahasa Jerman (Ohne), merupakan susunan senyawa
lipopolisakarida (LPS). LPS mempunyai tiga region. Region I merupakan antigen
O-spesifik atau antigen dinding sel. Antigen ini terdiri dari unit-unit
oligosakarida yang terdiri dari tiga sampai empat monosakarida. Polimer ini biasanya
berbeda antara satu isolat dengan isolat lainnya, itulah sebabnya antigen ini
dapat digunakan untuk menentukan subgrup secara serologis. Region
II merupakan bagian yang melekat pada antigen O, merupakan core polysaccharide
yang konstan pada genus tertentu. Region III adalah lipid A yang melekat pada
region II dengan ikatan dari 2-keto-3-deoksioktonat (KDO). Lipid A ini memiliki
unit dasar yang merupakan disakarida yang menempel pada lima atau enam asam
lemak. Bisa dikatakan lipid A melekatkan LPS ke lapisan
murein-lipoproteindinding sel (Dzen, 2003).
Antigen H merupakan antigen yang terdapat pada flagela dari bakteri ini,
yang disebut juga flagelin. Antigen H adalah protein yang dapat dihilangkan
dengan pemanasan atau dengan menggunakan alkohol. Antibodi untuk antigen ini
terutamanya adalah IgG yang dapat memunculkan reaksi aglutinasi. Antigen ini
memiliki phase variation, yaitu perubahan fase salam satu serotip tunggal. Saat
serotip mengekspresikan antigen H fase-1, antigen H fase-2 sedang disintesis
(Chart, 2002).Antigen K berasal dari bahasa Jerman, kapsel. Antigen K merupakan
antigen kapsul polisakarida dari bakteri enteric (Dzen, 2003). Antigen ini
mempunyai berbagai bentuk sesuai genus dari bakterinya. Pada salmonella,
antigen K dikenal juga sebagai virulence antigen (antigen Vi).Seperti yang
sudah dikatakan sebelumnya, antigen menentukan klasifikasi dari Salmonella,
yakni ke dalam serogrup dan serotipnya.
B. Tujuan
1.
Untuk mengetahui alat dan
bahan yang digunakan dalam pemeriksaan Salmonella.
2.
Untuk mengetahui cara
pemeriksaan Salmonella.
3.
Untuk menentukan jenis
Salmonella pada sampel makanan yang diperiksa.
C. Alat dan Bahan
1.
Alat :
a.
Tabung reaksi
b.
gelas ukur
c.
Pipet ukur 10 ml
d.
Petridish
e.
Beacker glass
f.
Tabung durham
g.
Incubator
h.
Autoclave
i.
Lampu spiritus
j.
Balp
k.
Ose
2. Bahan :
a.
Sampel makanan
b.
Endo agar
c.
Triple sugar iron agat ( TSIA)
d.
Kliger iron agar (KIA)
e.
Media gula-gula ( maltose, manit sakrosa,laktosa,glukosa )
f.
Aquadest
D. Prosedur Kerja
1.
Hari I
a. Timbang sampel Ikan Bakar sebanyak 5 gr.
b. Diblender dengan air pepton pengencer sebanyak 45 ml .
c. Pipet 1 ml sampel, masukkan ke dalam media pengaya / penyubur (SSL).
d. Inkubasikan dalam inkubator selama 1 x 24 jam dengan suhu 35-37˚C
2.
Hari II
a. Amati sampel yang telah diinkubasikan pada Hari I.
b. Karena sampel yang diperiksa positif, dengan ciri-ciri terdapat gelembung
gas pada tabung durham dan warna dari sampel keruh, tes dilanjutkan.
c. Dari tabung yang positif pada media SSL, diambil 1-2 mata ose.
d. Masukkan ke dalam media Endo Agar Padat dengan cara dizig-zag, inkubasikan kembali selama 1 x 24 jam dengan
suhu 35-37˚C.
3.
Hari III
a. Amati sampel yang telah diinkubasikan pada Hari II.
b. Karena sampel yang diperiksa pada Hari II positif, dengan ciri-ciri
terdapat warna merah rose pada media Endo Agar, tes dilanjutkan.
c. Dari sampel yang positif pada media Endo Agar, diambil 1-2 mata ose koloni.
d. Tanam pada media TSIA dan Media Gula-gula (Lactosa, Sakarosa, Glukosa,
Manit, Maltosa.
e. Inkubasikan selama 1 x 24 jam dengan suhu 35-37˚C.
4.
Hari IV
a. Amati sampel yang diinkubasikan pada Hari III.
b. Hasil yang didapatkan dari praktikum pada pembacaan hasil hari terakhir
adalah negatif Salmonella.
E. Hasil
Adapun hasil dari
pemeriksaan salmonella pada sampel ikan bakar yang telah dikelola praktikum kali ini adalah:
No
|
Hari/Media
|
Keterangan
|
1
|
Hari I (penanaman pada media SSL)
|
Penanaman
|
2
|
Hari II (penanaman pada media Endo Agar Padat)
|
(+) positif media SSL, dengan ciri : terdapat gelembung gas dan warna
keruh pada tabung durham
|
3
|
Hari III (penanaman pada media TSIA dan Media Gula-Gula)
|
(+) positif media Endo Agar Padat, dengan ciri : terdapat warna merah
rose pada Media Endo Agar.
|
4
|
Hari IV (pembacaan hasil akhir)
|
(-) negatif karena yang terdapat pada media TSIA tidak ada warna dasar
kuning pada bekas zig-zag kan, dan pada tusukan dasar tidak berwarna hitam
serta pada Media Gula-Gula semua positif (+) AG / Asam Gas.
|
F. Analisa Hasil
Dari hasil
pemeriksaan yang dilakukan dapat kita analisa bahwa jenis mikroorganisme pada sampel Ikan Bakar tersebut adalah Enterobacter
Aerogene, karena pada media Gula-Gula semua positif (+) AG (Asam Gas) dan pada
media TSIA tidak terdapat gas H2S karena bekas tusukan tidak ada
warna hitam dan bekas zigzagkan tidak berwarna merah dasar kuning.
Berdasarkan hasil tersebut dapat kita analisis juga bahwa sampel tersebut
tidak tercemar/terkontaminasi oleh Salmonella, namun mikroorganisme yang
terdapat pada sampel makanan ini adalah jenis Enterobacter Aerogene. Yang mana jenis
mikroorganisme ini biasanya ditemukan pada hewan atau tanaman yang telah mati. Dan
berdasarkan teori Salmonella masuk ke dalam family Enterobacter Aerogene,
jadi walaupun tidak positif Salmonella tetapi mikroorganisme ini masih satu
family dengan Salmonella.
Adapun dampak yang diperoleh dari tercemarnya makanan oleh bakteri
Salmonella ini adalah menimbulkan gejala infeksi, yang mana dimulai ketika
masuknya sel salmonella ke dalam saluran pencernaan dan masuk ke dalam saluran
usus. Kuatnya gejala infeksi ini tergantung dari daya virulen, invasi dari
serotipe, dan strain bacteri tersebut. Sehingga menimbulkan gastroenteritis,
misalnya demam thipoid, demam parathypi
serta infeksi lokal lainnya.
Olehnya itu pentingnya menjaga sanitasi khususnya untuk pengolahan makanan, baik itu dari penjamah
makanan, maupun dari tempat pengolahan makanan.
G. Kesimpulan
1. Alat dan bahan yang digunakan dalam pemeriksaan Salmonella adalah tabung
reaksi, ose, pipet, petridish, lampu spritus, alkohol, SSL, Endo Agar, TSIA,
dan Media Gula-Gula.
2. Cara pemeriksaan Salmonella adalah dengan menimbang sampel yang akan
diperiksa, sampel diencerkan dengan pepton pengencer, kemudian dimasukkan ke
dalam media penyubur dan melanjutkan tes jika sampel positif sampai tahap
akhir.
3. Cara mengetahui jenis Salmonella yang diperiksa adalah dengan melihat
setiap hasil dari pemriksaan Hari pertama sampai Hari terakhir, kemudian
melihat ciri-ciri dari penanaman sampel pada media, sehingga diketahui jenis
Bacterinya.
PEMERIKSAAN VIBRIO
CHOLERA
A. Dasar
Teori
Cholera umumnya merupakan penyakit yang menyebar karna sanitasi
yang buruk yang menyebabkan kontaminasi sumber air. Cara ini jelas merupakan
mekanisme utama penyebaran penyakit cholera dalam lingkungan masyarakat miskin
di Amerika selatan.
Kasus-kasus
sporadic muncul karna kerang yang diambil dari perairan pantai yang tercemar
oleh kotoran, dimakan mentah. Cholera dapat juga ditularkan oleh kerang yang
dipanen dari air yang tidak tercemar karena V. cholera O1 merupakan bagian dari
Mikrobiota penghuni alami perairan pantai.
Vibrio
Cholera memproduksi racun Cholera, model untuk Enteretoksin, yang tindakan pada
epitel mukosa bertanggung jawab atas diare karakteristik penyakit kolera. Dalam
masnifestasi exterm, kolera adalah salah satu penyakit fatal cepat paling
dikenal seseorang yang sehat dapat menjadi hipotensi satu jam setelah timbulnya
gejala dan mungkin meninggal dalam waktu 2-3 jam jika pengobatan tidak
disediakan lebih umum, penyakit ini berlangsung dari bangku cair pertama yang
mengejutkan di 4-12 jam, dengan kematian berikut dalam 18 jam untuk beberapa
hari.
Beberapa
bakteri yang bertahan hidup menghemat energi dan nutrisi yang tersimpan selama
perjalanan melalui perut dengan menutup produksi protein banyak. Ketika bakteri
yang masih hidup keluar dari lambung dan mencapai usus kecil, mereka perlu
mendorong diri mereka melalui lendir tebal yang melapisi usus kecil untuk
sampai ke dinding usus mana mereka dapat berkembang. V.'' cholerae''bakteri
memulai produksi protein silinder berongga flagellin untuk membuat flagela,
yang keriting seperti cambuk ekor yang mereka berputar untuk mendorong diri
mereka sendiri melalui lendir yang melapisi usus kecil.
Setelah
bakteri kolera mencapai dinding usus, mereka tidak perlu baling-baling flagela
untuk pindah lagi. Bakteri berhenti memproduksi protein flagellin, energi lagi
sehingga melestarikan dan nutrisi dengan mengubah campuran protein yang mereka
memproduksi dalam menanggapi lingkungan kimia berubah. Saat mencapai dinding
usus,''V. cholerae''mulai memproduksi protein beracun yang memberi orang yang
terinfeksi diare berair. Ini membawa generasi baru mengalikan''V.
cholerae''bakteri keluar ke dalam air minum berikutnya host jika
langkah-langkah sanitasi yang tepat tidak pada tempatnya.
Mekanisme
genetik dari bakteri ini dimana''V. cholerae''bakteri mematikan produksi
beberapa protein dan menghidupkan produksi protein lain sebagai respon mereka
terhadap serangkaian lingkungan kimia yang mereka hadapi, melewati perut,
melalui lapisan mukosa dari usus kecil, dan masuk ke usus dinding. Kepentingan
tertentu telah menjadi mekanisme genetik dengan bakteri kolera yang
menghidupkan produksi protein dari racun yang berinteraksi dengan mekanisme sel
inang untuk memompa ion klorida ke dalam usus kecil, menciptakan tekanan ionik
yang mencegah ion natrium memasuki sel. Klorida dan ion natrium menciptakan
lingkungan air garam di usus kecil yang melalui osmosis dapat menarik hingga
enam liter air per hari melalui sel-sel usus menciptakan sejumlah besar diare.
Tuan rumah dapat menjadi cepat dehidrasi jika campuran yang tepat dari air
garam encer dan gula tidak diambil untuk menggantikan air dan garam darah yang
hilang selama diare.
B. Tujuan
1.
Untuk mengetahui alat dan
bahan yang digunakan dalam pemeriksaan vibrio.
2.
Untuk mengetahui cara
melakukan pemeriksaan vibrio.
3.
Untuk mengetahui cara
menentukan jenis vibrio pada sampel makanan yang diperiksa.
C. Alat dan Bahan
1.
Alat :
a.
Tabung reaksi
b.
gelas ukur
c.
Pipet ukur 10 ml
d.
Petridish
e.
Beacker glass
f.
Tabung durham
g.
Incubator
h.
Autoclave
i.
Lampu spiritus
j.
Balp
k.
Ose
2.
Bahan :
a.
Sampel makanan
b.
Air pepton alkalis
c.
TSIA
d.
KIA
e.
Media gula-gula
f.
Aquadest
D. Prosedur Kerja
1.
Hari I
a. Timbang sampel Ikan Bakar sebanyak 5 gr.
b. Diblender dengan air pepton pengencer sebanyak 45 ml .
c. Pipet 1 ml sampel, masukkan ke dalam media pengaya / penyubur ( Pepton
Alkalis).
d. Inkubasikan dalam inkubator selama 1 x 24 jam dengan suhu 35-37˚C
2.
Hari II
a. Amati sampel yang telah diinkubasikan pada Hari I.
b. Karena sampel yang diperiksa positif, dengan ciri-ciri air keruh, biru
kehijauan, tes dilanjutkan.
c. Dari tabung yang positif pada Pepton Alkalis, diambil 1-2 mata ose.
d. Masukkan ke dalam media TSIA dengan cara dizig-zag, inkubasikan kembali
selama 1 x 24 jam dengan suhu 35-37˚C.
3.
Hari III
a. Amati sampel yang telah diinkubasikan pada Hari II.
b. Karena sampel yang diperiksa pada Hari II positif, dengan ciri-ciri
terdapat lereng berwarna merah, dasar kuning serta tusuk tidak hitam, tes
dilanjutkan.
c. Dari sampel yang positif pada media TSIA, diambil 1-2 mata ose koloni.
d. Tanam pada media TSIA dan Media Gula-gula (Lactosa, Sakarosa, Glukosa,
Manit, Maltosa.
e. Inkubasikan selama 1 x 24 jam dengan suhu 35-37˚C.
4.
Hari IV
a. Amati sampel yang diinkubasikan pada Hari III.
b. Hasil yang didapatkan dari praktikum pada pembacaan hasil hari terakhir
adalah negatif Vibrio.
E. Hasil
Adapun hasil dari pemeriksaan vibrio cholera pada sampel
makanan iakn yang telah dikelola adalah:
No
|
Hari/Media
|
Keterangan
|
1
|
Hari I (penanaman pada media Pepton Alkalis)
|
Penanaman
|
2
|
Hari II (penanaman pada media TSIA)
|
(+) positif media Pepton Alkalis, dengan ciri : air keruh, biru kehijauan
|
3
|
Hari III (penanaman pada media TSIA dan Media Gula-Gula)
|
(+) positif media TSIA, dengan ciri : lereng berwarna merah, dasar kuning serta tusuk tidak hitam.
|
4
|
Hari IV (pembacaan hasil akhir)
|
(-) negatif karena yang terdapat pada media TSIA tidak ada warna dasar
kuning pada bekas zig-zag kan, dan pada tusukan dasar tidak berwarna hitam
serta pada Media Gula-Gula semua positif (+) AG / Asam Gas.
|
F. Analisa Hasil
Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami lakukan, maka didapatkan jenis
mikroorganisme pada sampel Ikan Bakar tersebut adalah Enterobacter Aerogene,
yang mana ini dapat dibuktikan pada pemeriksaan hari terakhir dengan ciri-ciri
pada media TSIA tidak terdapat gas H2S dan pada Media Gula-Gula semuanya positif (+)
AG/Asam Gas. Hal ini menunjukkan adanya cemaran mikroorganisme walaupun bukan
dari Vibrio, namun seperti yang kita ketahui bahwa Vibrio ini masuk dalam
family Enterobacter Aerogene, sehingga tetap bisa memberikan dampak terhadap
manusia.
Adapun dampak dari cemaran vibrio ini adalah bisa menimbulkan berbagai
macam penyakit seperti diare, kejang perut, mual, muntah, pusing, demam dan
menggigil. Selain itu gejala gastroenteritis ringan sampai berat dapat
dirasakan.
Bakteri ini banyak ditemukan pada makanan hasil laut seperti udang,
kepiting, ikan, lobster, dan makanan sea
food lainnya. Bacetri ini banyak di laut, terutama di daerah iklim tropis
atau musim panas. Oleh karena itu diharapkan kepada penjamah makanan, agar
tetap menjaga kebersihan dan lingkungan pengolahan makanan juga bersih. Dan
mengetahui cara megolah makanan dengan baik sehingga bacteri tersebut dapat
mati pada saat pengolahan makanan, khususnya makanan laut.
G. Kesimpulan
1.
Alat dan bahan yang
digunakan dalam pemeriksaan Vibrio adalah tabung reaksi, ose, petridish,
inkubator, autoclave, lampu spritus, alkohol, Pepton alkali, TSIA, dan Media
Gula-Gula.
2.
Cara melakukan pemeriksaan
Vibrio adalah dengan menimbang sampel, diblender dengan menambahkan pepton
pengencer, masukkan ke dalam media, dan jika selalu positif dilanjutkan sampai
tes terakhir.
3.
Cara menentukan jenis
vibrio yang diperiksa dengan melihat hasil setiap dan pada hasil akhir akan
terlihat melalui ciri-ciri pada media yang digunakan.
DAFTAR
PUSTAKA
Zaenab SKM.,M.Kes, DKK, Buku Panduan Praktikum PMM-A Program Studi
D-IV, Poltekkes Kemenkes Makassar jurusan Kesehatan Lingkungan, 2015.
Febrinaldy Syafni, 2012,
Praktikum Sakarin dan Siklamat, http://febrinaldysyafni.blogspot.com/2012/12/praktikum-sakarin-dan-siklamat.html, diakses pada April 2015
Lisaariani, 2013, Analisa
Kualitatif Zat Pemanis Buatan Siklamat Dalam Minuman
Jajanan Anak SD Di Banjarmasin Utara,https://lisaariani025.wordpress.com/2013/10/18/analisa-kualitatif-zat-pemanis-buatan-siklamat-dalam-minuman-jajanan-anak-sd-di-banjarmasin-utara/, diakses pada April 2015
Yuyun Susanti, 2012, Laporan Pemeriksaan Bakteri Coliform, http://yu2n-sevenfoldism.blogspot.com/2012/04/laporan-pemeriksaan-bakteri-coliform.html, diakses pada tanggal 23
Juni 2015
Setiya Dewi Megasari, 2012, Laporan Praktikum Penyehatan Makanan, http://setiya-dewi-megasari.blogspot.com/2012/01/laporan-praktikum-penyehatan-makanan.html, diakses pada tanggal 23
Juni 2015
Tresno, 2012, Pemeriksaan Bakteri Ecoli,https://akutresno.wordpress.com/2012/02/26/pemeriksaan-bakteri-ecoli/, diakses pada tanggal 23 Juni 2015
Syamsinar Kadir, 2013, Laporan Lengkap Bakteriologis, http://sinarkesehatan.blogspot.com/2013/09/laporan-lengkap-bakteriologis.html, diakses pada tanggal 23
Juni 2105
Lampiran Foto Proses
Praktikum
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Rekapan Laporan Praktikum PMM – A (Pemeriksaan Jamur, Identifikasi Rhodamin-B, Formalin, Boraks, Methyl Yellow, Pemeriksaan Siklamat, Pemeriksaan E-Coli, Salmonella, dan Vibrio pada Makanan)
Written on 08.35.00 by Unknown
Mata Kuliah : PMM – A
Dosen :
Zaenab, SKM.,M.Kes
Novi Utami Dewi, SKM., M.Kes
“Rekapan Laporan Praktikum PMM – A (Pemeriksaan Jamur, Identifikasi Rhodamin-B, Formalin, Boraks,
Methyl Yellow, Pemeriksaan Siklamat, Pemeriksaan E-Coli, Salmonella, dan Vibrio
pada Makanan)”
Oleh
Kelompok 4:
EVI NURSYAFITRI PO.71.4.221.13.2.012
ANDI NURUL HILAL PO.71.4.221.13.2.032
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D.IV
2015
PEMERIKSAAN JAMUR
PADA MAKANAN
A.
Dasar Teori
Jamur merupakan kelompok
organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum fungi. Jamur pada
umumnya multiseluler (bersel banyak).Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme
lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya.
Tubuh jamur tersusun dari
komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut
miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah. Hifa
adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dindingberbentuk pipa
(Pelczar and Reid, 1958). Dinding ini menyelubungi membran plasma dan
sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik.
Secara umum fungi dapat dibagi
menjadi dua kelompok berdasarkan atas tipe selnya yaitu :
1.
Fungi bersifat uniselluler (khamir)
Khamir (“yeast”) adalah fungi
bersel satu yang mikroskopik, beberapa generasi ada yang membentuk miselium
dengan percabangan. Khamir hidupnya sebagian ada yang saprofit dan ada
beberapa yang parasitik. Sel khamir mempunyai ukuran yang bervariasi, yaitu
dengan panjang 1-5 μm sampai 20-50μm, dan lebar 1-10 μm.
2.
Fungi yang bersifat multiselluler (kapang)
Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai
filamen, dan pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena penampakannya
yang berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih,
tetapi jika spora telah timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung dari
jenis kapang. Kapang terdiri dari suatu thallus yang tersusun dari filamen yang
bercabang yang disebut hifa. Kumpulan dari hifa disebut miselium.
B. Tujuan
1.
Untuk mengetahui cara mengidentifikasi jamur pada bahan Pangan.
2.
Untuk mengetahui jenis-jenis jamur yang ada pada pangan (mentah dan olahan).
C. Alat dan Bahan
1.
Alat :
a.
Mikroskop
b.
Label
c.
Pinset
d.
Objek glass
e.
Deg glass
f.
Pipet tetes
g.
Wadah sampel
2. Bahan :
a.
Aquadest
b.
Alcohol
c.
Sampel (Telur Balado
dan Bunga Kol ) yang ditumbuhi jamur
d.
Kapas
D. Prosedur Kerja
1.
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.
Kemudian bersihkan peralatan yang akan digunakan
3.
Setelah itu objek glass
dibersihkan dengan alkohol
4.
Kemudian ambil sampel
(pangan mentah dan pangan olahan) dan yang sudah ditumbuhi jamur secukupnya.
5.
Kemudian tetesi aquadest sebanyak 1-3 tetes
6.
Kemudian media ditutup dengan deck
glass
7.
Setelah itu diberi label pada objek glass/ preparat
8.
Preparat diletakkan pada mikroskop,
atur pencahayaan
9.
Amati dan gambar jenis jamur yang terdapat pada
sampel
10.
Setelah itu amati dan
gambar jenis jamur yang terdapat pada sampel pangan mentah dan pangan olahan.
11.
Catat hasil
E. Hasil
Berdasarkan hasil
pemeriksaan yang didapatkan dengan mengamati jamur yang terdapat pada sampel
roti, kelapa dan tomat ditemukan jenis jamur sebagai berikut:
1.
Jamur pada pangan olahan, yakni : Telur
Balado adalah “Thamnidium”
2.
Jamur pada pangan segar, yakni : Bunga
Kol adalah “Botrytis Cinerea”
F. Anlisa Hasil
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh, jenis jamur yng terdapat di
pangan olahan berupa Telur Balado adalah jamur “Thamnidium” dan jamur yang
terdapat di pangan segar berupa Bunga/Sayuran Kol adalah jamur jenis “Botrytis
Cinerea”. Jika dianalisis jenis jamur Thamnidium ini merupakan jamur dari Kelas
Zygomycetes, yang mana ciri-ciri dari jamur Thamnidium adalah hifa nonseptat
dan sporangiofora membawa sporangium besar pada ujungnya dan sekumpulan
sporangiola di bagian bawah dekat dengan dasar. Adapun ciri-ciri dari jamur
“Botrytis Cinerea” adalah tidak mempunyai spora seksual. Yang mana jamur ini
merupakan family dari Monoliales.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur pada makanan,
yaitu: suhu, kelembaban, oksigen, pH, makanan/nutrisi, dan komponen penghambat
lainnya.
Dalam sampel ini, jamur pada Bunga/Sayuran Kol dan Telur Balado, tumbuh
akibat disimpan di tempat yang kurang kadar O2 (dalam keadaan
tertutup) sehingga pertumbuhan jamurnya mendukung.
G.
Kesimpulan
1. Cara mengidentifikasi jamur
pada pangan olahan dan segar adalah menyiapkan alat dan bahannya, bersihkan
alat dengan alkohol agar tidak ada faktor pengganggu, kemudian diberikan 1-2
tetes aquadest, kemudian ditutup dengan degglass dan diperiksa/diidentifikasi
di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x.
2. Ada beberapa jenis jamur
yang biasa terdapat dalam pangan (baik olahan maupun segar), yaitu: Rhizopus sp, Thamnidium, Botrytis,
Sacharomyces, Aspergillus sp, dan lain sebagainya.
PEMERIKSAAN
KANDUNGAN FORMALIN PADA MAKANAN
A. Dasar teori
Top of Form
Bottom of Form
Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan
baunya sangat menusuk. Di dalam larutan formalin terkandung sekitar 37%
formaldehid dalam air dan merupakan anggota paling sederhana dan termasuk
kelompok aldehid dengan rumus kimia HCHO. Formalin biasanya
diperdagangkan di pasaran dengan nama berbeda-beda antara lain yaitu: Formol,
Morbicid, Methanal, Formic aldehyde, Methyl oxide, Oxymethylene, Methylene
aldehyde, Oxomethane, Formoform, Formalith, Karsan, Methyleneglycol, Paraforin,
Polyoxymethylene glycols, Superlysoform, Tetraoxymethylene, dan Trioxane.
Formalin biasanya digunakan pada
:
1.
Bidang
kesehatan : desinfektan dan pengawet mayat
2.
Industri
perkayuan dan plywood : sebagai perekat
3.
Industri
plastik : bahan campuran produksi
4.
Industri
tekstil, resin, karet dan fotografi : mempercepat pewarnaan.
Dari hasil sejumlah survey dan pemeriksaan laboratorium, ditemukan
sejumlah produk pangan menggunakan formalin sebagai pengawet misalnya ikan
segar, ayam potong, mie basah, bakso, ikan asin dan tahu yang beredar di
pasaran, dengan ciri sebagai berikut:
·
Tahu yang bentuknya sangat kenyal, tidak mudah
hancur, awet beberapa hari dan berbau menyengat.
|
·
Mie basah yang berwarna lebih mengkilat serta
awet beberapa hari dan tidak mudah basi dibandingkan dengan yang tidak
mengandung formalin.
|
·
Ayam potong yang berwarna putih bersih, awet
dan tidak mudah busuk.
|
·
Ikan basah yang warnanya putih bersih, kenyal, insangnya
berwarna merah tua bukan merah segar, awet sampai beberapa hari dan tidak
mudah busuk.
|
·
Ikan asin yang bentuknya bagus, tidak lembek,
tidak bau, dan awet.
|
Pemakaian formaldehida pada makanan dapat menyebabkan keracunan pada tubuh
manusia, dengan gejala: sukar menelan, mual, sakit perut yang akut disertai
muntah-muntah, mencret darah, timbulnya depresi susunan syaraf, atau gangguan
peredaran darah. Konsumsi formalin pada dosis sangat tinggi dapat mengakibatkan
konvulsi (kejang-kejang), haematuri (kencing darah) dan haimatomesis (muntah
darah) yang berakhir dengan kematian. Injeksi formalin dengan dosis 100 gr
dapat mengakibatkan kematian dalam waktu 3 jam.
Formalin tidak termasuk dalam daftar bahan tambahan makanan (additive) pada
Codex Alimentarius, maupun yang dikeluarkan oleh Depkes. Humas Pengurus
Besar Perhimpunan Dokter spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB PAPDI)
menyatakan formalin mengandung 37% formalin dalam pelarut air dan biasanya juga
mengandung 10 persen methanol. Formalin sangat berbahaya bagi kesehatan
manusia, karena dapat menyebabkan kanker, mutagen yang menyebabkan perubahan
sel dan jaringan tubuh, korosif dan iritatif. Berdasarkan penelitian WHO,
kandungan formalin yang membahayakan sebesar 6 gram. Padahal rata-rata
kandungan formalin yang terdapat pada mie basah 20 mg/kg mie
B. Tujuan
1.
Untuk mengetahui cara
pemeriksaan Formalin pada pangan.
2.
Untuk mengentahui jenis
makanan yang menggunakan Formalin.
C. Alat dan Bahan
1.
Alat :
a.
Petridish
b.
Pipet tetes
c.
Beaker glass
d.
Pengaduk
e.
Tabung reaksi
f.
Gelas ukur
g.
Lumpang
h.
Timbangan
2.
Bahan :
a.
Sampel
b.
Aquadest
c.
Larutan reagent FO 1
d.
Larutan reagent FO 2
e.
Larutan standar Formaldehyd
D. Prosedur kerja
1.
Timbang sampel sebanyak 25 gr.
2.
Gerus sampi halus.
3.
Tambahkan 50 ml aquadest
4.
Masukkan dalam tabung sampel
5.
Tambahkan 5 tetes larutan FO 1 tunggu 3 menit
6.
Tambahakan 1 sendok reagent FO 2 tunggu selama 5
menit
7.
Bandingkan dengan larutan standart
8.
Amati warna yang terjadi
pada sampel.
E. Hasil
Dari praktikum yang telah dilakukan, hasil yang didapatkan pada sampel
“Tahu” untuk pemeriksaan Formalin, didapatkan kandungan formalin sebesar 0,1ml.
F. Analisa Hasil
Dari hasil tersebut dapat dianalisis bahwa “Tahu” yang dijual di daerah Rappocini
Makassar, sudah mengandung formalin, walaupun dalam kandungan yang kecil yakni
0,1 ml, tetapi penggunaannya untuk pangan tidak diperbolehkan berdasarkan Permenkes
Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang BTP (Bahan Tambahan Pangan). Seperti kita ketahui formalin
merupakan Bahan Tambahan Pangan yang dilarang pengunaannya dalam makanan.
Selain itu penambahan formalin ke dalam makanan dapat memberikan dampak
negatif, baik itu secara langsung (akut) maupun secara tidak langsung (kronik)
terhadap kesehatan.
Dan dari hasil pengamatan sebelum melakukan pemeriksaan di laboratorium,
ciri fisik yang menandakan adanya kandungan formalin pada “Tahu” ini adalah
tahu tersebut ketika dijatuhkan ke lantai tidak pecah/hancur, serta memiliki
bau yang khas.
Oleh karena itu sebagai seorang tenaga kesehatan yang preventif, pentingnya
memberikan penyuluhan khusus kepada para produsen makanan, akan bahaya yang ditimbulkan oleh penambahan
formalin ke dalam makanan. Dan kepada konsumen agar berhati-hati dalam membeli
/ mengonsumsi makanan atau memilih makanan dengan baik.
G. Kesimpulan
Adapun kesimpulan
yang kami simpulakan dari praktikum pemeriksaaan kandungan formalin pada makanan, yaitu:
1. Cara pemeriksaan formalin pada makanan dilakukan dengann menimbang bahan /
sampel yang akan diperiksa, menggerus dengan lumpang, menambahkan quadest,
kemudian ditambahkan larutan FO-1 dan FO-2, lalu dibandingkan dengan larutan
standar / warna yang umumnya mengandung formalin.
2. Ada beberapa makanan yang umumnya disalahgunakan dengan penambahan formalin
diantaranya adalah tahu, bakso, mie basah / kering, dan ikan basah. Dari
makanan ini, umumnya makanan yang tergolong Perisahble Food (makanan yang tidak
stabil mudah rusak).
PEMERIKSAAN
KANDUNGAN BORAKS PADA MAKANAN
A.
Dasar Teori
Top of Form
Bottom of Form
Boraks
merupakan senyawa kimia dengan nama natriurn tetraborat, berbentuk
kristal lunak. Boraks bila dilarutkan dalam air akan terurai menjadi natrium
hidroksida serta asam borat. Baik boraks maupun asam borat memiliki
sifat antiseptik, dan biasa digunakan oleh industri farmasi sebagai ramuan obat
misalnya dalam salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut dan obat pencuci
mata. Secara lokal boraks dikenal sebagai 'bleng' (berbentuk
larutan atau padatan/kristal) dan ternyata digunakan sebagai pengawet misalnya
pada pembuatan mie basah, lontong dan bakso.
Penggunaan
boraks ternyata telah disalahgunakan sebagai pengawet makanan, antara lain digunakan
sebagai pengawet dalam bakso dan mie. Boraks juga dapat menimbulkan efek racun
pada manusia, tetapi mekanisme toksisitasnya berbeda dengan formalin.
Toksisitas boraks yang terkandung di dalam makanan tidak langsung dirasakan
oleh konsumen. Boraks yang terdapat dalam makanan akan diserap oleh tubuh dan
disimpan secara kumulatif dalam hati, otak, atau testis (buah zakar), sehingga
dosis boraks dalam tubuh menjadi tinggi. Pada dosis cukup tinggi, boraks
dalam tubuh akan menyebabkan timbulnya gejala pusing-pusing, muntah, mencret,
dan kram perut. Bagi anak kecil dan bayi, bila dosis dalam tubuhnya mencapai 5
gram atau lebih, akan menyebabkan kematian. Pada orang dewasa, kematian akan
terjadi jika dosisnya telah mencapai 10 - 20 g atau lebih.
1. Ciri-ciri Makanan yang Mengandung Boraks, yaitu sebagai berikut:
a.
Ciri-ciri mie basah
mengandung boraks: Teksturnya kenyal, lebih mengkilat, tidak lengket, dan tidak
cepat putus.
b.
Ciri baso
mengandung boraks: teksturnya sangat kenyal, warna tidak kecokelatan seperti penggunaan
daging namun lebih cenderung keputihan.
c.
Ciri-ciri jajanan
(seperti lontong) mengandung boraks: teksturnya sangat kenyal, berasa tajam,
seprti sangat gurih dan membuat lidah bergetar dan meberikan rasa getir.
d.
Ciri-ciri kerupuk
mengandung boraks: teksturnya renyah dan bisa menimbulkan rasa getir
2.
Pengaruh Boraks
Terhadap Kesehatan
a.
Jika terhirup; Rasa
terbakar pada hidung dan tenggorokan, sukar bernapas, napas pendek, sakit
kepala, kanker paru-paru.
b.
Jika terkena kulit;
Kemerahan, gatal, kulit terbakar.
c.
Jika terkena mata;
Kemerahan, gatal, mata berair, kerusakan mata, pandangan kabur, kebutaan.
d.
Jika tertelan;
Mual, muntah, perut perih, dalam jumlah banyak menyebabkan kurang darah, muntah
darah, mati.
B. Tujuan
1.
Untuk mengetahui cara
mengidentifikasi boraks pada makanan.
2.
Untuk mengetahui makanan
yang mengandung boraks.
C. Alat an Bahan
1.
Alat :
a.
Lumpang
b.
Petridish
c.
Oven
d.
Pipet ukur
e.
Pipet tetes
f.
Cawan porselin
2.
Bahan :
a.
Sampel
b.
Reagent boraks (B4O72)
c.
Larutan standart boraks
d.
Kertas boraks
D. Prosedur kerja
1.
Timbang sampel sebanyak 25 gr
2.
Haluskan dengan menggunakan lumpang
3.
Tambahakan aquadest sebanyak 50 ml. aduk hingga
homogen
4.
Untuk sampel miniuman yang sudah cair, ambil 25 ml tambahkan aquadest sampai tanda 50 ml
5.
Karena boraks dalam
keadaan dingin memmbentuk garam sebaiknya sampel sebelum diperiksa dipanaskan
terlebih dengan 800c selama 3-5 menit setelah
tercapai.
6.
Masukkan sampel sebanyak 5 ml ke dalam tabung
7.
Tambahakan reagent boraks 1 sebanayak 3 tetes
diaduk hingga rata.
8.
Siapkan kertas boraks tetskan sampel pada perlakuan
2 pada permukaan 3 tetes dan diamk beberapa saat jika Pada boraks ( B4O72)
akan terbentuk perubahan warna dari kuning menjadi merah.
9.
Untuk lebih meyakinkan bandingkan dengan
standart boraks.
E. Hasil
Hasil yang didapatkan dari praktikum pemeriksaan Boraks pada jajanan
“Empek-empek di daerah Cilallang adalah Negatif.
F. Analisa hasil
Berdasarkan hasil
praktikum yang dilakukan, kami dapat menganalisa bahwa sampel jajanan
“Empek-empek” tersebut masih layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat umum, jika
dilihat dari aspek kimianya.
Namun sebelum pemeriksaan dilaboratorium, ciri-ciri fisik dari jajanan
tersebut yang mengindikasikan adanya kandungan Boraks adalah keras, tidak
dikerumuni lalat, dan elastis. Sehingga yang menyebabkan tidak adanya kandungan
boraks pada Empek-Empek tersebut adalah pada saat pemeriksaan di laboratorium,
yang mana pengencerannya tidak sempurna, artinya konsentrasi air / aquadest
terlalu tinggi dibandingkan dengan sampel yang diperiksa.
Adapun peraturan yang melarang penggunaan Boraks adalah Permenkes Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Pangan. Olehnya pemberian penyuluhan kepada
masyarakat dan khususnya pada produsen agar mengetahui bahaya dan dampak dari
penggunaan Boraks pada pangan.
G. Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan
dapat disimpulkan bahwa :
1. Cara mengidentifikasi boraks pada makanan adalah menimbang sampel sebanyak
25 kg / 25 ml, dihaluskan (untuk sampel padat), tambahkan aquades sampai tanda
50 ml , kemudian sebelum diperiksa di panaskan di oven dengan suhu 80˚C selama
3-5 menit (karena dalam keadaan dingin boraks membentuk garam), masukkan sampel
sebanyak 5 ml ke dalam tabung, tambahkan reagent Boraks 1-3 tetes, diamkan,
kemudian akan terjadi perubahan warna kuning menjadi merah jika positif.
2. Makanan / pangan yang biasa mengandung boraks, memiliki ciri-ciri fisik
seperti teksturnya kenyal, tidak lengket, dan biasanya tidak dikerumuni oleh
Vektor. Jenis makanan yang biasanya terkandung / disalahgunakan dengan Borals
adalah bakso, mie basah, ikan, dan kerupuk.
PEMERIKSAAN
KANDUNGAN RHODAMIN-B PADA MAKANAN
A. Dasar Teori
Top of Form
Bottom of Form
Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa digunakan pada
industri tekstil dan kertas . Zat ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang
penggunaannya pada makanan melalui Menteri Kesehatan (Permenkes)
No.239/Menkes/Per/V/85. Namun penggunaan Rhodamine dalam makanan masih terdapat
di lapangan. Contohnya, BPOM di Makassar berhasil menemukan zat Rhodamine-B
pada kerupuk, sambal botol, dan sirup melalui pemeriksaan pada sejumlah sampel
makanan dan minuman. Rhodamin B ini juga adalah bahan kimia yang digunakan
sebagai bahan pewarna dasar dalam tekstil dan kertas. Pada awalnya zat ini
digunakan untuk kegiatan histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai
keperluan yang berhubungan dengan sifatnya dapat berfluorensi dalam sinar matahari.
Rumus Molekul dari Rhodamin B adalah C28H31N2O3Cl
dengan berat molekul sebesar 479.000. Zat yang sangat dilarang penggunaannya
dalam makanan ini berbentuk kristal hijau atau serbuk ungu-kemerah – merahan,
sangat larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah kebiru-biruan dan
berfluorensi kuat. Rhodamin B juga merupakan zat yang larut dalam alkohol, HCl,
dan NaOH, selain dalam air. Di dalam laboratorium, zat tersebut digunakan
sebagai pereaksi untuk identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg, dan Th dan titik
leburnya pada suhu 165?C.
Dalam analisis dengan metode destruksi dan metode spektrofometri, didapat
informasi bahwa sifat racun yang terdapat dalam Rhodamine B tidak hanya saja
disebabkan oleh senyawa organiknya saja tetapi juga oleh senyawa anorganik yang
terdapat dalam Rhodamin B itu sendiri, bahkan jika Rhodamin B terkontaminasi
oleh senyawa anorganik lain seperti timbaledan arsen ( Subandi ,1999). Dengan
terkontaminasinya Rhodamin B dengan kedua unsur tersebut, menjadikan pewarna
ini berbahaya jika digunakan dalam makanan.
Di dalam Rhodamin B sendiri terdapat ikatan dengan klorin ( Cl ) yang
dimana senyawa klorin ini merupakan senyawa anorganik yang reaktif dan juga
berbahaya. Rekasi untuk mengikat ion klorin disebut sebagai sintesis zat warna.
Disini dapat digunakan Reaksi Frield- Crafts untuk mensintesis zat warna
seperti triarilmetana dan xentana. Rekasi antara ftalat anhidrida dengan
resorsinol dengan keberadaan seng klorida menghasilkan fluoresein. Apabila
resorsinol diganti dengan N-N-dietilaminofenol, reaksi ini akan menghasilkan
rhodamin B.
Selain terdapat ikatan Rhodamin B dengan Klorin terdapat juga ikatan
konjugasi. Ikatan konjugasi dari Rhodamin B inilah yang menyebabkan Rhodamin B
bewarna merah. Ditemukannya bahaya yang sama antara Rhodamin B dan Klorin
membuat adanya kesimpulan bahwa atom Klorin yang ada pada Rhodamin B yang
menyebabkan terjadinya efek toksik bila masuk ke dalam tubuh manusia. Atom
Cl yang ada sendiri adalah termasuk dalam halogen, dan sifat halogen yang
berada dalam senyawa organik akan menyebabkan toksik dan karsinogen.
Beberapa sifat berbahaya dari Rhodamin B seperti menyebabkan iritasi bila
terkena mata, menyebabkan kulit iritasi dan kemerahan bila terkena kulit hampir
mirip dengan sifat dari Klorin yang seperti disebutkan di atas berikatan dalam
struktur Rhodamin B. Penyebab lain senyawa ini begitu berbahaya jika dikonsumsi
adalah senyawa tersebut adalah senyawa yang radikal. Senyawa radikal adalah
senyawa yang tidak stabil. Dalam struktur Rhodamin kita ketahui mengandung
klorin (senyawa halogen), sifat halogen adalah mudah bereaksi atau memiliki
reaktivitas yang tinggi maka dengan demikian senyawa tersebut karena merupakan
senyawa yang radikal akan berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan
berikatan dengan senyawa-senyawa dalam tubuh kita sehingga pada akhirnya akan
memicu kanker pada manusia.
Klorin sendiri pada suhu ruang berbentuk sebagai gas. Sifat dasar klorin
sendiri adalah gas beracun yang menimbulkan iritasi sistem pernafasan. Efek
toksik klorin berasal dari kekuatan mengoksidasinya. Bila klorin dihirup pada
konsentrasi di atas 30ppm, klorin mulai bereaksi dengan air dan sel-sel yang
berubah menjadi asam klorida (HCl) dan asam hipoklorit (HClO). Ketika digunakan pada tingkat tertentu untuk desinfeksi
air, meskipun reaksi klorin dengan air sendiri tidak mewakili bahaya utama bagi
kesehatan manusia, bahan-bahan lain yang hadir dalam air dapat menghasilkan
disinfeksi produk sampingan yang dapat merusak kesehatan manusia. Klorit yang
digunakan sebagai bahan disinfektan yang digunakan dalam kolam renang pun
berbahaya, jika terkena akan mennyebabkan iritasi pada mata dan kulit manusia.
Adapun ciri-ciri makanan yang mengandung
Rhodamin B, yaitu:
1.
Warna kelihatan cerah
(berwarna-warni), sehingga tampak menarik.
2.
Ada sedikit rasa pahit (terutama
pada sirop atau limun).
3.
Muncul rasa gatal di tenggorokan
setelah mengonsumsinya.
4.
Baunya tidak alami sesuai makanannya
5.
Harganya Murah seperti saus yang
cuma dijual Rp. 800 rupiah per botol
B. Tujuan
3.
Untuk mengetahui cara
pemeriksaan Rhodamine-B
4.
Untuk mengetahui jenis
makanan yang menggunakan Rhodamine-B
C. Alat dan Bahan
1.
Alat :
a.
Petridish
b.
Pipet tetes
c.
Beaker glass
d.
Pengaduk
e.
Tabung reaksi
f.
Gelas ukur
2.
Bahan :
a.
Reagen Rhodamine
–B1
b.
Larutan standar
Rhodamine – B
c.
Sampel makanan
d.
Aquadest
D.
Prosedur Kerja
1.
Sipakan beaker
glass dan masukkan sampel makanan 25 gr dalam volume 50 ml aquadest
2.
Hancurakan sampel
dengan pengaduk sampai larut seluruhnya.
3.
Untuk sampel
minuman yang sudah cair tidak perlu dilakukuan
4.
Siapakan tabung
reaksi dan msukkan 3 tetes Reagent Rhodamin – B1
5.
Tambahakan sampel
sebanyak 5 ml secara perlahan dan diamkan beberapa saat.
6.
Amati, jika terjadi
peruban warna Rhodamin – B tidak pekat warna menjadi putih kebiruan,
dibandingkan deret standart warna
Rhodamin – B.
7.
Untuk lebih
meyakinkan, bandingkan dengan standar Rhodamin – B yang diperlukan sebagai
sampel.
E.
Hasil
Dari praktikum ini, ada 2 jenis sampel yang diperiksa, yaitu: jajanan/snack
“Tela-Tela dan “Jelly”, adapun hasilnya yaitu sebagai berikut:
No
|
Jenis Pangan
|
Hasil Pemeriksaan
|
1
|
Jajanan/Snack “Tela-Tela”
|
Negatif
|
2
|
Jajanan “Jelly”
|
Positif
|
F.
Analisa Hasil
1.
Jajanan/Snack “Tela-Tela”
Pada pemeriksaan laboratorium, hasil yang didapatkan adalah negatif,
artinya makanan atau jajanan ini, tidak mengandung Rhodamin-B. Padahal jika
diperhatikan warna pada jajanan ini sangat mencolok dan jika dipegang warna
merah pada jajanan ini akan menempel dikulit dan terdapat titik-titik warna
merah yang tidak merata pada jajanan ini.
Jika dianalisis faktor yang menyebabkan sehingga kandungan Rhodamin-B pada
jajanan ini tidak ditemukan karena pada praktikum pengencerannya agak tinggi,
sehingga kandungan airnya/aquadestnya lebih banyak dibanding dengan sampel
makanan, sehingga tidak dapat teranalisa dengan baik.
Dan berdasarkan Permenkes No.1068/Menkes/Per/X/1999 Rhodamin-B merupakan
BTP (Bahan Tambahan Pangan) yang dilarang penggunaannya dalam makanan. Karena
memiliki banyak efek negatif terhadap kesehatan (iritasi lambung, alergi, dan
karsinogenik).
2.
Jajanan “Jelly”
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, jajanan ini positif
mengandung Rhodamin-B, ini dibuktikan pada pemeriksaan yang dilakukan
dilaboratorium. Sampel yang ditimbang sebanyak 25 kg, kemudian
digerus/dihaluskan, ditambahkan aquadest sampai tanda 50 ml, kemudian siapkan
tabung dan masukkan sampel jelly terjadi perubahan warna keunguan.
Sehingga berdasarkan Permenkes Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988 jaja- an ini tidak layak untuk dikonsumsi karena jajanaj ini
mengandung BTP (Bahan Tambahan Pangan) yang dilarang penggunaannya dalam
makanan. Karena dapat memberikan efek negatif seperti iritasi lambung, alergi,
karsinogenik (cancer) sampai pada perubahan fungsi jaringan dalam tubuh.
Oleh karena itu, sebagai tenaga Kesehatan, khususnya Sanitarian, pentingnya
memberikan penyuluhan kepada para produsen dan konsumen agar bisa mengetahui
bahaya / akibat dari Rhodamin-B.
G.
Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat kami
simpulkan bahwa:
1.
Cara pemeriksaan Rhodamin-B adalah dengan menimbang bahan/sampel yang akan
diperiksa sebanyak 25 gr/ 25 ml, haluskan sampel (untuk sampel padat), tambahkan
dan masukkan sampel kemudian amati perubahan warna yang terjadi dan bandingkan
dengan standart.
2.
Jenis makanan (pangan) yang biasanya disalahgunakan dengan Rhodamin-B
adalah kerupuk, terasi, jajanan pinggiran yang berwarna merah terang /
berpendar.
PEMERIKSAAN KANDUNGAN METHYL YELLOW PADA MINUMAN
A.
Dasar teori
Methanil yellow adalah zat warna
sintetik berbentuk serbuk berwarna kuning kecoklatan, larut dalam air agak
larut dalam aseton. Methanil yellow digunakan untuk memberi kuning. Methanil
yellow merupakan senyawa kimia aromatik yang dapat menimbulkan tumor dalam
berbagai jaringan hati, kandung kemih, saluran pencernaan dan jaringan kulit.
Methanil yellow digunakan untuk pewarna wool, nilon, kulit, kertas, cat, aluminium,
detergen, kayu dan kosmetik.
Beberapa
telah ditemukan untuk beberapa jenis pangan di antaranya, kerupuk, mie, pangan
jajanan berwarna kuning dan banyak juga sebagai pewarnapada tahu.
Ciri
pangan dengan pewarna kuning metanil biasanya, berwarna kuning menyolok dan
cenderung berpendar, banyak memberikan titik-titik warna karena tidak homogen
(misalnya pada kerupuk).
Metilen
yellow bila digunakan sebagai bahan pangan bisa bersifat karsinogenik. Methanil yellow
aaseton .dalah zat warna sintetik berbentuk serbuk berwarna kuning kecoklatan,
larut dalam air agak larut dalam aseton. Methanol yaitu digunakan dalam memberi
kuning. Beberapa telah ditemukan untuk beberapa jenis pangan
diantaranya, kerupuk, pangan mie, jajanan yang berwarna kuning.
B.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui cara mengidentifikasi methyl yellow pada makanan.
2.
Untuk mengetahui makanan yang mengandung methyl yellow.
C.
Alat dan Bahan
1.
Alat :
a.
Lumpang
b.
Petridish
c.
Beaker glass
d.
Pipet ukur
e.
Pipet tetes
f.
Cawan porselin
g.
Tabung reaksi
2.
Bahan :
a.
Sampel
b.
Reagent Methanyl Yellow-1
c.
Larutan standart warna methanyl yellow
d.
Aquadest
D.
Prosedur Kerja
1.
Timbang sampel
sebanyak 25 gr
2.
Haluskan dengan
menggunakan lumpang
3.
Setelah itu tambahkan aquadest sampai tanda 50 ml.
4.
Untuk sampel
minuman yang sudah cair tidak perlu dilakukan perlakuan awal
5.
Siapakan tabung
reaksi, dan masukkan 0,5-1 ml sampel
6.
Tambahkan Reagent Methanyl Yellow-1 sebanyak 2 tetes
7.
Diamkan beberapa saat akan terbentuk
warna merah muda seulas sampai pekat (merah tajam) menunjukkan methyl yellow
positif
8.
Bandingakan deret
standar warna methyl yellow
9.
Untuk lebih
meyakinkan bandingkan dengan standart methanyl yellow yang diperluakan sebagian
sampel
10.
Bandingkan dengan
larutan standart methanyl yellow
E.
Hasil
Dari praktikum di atas, hasil yang
didapatkan adalah negatif, artinya jajanan Jelly Kuning tersebut tidak
mengandung Methyl Yellow.
F.
Analisa Hasil
Berdasarkan hasil yang didapat maka dapat dianalisis bahwa jajanan tersebut masih aman / layak dikonsumsi. Jika dilihat secara fisik,
jelly tersebut, warnanya tidak terlalu mencolok / pekat, ketika dipegang
warnanya tidak berbekas di tangan.
Selain itu, hasil tersebutt di buktikan
pada pemeriksaan tidak terjadi perubahan warna menjadi merah muda menjadi merah
tajam, dan perbandingan dengan deret standar warna methyl Yellow
Sehingga dapat diketahui bahwa
pembuatan jajanan ini produsen tidak menggunakan pewarna methyll Yellow dan pewarna yang berlebihan.
G.
Kesimpulan
1.
Proses untuk mengidentifikasi adanyan kandungan Methyl Yellow pada makanan
adalah ditimbang sebanyak 25 gr / 25 ml untuk sampel berupa cairan, ditambahkan
aquades 50ml, kemudian diambil 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan reagent Methanil Yellow-1 sebanyak 2 tetes dan dibandingkan dengan
standart warna Methyl Yellow.
2.
Makanan yang mengandung Methyl Yellow dapat dilihat secara fisik, yakni
warna kuning terang berpendar dan jika dipegang warna kuning akan menempel di
kulit. Dan beberapa jenis makanan biasa ditemukan dengan adanya Kandungan
Methyl Yellow adalh Manisan, sirup, dan tahu.
PEMERIKSAAN PEMANIS
SIKLAMAT
A. Dasar Teori
Pemanis buatan adalah senyawa
hasil sintetis laboratorium yang merupakan bahan tambahan makanan yang dapat
menyebabkan rasa manis pada makanan. Pemanis buatan tidak atau hampir tidak
mempunyai nilai gizi. Sebagaimana pemanis alami, pemanis buatan juga mudah
larut dalam air.
Siklamat adalah salah satu jenis
pemanis buatan yang cukup populer di Indonesia. Siklamat pertama kali ditemukan
oleh ilmuwan Michael Sveda dan Ludwig Audrieth dari University of Illinois pada
tahun 1937. Pemanis buatan jenis siklamat merupakan garam natrium dari asam
siklamat. Siklamat mempunyai sifat sangat mudah larut dalam air dan mempunyai
tingkat kemanisan 30 kali dari gula. Rumus molekul siklamat adalah
C6H11NHSO3Na. Rasa manis siklamat masih dapat dirasakan pada tingkat
pengenceran 1 : 10 ( dalam liter ). Nama lain siklamat dalam perdagangan
dikenal dengan sebutan antara lain: Assugrin, Sucaril dan Sucrosa
(Indriasari, 2008).
Siklamat merupakan bahan tambahan
makanan yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan yang biasa digunakan
pada industry makanan dan minuman untuk para penderita diabetes mellitus atau
untuk makanan diet agar badan langsing. Siklamat mempunyai intensitas 30x dari
tingkat kemanisan gula tebu murni yang artinya 1 : 30. Penelitian oleh WHO
menunjukkan bahwa tidak ada bukti bahwa siklamat bersifat karsinogenik atau
menyebabkan kanker.
Pemanis buatan dapat menimbulkan efek
negatif bagi kesehatan manusia. Efek negatif tidak langsung seketika
terjadi pada manusia tetapi membutuhkan waktu lama karena terus
berakumulasi di dalam tubuh manusia. Efek negatif tersebut antara
lain: dapat merangsang pertumbuhan kanker kandung kemih, alergi, bingung,
diare, hipertensi, impotensi, iritasi, insomnia, kehilangan daya ingat, migrain
dan sakit kepala. Selain itu efek negatif pemanis buatan bagi anak-anak adalah
merangsang keterbelakangan mental; hal ini terjadi karena otak masih dalam
tahap perkembangan dan proses terakumulasi pemanis buatan pada jaringan syaraf
(Indoforum, 2008).
B. Tujuan
1.
Untuk mengetahui cara pemeriksaan pemanis siklamat pada sampel makanan dan
minuman
2.
Untuk mengetahui kandungan pemanis siklamat pada sampel yang diperiksa
C. Alat dan Bahan
1. Alat :
a.
Buret dan statif
b.
Pipet ukur
c.
Erlenmeyer
d.
Corong gelas
2. Bahan :
a.
Sampel Minuman
b.
Asam Asetat Glasial
c.
Kristal Violet
d.
HClO4 0,1 N
D. Prosedur Kerja
1.
Menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan
2.
Ambil sampel dengan
menggunakan pipet ukur sebanyak 0,15 ml kemudian massukkan ke dalam Erlenmeyer
3.
Tambahkan 10 ml
Asam Asetat Glacial
4.
Tambahkan 2 tetes
Kristal Violet
5.
Titrasi dengan HclO4
0,1 N
E. Hasil
Dari praktikum pemeriksaan kandungan
siklamat pada minuman “Jus Guava” yang dijual di Kios-kios pinggiran didapatkan
kandungan siklamat sebesar 104,624 mg.
F. Analisa Hasil
Dari hasil pemeriksaan tersebut di
atas, dapat dianalisa bahwa kandungan siklamat dalam minuman di atas masih
dalam standar Permenkes No.33/2012 tentang penggunaan Siklamat, yaitu 500-3000
mg/kg bahan makanan. Walaupun masih dalam standar yang diperbolehkan, tetapi salah
satu sifat bahan pengawet /bahan tambahan berupa zat kimia adalah akumualtif,
artinya jika jajanan tersebut sering dikonsumsi maka bahan kimia yang
terkandung akan menumpuk / terakumulasi di dalam tubuh sehingga bisa
mengakibatkan karsinogenik (gejala cancer).
Berdasarkan hal tersebut, penyuluhan
kepada para produsen sangat penting diberikan sehingga bisa memberikan
pengetahauan kepada para produsen dan mengurangi penggunaan pemanis sintetis
dalam pengolahan bahan makanan.
G. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Pemeriksaan siklamat pada minuman /
makanan dilakukan dengan cara titrasi. Dengan menambahkan Asam Asetat sebanyak
10 ml & kristal Violet 3 tetes , lalu dititrasi dengan HClO4,
kemudian dihitung hasil titrasinya.
2.
Penggunaannya siklamat pada makanan sangat beragam, umumnya digunakan pada
pembuatan es krim, es puter, selai, beberapa jenis minuman, sirup dan makanan
serta minuman lainnya.
PEMERIKSAAN E. COLI
A. Dasar Teori
E.Coli umumnya merupakan flora normal
saluran pencernaan manusia dan hewan. Dapat berubah menjadi oportunis pathogen
bila hidup di luar usus, misalnya pada infeksi saluran kemih, infeksi saluran
luka dan masitis.
E.Coli dalam jumlah yang banyak
bersama-sama tinja, akan mencemari lingkungan. E.Coli thermotouleran adalah
Staraint E.Coli yang telah dapat hidup pada suhu biakan 44,5’C dan merupakan
indikator pencemaran air dan makanan oleh tinja. E.Coli merupakan bakteri
batang gram negatif, tidak berkapsul umumnya mempunyai fimbria dan bersifat
motile. Bakteri ini mampu meragi lactosa dengan cepat sehingga pada agar EMB
membentuk koloni merah muda sampai tua dengan kilatan logam yang
spesifik, dan permukaan halus. E. coli adalah gram-negatif, anaerobik fakultatif dan non spora. Sel-sel biasanya
berbentuk batang yang panjangnya sekitar 2 mikrometer (μm) dan diameternya 0,5
μm r, dengan volume sel 0,6-0,7 μm 3. E. coli dapat hidup di berbagai
substrat. E. coli menggunakan fermentasi asam campuran dalam kondisi
anaerobik, menghasilkan laktat, suksinat, etanol, asetat dan karbondioksida.
1.
Domain : Bakteri
2.
Phylum : Proteobacteria
3.
Class : Gamma Proteobacteria
4.
Order : Enterobacteriales
5.
Family : Enterobacteriaceae
6.
Genus : Escherichia
7.
Species : E.coli (Anonimc,
2008).
Kontaminasi bakteri E.Coli pada makanan
biasanya berasal dari kontaminasi air yang digunakan. Bahkan makanan yang
sering terkontaminasi oleh E.Coli ialah daging ayam, daging sapi, daging babi,
selama penyembelihan, ikan dan makanan hasil laut lainnya, telur san produk
olahannnya, sayuran, buah-buahan, sari buah serta bahan minuman susu dan
lainnya.
Alat – alat yang digunakan dalam
industri pengolahan pangan sering terkontaminasi oleh E.Coli yang berasal dari
air yang digunakan untuk mencuci. Kontaminasi bakteri ini pada makanan atau
alat-alat pengolahan merupakan suatu tanda praktek sanitasi yang kurang baik.
B. Tujuan
1.
Untuk mengetahui alat dan
bahan yang digunakan dalam pemeriksaan E.Coli
2.
Untuk mengetahui cara
mengidentifikasi E.Coli pada sampel
makanan dan minuman
3.
Untuk mengetahui cara
menentukan jenis E.Coli pada sampel makanan dan minuman.
C. Metode
Pemeriksaan : Plate Count
D. Alat dan Bahan
1.
Alat:
a.
Timbangan
b.
Glass Erlemenyer
c.
Incuba tor
d.
Tabung reaksi
e.
Petridish
f.
Lampu spritus
g.
Ose
h.
Beacker glass
i.
Blender
j.
Gelas ukur
k.
Batang pengaduk
l.
Autoclave
2.
Bahan :
a.
Sampel minuman (air tahu)
b.
Aquadest
c.
Media penyubur SSL
d.
Media E.C.Medium
e.
Media Endo Agar
E. Prosedur Kerja
1.
Hari I
a. Pipet 1 ml sampel Air Tahu, masukkan ke dalam media pengaya / penyubur
(SSL).
b. Karena sampel sudah dalam bentuk cairan tidak dilakukan pengenceran dengan menggunakan
air pepton pengencer.
c. Inkubasikan dalam inkubator selama 1 x 24 jam dengan suhu 35-37˚C
2.
Hari II
a. Amati sampel yang telah diinkubasikan pada Hari I.
b. Karena sampel yang diperiksa positif, dengan ciri-ciri terdapat gelembung
gas pada tabung durham dan warna dari sampel keruh, tes dilanjutkan.
c. Dari tabung yang positif pada media SSL, diambil 1-2 mata ose.
d. Masukkan ke tabung E.C Medium, inkubasikan kembali selama 1 x 24 jam dengan
suhu 44,5˚C.
e. Jika sampel negatif dilanjutkan kembali untuk inkubasi selama 2 x 24 jam
dengan suhu 44,5˚C.
3.
Hari III
a. Amati sampel yang telah diinkubasikan pada Hari II.
b. Karena sampel yang diperiksa pada Hari II positif, dengan ciri-ciri
terdapat gelembung gas pada tabung durham.
c. Dari tabung yang positif pada media E.C.Medium, diambil 1-2 mata ose
koloni.
d. Zig-zag pada media Endo Agar padat,
e. Inkubasikan selama 1 x 24 jam dengan suhu 35-37˚C.
4.
Hari IV
a. Amati sampel yang diinkubasikan pada Hari III.
b. Hasil yang didapatkan dari praktikum pada pembacaan hasil hari terakhir adalah
negatif E.Coli.
F. Hasil
Dari pemeriksaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1.
Hasil Pemeriksaan
No
|
Hari/Media
|
Keterangan
|
1
|
Hari I (penanaman pada media SSL)
|
Penanaman
|
2
|
Hari II (penanaman pada media E.C.Medium)
|
(+) positif media SSL, dengan ciri : terdapat gelembung gas dan warna
keruh pada tabung durham
|
3
|
Hari III (penanaman pada media Endo Agar)
|
(+) positif media E.C.Medium, dengan ciri : terdapat gelembung gas pada
tabung durham.
|
4
|
Hari IV (pembacaan hasil akhir)
|
(-) negatif karena yang terdapat pada media Endo Agar, hanya berupa
Koloni, bukan bakteri E.Coli.
|
G. Analisa Hasil
Berdasarkan hasil
praktikum yang telah dilakukan dapat dianalisa bahwa sampel Air Tahu yang telah
diperiksa, tidak tercemar oleh bakteri E.Coli, namun jika dianalisis Air Tahu
tersebut tercemar oleh Bakteri walau bukan dari E.Coli, karena pada pembacaan
hasil hari terakhir yang ditemukan hanya berupa koloni.
Dari koloni tersebut dapat kita analisa bahwa sampel Air Tahu tersebut
mendapat cemaran dari air, mungkin air yang digunakan tidak sesuai / tidak
memenuhi kualitas dari segi biologisnya, selain faktor air, peralatan yang
digunakan untuk menyimpan / mengolahnya tidak bersih dan faktor dari penjamah
itu sendiri yang tidak memperhatikan hygiene peroranganya.
Dampak yang ditimbulkan dari adanya cemaran bakteri pada pangan, salah
satunya adalah diare dan sakit perut dan jika cemaran / kontaminasi sangat
tinggi dapat mengakibatkan kematian.
Berdasrakan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Hygiene Sanitasi Jasa Boga
kandungan / cemaran E.Coli harus Nol (0) gr/contoh makanan.
H. Kesimpulan
1.
Alat dan bahan yang
digunakan dalam pemeriksaan E.Coli adalah tabung reaksi, pipet steril, ose,
lampu spritus, alkohol, SSL, E.C.Medium, Endo Agar, dan Sampel.
2.
Cara mengidentifikasi
E.Coli pada makanan dan minuman adalah dengan memasukkan sampel pada media dan
melanjutkan tes ketika media tersebut positif dilanjutkan sampai tes terakhir.
3.
Cara menentukan E.Coli pada
makanan atau minuman adalah dengan melihat ciri-ciri pada setiap media yang
digunakan.
PEMERIKSAAN BAKT ERI SALMONELLA PADA MAKANAN
A. Dasar Teori
Bakteri Salmonella merupakan bakteri batang gram-negatif. Karena habitat aslinya yang berada
di dalam usus manusia maupun binatang, bakteri ini dikelompokkan ke dalam
enterobacteriaceae (Brooks, 2005). Isolasi dari mikroorganisme Salmonella
pertama sekali dilaporkan pada tahun 1884 oleh Gaffky dengan nama spesies
Bacterium thyposum. Kemudian, pada tahun 1886 perkembangan nomenklatur semakin
kompleks karena peranan Salmon dan Smith serta sempat menjadi bahan pembicaraan
yang rumit. Bahkan dalam perkembangannya, Salmonella menjadi bakteri yang
paling kompleks dibandingkan enterobacteriacea lain, oleh karena bakteri ini
memiliki lebih dari 2400 serotipe dari antigen bakteri ini (Winn,
2006).Walaupun begitu banyak serotip dari Salmonella, namun telah disepakati
bahwa hanya terdapat dua spesies, yakni S. bongori dan S. enterica dengan enam
subspesies: S. enteric subsp. enteric; S. enteric subsp.salamae; S. enteric
subsp.arizonae; S. enteric subsp.diarizonae; S. enteric subsp. houtenae; S. enteric
subsp. indica dan Salmonella bongori.
Salmonella adalah suatu genus bakteri
enterobakteria gram-negatif berbentuk tongkat yang menyebabkan tifus,
paratifus, dan penyakit foodborne. Spesies-spesies Salmonella dapat
bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen sulfida. Salmonella dinamai
dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika, walaupun sebenarnya, rekannya
Theobald Smith (yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis) yang pertama kali
menemukan bakterium tahun 1885 pada tubuh babi.
1.
Kerajaan : Bakteri
2.
Kelas : Gamma Proteobacteria
3.
Order : Enterobacteriales
4.
Keluarga : Enterobacteriaceae
5.
Genus : Salmonella
6.
Species : S. enterica (Anonimb, 2009).
Klasifikasi Bakteri Salmonella Klasifikasi Salmonella terbentuk berdasarkan dasar
epidemiologi, jenis inang, reaksi biokimia, dan struktur antigen O, H, V
ataupun K. Antigen yang paling umum digunakan untuk Salmonella adalah antigen O
dan H. Antigen O, berasal dari bahasa Jerman (Ohne), merupakan susunan senyawa
lipopolisakarida (LPS). LPS mempunyai tiga region. Region I merupakan antigen
O-spesifik atau antigen dinding sel. Antigen ini terdiri dari unit-unit
oligosakarida yang terdiri dari tiga sampai empat monosakarida. Polimer ini biasanya
berbeda antara satu isolat dengan isolat lainnya, itulah sebabnya antigen ini
dapat digunakan untuk menentukan subgrup secara serologis. Region
II merupakan bagian yang melekat pada antigen O, merupakan core polysaccharide
yang konstan pada genus tertentu. Region III adalah lipid A yang melekat pada
region II dengan ikatan dari 2-keto-3-deoksioktonat (KDO). Lipid A ini memiliki
unit dasar yang merupakan disakarida yang menempel pada lima atau enam asam
lemak. Bisa dikatakan lipid A melekatkan LPS ke lapisan
murein-lipoproteindinding sel (Dzen, 2003).
Antigen H merupakan antigen yang terdapat pada flagela dari bakteri ini,
yang disebut juga flagelin. Antigen H adalah protein yang dapat dihilangkan
dengan pemanasan atau dengan menggunakan alkohol. Antibodi untuk antigen ini
terutamanya adalah IgG yang dapat memunculkan reaksi aglutinasi. Antigen ini
memiliki phase variation, yaitu perubahan fase salam satu serotip tunggal. Saat
serotip mengekspresikan antigen H fase-1, antigen H fase-2 sedang disintesis
(Chart, 2002).Antigen K berasal dari bahasa Jerman, kapsel. Antigen K merupakan
antigen kapsul polisakarida dari bakteri enteric (Dzen, 2003). Antigen ini
mempunyai berbagai bentuk sesuai genus dari bakterinya. Pada salmonella,
antigen K dikenal juga sebagai virulence antigen (antigen Vi).Seperti yang
sudah dikatakan sebelumnya, antigen menentukan klasifikasi dari Salmonella,
yakni ke dalam serogrup dan serotipnya.
B. Tujuan
1.
Untuk mengetahui alat dan
bahan yang digunakan dalam pemeriksaan Salmonella.
2.
Untuk mengetahui cara
pemeriksaan Salmonella.
3.
Untuk menentukan jenis
Salmonella pada sampel makanan yang diperiksa.
C. Alat dan Bahan
1.
Alat :
a.
Tabung reaksi
b.
gelas ukur
c.
Pipet ukur 10 ml
d.
Petridish
e.
Beacker glass
f.
Tabung durham
g.
Incubator
h.
Autoclave
i.
Lampu spiritus
j.
Balp
k.
Ose
2. Bahan :
a.
Sampel makanan
b.
Endo agar
c.
Triple sugar iron agat ( TSIA)
d.
Kliger iron agar (KIA)
e.
Media gula-gula ( maltose, manit sakrosa,laktosa,glukosa )
f.
Aquadest
D. Prosedur Kerja
1.
Hari I
a. Timbang sampel Ikan Bakar sebanyak 5 gr.
b. Diblender dengan air pepton pengencer sebanyak 45 ml .
c. Pipet 1 ml sampel, masukkan ke dalam media pengaya / penyubur (SSL).
d. Inkubasikan dalam inkubator selama 1 x 24 jam dengan suhu 35-37˚C
2.
Hari II
a. Amati sampel yang telah diinkubasikan pada Hari I.
b. Karena sampel yang diperiksa positif, dengan ciri-ciri terdapat gelembung
gas pada tabung durham dan warna dari sampel keruh, tes dilanjutkan.
c. Dari tabung yang positif pada media SSL, diambil 1-2 mata ose.
d. Masukkan ke dalam media Endo Agar Padat dengan cara dizig-zag, inkubasikan kembali selama 1 x 24 jam dengan
suhu 35-37˚C.
3.
Hari III
a. Amati sampel yang telah diinkubasikan pada Hari II.
b. Karena sampel yang diperiksa pada Hari II positif, dengan ciri-ciri
terdapat warna merah rose pada media Endo Agar, tes dilanjutkan.
c. Dari sampel yang positif pada media Endo Agar, diambil 1-2 mata ose koloni.
d. Tanam pada media TSIA dan Media Gula-gula (Lactosa, Sakarosa, Glukosa,
Manit, Maltosa.
e. Inkubasikan selama 1 x 24 jam dengan suhu 35-37˚C.
4.
Hari IV
a. Amati sampel yang diinkubasikan pada Hari III.
b. Hasil yang didapatkan dari praktikum pada pembacaan hasil hari terakhir
adalah negatif Salmonella.
E. Hasil
Adapun hasil dari
pemeriksaan salmonella pada sampel ikan bakar yang telah dikelola praktikum kali ini adalah:
No
|
Hari/Media
|
Keterangan
|
1
|
Hari I (penanaman pada media SSL)
|
Penanaman
|
2
|
Hari II (penanaman pada media Endo Agar Padat)
|
(+) positif media SSL, dengan ciri : terdapat gelembung gas dan warna
keruh pada tabung durham
|
3
|
Hari III (penanaman pada media TSIA dan Media Gula-Gula)
|
(+) positif media Endo Agar Padat, dengan ciri : terdapat warna merah
rose pada Media Endo Agar.
|
4
|
Hari IV (pembacaan hasil akhir)
|
(-) negatif karena yang terdapat pada media TSIA tidak ada warna dasar
kuning pada bekas zig-zag kan, dan pada tusukan dasar tidak berwarna hitam
serta pada Media Gula-Gula semua positif (+) AG / Asam Gas.
|
F. Analisa Hasil
Dari hasil
pemeriksaan yang dilakukan dapat kita analisa bahwa jenis mikroorganisme pada sampel Ikan Bakar tersebut adalah Enterobacter
Aerogene, karena pada media Gula-Gula semua positif (+) AG (Asam Gas) dan pada
media TSIA tidak terdapat gas H2S karena bekas tusukan tidak ada
warna hitam dan bekas zigzagkan tidak berwarna merah dasar kuning.
Berdasarkan hasil tersebut dapat kita analisis juga bahwa sampel tersebut
tidak tercemar/terkontaminasi oleh Salmonella, namun mikroorganisme yang
terdapat pada sampel makanan ini adalah jenis Enterobacter Aerogene. Yang mana jenis
mikroorganisme ini biasanya ditemukan pada hewan atau tanaman yang telah mati. Dan
berdasarkan teori Salmonella masuk ke dalam family Enterobacter Aerogene,
jadi walaupun tidak positif Salmonella tetapi mikroorganisme ini masih satu
family dengan Salmonella.
Adapun dampak yang diperoleh dari tercemarnya makanan oleh bakteri
Salmonella ini adalah menimbulkan gejala infeksi, yang mana dimulai ketika
masuknya sel salmonella ke dalam saluran pencernaan dan masuk ke dalam saluran
usus. Kuatnya gejala infeksi ini tergantung dari daya virulen, invasi dari
serotipe, dan strain bacteri tersebut. Sehingga menimbulkan gastroenteritis,
misalnya demam thipoid, demam parathypi
serta infeksi lokal lainnya.
Olehnya itu pentingnya menjaga sanitasi khususnya untuk pengolahan makanan, baik itu dari penjamah
makanan, maupun dari tempat pengolahan makanan.
G. Kesimpulan
1. Alat dan bahan yang digunakan dalam pemeriksaan Salmonella adalah tabung
reaksi, ose, pipet, petridish, lampu spritus, alkohol, SSL, Endo Agar, TSIA,
dan Media Gula-Gula.
2. Cara pemeriksaan Salmonella adalah dengan menimbang sampel yang akan
diperiksa, sampel diencerkan dengan pepton pengencer, kemudian dimasukkan ke
dalam media penyubur dan melanjutkan tes jika sampel positif sampai tahap
akhir.
3. Cara mengetahui jenis Salmonella yang diperiksa adalah dengan melihat
setiap hasil dari pemriksaan Hari pertama sampai Hari terakhir, kemudian
melihat ciri-ciri dari penanaman sampel pada media, sehingga diketahui jenis
Bacterinya.
PEMERIKSAAN VIBRIO
CHOLERA
A. Dasar
Teori
Cholera umumnya merupakan penyakit yang menyebar karna sanitasi
yang buruk yang menyebabkan kontaminasi sumber air. Cara ini jelas merupakan
mekanisme utama penyebaran penyakit cholera dalam lingkungan masyarakat miskin
di Amerika selatan.
Kasus-kasus
sporadic muncul karna kerang yang diambil dari perairan pantai yang tercemar
oleh kotoran, dimakan mentah. Cholera dapat juga ditularkan oleh kerang yang
dipanen dari air yang tidak tercemar karena V. cholera O1 merupakan bagian dari
Mikrobiota penghuni alami perairan pantai.
Vibrio
Cholera memproduksi racun Cholera, model untuk Enteretoksin, yang tindakan pada
epitel mukosa bertanggung jawab atas diare karakteristik penyakit kolera. Dalam
masnifestasi exterm, kolera adalah salah satu penyakit fatal cepat paling
dikenal seseorang yang sehat dapat menjadi hipotensi satu jam setelah timbulnya
gejala dan mungkin meninggal dalam waktu 2-3 jam jika pengobatan tidak
disediakan lebih umum, penyakit ini berlangsung dari bangku cair pertama yang
mengejutkan di 4-12 jam, dengan kematian berikut dalam 18 jam untuk beberapa
hari.
Beberapa
bakteri yang bertahan hidup menghemat energi dan nutrisi yang tersimpan selama
perjalanan melalui perut dengan menutup produksi protein banyak. Ketika bakteri
yang masih hidup keluar dari lambung dan mencapai usus kecil, mereka perlu
mendorong diri mereka melalui lendir tebal yang melapisi usus kecil untuk
sampai ke dinding usus mana mereka dapat berkembang. V.'' cholerae''bakteri
memulai produksi protein silinder berongga flagellin untuk membuat flagela,
yang keriting seperti cambuk ekor yang mereka berputar untuk mendorong diri
mereka sendiri melalui lendir yang melapisi usus kecil.
Setelah
bakteri kolera mencapai dinding usus, mereka tidak perlu baling-baling flagela
untuk pindah lagi. Bakteri berhenti memproduksi protein flagellin, energi lagi
sehingga melestarikan dan nutrisi dengan mengubah campuran protein yang mereka
memproduksi dalam menanggapi lingkungan kimia berubah. Saat mencapai dinding
usus,''V. cholerae''mulai memproduksi protein beracun yang memberi orang yang
terinfeksi diare berair. Ini membawa generasi baru mengalikan''V.
cholerae''bakteri keluar ke dalam air minum berikutnya host jika
langkah-langkah sanitasi yang tepat tidak pada tempatnya.
Mekanisme
genetik dari bakteri ini dimana''V. cholerae''bakteri mematikan produksi
beberapa protein dan menghidupkan produksi protein lain sebagai respon mereka
terhadap serangkaian lingkungan kimia yang mereka hadapi, melewati perut,
melalui lapisan mukosa dari usus kecil, dan masuk ke usus dinding. Kepentingan
tertentu telah menjadi mekanisme genetik dengan bakteri kolera yang
menghidupkan produksi protein dari racun yang berinteraksi dengan mekanisme sel
inang untuk memompa ion klorida ke dalam usus kecil, menciptakan tekanan ionik
yang mencegah ion natrium memasuki sel. Klorida dan ion natrium menciptakan
lingkungan air garam di usus kecil yang melalui osmosis dapat menarik hingga
enam liter air per hari melalui sel-sel usus menciptakan sejumlah besar diare.
Tuan rumah dapat menjadi cepat dehidrasi jika campuran yang tepat dari air
garam encer dan gula tidak diambil untuk menggantikan air dan garam darah yang
hilang selama diare.
B. Tujuan
1.
Untuk mengetahui alat dan
bahan yang digunakan dalam pemeriksaan vibrio.
2.
Untuk mengetahui cara
melakukan pemeriksaan vibrio.
3.
Untuk mengetahui cara
menentukan jenis vibrio pada sampel makanan yang diperiksa.
C. Alat dan Bahan
1.
Alat :
a.
Tabung reaksi
b.
gelas ukur
c.
Pipet ukur 10 ml
d.
Petridish
e.
Beacker glass
f.
Tabung durham
g.
Incubator
h.
Autoclave
i.
Lampu spiritus
j.
Balp
k.
Ose
2.
Bahan :
a.
Sampel makanan
b.
Air pepton alkalis
c.
TSIA
d.
KIA
e.
Media gula-gula
f.
Aquadest
D. Prosedur Kerja
1.
Hari I
a. Timbang sampel Ikan Bakar sebanyak 5 gr.
b. Diblender dengan air pepton pengencer sebanyak 45 ml .
c. Pipet 1 ml sampel, masukkan ke dalam media pengaya / penyubur ( Pepton
Alkalis).
d. Inkubasikan dalam inkubator selama 1 x 24 jam dengan suhu 35-37˚C
2.
Hari II
a. Amati sampel yang telah diinkubasikan pada Hari I.
b. Karena sampel yang diperiksa positif, dengan ciri-ciri air keruh, biru
kehijauan, tes dilanjutkan.
c. Dari tabung yang positif pada Pepton Alkalis, diambil 1-2 mata ose.
d. Masukkan ke dalam media TSIA dengan cara dizig-zag, inkubasikan kembali
selama 1 x 24 jam dengan suhu 35-37˚C.
3.
Hari III
a. Amati sampel yang telah diinkubasikan pada Hari II.
b. Karena sampel yang diperiksa pada Hari II positif, dengan ciri-ciri
terdapat lereng berwarna merah, dasar kuning serta tusuk tidak hitam, tes
dilanjutkan.
c. Dari sampel yang positif pada media TSIA, diambil 1-2 mata ose koloni.
d. Tanam pada media TSIA dan Media Gula-gula (Lactosa, Sakarosa, Glukosa,
Manit, Maltosa.
e. Inkubasikan selama 1 x 24 jam dengan suhu 35-37˚C.
4.
Hari IV
a. Amati sampel yang diinkubasikan pada Hari III.
b. Hasil yang didapatkan dari praktikum pada pembacaan hasil hari terakhir
adalah negatif Vibrio.
E. Hasil
Adapun hasil dari pemeriksaan vibrio cholera pada sampel
makanan iakn yang telah dikelola adalah:
No
|
Hari/Media
|
Keterangan
|
1
|
Hari I (penanaman pada media Pepton Alkalis)
|
Penanaman
|
2
|
Hari II (penanaman pada media TSIA)
|
(+) positif media Pepton Alkalis, dengan ciri : air keruh, biru kehijauan
|
3
|
Hari III (penanaman pada media TSIA dan Media Gula-Gula)
|
(+) positif media TSIA, dengan ciri : lereng berwarna merah, dasar kuning serta tusuk tidak hitam.
|
4
|
Hari IV (pembacaan hasil akhir)
|
(-) negatif karena yang terdapat pada media TSIA tidak ada warna dasar
kuning pada bekas zig-zag kan, dan pada tusukan dasar tidak berwarna hitam
serta pada Media Gula-Gula semua positif (+) AG / Asam Gas.
|
F. Analisa Hasil
Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami lakukan, maka didapatkan jenis
mikroorganisme pada sampel Ikan Bakar tersebut adalah Enterobacter Aerogene,
yang mana ini dapat dibuktikan pada pemeriksaan hari terakhir dengan ciri-ciri
pada media TSIA tidak terdapat gas H2S dan pada Media Gula-Gula semuanya positif (+)
AG/Asam Gas. Hal ini menunjukkan adanya cemaran mikroorganisme walaupun bukan
dari Vibrio, namun seperti yang kita ketahui bahwa Vibrio ini masuk dalam
family Enterobacter Aerogene, sehingga tetap bisa memberikan dampak terhadap
manusia.
Adapun dampak dari cemaran vibrio ini adalah bisa menimbulkan berbagai
macam penyakit seperti diare, kejang perut, mual, muntah, pusing, demam dan
menggigil. Selain itu gejala gastroenteritis ringan sampai berat dapat
dirasakan.
Bakteri ini banyak ditemukan pada makanan hasil laut seperti udang,
kepiting, ikan, lobster, dan makanan sea
food lainnya. Bacetri ini banyak di laut, terutama di daerah iklim tropis
atau musim panas. Oleh karena itu diharapkan kepada penjamah makanan, agar
tetap menjaga kebersihan dan lingkungan pengolahan makanan juga bersih. Dan
mengetahui cara megolah makanan dengan baik sehingga bacteri tersebut dapat
mati pada saat pengolahan makanan, khususnya makanan laut.
G. Kesimpulan
1.
Alat dan bahan yang
digunakan dalam pemeriksaan Vibrio adalah tabung reaksi, ose, petridish,
inkubator, autoclave, lampu spritus, alkohol, Pepton alkali, TSIA, dan Media
Gula-Gula.
2.
Cara melakukan pemeriksaan
Vibrio adalah dengan menimbang sampel, diblender dengan menambahkan pepton
pengencer, masukkan ke dalam media, dan jika selalu positif dilanjutkan sampai
tes terakhir.
3.
Cara menentukan jenis
vibrio yang diperiksa dengan melihat hasil setiap dan pada hasil akhir akan
terlihat melalui ciri-ciri pada media yang digunakan.
DAFTAR
PUSTAKA
Zaenab SKM.,M.Kes, DKK, Buku Panduan Praktikum PMM-A Program Studi
D-IV, Poltekkes Kemenkes Makassar jurusan Kesehatan Lingkungan, 2015.
Febrinaldy Syafni, 2012,
Praktikum Sakarin dan Siklamat, http://febrinaldysyafni.blogspot.com/2012/12/praktikum-sakarin-dan-siklamat.html, diakses pada April 2015
Lisaariani, 2013, Analisa
Kualitatif Zat Pemanis Buatan Siklamat Dalam Minuman
Jajanan Anak SD Di Banjarmasin Utara,https://lisaariani025.wordpress.com/2013/10/18/analisa-kualitatif-zat-pemanis-buatan-siklamat-dalam-minuman-jajanan-anak-sd-di-banjarmasin-utara/, diakses pada April 2015
Yuyun Susanti, 2012, Laporan Pemeriksaan Bakteri Coliform, http://yu2n-sevenfoldism.blogspot.com/2012/04/laporan-pemeriksaan-bakteri-coliform.html, diakses pada tanggal 23
Juni 2015
Setiya Dewi Megasari, 2012, Laporan Praktikum Penyehatan Makanan, http://setiya-dewi-megasari.blogspot.com/2012/01/laporan-praktikum-penyehatan-makanan.html, diakses pada tanggal 23
Juni 2015
Tresno, 2012, Pemeriksaan Bakteri Ecoli,https://akutresno.wordpress.com/2012/02/26/pemeriksaan-bakteri-ecoli/, diakses pada tanggal 23 Juni 2015
Syamsinar Kadir, 2013, Laporan Lengkap Bakteriologis, http://sinarkesehatan.blogspot.com/2013/09/laporan-lengkap-bakteriologis.html, diakses pada tanggal 23
Juni 2105
Lampiran Foto Proses
Praktikum
0 komentar:
Posting Komentar