Rabu, 25 Maret 2015
DOSEN
: SULASMI, S.KM, M.Kes
MATA KULIAH: PARASITOLOGI
MAKALAH
(Naegleria Fowleri)
DI
SUSUN OLEH KELOMPOK 11:
1.
FERANITA TODING
RONGKO
2.
HERIANTO
3.
RIRI REZKY RAMADANI
KEMENTRIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK
KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN
KESEHATAN LINGKUNGAN
2013/2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah parasitologi
ini dengan baik
Makalah ini disusun sebagai
pemenuhan tugas mata kuliah parasitologi .Dengan adanya makalah ini diharapkan
mahasiswa dapat mengerti tentang
saya menyadari bahwa penulisan
rangkuman ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat
diharapkan guna perbaikan di masa mendatang dan semoga bermanfaat bagi kita
semua, Amin.
Makassar, 11-04-2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR : ......................................................................................
i
DAFTAR ISI :....................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN:..................................................................................
A. LATAR BELAKANG:....................................................................................
1
B. TUJUAN :.....................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN:....................................................................................
A. Sejarah :.....................................................................................
3
B. Penyebaran :.....................................................................................
4
C. Toksonomi :.....................................................................................
4
D. Morfologi & Daur Hidup:.........................................................................
5
E. Habitat :.....................................................................................
6
F. Siklus Hidup :.....................................................................................
6
G. Penyebaran Penyakit :...............................................................................
7
H. Pencegahan :.....................................................................................
7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan :.....................................................................................
8
B. Saran :.....................................................................................
8
DAFTAR PUSTAKA :.....................................................................................
9
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Free-living amebae yang paling dikenal adalah Naegleria
fowleri dan Accanthamoeba spp. Kedua amebae ini hidup bebas ditanah yang lembab
dan air, menjadi parasit fakultatif pada manusia.Naegleria
fowleri adalah penyebab
primery amebic meningoencephalitis
(PAM), dan Accanthamoeba
spp berhubungan dengan kelainan yang lebih kronis di sistem saraf, yakni
granulomatous amebic encephalitis (GAE), amebic keratitis, serta ulkus di
kulit. Tipikal kasus PAM terjadi pada musim panas, dimana Naegleria fowleri
berproliferasi dengan cepat seiring dengan bertambahnya temperatur.
Penderita
PAM biasanya memiliki riwayat kontak dengan air seperti berenang di danau,
sungai, atau kolam renang yang dapat terinfeksi oleh organisme ini beberapa
hari sebelumnya timbul gejala. Selama periode kering dan meningkatnya
temperatur ini, konsentrasi Naegleria fowleri akan meningkat. Pada beberapa kasus,
ada indikasi bahwa organisme ini juga dapat ditularkan melalui inhalasi dari
debu yang terkontaminasi.
Pada
tahun 1965, Fowler dan Carter mempublikasikan sebuah laporan kasus yang terjadi
pada 4 orang penderita di Australia. Laporan ini pertamaa kali menghubungkan
antara Naegleria fowleri dan penyakit yang menyerang susunan saraf pusat. Pada
awalnya peneliti tersebut beranggapan bahwa ameba penyebab dari penyakit
tersebut adalah genus accanthameba, tetapi setelahpenelitian lebih lanjut ameba
penyebabnya cenderung mengacu kepada Naegleria fowleri.
B.
TUJUAN
1. Untuk
mengetahui Sejarah
Naegleria fowleri
2. Untuk
mengetahui penyebaran Naegleria
fowleri
3. Untuk
mengetahui taksonomi Naegleria
fowleri
4. Untuk
mengetahui morpologi Naegleria
fowleri
5. Untuk megetahui
habitat Naegleria fowler
6. Untuk
mengetahui siklus hidup Naegleria
fowleri
7. Untuk
mengetahui penyebaran penyakit
Naegleria fowleri
8. Untuk
mengetahui pencegahan Naegleria
fowleri
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Naegleria
fowleri adalah spesies yang pathogen pada manusia. Spesies ini sebelumnya
disebut naegleria gluberi. Kasus pertama ditemukan pada tahun 1965 di Australia
dan Florida di AS dan hanya dalam waktu 10 tahun kemudian telah dilaporkan
hampir 100 kasus menderita amebic di seluruh dunia. Pada tahun 1978 seorang gadis yang secara teratur
berenang di pemandian romawi kuno di Inggris meninggal karena menderita amebic.
Pada tahun 1978 juga di Cekoslowakia para peneliti menemukan penyebab epidemi
kolam renang, yaitu adanya kantong air yang mengandung ameba tersebut di
belakang lubang-lubang dinding kolam yang terhindar dari pengaruh klorin
Hospes dan nama penyakit Naegleria fowleri hidup di
alam di air tawar yang menggenang (kolam danau), di tanah dan tinja. Spesies
ini dapat menjadi patogen pada manusia dan menimbulkan penyakit yang disebut
primary amebic meningoencephalitis. Distribusi geografik Kasus-kasus dengan
primary amebic meningoencephalitis telah dilaporkan dari Amerika Serikat,
Belgia, Cekoslowakia, Australia, Selandia Baru, India, Nigeria, Inggris,
Irlandia, Venezuela, Panama, dan Papua Nugini.
B.
Penyebaran
Naegleria fowleri bersifat
kosmopolit,Kasus-kasus dengan primary amebic meningoencephalitistelah di
laporkan dari AS, Belgia, Cekoslowakia, Australia, Selandia Baru, India, Nigeria, Irlandia, Venezuela, Panama, dan Papua
Nugini. Naegleria fowleria di isolasi dari kasus kematian tersebut. Ameba ini
membunuh hewan percobaan pada beberapa laboratorium pada waktu diinjeksikan
intra nasal, intra vena dan intracerebral. Organisme ini tidak membentuk cyste
atau flagella dalam tubuh hospes dan vakuolanya berisi sel debris (serpihan
sel) dari hospes.
C.
Taksonomi
Domain : Eukaroyota
Filum :
protozoa
Kelas :
Heterolobosea
Ordo :
Amoeba
Spesies : N. fowleri
D.
morfologi
dan daur hidup
Seperti ameba lainnya, ameba
dari spesies ini terdiri atas ektoplasma dan endoplasma. Di dalam endoplasma
terdapat 1 inti vesikular dengan kariosom yang besar dan dinding inti yang
penuh dengan butir-butir kromatin; selain inti juga ditemukan vakuola
kontraktil dan vakuola makanan. Pada genus Naegleria ditemukan tiga stadium
yaitu stadium ameboid, flagellata, dan kista.
(1). Stadium ameboid :
Mempunyai
bentuk tidak teratur, lonjong atau membulat dengan ukuran rata-rata 29 mikron.
Pseudopodium tunggal yang dikeluarkan meluas ke satu arah.
(2). Stadium flagellata :
Mempunyai
bentuk lonjong seperti buah per, mempunyai 1 inti vesikular, 1 vakuol
kobtraktil ynag terletak pada bagian posterior dan dua flagel yang sama
panjang. Fase ini hanya ditemukan beberapa jam saja, kemudian berubah menjadi
fase ameboid lagi.
(3). Stadium kista :
Bentuk bulat
atau lonjong, mempunyai 1 inti. Berukuran 10 – 14 mikron. Pada dindingnya
terdapat beberapa lubang yang digunakan untuk eksistasi. Daur hidup ameba ini
belum diketahui dengan jelas. Cara infeksi pada manusia diperkirakan melauli
hidung pada waktu penderita berenang atau ketika mengambil air wudhu.
E. Habitat
Naegleria adalah amoeba (
bersel tunggal organisme hidup ) yang biasa ditemukan di air tawar hangat (
misalnya , danau, sungai , dan sumber air panas ) dan tanah . Hanya satu
spesies ( jenis ) dari Naegleria menginfeksi orang : Naegleria fowleri .
F.
Siklus hidup
Naegleria
fowleri memiliki 3 stadium dalam siklus hidupnya, yaitu kista trophozoit bentuk
ameba dan bentuk flagella. Trophozoit ber-replikasi dengan cara promitosis
(membran nukleus tetap utuh). Naegleria fowleri ditemukan di air, tanah, kolam
renang air hangat, hidroterapi dan kolam renang untuk pengobatan, akuarium, dan
limbah.
Trophozoit bentuk ameba dapat
berubah menjadi bentuk flagella, dan dapat kembali berubah menjadi betuk ameba.
Menginfeksi manusia dengan cara trophozoit terhirup melalui hidung, yang
kemudian akan menginvasi membran nasal, dan masuk ke ruang sinus paranasal.
Trophozoit ini akan langsung menembus ciribriform plate ditulang ethmoidalis,
dan masuk ke otak melalui nervus olfaktorius. Selanjutnya akan bermultiplikasi
di jaringan sistem saraf pusat (SSP) dan menyebabkan Primary Amebic
Meningoencephalitis. Dapat diisolasi dari cairan serebro spinal (cerebro spinal
fluid/ CSF).
G.
Penyebaran
penyakit
Ameba yang masuk melalui hidung menembus
ke jaringan otak dan memperbanyak diri dalam jaringan otak. Gejala yang timbul
adalah sakit kepala yang hebat di bagian frontal, demam, sakit tenggorokan,
hidung tersumbat, kaku kuduk dan berbagai kelainan sistem
susunan saraf pusat. Cairan serebrospinal menjadi purulen dan dapat mengandung
banyak sel darah merah,ameba yang bergerak. Biasanya penderita meninggal 4
sampai 5 hari sesudah gejala timbul
H.
Pencegahan
Karena
ameba ini hidup di air tawar, tanah dan tinja, maka penyebaran mungkin di
seluruh dunia. Dengan ditemukannya penderita di beberapa tempat pada musim
panas, timbulnya penyakit mungkin berhubungan dengan musim, karena ameba ini
bersifat termofilik. Oleh Karena itu sebaiknya pencegahan yang harus dilakukan
adalah menghindari genangan air dan tanah yang telah terkontaminasi oleh
limbah pabrik dan meminimalisir kebiasaan berenang.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Naegleria fowleri adalah spesies
yang pathogen pada manusia. Spesies ini sebelumnya disebut naegleria gluberi. Hospes
dan nama penyakit Naegleria
fowleri hidup di alam di air tawar yang menggenang (kolam danau),
di tanah dan tinja
Pada
genus Naegleria ditemukan tiga stadium yaitu stadium ameboid, flagellata, dan
kista.
Pencegahan yang harus
dilakukan adalah menghindari genangan air dan tanah yang telah
terkontaminasi oleh limbah pabrik dan meminimalisir kebiasaan berenang.
B.
Saran
Sebagai saran kami dari penulis mengharapkan setelah
membaca Makalah ini.kita dapat mengetauhi bahwa Negleria fowleri sangat
berbahaya dan merupakan pemakan otak
yang dapat langsung merenggut nyawa manusia oleh karena itu hindari
tempat-tempat yang memungkinkan adanya parasit negleria fowleri ini terutama
yang berhubungan dengan air dan terkhusus pada musim panas.sebaiknya kita juga
memanimalisir kebiasaan berenang
DAFTAR
PUSTAKA
http://my_education.com (Diakses tanggal 20 mei 2014)
http://sumarsonoyappi.wordpress.com/2008/07/25/organisasi-usaha (Diakses tanggal 20 Mei )
MATA KULIAH :
PARASITOLOGI
DOSEN
: Sulasmi, SKM, M.kes
PLASMODIUM FALCIPARUM
OLEH:
FELISIA NOVIANTI
NURWIDA PERTIWI
MUH. WAHYU NURFADIL
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI D-IV
2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Plasmodium
Falciparum
B. Penyebaran
C. Toksonomi
D. Morfologi
E. Habitat
F. Siklus Hidup
G. Penyebaran Penyakit
H. Pencegahan
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga
kami berhasil menyelesaikan tugas yang berjudul MAKALAH PLASMODIUM FALCIPARUM
tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami
selesaikan ini masih jauh dari kesempurnaan. Seperti halnya pepatah “ tak
ada gading yang tak retak “, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah
kami selanjutnya.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari
awal sampai akhir.Serta kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua kalangan.
Amin.
Makassar, 14 April 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Plasmodium adalah genus milik
sekelompok protozoa yang bersifat parasit.Saat ini sudah teridentifikasi lebih
dari 200 spesies genus ini, dimana sekitar 10 spesies menginfeksi manusia.
Spesies
yang paling mematikan adalah Plasmodium
falciparum, yang dapat menyebabkan komplikasi kesehatan dan kematian
pada manusia.Infeksi akut oleh spesies ini jika tidak ditangani dapat
membahayakan jiwa, sedangkan infeksi kronis dapat menyebabkan anemia berat.
Plasmodium membutuhkan dua organisme
untuk menjalani siklus hidupnya, yaitu vektor nyamuk dan inang vertebrata.Studi
ekstensif telah dilakukan pada Plasmodium
falciparum, sebab protozoa ini menyebabkan penyakit malaria yang sangat
mematikan bagi manusia.Siklus hidup protozoa ini sangat kompleks, dan juga
protozoa ini mengalami perubahan-perubahan selama transmisi.
Plasmodium ini berada di dalam
kelenjar ludah nyamuk anopheles betina dalam bentuk sporozoit.Diketahui 68
spesies nyamuk Anopheles yang dapat menularkan malaria.Plasmodium falciparum, salah satu organisme
penyebab malaria, merupakan jenis yang paling berbahaya dibandingkan dengan
jenis plasmodium lain yang menginfeksi manusia, yaitu P. vivax, P. malariae,
dan P. ovale.Saat ini, P. falciparum merupakan salah satu spesies penyebab
malaria yang paling banyak diteliti.Hal tersebut karena spesies ini banyak
menyebabkan angka kesakitan dan kematian pada manusia.
B.
Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui mengenai selak-beluk dari salah satu
plasmodium sp yaitu plasmodium falciparum atau yang lebih di kenal dengan
malaria tropika.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Malaria
tropica adalah jenis penyakit malaria yang disebabkan oleh parasit Plasmodium
falcifarum.Penyakit malaria tropica disebut juga Malaria tertiana malignaataumalaria falciparumyang merupakan penyakit malaria yang paling ganas yang menyerang manusia.Daerah
penyebaran malaria ini adalah daerah tropik dan sub-tropic.Malaria tropica adalah pembunuh terbesar
manusia di daerah tropis di seluruh dunia yang diperkirakan sekitar 50%
penderita malaria tidak tertolong.
Malaria
tropika pernah dituduh sebagai penyebab utama terjadinya penurunan populasi
penduduk di jaman Yunani kuno dan menyebabkan terhentinya expansi “Alexander
yang agung” menaklukan benua Timur karena kematian serdadunya oleh serangan
penyakit malaria ini.Begitu juga pada perang Dunia I dan II terjadinya kematian
manusia lebih banyak disebabkan oleh penyakit malaria ini daripada mati karena perang.
B.
Penyebaran
Plasmodium
falciparum adalah protozoa parasit, salah satu spesies Plasmodium yang menyebabkan penyakit malaria pada manusia.Protozoa ini masuk pada
tubuh manusia melalui nyamukAnopheles betina. Plasmodium falciparum menyebabkan infeksi paling berbahaya
dan memiliki tingkat komplikasi dan mortalitas malaria tertinggi.Nama penyakit
yang di akibatkan oleh Plamodium Falciparum adalah malaria falsiparum atau sering
di sebut malaria tropikana.Manusia merupakan hospes perantara parasit ini dan
nyamuk Anopheles betina menjadi hopses definitifnya atau merupakan
vektornya.Parasit ini ditemukan didaerah tropic, terutama di Afrika dan Asia
Tenggara.Di Indonesia parasit ini terbesar di seluruh kepulauan.
C.
Toksonomi
Plasmodium falciparum mempunyai sifat –
sifat tertentu yag berbeda dengan species lainnya, sehingga diklasifikasikan
dalam subgenus laveran. Plasmodium falciparum mempunyai klasifikasi sebagai
berikut :
Kingdom : Haemosporodia
Divisio : Nematoda
Subdivisio : Laveran
Kelas : Spotozoa
Ordo : Haemosporidia
Genus : Plasmodium
Species : Falcifarum
Divisio : Nematoda
Subdivisio : Laveran
Kelas : Spotozoa
Ordo : Haemosporidia
Genus : Plasmodium
Species : Falcifarum
D.
Morfologi
Parasit
ini merupakan species yang berbahaya karena penyakit yang ditimbulkannya dapat
menjadi berat dan menyebabkan kematian.Perkembangan aseksual dalam hati hanya
menyangkut fase preritrosit saja; tidak ada fase ekso-eritrosit.Bentuk dini
yang dapat dilihat dalam hati adalah skizom yang berukuran ± 30 µ pada hari
keempat setelah infeksi.
Jumlah
morozoit pada skizon matang (matur) kira-kira 40.000 bentuk cacing stadium
trofosoit muda plasmodium falciparum sangat kecil dan halus dengan ukuran ±1/6
diameter eritrosit.Pada bentuk cincin dapat dilihat dua butir kromatin; bentuk
pinggir (marginal) dan bentuk accole sering ditemukan.Beberapa bentuk cincin
dapat ditemukan dalam satu eritrosit (infeksi multipel). Walaupun bentuk
marginal, accole, cincin dengan kromatin ganda dan infeksi multiple dapat juga
ditemukan dalam eritrosit yang di infeksi oleh species plasmodium lain pada
manisia, kelainan-kelainan ini lebih sering ditemukan pada Plasmodium Falciparum
dan keadaan ini penting untuk membantu diagnosis species.
Bentuk
cincin Plasmodium falciparum kemudian menjadi lebih besar, berukuran seperempat
dan kadang-kadang setengah diameter eitrosit dan mungkin dapat disangka parasit
Plasmodium malariae.Sitoplasmanya dapat mengandung satu atau dua butir
pigmen.Stadium perkembangan siklus aseksual berikutnya pada umumnya tidak
berlangsumg dalam darah tepi, kecuali pada kasus berat (perniseosa).
E.
Habitat
Plasmodium
falciparum berada di dalam kelenjar ludah nyamuk Anopheles betina dalam
bentuk sporozoit. Dan bila nyamuk ini menggigit manusia, sporozoit akan
memasuki sistem peredaran darah dan menginfeksi sel-sel hati.
F.
Siklus Hidup
·
Sporozoit & Tahap
Hati
Ketika anopheles betina yang membawa Plasmodium menggigit manusia, sporozoit masuk ke dalam tubuh manusia. Lebih dari 100 sporozoit dapat masuk hanya dengan satu gigitan oleh nyamuk yang terinfeksi Plasmodium. Sporozoit Plasmodium memasuki sistem peredaran darah dan menginfeksi sel-sel hati dalam waktu 30 menit. Dengan demikian, Plasmodium memasuki tahap hati.
Ketika anopheles betina yang membawa Plasmodium menggigit manusia, sporozoit masuk ke dalam tubuh manusia. Lebih dari 100 sporozoit dapat masuk hanya dengan satu gigitan oleh nyamuk yang terinfeksi Plasmodium. Sporozoit Plasmodium memasuki sistem peredaran darah dan menginfeksi sel-sel hati dalam waktu 30 menit. Dengan demikian, Plasmodium memasuki tahap hati.
·
Merozoit & Tahap
Eritrosit
Dalam hepatosit (sel hati), sporozoit mengalami multiplikasi aseksual yang disebut skizogoni, membentuk merozoit-merozoit. Ribuan merozoit terbentuk dalam kurun waktu dua minggu. Setelah pematangan, merozoit meninggalkan sel skizon hati dan menyebar ke sel darah merah. Tahap infeksi ini disebut tahap eritrosit, yang berlangsung sekitar 48 jam.
Dalam hepatosit (sel hati), sporozoit mengalami multiplikasi aseksual yang disebut skizogoni, membentuk merozoit-merozoit. Ribuan merozoit terbentuk dalam kurun waktu dua minggu. Setelah pematangan, merozoit meninggalkan sel skizon hati dan menyebar ke sel darah merah. Tahap infeksi ini disebut tahap eritrosit, yang berlangsung sekitar 48 jam.
·
Skizon & Tahap
Eritrosit
Merozoit berdiferensiasi lebih lanjut dalam sitoplasma sel darah merah untuk membentuk trofozoit, yang berbentuk lebih besar dan bulat. Serupa dengan tahap sebelumnya, trofozoit mengalami skizogoni, dimana replikasi DNA terjadi. Tahap ini disebut sebagai skizon eritrositik. Dalam tahap skizon ini, diferensiasi seluler berlanjut dan terbentuk sekitar 12 sampai 16 merozoit. Tahap ini terus berlangsung selama 72 jam.
Merozoit berdiferensiasi lebih lanjut dalam sitoplasma sel darah merah untuk membentuk trofozoit, yang berbentuk lebih besar dan bulat. Serupa dengan tahap sebelumnya, trofozoit mengalami skizogoni, dimana replikasi DNA terjadi. Tahap ini disebut sebagai skizon eritrositik. Dalam tahap skizon ini, diferensiasi seluler berlanjut dan terbentuk sekitar 12 sampai 16 merozoit. Tahap ini terus berlangsung selama 72 jam.
·
Pecahnya Sel Darah Merah
yang Terinfeksi
Dalam tahap ini, merozoit dilepas melalui pecahnya sel darah merah yang terinfeksi. Hasil pengamatan menunjukkan beberapa dari merozoit yang dilepas menyerang sel darah merah lagi. Nutrisi parasit Plasmodium dalam tahap eritrosit berasal dari pencernaan hemoglobin. Sel darah merah yang terinfeksi pun disirkulasikan ke berbagai organ tubuh seperti otak, jantung, dan hati. Kehadiran sel darah merah yang terinfeksi Plasmodium dalam otak menyebabkan malaria selebral atau cerebral malaria.
Dalam tahap ini, merozoit dilepas melalui pecahnya sel darah merah yang terinfeksi. Hasil pengamatan menunjukkan beberapa dari merozoit yang dilepas menyerang sel darah merah lagi. Nutrisi parasit Plasmodium dalam tahap eritrosit berasal dari pencernaan hemoglobin. Sel darah merah yang terinfeksi pun disirkulasikan ke berbagai organ tubuh seperti otak, jantung, dan hati. Kehadiran sel darah merah yang terinfeksi Plasmodium dalam otak menyebabkan malaria selebral atau cerebral malaria.
·
Pembentukan Gamet Jantan
dan Betina
Dalam tahap eritrositik, beberapa merozoit berdiferensiasi menjadi gametosit jantan dan betina. Pada gigitan nyamuk anopheles betina selanjutnya, gametosit-gametosit Plasmodium diambil oleh nyamuk tersebut. Gametosit-gametosit tersebut kemudian menjalani gametogenesis dalam tubuh nyamuk untuk membentuk gamet jantan dan gamet betina. Gamet jantan membelah lebih lanjut dalam perut tengah, menjadi 8 mikrogramet berflagela.
Dalam tahap eritrositik, beberapa merozoit berdiferensiasi menjadi gametosit jantan dan betina. Pada gigitan nyamuk anopheles betina selanjutnya, gametosit-gametosit Plasmodium diambil oleh nyamuk tersebut. Gametosit-gametosit tersebut kemudian menjalani gametogenesis dalam tubuh nyamuk untuk membentuk gamet jantan dan gamet betina. Gamet jantan membelah lebih lanjut dalam perut tengah, menjadi 8 mikrogramet berflagela.
·
Pembuahan dan Pembentukan
Zigot
Mikrogamet kemudian membuahi gamet betina (makrogamet) untuk menghasilkan zigot. Zigot berubah membentuk ookinet. Ookinet melewati epitel perut tengah dan membentuk ookista pada dinding luar perut tengah. Ookista ini terus membesar lalu pecah melepaskan ratusan sporozoit-sporozoit. Akhirnya sporozoit-sporozoit bermigrasi masuk ke kelenjar ludah nyamuk anopheles betina. Sehingga siklus pun kembali lagi ke awal.
Mikrogamet kemudian membuahi gamet betina (makrogamet) untuk menghasilkan zigot. Zigot berubah membentuk ookinet. Ookinet melewati epitel perut tengah dan membentuk ookista pada dinding luar perut tengah. Ookista ini terus membesar lalu pecah melepaskan ratusan sporozoit-sporozoit. Akhirnya sporozoit-sporozoit bermigrasi masuk ke kelenjar ludah nyamuk anopheles betina. Sehingga siklus pun kembali lagi ke awal.
G.
Penyebaran Penyakit
Parasit ini ditemukan didaerah tropic,
terutama di Afrika dan Asia Tenggara.Di Indonesia parasit ini terbesar di
seluruh kepulauan.
H.
Pencegahan
§ Usahakan tidur dengan kelambu, memberi kawat kasa,
memakai obat nyamuk bakar, menyemprot ruang tidur, dan tindakan lain untuk
mencegah nyamuk berkembang di rumah.
§ Menjaga kebersihan lingkungan dengan membersihkan
ruang tidur, semak-semak sekitar rumah, genangan air, dan kandang-kandang
ternak.
§ Memperbanyak jumlah ternak seperti sapi, kerbau,
kambing, kelinci dengan menempatkan mereka di luar rumah di dekat tempat nyamuk
bertelur.
§ Memelihara ikan pada air yang tergenang, seperti
kolam, sawah dan parit. Atau dengan memberi sedikit minyak pada air yang
tergenang.
§ Menanam padi secara serempak atau diselingi dengan
tanaman kering atau pengeringan sawah secara berkala.
§
Menyemprot
rumah dengan DDT.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Nama penyakit yang di akibatkan oleh Plasmodium
Falciparum adalah malaria falsiparum atau serting di sebut malaria
tropikana.Manusia merupakan hospes perantara parasit ini dan nyamuk Anopheles
betina menjadi hopses definitifnya atau merupakan vektornya.
Parasit ini merupakan species yang
berbahaya karena penyakit yang ditimbulkannya dapat menjadi berat dan
menyebabkan kematian.
DAFTAR
PUSTAKA
Langganan:
Postingan (Atom)
Makalah Naegleria Fowleri
Written on 13.34.00 by Unknown
DOSEN
: SULASMI, S.KM, M.Kes
MATA KULIAH: PARASITOLOGI
MAKALAH
(Naegleria Fowleri)
DI
SUSUN OLEH KELOMPOK 11:
1.
FERANITA TODING
RONGKO
2.
HERIANTO
3.
RIRI REZKY RAMADANI
KEMENTRIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK
KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN
KESEHATAN LINGKUNGAN
2013/2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah parasitologi
ini dengan baik
Makalah ini disusun sebagai
pemenuhan tugas mata kuliah parasitologi .Dengan adanya makalah ini diharapkan
mahasiswa dapat mengerti tentang
saya menyadari bahwa penulisan
rangkuman ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat
diharapkan guna perbaikan di masa mendatang dan semoga bermanfaat bagi kita
semua, Amin.
Makassar, 11-04-2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR : ......................................................................................
i
DAFTAR ISI :....................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN:..................................................................................
A. LATAR BELAKANG:....................................................................................
1
B. TUJUAN :.....................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN:....................................................................................
A. Sejarah :.....................................................................................
3
B. Penyebaran :.....................................................................................
4
C. Toksonomi :.....................................................................................
4
D. Morfologi & Daur Hidup:.........................................................................
5
E. Habitat :.....................................................................................
6
F. Siklus Hidup :.....................................................................................
6
G. Penyebaran Penyakit :...............................................................................
7
H. Pencegahan :.....................................................................................
7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan :.....................................................................................
8
B. Saran :.....................................................................................
8
DAFTAR PUSTAKA :.....................................................................................
9
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Free-living amebae yang paling dikenal adalah Naegleria
fowleri dan Accanthamoeba spp. Kedua amebae ini hidup bebas ditanah yang lembab
dan air, menjadi parasit fakultatif pada manusia.Naegleria
fowleri adalah penyebab
primery amebic meningoencephalitis
(PAM), dan Accanthamoeba
spp berhubungan dengan kelainan yang lebih kronis di sistem saraf, yakni
granulomatous amebic encephalitis (GAE), amebic keratitis, serta ulkus di
kulit. Tipikal kasus PAM terjadi pada musim panas, dimana Naegleria fowleri
berproliferasi dengan cepat seiring dengan bertambahnya temperatur.
Penderita
PAM biasanya memiliki riwayat kontak dengan air seperti berenang di danau,
sungai, atau kolam renang yang dapat terinfeksi oleh organisme ini beberapa
hari sebelumnya timbul gejala. Selama periode kering dan meningkatnya
temperatur ini, konsentrasi Naegleria fowleri akan meningkat. Pada beberapa kasus,
ada indikasi bahwa organisme ini juga dapat ditularkan melalui inhalasi dari
debu yang terkontaminasi.
Pada
tahun 1965, Fowler dan Carter mempublikasikan sebuah laporan kasus yang terjadi
pada 4 orang penderita di Australia. Laporan ini pertamaa kali menghubungkan
antara Naegleria fowleri dan penyakit yang menyerang susunan saraf pusat. Pada
awalnya peneliti tersebut beranggapan bahwa ameba penyebab dari penyakit
tersebut adalah genus accanthameba, tetapi setelahpenelitian lebih lanjut ameba
penyebabnya cenderung mengacu kepada Naegleria fowleri.
B.
TUJUAN
1. Untuk
mengetahui Sejarah
Naegleria fowleri
2. Untuk
mengetahui penyebaran Naegleria
fowleri
3. Untuk
mengetahui taksonomi Naegleria
fowleri
4. Untuk
mengetahui morpologi Naegleria
fowleri
5. Untuk megetahui
habitat Naegleria fowler
6. Untuk
mengetahui siklus hidup Naegleria
fowleri
7. Untuk
mengetahui penyebaran penyakit
Naegleria fowleri
8. Untuk
mengetahui pencegahan Naegleria
fowleri
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Naegleria
fowleri adalah spesies yang pathogen pada manusia. Spesies ini sebelumnya
disebut naegleria gluberi. Kasus pertama ditemukan pada tahun 1965 di Australia
dan Florida di AS dan hanya dalam waktu 10 tahun kemudian telah dilaporkan
hampir 100 kasus menderita amebic di seluruh dunia. Pada tahun 1978 seorang gadis yang secara teratur
berenang di pemandian romawi kuno di Inggris meninggal karena menderita amebic.
Pada tahun 1978 juga di Cekoslowakia para peneliti menemukan penyebab epidemi
kolam renang, yaitu adanya kantong air yang mengandung ameba tersebut di
belakang lubang-lubang dinding kolam yang terhindar dari pengaruh klorin
Hospes dan nama penyakit Naegleria fowleri hidup di
alam di air tawar yang menggenang (kolam danau), di tanah dan tinja. Spesies
ini dapat menjadi patogen pada manusia dan menimbulkan penyakit yang disebut
primary amebic meningoencephalitis. Distribusi geografik Kasus-kasus dengan
primary amebic meningoencephalitis telah dilaporkan dari Amerika Serikat,
Belgia, Cekoslowakia, Australia, Selandia Baru, India, Nigeria, Inggris,
Irlandia, Venezuela, Panama, dan Papua Nugini.
B.
Penyebaran
Naegleria fowleri bersifat
kosmopolit,Kasus-kasus dengan primary amebic meningoencephalitistelah di
laporkan dari AS, Belgia, Cekoslowakia, Australia, Selandia Baru, India, Nigeria, Irlandia, Venezuela, Panama, dan Papua
Nugini. Naegleria fowleria di isolasi dari kasus kematian tersebut. Ameba ini
membunuh hewan percobaan pada beberapa laboratorium pada waktu diinjeksikan
intra nasal, intra vena dan intracerebral. Organisme ini tidak membentuk cyste
atau flagella dalam tubuh hospes dan vakuolanya berisi sel debris (serpihan
sel) dari hospes.
C.
Taksonomi
Domain : Eukaroyota
Filum :
protozoa
Kelas :
Heterolobosea
Ordo :
Amoeba
Spesies : N. fowleri
D.
morfologi
dan daur hidup
Seperti ameba lainnya, ameba
dari spesies ini terdiri atas ektoplasma dan endoplasma. Di dalam endoplasma
terdapat 1 inti vesikular dengan kariosom yang besar dan dinding inti yang
penuh dengan butir-butir kromatin; selain inti juga ditemukan vakuola
kontraktil dan vakuola makanan. Pada genus Naegleria ditemukan tiga stadium
yaitu stadium ameboid, flagellata, dan kista.
(1). Stadium ameboid :
Mempunyai
bentuk tidak teratur, lonjong atau membulat dengan ukuran rata-rata 29 mikron.
Pseudopodium tunggal yang dikeluarkan meluas ke satu arah.
(2). Stadium flagellata :
Mempunyai
bentuk lonjong seperti buah per, mempunyai 1 inti vesikular, 1 vakuol
kobtraktil ynag terletak pada bagian posterior dan dua flagel yang sama
panjang. Fase ini hanya ditemukan beberapa jam saja, kemudian berubah menjadi
fase ameboid lagi.
(3). Stadium kista :
Bentuk bulat
atau lonjong, mempunyai 1 inti. Berukuran 10 – 14 mikron. Pada dindingnya
terdapat beberapa lubang yang digunakan untuk eksistasi. Daur hidup ameba ini
belum diketahui dengan jelas. Cara infeksi pada manusia diperkirakan melauli
hidung pada waktu penderita berenang atau ketika mengambil air wudhu.
E. Habitat
Naegleria adalah amoeba (
bersel tunggal organisme hidup ) yang biasa ditemukan di air tawar hangat (
misalnya , danau, sungai , dan sumber air panas ) dan tanah . Hanya satu
spesies ( jenis ) dari Naegleria menginfeksi orang : Naegleria fowleri .
F.
Siklus hidup
Naegleria
fowleri memiliki 3 stadium dalam siklus hidupnya, yaitu kista trophozoit bentuk
ameba dan bentuk flagella. Trophozoit ber-replikasi dengan cara promitosis
(membran nukleus tetap utuh). Naegleria fowleri ditemukan di air, tanah, kolam
renang air hangat, hidroterapi dan kolam renang untuk pengobatan, akuarium, dan
limbah.
Trophozoit bentuk ameba dapat
berubah menjadi bentuk flagella, dan dapat kembali berubah menjadi betuk ameba.
Menginfeksi manusia dengan cara trophozoit terhirup melalui hidung, yang
kemudian akan menginvasi membran nasal, dan masuk ke ruang sinus paranasal.
Trophozoit ini akan langsung menembus ciribriform plate ditulang ethmoidalis,
dan masuk ke otak melalui nervus olfaktorius. Selanjutnya akan bermultiplikasi
di jaringan sistem saraf pusat (SSP) dan menyebabkan Primary Amebic
Meningoencephalitis. Dapat diisolasi dari cairan serebro spinal (cerebro spinal
fluid/ CSF).
G.
Penyebaran
penyakit
Ameba yang masuk melalui hidung menembus
ke jaringan otak dan memperbanyak diri dalam jaringan otak. Gejala yang timbul
adalah sakit kepala yang hebat di bagian frontal, demam, sakit tenggorokan,
hidung tersumbat, kaku kuduk dan berbagai kelainan sistem
susunan saraf pusat. Cairan serebrospinal menjadi purulen dan dapat mengandung
banyak sel darah merah,ameba yang bergerak. Biasanya penderita meninggal 4
sampai 5 hari sesudah gejala timbul
H.
Pencegahan
Karena
ameba ini hidup di air tawar, tanah dan tinja, maka penyebaran mungkin di
seluruh dunia. Dengan ditemukannya penderita di beberapa tempat pada musim
panas, timbulnya penyakit mungkin berhubungan dengan musim, karena ameba ini
bersifat termofilik. Oleh Karena itu sebaiknya pencegahan yang harus dilakukan
adalah menghindari genangan air dan tanah yang telah terkontaminasi oleh
limbah pabrik dan meminimalisir kebiasaan berenang.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Naegleria fowleri adalah spesies
yang pathogen pada manusia. Spesies ini sebelumnya disebut naegleria gluberi. Hospes
dan nama penyakit Naegleria
fowleri hidup di alam di air tawar yang menggenang (kolam danau),
di tanah dan tinja
Pada
genus Naegleria ditemukan tiga stadium yaitu stadium ameboid, flagellata, dan
kista.
Pencegahan yang harus
dilakukan adalah menghindari genangan air dan tanah yang telah
terkontaminasi oleh limbah pabrik dan meminimalisir kebiasaan berenang.
B.
Saran
Sebagai saran kami dari penulis mengharapkan setelah
membaca Makalah ini.kita dapat mengetauhi bahwa Negleria fowleri sangat
berbahaya dan merupakan pemakan otak
yang dapat langsung merenggut nyawa manusia oleh karena itu hindari
tempat-tempat yang memungkinkan adanya parasit negleria fowleri ini terutama
yang berhubungan dengan air dan terkhusus pada musim panas.sebaiknya kita juga
memanimalisir kebiasaan berenang
DAFTAR
PUSTAKA
http://my_education.com (Diakses tanggal 20 mei 2014)
http://sumarsonoyappi.wordpress.com/2008/07/25/organisasi-usaha (Diakses tanggal 20 Mei )

Makalah PLASMODIUM FALCIPARUM
Written on 12.48.00 by Unknown
MATA KULIAH :
PARASITOLOGI
DOSEN
: Sulasmi, SKM, M.kes
PLASMODIUM FALCIPARUM
OLEH:
FELISIA NOVIANTI
NURWIDA PERTIWI
MUH. WAHYU NURFADIL
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI D-IV
2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Plasmodium
Falciparum
B. Penyebaran
C. Toksonomi
D. Morfologi
E. Habitat
F. Siklus Hidup
G. Penyebaran Penyakit
H. Pencegahan
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga
kami berhasil menyelesaikan tugas yang berjudul MAKALAH PLASMODIUM FALCIPARUM
tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami
selesaikan ini masih jauh dari kesempurnaan. Seperti halnya pepatah “ tak
ada gading yang tak retak “, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah
kami selanjutnya.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari
awal sampai akhir.Serta kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua kalangan.
Amin.
Makassar, 14 April 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Plasmodium adalah genus milik
sekelompok protozoa yang bersifat parasit.Saat ini sudah teridentifikasi lebih
dari 200 spesies genus ini, dimana sekitar 10 spesies menginfeksi manusia.
Spesies
yang paling mematikan adalah Plasmodium
falciparum, yang dapat menyebabkan komplikasi kesehatan dan kematian
pada manusia.Infeksi akut oleh spesies ini jika tidak ditangani dapat
membahayakan jiwa, sedangkan infeksi kronis dapat menyebabkan anemia berat.
Plasmodium membutuhkan dua organisme
untuk menjalani siklus hidupnya, yaitu vektor nyamuk dan inang vertebrata.Studi
ekstensif telah dilakukan pada Plasmodium
falciparum, sebab protozoa ini menyebabkan penyakit malaria yang sangat
mematikan bagi manusia.Siklus hidup protozoa ini sangat kompleks, dan juga
protozoa ini mengalami perubahan-perubahan selama transmisi.
Plasmodium ini berada di dalam
kelenjar ludah nyamuk anopheles betina dalam bentuk sporozoit.Diketahui 68
spesies nyamuk Anopheles yang dapat menularkan malaria.Plasmodium falciparum, salah satu organisme
penyebab malaria, merupakan jenis yang paling berbahaya dibandingkan dengan
jenis plasmodium lain yang menginfeksi manusia, yaitu P. vivax, P. malariae,
dan P. ovale.Saat ini, P. falciparum merupakan salah satu spesies penyebab
malaria yang paling banyak diteliti.Hal tersebut karena spesies ini banyak
menyebabkan angka kesakitan dan kematian pada manusia.
B.
Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui mengenai selak-beluk dari salah satu
plasmodium sp yaitu plasmodium falciparum atau yang lebih di kenal dengan
malaria tropika.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Malaria
tropica adalah jenis penyakit malaria yang disebabkan oleh parasit Plasmodium
falcifarum.Penyakit malaria tropica disebut juga Malaria tertiana malignaataumalaria falciparumyang merupakan penyakit malaria yang paling ganas yang menyerang manusia.Daerah
penyebaran malaria ini adalah daerah tropik dan sub-tropic.Malaria tropica adalah pembunuh terbesar
manusia di daerah tropis di seluruh dunia yang diperkirakan sekitar 50%
penderita malaria tidak tertolong.
Malaria
tropika pernah dituduh sebagai penyebab utama terjadinya penurunan populasi
penduduk di jaman Yunani kuno dan menyebabkan terhentinya expansi “Alexander
yang agung” menaklukan benua Timur karena kematian serdadunya oleh serangan
penyakit malaria ini.Begitu juga pada perang Dunia I dan II terjadinya kematian
manusia lebih banyak disebabkan oleh penyakit malaria ini daripada mati karena perang.
B.
Penyebaran
Plasmodium
falciparum adalah protozoa parasit, salah satu spesies Plasmodium yang menyebabkan penyakit malaria pada manusia.Protozoa ini masuk pada
tubuh manusia melalui nyamukAnopheles betina. Plasmodium falciparum menyebabkan infeksi paling berbahaya
dan memiliki tingkat komplikasi dan mortalitas malaria tertinggi.Nama penyakit
yang di akibatkan oleh Plamodium Falciparum adalah malaria falsiparum atau sering
di sebut malaria tropikana.Manusia merupakan hospes perantara parasit ini dan
nyamuk Anopheles betina menjadi hopses definitifnya atau merupakan
vektornya.Parasit ini ditemukan didaerah tropic, terutama di Afrika dan Asia
Tenggara.Di Indonesia parasit ini terbesar di seluruh kepulauan.
C.
Toksonomi
Plasmodium falciparum mempunyai sifat –
sifat tertentu yag berbeda dengan species lainnya, sehingga diklasifikasikan
dalam subgenus laveran. Plasmodium falciparum mempunyai klasifikasi sebagai
berikut :
Kingdom : Haemosporodia
Divisio : Nematoda
Subdivisio : Laveran
Kelas : Spotozoa
Ordo : Haemosporidia
Genus : Plasmodium
Species : Falcifarum
Divisio : Nematoda
Subdivisio : Laveran
Kelas : Spotozoa
Ordo : Haemosporidia
Genus : Plasmodium
Species : Falcifarum
D.
Morfologi
Parasit
ini merupakan species yang berbahaya karena penyakit yang ditimbulkannya dapat
menjadi berat dan menyebabkan kematian.Perkembangan aseksual dalam hati hanya
menyangkut fase preritrosit saja; tidak ada fase ekso-eritrosit.Bentuk dini
yang dapat dilihat dalam hati adalah skizom yang berukuran ± 30 µ pada hari
keempat setelah infeksi.
Jumlah
morozoit pada skizon matang (matur) kira-kira 40.000 bentuk cacing stadium
trofosoit muda plasmodium falciparum sangat kecil dan halus dengan ukuran ±1/6
diameter eritrosit.Pada bentuk cincin dapat dilihat dua butir kromatin; bentuk
pinggir (marginal) dan bentuk accole sering ditemukan.Beberapa bentuk cincin
dapat ditemukan dalam satu eritrosit (infeksi multipel). Walaupun bentuk
marginal, accole, cincin dengan kromatin ganda dan infeksi multiple dapat juga
ditemukan dalam eritrosit yang di infeksi oleh species plasmodium lain pada
manisia, kelainan-kelainan ini lebih sering ditemukan pada Plasmodium Falciparum
dan keadaan ini penting untuk membantu diagnosis species.
Bentuk
cincin Plasmodium falciparum kemudian menjadi lebih besar, berukuran seperempat
dan kadang-kadang setengah diameter eitrosit dan mungkin dapat disangka parasit
Plasmodium malariae.Sitoplasmanya dapat mengandung satu atau dua butir
pigmen.Stadium perkembangan siklus aseksual berikutnya pada umumnya tidak
berlangsumg dalam darah tepi, kecuali pada kasus berat (perniseosa).
E.
Habitat
Plasmodium
falciparum berada di dalam kelenjar ludah nyamuk Anopheles betina dalam
bentuk sporozoit. Dan bila nyamuk ini menggigit manusia, sporozoit akan
memasuki sistem peredaran darah dan menginfeksi sel-sel hati.
F.
Siklus Hidup
·
Sporozoit & Tahap
Hati
Ketika anopheles betina yang membawa Plasmodium menggigit manusia, sporozoit masuk ke dalam tubuh manusia. Lebih dari 100 sporozoit dapat masuk hanya dengan satu gigitan oleh nyamuk yang terinfeksi Plasmodium. Sporozoit Plasmodium memasuki sistem peredaran darah dan menginfeksi sel-sel hati dalam waktu 30 menit. Dengan demikian, Plasmodium memasuki tahap hati.
Ketika anopheles betina yang membawa Plasmodium menggigit manusia, sporozoit masuk ke dalam tubuh manusia. Lebih dari 100 sporozoit dapat masuk hanya dengan satu gigitan oleh nyamuk yang terinfeksi Plasmodium. Sporozoit Plasmodium memasuki sistem peredaran darah dan menginfeksi sel-sel hati dalam waktu 30 menit. Dengan demikian, Plasmodium memasuki tahap hati.
·
Merozoit & Tahap
Eritrosit
Dalam hepatosit (sel hati), sporozoit mengalami multiplikasi aseksual yang disebut skizogoni, membentuk merozoit-merozoit. Ribuan merozoit terbentuk dalam kurun waktu dua minggu. Setelah pematangan, merozoit meninggalkan sel skizon hati dan menyebar ke sel darah merah. Tahap infeksi ini disebut tahap eritrosit, yang berlangsung sekitar 48 jam.
Dalam hepatosit (sel hati), sporozoit mengalami multiplikasi aseksual yang disebut skizogoni, membentuk merozoit-merozoit. Ribuan merozoit terbentuk dalam kurun waktu dua minggu. Setelah pematangan, merozoit meninggalkan sel skizon hati dan menyebar ke sel darah merah. Tahap infeksi ini disebut tahap eritrosit, yang berlangsung sekitar 48 jam.
·
Skizon & Tahap
Eritrosit
Merozoit berdiferensiasi lebih lanjut dalam sitoplasma sel darah merah untuk membentuk trofozoit, yang berbentuk lebih besar dan bulat. Serupa dengan tahap sebelumnya, trofozoit mengalami skizogoni, dimana replikasi DNA terjadi. Tahap ini disebut sebagai skizon eritrositik. Dalam tahap skizon ini, diferensiasi seluler berlanjut dan terbentuk sekitar 12 sampai 16 merozoit. Tahap ini terus berlangsung selama 72 jam.
Merozoit berdiferensiasi lebih lanjut dalam sitoplasma sel darah merah untuk membentuk trofozoit, yang berbentuk lebih besar dan bulat. Serupa dengan tahap sebelumnya, trofozoit mengalami skizogoni, dimana replikasi DNA terjadi. Tahap ini disebut sebagai skizon eritrositik. Dalam tahap skizon ini, diferensiasi seluler berlanjut dan terbentuk sekitar 12 sampai 16 merozoit. Tahap ini terus berlangsung selama 72 jam.
·
Pecahnya Sel Darah Merah
yang Terinfeksi
Dalam tahap ini, merozoit dilepas melalui pecahnya sel darah merah yang terinfeksi. Hasil pengamatan menunjukkan beberapa dari merozoit yang dilepas menyerang sel darah merah lagi. Nutrisi parasit Plasmodium dalam tahap eritrosit berasal dari pencernaan hemoglobin. Sel darah merah yang terinfeksi pun disirkulasikan ke berbagai organ tubuh seperti otak, jantung, dan hati. Kehadiran sel darah merah yang terinfeksi Plasmodium dalam otak menyebabkan malaria selebral atau cerebral malaria.
Dalam tahap ini, merozoit dilepas melalui pecahnya sel darah merah yang terinfeksi. Hasil pengamatan menunjukkan beberapa dari merozoit yang dilepas menyerang sel darah merah lagi. Nutrisi parasit Plasmodium dalam tahap eritrosit berasal dari pencernaan hemoglobin. Sel darah merah yang terinfeksi pun disirkulasikan ke berbagai organ tubuh seperti otak, jantung, dan hati. Kehadiran sel darah merah yang terinfeksi Plasmodium dalam otak menyebabkan malaria selebral atau cerebral malaria.
·
Pembentukan Gamet Jantan
dan Betina
Dalam tahap eritrositik, beberapa merozoit berdiferensiasi menjadi gametosit jantan dan betina. Pada gigitan nyamuk anopheles betina selanjutnya, gametosit-gametosit Plasmodium diambil oleh nyamuk tersebut. Gametosit-gametosit tersebut kemudian menjalani gametogenesis dalam tubuh nyamuk untuk membentuk gamet jantan dan gamet betina. Gamet jantan membelah lebih lanjut dalam perut tengah, menjadi 8 mikrogramet berflagela.
Dalam tahap eritrositik, beberapa merozoit berdiferensiasi menjadi gametosit jantan dan betina. Pada gigitan nyamuk anopheles betina selanjutnya, gametosit-gametosit Plasmodium diambil oleh nyamuk tersebut. Gametosit-gametosit tersebut kemudian menjalani gametogenesis dalam tubuh nyamuk untuk membentuk gamet jantan dan gamet betina. Gamet jantan membelah lebih lanjut dalam perut tengah, menjadi 8 mikrogramet berflagela.
·
Pembuahan dan Pembentukan
Zigot
Mikrogamet kemudian membuahi gamet betina (makrogamet) untuk menghasilkan zigot. Zigot berubah membentuk ookinet. Ookinet melewati epitel perut tengah dan membentuk ookista pada dinding luar perut tengah. Ookista ini terus membesar lalu pecah melepaskan ratusan sporozoit-sporozoit. Akhirnya sporozoit-sporozoit bermigrasi masuk ke kelenjar ludah nyamuk anopheles betina. Sehingga siklus pun kembali lagi ke awal.
Mikrogamet kemudian membuahi gamet betina (makrogamet) untuk menghasilkan zigot. Zigot berubah membentuk ookinet. Ookinet melewati epitel perut tengah dan membentuk ookista pada dinding luar perut tengah. Ookista ini terus membesar lalu pecah melepaskan ratusan sporozoit-sporozoit. Akhirnya sporozoit-sporozoit bermigrasi masuk ke kelenjar ludah nyamuk anopheles betina. Sehingga siklus pun kembali lagi ke awal.
G.
Penyebaran Penyakit
Parasit ini ditemukan didaerah tropic,
terutama di Afrika dan Asia Tenggara.Di Indonesia parasit ini terbesar di
seluruh kepulauan.
H.
Pencegahan
§ Usahakan tidur dengan kelambu, memberi kawat kasa,
memakai obat nyamuk bakar, menyemprot ruang tidur, dan tindakan lain untuk
mencegah nyamuk berkembang di rumah.
§ Menjaga kebersihan lingkungan dengan membersihkan
ruang tidur, semak-semak sekitar rumah, genangan air, dan kandang-kandang
ternak.
§ Memperbanyak jumlah ternak seperti sapi, kerbau,
kambing, kelinci dengan menempatkan mereka di luar rumah di dekat tempat nyamuk
bertelur.
§ Memelihara ikan pada air yang tergenang, seperti
kolam, sawah dan parit. Atau dengan memberi sedikit minyak pada air yang
tergenang.
§ Menanam padi secara serempak atau diselingi dengan
tanaman kering atau pengeringan sawah secara berkala.
§
Menyemprot
rumah dengan DDT.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Nama penyakit yang di akibatkan oleh Plasmodium
Falciparum adalah malaria falsiparum atau serting di sebut malaria
tropikana.Manusia merupakan hospes perantara parasit ini dan nyamuk Anopheles
betina menjadi hopses definitifnya atau merupakan vektornya.
Parasit ini merupakan species yang
berbahaya karena penyakit yang ditimbulkannya dapat menjadi berat dan
menyebabkan kematian.
DAFTAR
PUSTAKA
