Senin, 05 Oktober 2015

Pembahasan Materi Promkes

      DOSEN                     : Syamsuddin S, SKM.,M.Kes
      MATA KULIAH         : Pemberdayaan Masyarakat
 


Pembahasan Materi Promkes






Oleh Kelompok 1:
Ø  ADI HERMANTO                                            PO.71.4.221.13.2.001
Ø  ASMILA WARNI                                             PO.71.4.221.13.2.008
Ø  DESI                                                              PO.71.4.221.13.2.009
Ø  EVI NURSYAFITRI                                         PO.71.4.221.13.2.012
Ø  FATKUR RAHIM                                            PO.71.4.221.13.2.015
Ø  FELISIA NOVIANTI SANAPANG                  PO.71.4.221.13.2.016
Ø  GHITA DWI LESTARI                                    PO.71.4.221.13.2.017
Ø  MUHAMMAD ASHAR                                    PO.71.4.221.13.2.028
Ø  NASRIAH                                                        PO.71.4.221.13.2.034
Ø  NUR PADILA                                                  PO.71.4.221.13.2.036
Ø  SUARNI S                                                       PO.71.4.221.13.2.045
Ø  SUCI SYAHRANI                                            PO.71.4.221.13.2.046

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D IV
2014




A.  Promosi Kesehatan
1.  Pengertian
Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Ini bukan sekedar pengubahan gaya hidup saja, namun berkaitan dengan pengubahan lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat keputusan yang sehat.Pengubahan gaya hidup dapat difasilitasi melalui penggabunngan:
a.  menciptakan lingkungan yang mendukung,
b.  mengubah perilaku, dan
c.   meningkatkan kesadaran.
Promosi Kesehatan yang memiliki dua sisi, yakni sisi ilmu dan seni. Maksudnya adalah dari sisi Seni, yakni praktisi atau aplikasi promosi kesehatan, merupakan penunjang bagi program-program kesehatan lain. Artinya setiap program kesehatan, misalnya pemberantasan penyakit, perbaikan gizi masyarakat, sanitasi lingkungan, kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan, dan sebagainya, perlu ditunjang atau dibantu oleh promosi kesehatan (di Indonesia sering disebut Penyuluhan Kesehatan). Hal ini esensial, karena masing-masing program tersebut mempunyai aspek perilaku masyarakat yang perlu dikondisikan dengan promosi kesehatan.
Dari penelitian-penelitian yang ada terungkap, meskipun kesadaran dan pengetahuan masyarakat sudah tinggi tentang kesehatan, namun praktik(practice) tentang kesehatan atau perilaku hidup sehat masyarakat masih rendah. Setelah dilakukan pengkajian oleh Organisasi Kesehatan Dunia(WHO), terutama di negara-negara berkembang, ternyata faktor pendukung atau sarana dan prasarana tidak mendukung masyarakat untuk berperilaku hidup sehat.  Misalnya meskipun kesadaran dan pengetahuan orang atau masyarakat tentang kesehatan (misalnya: sanitasi lingkungan, gizi, imunisasi, pelayanan kesehatan, dan sebagainya) sudah tinggi, tetapi apabila tidak didukung oleh fasilitas, yaitu tersedianya jamban sehat, air bersih, makanan yang bergizi, fasilitas imunisasi, yankes, dan sebagainya maka mereka sulit untuk mewujudkan perilaku tersebut.
Oleh sebab itu WHO pada awal tahun 1980 menyimpulkan bahwa pendidikan kesehatan tidak mampu mencapi tujuannya apabila hanya memfokuskan pada upaya-upaya perubahan perilaku saja. Promosi Kesehatan harus mencakup pula upaya perubahan lingkungan (fisik, sosial budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya) sebagai penunjang atau pendukung perubahan perilaku tersebut. Sebagai perwujudan dari perubahan konsep promosi kesehatan ini secara organisasi struktural, maka pada tahun 1984, Divisi Pendidikan Kesehatan (Health Education) dalam WHO diubah menjadi Divisi Promosi dan Pendidikan Kesehatan (Division on Health Promotion and Education).
Jadi dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan merupakan revitalisasi pendidikan kesehatan pada masa lalu, Promosi Kesehatan bukan hanya proses Penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja tetapi juga disertai upaya-upaya memfasilitasi perubahan perilaku. WHO telah merumuskan :
Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and improve, their health. To reach a state of complete physical, mental, and social, well-being, an individual or group must be able to identify and realize aspirations, to satisfy needs, and to change or cope with the environment”. (Ottawa Charter, 1986).
Dari kutipan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa promosi kesehatan adalh proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Bertolak dari pengertian yang dirumuskan WHO tersebut, di Indonesia pengertian Promosi Kesehatan dirumuskan sebagai berikut: “Upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan”. 
Batasan lain, promosi kesehatan adalah yang dirumuskan oleh Australian Health Foundation sebagai berikut:
“Health Promotion is Programs are designed to bring about “change” within people, organization, communities, and their environment”.
Hal ini berarti bahwa promosi kesehatan adalah program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, politik, dan sebagainya). Dari dua kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan, sikap, dan praktik kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (baik fisik maupun nonfisik) dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka.

2.  Tujuan
Sesuai dengan visi dan misinya, tujuan dari Promosi Kesehatan adalah meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan yang bersumber masyarakat serta terciptanya lingkungan yang kondusif untuk mendorong terbentuknya kemampuan tersebut.
Menurut Green,1991 dalam Maulana(2009) tujuan promosi kesehatan terdiri dari tiga tingkatan yaitu:
a.  Tujuan Program
Refleksi dari fase social dan epidemiologi berupa pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan. Tujuan program ini juga disebut tujuan jangka panjang, contohnya mortalitas akibat kecelakaan kerja pada pekerja menurun 50 % setelah promosi kesehatan berjalan lima tahun.
b.  Tujuan Pendidikan
Pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai perilaku yang diinginkan. Tujuan ini merupakan tujuan jangka menengah, contohnya : cakupan angka kunjungan ke klinik perusahaan meningkat 75% setelah promosi kesehatan berjalan tiga tahun.

c.   Tujuan Perilaku
Gambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan. Tujuan ini bersifat jangka pendek, berhubungan dengan pengetahuan, sikap, tindakan, contohnya: pengetahuan pekerja tentang tanda-tanda bahaya di tempat kerja meningkat 60% setelah promosi kesehatan berjalan 6 bulan.

3.  Ruang Lingkup
Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai berikut :
a.  Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education) yang penekanannya pada perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan.
b.  Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing), yang penekanannya pada pengenalan produk/jasa melalui kampanye.
c.   Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang tekanannya pada penyebaran informasi.
d.  Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang penekanannya pada upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
e.  Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan.

Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof.Dr.Soekidjo Notoadmodjo, ruang lingkup promosi kesehatan dapat dilihat dari beberapa dimensi yaitu:
a.  Ruang Lingkup berdasarkan Dimensi aspek pelayanan kesehatan
Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok, yakni: promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Ahli lain hanya membaginya menjadi 2 aspek, yakni: a) aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat, dan b) aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan sasaran kelompok orang yang beresiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok yang sakit. Sejalan dengan uraian ini, maka ruang llingkup pendidikan/promosi kesehatan juga dikelompokkan menjadi dua.

1)  Promosi Kesehatan pada aspek promotif
Sasaran promosi kesehatan pada aspek promotif adalah kelompok orang sehat. Selama ini kelompok orang sehat kurang memperoleh perhatian dalam upaya kesehatan masyarakat. Padahal kelompok orang sehat di suatu komunitas sekitar 80-85% dari populasi. Apabila jumlah ini tidak dibina kesehatannya, maka jumlah ini akan meningkat. Oleh sebab itu pendidikan kesehatan pada kelompok ini perlu ditingkatkan atau dibina agar tetap sehat, atau lebih meningkat lagi. Derajat kesehatan adalah dinamis, oleh sebab itu meskipun seseorang sudah dalam kondisi sehat, tetap perlu ditingkatkan dan dibina kesehatannya.  
2)  Promosi Kesehatan pada aspek Pencegahan dan Penyembuhan
Pada aspek ini upaya promosi kesehatan mencakup 3 (tiga) upaya atau kegiatan, yakni:
a)  Pencegahan tingkat pertama (Primary prevention)
Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah kelompok masyarakat yang berisiko tinggi (high risk), misanya kelompok ibu hamil dan menyusui, para perokok, obesitas (orang-orang yang kegemukan), para pekerja seks (wanita atau pria), dan sebagainya. Tujuan upaya promosi kesehatan pada kelompok ini adalah agar mereka tidak jatuh sakit atau terkena penyakit.
b)  Pencegahan tingkat kedua (Secondary prevention)
Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah para penderita penyakit kronis, misalnya asma, diabetes melitus, tuberkulosis, rematik, tekanan darah tinggi, dan sebagainya. Tujuan upaya promosi kesehatan pada kelompok ini adalah agar penderita mampu mencegah penyakitnya menjadi lebih parah.   
c)  Pencegahan tingkat tiga (Tertiary prevention) 
Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah kelompok pasien yang baru sembuh (recovery) dari suatu penyakit. Tujuannya adalah agar mereka segera pulih kembali kesehatannya. Dengan kata lain menolong para penderita yang baru sembuh dari penyakitnya ini agar tidak menjadi cacat atau mengurangi kecacatan seminimal mungkin (rehabilitasi).

b.  Ruang Lingkup berdasarkan Dimensi tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi kesehatan.
Berdasarkan tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi atau pendidikan kesehatan, maka ruang lingkup promosi kesehatan ini dapat dikelompokkan menjadi:          
1)  Promosi Kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)
Keluarga atau rumah tangga adalah unit masyarakat terkecil. Oleh sebab itu untuk mencapai perilaku masyarakat yang sehat harus dimulai di masing-masing keluarga. Di dalam keluargalah mulai terbentuk perilaku-perilaku masyarakat. Orang tua (ayah dan ibu) merupakan sasaran utama dalam promosi kesehatan pada tatanan ini. Karena orang tua, terutama ibu, merupakan peletak dasar perilaku dan terutama perilaku kesehatan bagi anak-anak mereka.
2)  Promosi Kesehatan pada tatanan sekolah
Sekolah merupakan perpanjangan tangan pendidikan kesehatan bagi keluarga. Sekolah, terutama guru pada umumnya lebih dipatuhi oleh murid-muridnya. Oleh sebab itu lingkungan sekolah, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial yang sehat, akan sangat berpengaruh terhadap perilaku sehat anak-anak (murid). Kunci pendidikan kesehatan di sekolah adalah guru, oleh sebab itu perilaku guru harus dikondisikan, melalui pelatihan-pelatihan, seminar, lokakarya, dan sebagainya. 
3)  Promosi Kesehatan di tempat kerja
Tempat kerja merupakan tempat orang dewasa memperoleh nafkah untuk keluarga. Lingkungan kerja yang sehat (fisik dan nonfisik) akan mendukung kesehatan pekerja atau karyawannya dan akhirnya akan menghasilkan produktifitas yang optimal. Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak sehat serta rawan kecelakaan kerja akan menurunkan derajat kesehatan pekerjanya, dan akhirnya kurang produktif. Oleh sebab itu pemilik, pemimpin, atau menajer dari institusi tempat kerja termasuk perkantoran merupakan sasaran promosi kesehatan sehingga mereka peduli terhadap kesehatan para pekerjanya dan mengembangkan unit pendidikan kesehatan di tempat kerja. 
4)  Promosi Kesehatan di tempat-tempat umum
Tempat-tempat umum di sini mencakup pasar, terminal bus, bandar udara, tempat-tempat perbelanjaan, tempat-tempat olahraga, taman-taman kota, dan sebagainya. Tempat-tempat umum yang sehat, bukan saja terjaga kebersihannya, tetapi juga harus dilengkapi dengan fasilitas kebersihan dan sanitasi, terutama WC umum dan sarana air bersih, serta tempat sampah. Para pengelola tempat-tempat umum merupakan sasaran promosi kesehatan agar mereka melengkapi tempat-tempat umum dengan fasilitas yang dimaksud, disamping melakukan imbauan-imbauan kebersihan dan kesehatan bagi pemakai tempat umum atau masyarakat melalui pengeras suara, poster, leaflet, dan sebagainya.
5)  Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan ini mencakup rumah sakit (RS), puskesmas, poliklinik, rumah bersalin, dan sebagainya. Kadang-kadang sangat ironis, di mana rumah sakit atau puskesmas tidak menjaga kebersihan fasilitas pelayanan kesehatan. Keadaan fasilitas tersebut kotor, bau, tidak ada air, tidak ada tempat sampah dan sebaginya. Oleh sebab itu pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan merupakan sasaran utama promosi kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan ini. Mereka inilah yng bertanggung jawab atas terlaksananya pendidikan atau promosi kesehatan di institusinya. Kepada para pemimpin atau manajer institusi pelayanan kesehatan ini diperlukan kegiatan advokasi. Sedangkan bagi para karyawannya diperlukan pelatihan tentang promosi kesehatan. Beberapa rumah sakit memang telah mengembangkan unit pendidikan (penyuluhan) tersendiri yang disebut PKMRS (Penyuluhan/Promosi Kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit).   
                                      


c.   Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan
Berdasarkan dimensi tingkat pelayanan kesehatan, promosi kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of prevention) dari Leavel and Clark.
1)  Promosi kesehatan (Health Promotion)
Dalam tingkat ini promosi kesehatan diperlukan misalnya dalam peningkatan gizi, kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan, kesehatan perorangan, dan sebagainya.
2)  Perlindungan Khusus (Spesific Protection)
Dalam program Imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus ini, promosi kesehatan sangat diperlukan terutama di negara-negara berkembang. Hal ini karena kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai cara perlindungan terhadap penyakit pada orang dewasa maupun pada anak-anaknya, masih rendah. 
3)  Diagnosis dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment)
Dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, maka penyakit-penyakit yang terjadi di dalam masyarakat sering sulit terdeteksi. Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya. Hal ini akan menyebabkan masyarakat tidak memperoleh layanan kesehatan yang layak. Oleh sebab itu, promosi kesehatan sangat diperlukan pada tahap ini. 
4)  Pembatasan Cacat (Disability Limitation)
Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit, sering mengakibatkan masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas. Mereka tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya. Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan yang bersangkutan menjadi cacat atau memiliki ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu promosi kesehatan juga diperlukan pada tahap ini.   

5)  Rehabilitasi (Rehabilitation)
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat. Untuk memulihkan cacatnya tersebut diperlukan latihan-latihan tertentu. Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran orang tersebut, maka ia tidak atau segan melakukan latihan-latihan yang dianjurkan. Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh dari penyakit, kadang merasa malu untuk kembali ke masyarakat. Sering terjadi pula masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai anggota masyarakat yang normal. Oleh sebab itu jelas promosi kesehatan diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi juga untuk masyarakat. 

4.  Metode Penilaian kebutuhan masyarakat baik individu maupun kelompok
a.  Health belief model (model kepercayaan kesehatan)
Model kepercayaan kesehatan (Rosenstock, 1974, 1977) sangat dekat dengan bidang pendidikan kesehatan. Model ini menganggap bahwa perilaku kesehatan merupakan fungsi dari pengetahuan maupun sikap. Secara khusus model ini menegaskan bahwa persepsi seseorang tentang kerentanan dan kemujaraban pengobatan dapat mengetahui keputusan seseorang dalam perilaku-perilaku kesehatannya.
Menurut model kepercayaan kesehatan (Becker, 1974,1979) perilaku ditentukan oleh apakah seseorang :
1)  Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan tertentu
2)  Menganggap bahwa masalah ini serius
3)  Meyakini efektivitas tujuan  pengobatan dan pencegahan
4)  Tidak mahal
5)  Menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan
Health belief model dapat digunakan untuk meramalkan perilaku peningkatan kesehatan (Smet, 1994).
Teori ini menganggap bahwa perilaku esehatan merupakan fungsi dari pengetahuan dan sikap. Health belief model merupakan model kognitif yang mempunyai arti proses kognitif dapat dipengaruhi oleh informasi dari lingkungan termasuk hitungan.
Menurut HealthBelief Model, perilaku dapat ditentukan oleh :
1)  Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan tertentu
2)  Tingkat keseriusan masalah
3)  Meyakini keefektifitas tujuan pengobatan dan pencegahan
4)  Tidak mahal
5)  Menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan.
Dalam melakukan tindakan upaya pencegahan tergantung pada hasil dari dua keyakinan atau penilaian kesehatan yaitu:
1)  Ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka
Hal ini didasarkan pada sejauh mana orang berfikir tentang penyakit atau kesakitan betul-betul ancaman pada dirinya. Bila ancaman dirasakan semakin meningkat maka perilaku pencegahan pun akan meningkat.
2)  Pertimbangan untung dan rugi

b.  Model Transteoritik
Model transteoritik (atau “Model bertahap”, “stages of change “), sesuai namanya, mencoba menerangkan serta mengukur perilaku kesehatan dengan tidak bergantung pada perangkap teoritik tertentu. Proschaska dan kawan-kawan (1979) mula-mula bermaksud menjelaskan proses apa yang terjadi bila peminum alkohol berhenti minum alkohol, dan juga terhadap proses dalam berhenti merokok. Penelitian ini mengidentifikasikan empat tahap independen : prekontemplasi, kontemplasi, aksi, dan pemeliharaan. Prekontemplasi mengacu pada tahap bila seseorang belum memikirkan sebuah perilaku sama sekali, orang itu belum bermaksud mengubah suatu perilaku. Dalam tahap kontemplasi, seseorang benar-benar memikirkan suatu perilaku, namun masih belum siap untuk melakukannya. Tahap aksi mengacu kepada keadaan bila orang telah melakukan perubahan perilaku, sedangkan pemeliharaan merupakan  pengentalan jangka panjang dari perubahan yang telah terjadi. Dalam tahap aksi maupun pemeliharaan, kekambuhan, dapat terjadi, yaitu individu kembali pada pola perilaku sebelum aksi.
Model transteorik sejalan dengan teori-teori rasional atau teori-teori pembuatan keputusan dan teori ekonomi yang lain, terutama dalam mendasarkan diri pada proses-proses kognitif untuk menjelaskan perubahan perilaku.

c.   Model Komunikasi Persuasi
Model komunikasi atau persuasi (Mc guire, 1964) menegaskan bahwa komunikasi dapat dipergunakan untuk mengubah sikap dan perilaku kesehatan yang secara langsung terkait dalam merantai kausal yang sama. Efektifitas upaya komunikasi yang diberikan bergantung pada berbagai input (atau stimulus) serta output (atau tanggapan terhadap stimulus). Menurut model komunikasi atau persuasi, perubahan pengetahuan dan sikap merupakan prekondisi bagi perubahan perilaku kesehatan atau perilaku-perilaku yang lain. Variabel-variabel input meliputi : sumbe pesan, pesan itu sendiri, saluran penyampai, dan karakteristik penerima, serta tujuan pesan-pesan tersebut. Variabel-variabel output merujuk pada perubahan dalam factor-faktor kognitif tertentu,seperti pengetahuan, sikap, pembuatan keputusan,dan juga perilaku-perilaku yang dapat diobservasi.

d.  Teori Pemahaman Sosial (Social Learning Theory)
Teori pemahaman sosial menekankan pada hubungan segitiga antara orang (menyangkut proses-proses kognitif), perilaku dan lingkungan dalam suatu proses deterministic resiprokal ( atau kausalitas resiprokal) (bandura, 1977 : Rotte, 1954) kalau lingkungan menentukan atau menyebabkan terjadi perilaku kebanyakan, maka seorang individu menggunakan proses kognitifnya untuk menginterprestasikan lingkungannya maupun perilaku yang dijalankannya, serta memberikan reaksi dengan cara mengubah lingkungan dan menerima hasil perilaku yang lebih baik. Oleh karena itu, teori pemahaman sosial menjembatani jurang pemisah antara model-model kognitif, atau model-model yang berorientasi pada pembuatan keputusan rasional, dengan teori-teori lain diatas.

e.  Model Theori Of Reasoned Action (Teori Kehendak Perilaku)
Teori aksi beralasan (Fishbein dan Ajzen, 1975,1980) menegaskan peran dari niat seseorang dalam menentukan apakah sebuah perilaku akan terjadi. Teori ini secara tidak langsung menyatakan bahwa perilaku pada umumnya mengikuti niat dan tidak akan pernah terjadi tanpa niat. Niat-niat seseorang juga dipengaruhu oleh sikap-sikap terhadap suatu perilaku, seperti apakah iya merasa perilaku itu penting. Teori ini juga menegaskan sikap “normatife” yang mungkin dimiliki orang-orang: mereka berfikir tentang apa yang akan dilakukan orang lain (terutama, orang-orang yang berpengaruh dalam kelompok) pada suatu situasi yang sama.

f.    Model Consequences (Konsekunsi)
Adalah model peristiwa yang terjadi dilingkungan yang mengikuti perilaku baik itu memperkuat, memperlemah, bahkan menghentikan perilaku tersebut.
1)  Positif reinforcement (pengaruh yang positif)
Peristiwa yang menyenangkan mengikuti suatu peristiwa.
Contoh:
Penghargaan bagi ibu yang memberikan ASI ekslusif, peristiwa ini akan meningkatkan kemungkinan bahwa perilaku tersebut akan terjadi lagi.
2)  Negative reinforcement (penguat yang negative)
Peristiwa yang secara terus menerus tidak menyenangkan yang juga menguatkan perilaku.
Contoh:
Ketidak nyamanan orang dalam menggunakan kondom padahal dapat membantu mencegah penularan penyakit kelamin
3)  Punishment (hukuman)
Konsekuensi negative yang menekankan atau memperlemah perilaku.
Contoh:
Hukuman yang diberiak oleh orangtua pada anaknya dalam rangka memberikan pendidikan disiplin akan membuat peristiwa tersebut tidak akan terulang kembali

g.  Teori Atribusi
Teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan tentang perilaku seseorang. Apakah perilaku itu disebabkan oleh factor disposisional (factor dalam/internal), misalnya sifat, karakter, sikap, dsb, ataukah disebabkan oleh keadaan eksternal, misalnya tekanan situasi atau keadaan tertentu yang memaksa seseorang melakukan perbuatan tertentu.
Setiap individu pada dasarnya adalah seorang ilmuwan semu (pseudo scientist) yang berusaha untuk mencari sebab kenapa seseorang berbuat dengan cara tertentu. Misalkan kita melihat seseorang bapak paroh baya melakukan pencurian. Sebagai manusia kita ingin mengetahui penyebab kenapa dia sampai mencuri ?
Apakah orang tersebut mencuri karena sifat dirinya yang memang suka mencuri ? ataukah karena iya dipaksa oleh situasi, karena dia harus punya uang untuk membeli obat untuk anaknya yang sakit keras. Ada tiga teori atribusi yaitu :
1)  Thery of Correspondent Inference (Edward Jones dan Keith Davis)
Apabila perilaku berhubungan dengan sikap atau karakteristik personal, berarti dengan melihat perilakunya dapat diketahui dengan pasti sikap atau karakteristik orang tersebut. Hubungan yang demikian adalah hubungan yang dapat disimpulkan (correspondent inference).
Bagaimana mengetahui bahwa perilaku berhubungan dengan karakteristiknya?
a)  Dengan melihat kewajaran perilaku. Orang bertindak wajar sesuai dengan keinginan masyarakat, sulit untuk dikatakan bahwa tindakannya itu cerminan dari karakternya.
b)  Pengamatan terhadap perilaku yang terjadi pada situasi yang memunculkan beberapa pilihan.
c)  Memberikan peran berbeda dengan peran yang sudah biasa dilakukan. Misalnya seorang juru tulis diminta menjadi juru bayar. Dengan peran yang baru akan tampak keaslian perilaku yang merupakan gambaran dari karakternya.

2)  Model of Scientific Reasoner (Harold Kelley, 1967,1971)
Harrold Kelley mengajukan konsep untuk memahami penyebab perilaku sesorang dengan memandang pengamat seperti ilmuwan, disebut ilmuwan naïf. Untuk sampai pada suatu kesimpulan atribusi seseorang, diperlukan tiga informasi penting. Masing-masing informasi juga harus menggambarkan tinggi rendahnya. Tiga informasi itu adalah:
a)  Distinctiveness
Konsep ini merujuk pada bagaimana seseorang berperilaku dalam kondisi berbeda-beda. Distinctiveness yang tinggi terjadi apabila orang yang bersangkutan mereaksi secara khusus pada suatu peristiwa. Sedangkan Distinctiveness rendah apabila seseorang merespon sama terhadap stimulus yang berbeda.
b)  Konsistensi
Hal ini menunjuk pada pentingnya waktu sehubungan dengan suatu peristiwa. Konsistensi dikatakan tinggi apabila seseorang merespon sama untuk stimulus yang sama pada waktu yang berbeda. Apabila responnya tidak menentu maka seseorang dikatakan konsistensinya rendah.
c)  Konsensus
Apabila orang lain tidak bereaksi sama dengan seseorang, berarti konsensusnya rendah, dan sebaliknya. Selain itu konsep tentang consensus selalu melibatkan orang lain sehubungan dengan stimulus yang sama.
Dari ketiga informasi diatas dapat ditentukan atribusi pada seseorang. Menurut Kelley ada tiga atribusi yaitu :
Ø Atribusi internal, dikatakan perilaku seseorang merupakan gambaran dari karakternya bila distinctivenessnya rendah, konsensusnya rendah, dan konsistensinya tinggi.
Ø Atribusi eksternal, dikatakan demikian apabila ditandai dengan  distinctiveness yang tinggi, consensus yang tinggi, dan konsistensinya juga tinggi.
Ø Atribusi internal-eksternal, hal ini ditandai dengan distinctiveness yang tinggi, consensus rendah, dan konsistensi tinggi.

3)  Consensus ( weiner )
a)  Keberhasilan dan kegagalan memiliki penyebab internal atau eksternal.
b)  Stabilitas penyebab, stabil atau tidak stabil.

5.  Langkah-langkah Promosi bidang Kesehatan Lingkungan.
Dalam melakukan promosi dapat dilakukan dengan mengadakan penyuluhan. Langkah dalam Perencanaan Penyuluhan Promosi Kesehatan:
a.  Mengenal Masalah, Masyarakat, dan Wilayah
Tindakan yang dilakukan pertama kali oleh penyuluh adalah melakukan pengumpulan data tentang berbagai hal yang diperlukan, baik untuk kepentingan perencanaan maupun data awal sebagai pembanding penilaian.
1)  Mengenal Masalah
Untuk dapat mengenal masalah, kegiatan yang dilakukan di antaranya :
a)  Mengenal program yang akan ditunjang dengan penyuluhan
b)  Mengenal masalah yang akan ditanggulangi oleh program tersebut.
Misalnya program mengenal gejala dini penyakit DHF seperti demam, kepala pusing, sendi terasa ngilu dan lemas, masalah yang akan ditanggulangi adalah risiko syok yang berakibat pada ancaman kematian pada pasien. Masalah gizi (program penanggulangan kekurangan vitamin A), maka masalah yang akan ditanggulangi adalah xeroftalmia yang bisa mengakibatkan kebutaan.
c)  Dasar pertimbangan apa yang dipergunakan untuk menentukan masalah yang akan dipecahkan
Bagaimana pandangan para pimpinan dan ahli kesehatan terhadap masalah tersebut, apakah masalah tersebut merupakan prioritas masalah sehingga perlu untuk segera ditanggulangi, bagaimana pandangan masyarakat terhadap masalah, apakah mereka menganggap masalah tersebut sebagai masalah utama, apakah masalah tersebut bisa dipecahkan, serta apakah dengan penyuluhan masalah sudah bisa diatasi.
d)  Pelajari masalah tersebut serta kenali dari segi perilakunya.
Pelajari pengertian, sikap, dan tindakan apa dari individu, kelompok atau masyarakat yang menyebabkan masalah tersebut.

2)  Mengenal Masyarakat
Program penyuluhan ini adalah untuk masyarakat, maka pada tahap perencanaan penyuluhan yang harus sudah terkaji pada masyarakat adalah sebagai berikut :
a)  Jumlah penduduk, berapa jumlah penduduknya, bagaimana dengan kelompok-kelompok khusus yang beresiko seperti ibu hamil, ibu menyusui, lansia, dan lainnya.
b)  Keadaan sosial budaya dan ekonomi masyarakat, bagaimana dengan tingkat pendidikan masyarakat (apakah masih ada yang tak bias baca tulis), norma masyarakat setempat, adakah tantangan sehubungan dengan prilaku yang diharapakan, pola kepemimpinan yang terapkan adakah kelompok-kelompok yang berpengaruh, hubungan yang satu dengan yang lainnya (siapa yang berpengaruh dalam mengambil keputusan di masyarakat termasuk keluarga). pola partisipasi masyarakat setempat dan organisasi sosial yang ada, serta tingkat ekonomi masyarakat setempat (mata pencaharian).
c)  Pola komunikasi di masyarakat, bagaimana informasi disebarluaskan di masyarakat, siapa sebagai sumber informasi, pusat-pusat penyebaran informasi (warung, arisan, jamaah-jamah yasinan, tahlil, atau lainnya), serta saluran komunikasi yang ada di masyarakat (radio, surat kabar, pengeras suara, dan lain-lainnya).
d)  Pelajari masalah tersebut serta kenali dari segi perilakunya. Pelajari pengertian, sikap, dan tindakan apa dari individu, kelompok atau masyarakat yang menyebabkan masalah tersebut.
3)  Mengenal Masayarakat
Program penyuluhan ini adalah untuk masyarakat, maka pada tahap perencanaan penyuluhan yang harus sudah terkaji pada masyarakat adalah sebagai berikut :
a)  Jumlah penduduk, berapa jumlah penduduknya, bagaimana dengan kelompok-kelompok khusus yang beresiko seperti ibu hamil, ibu menyusui, lansia, dan lainnya.
b)  Keadaan sosial budaya dan ekonomi masyarakat, bagaimana dengan tingkat pendidikan masyarakat (apakah masih ada yang tak bias baca tulis), norma masyarakat setempat, adakah tantangan sehubungan dengan prilaku yang diharapakan, pola kepemimpinan yang terapkan adakah kelompok-kelompok yang berpengaruh, hubungan yang satu dengan yang lainnya (siapa yang berpengaruh dalam mengambil keputusan di masyarakat termasuk keluarga). pola partisipasi masyarakat setempat dan organisasi sosial yang ada, serta tingkat ekonomi masyarakat setempat (mata pencaharian).
c)  Pola komunikasi di masyarakat, bagaimana informasi disebarluaskan di masyarakat, siapa sebagai sumber informasi, pusat-pusat penyebaran informasi (warung, arisan, jamaah-jamah yasinan, tahlil, atau lainnya), serta saluran komunikasi yang ada di masyarakat (radio, surat kabar, pengeras suara, dan lain-lainnya).
d)  Sumber daya yang ada (resources)
Ø Sarana apa saja yang dimiliki masyarakat, baik sebagai individu maupun masyarakat secara keseluruhan yang bisa dipergunakan oleh mereka untuk perubahan prilaku yang diharapkan.
Ø Sarana apa saja yang ada, baik pada istitusi pemerintah maupun non pemerintah yang bisa dipergunakan oleh masyarakat untuk mengubah prilaku. Informasi tentang penyakit DHF bisa ke unit P2M di puskesmas dan informasi tentang adanya klinik gizi.
Ø Sarana apa saja yang ada, baik pada institusi pemerintah maupun swasta, juga masyarakat yang bisa dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan, seperti pengeras suara, ruang pertemuan balai Rw, kelurahan, sekolah, masjid, dan tempat lainnya.
Ø Sumber daya tenaga yang ada, petugas kesehatan yang bisa dilibatkan dalam penyuluhan, tugas pokok masing-masing tenaga, latihan yang pernah diperoleh di bidang penyuluhan kesehatan, bimbingan yang diterima dalam penyuluhan kesehatan pada masing-masing petugas kesehatan, hambatan dalam melibatkan petugas kesehatan dalam melakukan program penyuluhan, apakah ada petugas lain yang dapat membantu, serta apakah tenaga yang ada di masyarakat yang bisa membantu
e)  Pengalaman masyarakat program sebelumnya, sikap mereka terhadap pelayanan yang diberikan, terhadap para petugas, sikap ini mempunyai pengaruh positif /negative terhadap penyuluhan yang akan direncakan, apakah dari program-program tersebut ada yang memberikan pengalaman yang kurang menyenangkan.
f)   Pengalaman masyarakat di masa lalu sehubungan dengan program penaggulangan penyakit DHF atau penanganan penyakit gizi buruk yang pernah dilaksanakan di daerah tersebut. Apakah berkesan atau malah mengecewakan masyarakat.

4)  Mengenal Wilayah
Program bisa dilaksanakan dengan baik jika yang melaksanakan program tersebut mengetahui benar situasi lapangan. Berikut ini dua hal pengkajian yang perlu dilakukan dalam mengenal wilayah :
a)  Lokasinya, apakah terpencil (tidak berbatasan dengan desa lain), apakah daerahnya datar atau pegunungan apakah ada jalur transpor umum dan lainnya.
b)  Sifatnya, kapan musim hujan, kemarau panjang, daerah kering/gersang atau cukup sumber air, sering banjir, pasang surut, apakah daerah perbatasan, dan lainnya.



b.  Menentukan Prioritas Masalah
Prioritas dalam penyuluhan harus sejalan dengan prioritas masalah yang di tentukan oleh program yang ditunjang, hindari penyuluhan menentukan prioritas sendiri sebab dapat menyebabkan program berjalan sendiri. Misalnya pada program penanggulangan penyakit DHF, maka penyuluhan harus mengambil masalah yang resiko syok yang mengakibatkan pada ancaman kematian pasien sebagi masalah prioritas dan menngembangkan segi penyuluhan. Jika nanti dalam upaya penanggulangan resiko syok dengan memanfaatkan penekanan gejala dini dari penyakit DHF seperti demam, kepala pusing, sendi terasa nyilu, dan lemas merupak interfensi yang diprioritaskan, maka penyuluhan harus ditunjang dengan interfensi yang diprioritaskan. Penentuan prioritas bisa berdasarkan berbagai pertimbangan.
1)  Berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh masalah tersebut, sehingga perlu diprioritaskan upaya penanggulangannya.
2)  Pertimbangan politis, yaitu menyangkut nama baik Negara.
3)  Berdasarkan sumber daya yang ada.

c.   Menentukan Tujuan Penyuluhan
Tujuan dari penyuluhan kesehatan diantaranya adalah tujuan jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Tujuan jangka pendek adalah terciptanya pengertian, sikap, dan norma menuju kepada terciptanya prilaku sehat. Sedangkan tujuan jangka panjang adalah terjadi perubahan status kesehatan yang optimal. Tujuan harus jelas, realistis (bisa dicapai) dan dapat diukur. Hal ini diperlukan agar penilaian penyuluhan dapat dilaksanakan dengan baik.
Beberapa hal yang dapat diperhatikan pada program yang akan dikembangkan dari segi penyuluhannya adalahsudah berapa lama program tersebut berjalan, program apa yang sedang dilaksanakan dan yang sudah berjalan.
1)  Seberapa jauh penyuluhan sudah dimasukkan di waktu lalu.
2)  Kalau sudah masuk, apa tujuan penyuluhan di masa lalu.
3)  Apa kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan waktu itu, dan bagaimana hasilnya, ini perlu agar petugas penyuluh kesehatan dapat menentukan tujuan yang baru.

d.  Menentukan Sasaran Penyuluhan
Sasaran program dan sarana penyuluhan tidak selalu sama, yang di maksud dengan sasaran adalah kelompok sasaran seperti individu atau kelompok yang akan diberi penyuluhan.menentukan kelompok sasaran menyangkut pula strategi.
Sebagai contoh, tujuan penyuluhan adalah agar kelompok lanjut usia mau melakukan senam lansia tiap seminggu sekali dalam hal ini sasaran penyuluhannya mungkin bukan hanya para lansia saja, tetapi juga pada orang-orang yang berpengaruh dalam mengambil keputusan dalam keluarga. Mungki anggota keluarga yang non lansia bisa diikutkan dengan harapan mereka bisa membujuk orang-orang yang sudah lanjut usia untuk mengikuti senam lansia.

e.  Menentukan Isi Penyuluhan
Setelah tujuan, sasaran, situasi, masalah, dan latarbelakang sasaran ditentukan, maka isi penyuluhan dapat ditentukan. Isi penyuluhan dan keuntungan terhadap kelompok sasaran harus juga disebutkan. Isi penyuluhan harus dituangkan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh sasaran, pesan harus benar-benar bisa dilaksanakan oleh sasaran dengan sarana yang mereka miliki, atau yang terjangkau oleh mereka. Dasar-dasar komunikasi perlu dipahami dalam menyusun isi penyuluhan.

f.    Menentukan Metode Penyuluhan yang Akan Dipergunakan
Metode diartikan sebagai cara pendekatan tertentu. Didalam proses belajar, pendidik harus dapat memilih dan menggunakan metode (cara) mengajar yang cocok atau relevan, sesuai dengan kondisi setempat. Meskipun berlaku pedoman umum bahwa tidak ada satu pun metode belajar yang paling baik dan tidak ada satu pun metode belajar yang berdiri sendiri. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang cukup tentang penerapan , metode yang sesuai dengan sasaran, tempat, dan waktu yang berbeda.
Pemberian pendidikan kesehatan pada sasaran yang sama, tetapi wkatu dan/ atau tempat yang berbeda dalam pelaksanaanya memerlukan metode yang juga berbeda. Demikian juga sebaliknya, pada sasaran yang berbeda dengan tempat yang sama, membutuhkan metode yang mungkin berbeda atau bahkan metode yang sama. Kecermatan pemilihan metode sangat diperlukan dalam mencapai tujuan pendidikan kesehatan itu sendiri.
1)  Jenis Metode
Secara garis besar, metode dibagi menjadi dua, yaitu metode didaktif dan metode sokratik.
a)  Metode didaktik didasarkan atau dilakukan secara satu arah atau one way method. Tingkat keberhasilan metode didaktif sulit dievaluasi karena peserta didik bersifat pasif dan hanya pendidik yang aktif (misalnya : ceramah, film, leaflet, bulket, poster, dan siaran radio, kecuali siaran radio yang bersifat interaktif, dan tulisan di media cetak).
b)  Metode sokratik. Metode ini dilakukan secara dua arah atau two ways method. Dengan metode ini, kemungkinan antara pendidik dan peserta didik bersikap aktif dan kreatif (misalanya : diskusi kelompok, debat, panel, forum, buzzgroup, seminar, bermain peran, sosiodarma, curah pendapat, demonstrasi, studi kasus, lokakarya, dan penugasan perorangan).
Metode dalam melakukan pendidikan kesehatan dibagi menjadi tiga kelompok, antara lain :
a)  Metode Pendidikan Individual (Perorangan)
b)  Metode Pendidikan Kelompok
c)  Metode Pendidikan Massa

2)  Aspek Penilaian Metode
Pemilihan metode belajar yang efektif dan efesien harus mempertimbangkan hal-hal berikut.
a)  Hendaknya  disesuaikan dengan tujuan pendidikan
b)  Bergantung pada kemampuan guru atau pendidiknya
c)  Kampuan pendidik
d)  Bergantung pada besarnya kelompok sasaran atau kelas
e)  Harus disesuiakan dengan waktu pemberian atau penyampaian pesan tersebut
f)   Hendaknya mempertimbangkan fasilitas-fasilitas yang ada

3)  Klasifikasi Metode
Menurut Notoatmodjo (1993) dan WHO (1992), metode pendidikan kesehatan diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu metode pendidikan individu, kelompok, dan massa.
a)  Metode pendidikan inividu
Ø Bimbingan dan Konseling
Bimbingan berisi penyampaian informasi yang berkenan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang disajikan dalam bentuk pelajaran. Informasi dalam bimbingan dimaksudkan memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan orang lain, sedangkan perubahan sikap merupakan tujuan tidak langsung. Konseling adalah proses belajar yang bertujuan memungkinkan konseli (peserta pendidik) mengenal dan menerima diri sendiri serta realistis dalam proses penyelesaian dengan lingkungannya (Nurihsan, 2005).
Konseling menjadi strategi utama dalam proses bimbingan, dan merupakan teknik standar dan tugas pokok seorang konselor di pusat pendidikan. Konseling membantu konseli memecahkan masalah-masalah pribadi (sosial atau emosional), mengerti diri, mengeksploitasi diri, dan dapat memimpin diri sendiri dalam suatu masyarakat serta membantu mengembangkan kesehatan mental, perubahan sikap, dan tingkah laku.
Proses konseling terdiri atas tiga tahap (Cavagnh, 1982), yaitu :
·      Tahap awal. Meliputi pengenalan, kunjugan, dan dukungan lingkungan
·      Tahap pertengahan. Berupa kegiatan penjelasan masalah klien, dan membantu apa yang akan diberikan berdasarkan penilaian kemabli masalah klien
·      Tahap akhir. Ditandai oleh penurunan kecemasan klien. Terdapat perubahan perilaku kearah positif, sehat dan dinamik, tujuan hidup yang jelas di masa yang akan datang, dan terjadi perubahan sikap.

Ø Wawancara
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan konseling. Wawancara petugas dengan klien dilakukan untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, apakah tertarik atau tidak terhadap perubahan dan untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau belum diadopsi memiliki dasar pengertian dan kesadaran yang kuat.

b)  Metode pendidikan kelompok
Metode kelompok dibagi menjadi 2 yaitu kelompok besar dan kecil.
1)  Kelompok Besar
Untuk kelompok yang besar (sasaran berjumlah lebih dari 15 orang), dapat digunakan metode ceramah dan seminar.
Ø Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran pendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal uang perlu diperhatikan dalam menggunakan metoda ceramah:
·      Persiapan :
Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri.
Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema. Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah singkat, slide, transparan, sound sistem, dan sebagainya.
·      Pelaksanaan :
Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran (dalam arti psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
ü Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah.
ü Suara hendaknya cukup keras dan jelas.
ü Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.
ü Berdiri di depan (di pertengahan), seyogianya tidak duduk.
ü Menggunakan alat-alat bantu lihat (AVA) semaksimal mungkin.
Ø Seminar
Metode ini hanya cocok untukpendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu topic yang dianggap penting dan dianggap hangat masyarakat.
2)  Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain :
Ø Diskusi Kelompok
Dalam diskusi kelompok agar semua anggota klompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapt berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi juga duduk di antara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan yang lebih tinggi. Dengan kata lain mereka harus merasa dalam taraf yang sama sehingga tiap anggota kelompok mempunyai kebebasan/keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat.
Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-pancingan yang dapat berupa pertanyaan-petanyaan atau kasus sehubungan dengan topic yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang hidup maka pemimpin kelompok harus mengarahkan dan megatur sedemikian rupa sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara, sehingga tidak menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta.
Ø Curah pendapat (Brain Storming)
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sana dengan metode diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaan pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau tanggapan (curah pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh dikomentari oleh siapa pun. Baru setelah semua anggota dikeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
Ø Bola Salju (Snow Bailing)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) dan kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit maka tiap 2pasang bergabung menjadi satu. Msreka tetap mendiskusikan  masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya, demikian seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.


Ø Kelompok-kelompok Kecil (Buzz Group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil  (buzz group) yang kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak sama dengan kelompok lain, Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut, Selanjutnya hasil  dan tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya.
Ø Bermain peran (Role Ploy)
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter Puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat. Mereka memperagakan, misalnya bagaimana interaksi atau berkomunika sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
Ø Permainan Simulasi (Simulation Game)
Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diakusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan da lam beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli, dengan menggunakan dadu, gaco (petunjuk arah), selain beberan atau papan main. Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai narasumber.

c)  Metode pendidikan massa
Metode pendidikan massa dilakukan untuk mengonsumsikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan untuk masyarakat. Karena sasaran pendidikan bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, dan tingkat pendiidkan. Umumnya, bentuk pendekatan massa diberikan secara tidak langsung, biasanya menggunakan atau melalui media massa. Berikut ini merupakan contoh metode pendidikan massa yakni :
1)  Ceramah umum (public speaking). Pada acar-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, Menteri Kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato dihadapan massa rakyat untuk      menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Safari  KB juga merupakan salah satu bentuk    pendekatan massa.
2)  Pidato-pidato/ diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik TV maupun radio, pada hakikatnya merupakan bentuk promosi kesehatan massa.
3)  Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan adalah juga merupakan pendekatan pendidikan kesehatan massa.
4)  Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab atau konsultasi tentang kesehatan adalah merupakan bentuk pendekatan promosi kesehatan massa.
5)  Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan sebagainya juga merupakan bentuk promosi kesehatan massa. Contoh : billboard Ayo ke  Posyandu

g.  Memilih Alat bantu (Media) Penyuluhan yang Dibutuhkan
1)  Pengertian
Media adalah  alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran. Media pendidikan kesehatan disebut juga sebagai alat peraga karena berfungsi membantu dan memeragakan sesuatu dalam proses pendidikan atau pengajaran. Prinsip pembuatan alat peraga atau media bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang diterima atau ditangkap melalui pancaindera.
Semakin banyak pancaindra yang digunakan, semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan alat peraga dimaksudkan mengarahkan indra sebanyak pada suatu objek sehingga memudahkan pemahaman.



2)  Intensitas Alat Bantu
Alat peraga atau media mempunyai intensitas yang berbeda dalam membantu permasalahan seseorang. Elgar Dale menggambarkan intensitas setiap alat peraga dalam suatu kerucut .
Alat peraga yang memiliki tingkat intensitas paling tinggi adalah benda asli dan yang memiliki intensitas paling rendah adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa penyampaian materi hanya dengan kata-kata saja kurang efektif. Seperti penggunaan metode, akan lebih efektif dan efesien bila yang digunakan tidak hanya satu alat peraga, tetapu gabungan beberapa media.

3)  Manfaat  Alat Bantu Promosi (Kesehatan)
Secara rinci, manfaat alat peraga adalah sebagai berikut.
a)  Menimbulkan minat sasaran
b)  Mencapai sasaran yang lebih banyak
c)  Membantu mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman
d)  Merangsang sasaran untuk meneruskan pesan pada orang lain
e)  Memudahkan penyampaian informasi
f)   Memudahkan penerimaan informasi oleh sasaran
g)  Menurut penelitian, organ yang paling banyak menyalurkan pengetahuan adalah mata. Lebih kurang 75-87% pengetahuan manusia diperoleh atau disalurkan melalui mata, dan 13-25% lainnya tersalurkan melalui indra lain. Oleh sebab itu, dalam aplikasi pembuatan media, disarankan lebih banyak menggunakan alat-alat visual karena akan mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi oleh masyarakat
h)  Mendorong keinginan untuk mengetahui, mendalami, dan mendapat penegertian yang lebih baik
i)    Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh, yaitu menegakkan pengetahuan yang telah diterima sehingga apa yang diterima lebih lama tersimpan dalam ingatan.

4)  Macam- macam Alat Bantu Promosi (Kesehatan)
Pembagian alat peraga secara umum,yaitu:
a)  Alat bantu lihat (visual aids). Alat bantu ini digunakan untuk membantu menstimulasi indera mata (penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk :
Ø Alat yang diproyeksikan (misalnya, slide, OHP, dan film strip)
Ø Alat-alat yang tidak diproyeksikan (misalnya, 2 dimensi, gambar peta, dan bagan) termasuk alat bantu cetak atau tulis, misalnya leafet, poster, lembar balik, dan buklet. Termasuk tiga dimensi seperti bola dunia dan boneka).
b)  Alat bantu dengar (audio aids), yaitu alat yang dapat membantu untuk menstimulasikan indewra pendengar pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan/bahan pengajaran. Misalnya : piring hitam, radio, tape, dan CD. Alat bantu dengar dan lihat, seperti TV, film dan video.

5)  Pembagian Alat Peraga Berdasarkan Fungsinya
a)  Media cetak
Ø Booklet. Media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar
Ø Leaflet. Bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat berupa kalimat, gambar, atau kombinasi.
Ø Flyer (selebaran), bentuk seperti leaflet, tetapi tidak dilipat
Ø Flip chart (lembar balik), biasanya dalam bentuk buku, setiap lembar (halaman) berisi gambar yang diinformasikan dan lembar baliknya (belakangnya) berisi kalimat sebagai pesan atau informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut
Ø Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan
Ø Poster. Bentuk media yang berisi pesan-pesan atau informasi kesehatan yang biasanya ditempel didinding, tempat-tempat umum, atau kendaraan umum. Biasanya isinya bersifat pemberitahuan dan propaganda.
Ø Foto yang mengungkap informasi kesehatan.

b)  Media elektronik
Jenis-jenis media elektronik yang dapat digunakan sebagai media pendidikan kesehatan, antara lain adalah sebagai berikut.
Ø Televisi. Penyampaian pesan kesehatan melalui media televisi dapat berbentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi, pidato (ceramah), TV spot, dan kuis atau cerdas cermat.
Ø Radio. Bentuk penyampaian informasi diradio dapat berupa obrolan (tanya jawab), konsultasi kesehatan, sandiwara radio, dan radio spot.
Ø Video. Penyampaian informasi kesehatan melalui video.
Ø Slide. Slide dapat juga digunakan untuk menyampaikan informasi kesehatan
Ø Film strip

c)  Media papan (billboard)
Media papan yang dipasang ditempat-tempat umum dapat diisi pesan-pesan atau informasi kesehatan. Media ini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng dan ditempel di kendaraan umum (bus dan taksi)

d)  Media hiburan
Penyampaian informasi kesehatan dapat dilakukan melalui media hiburan, baik di luar gedung (panggung terbuka) maupun dalam gedung, biasanya dalam  bentuk dongeng, sosiodrama, kesenian tradisional, dan pemeran.

6)  Sasaran yang Dicapai Alat Bantu Pendidikan
Pengetahuan tentang sasaran pendidikan yang akan dicapai alat peraga, penting untuk dipahami dalam menggunakan alat peraga. Ini berarti penggunaan alat peraga harus berdasarkan pengetahuan tentang sasaran yang ingin dicapai. Hal yang perlu diketahui tentang sasaran adalah sebgai berikut.
a)  Individu atau kelompok
b)  Kategori sasaran, seperti aspek demografi, sosial
c)  Bahasa yang mereka gunakan
d)  Adat istiadat serta kebiasaan
e)  Minat dan perhatian
f)   Pengetahuan dan pengalaman mereka tentang pesan yang akan diterima

7)  Pembagian Alat Bantu Berdasarkan Pembuatan dan Penggunaanya
a)    Alat bantu yang rumit, seperti film, film strip, dan slide. Dalam penggunaanya, alat bantu ini memerlukan listrik dan proyektor.
b)    Alat bantu yang sederhana/mudah dibuat sendiri dengan bahan-bahan setempat yang mudah diperoleh seperti bambu, karton, kaleng bekas, dan kertas karton.
Ciri-ciri alat bantu sederhana adalah mudah dibuat, bahan-bahannya dapat diperoleh dari bahan-bahan lokal, mencerminkan kebiasaan, kehidupan dan kepercayaan setempat, ditulis (gambar) dengan sederhana, bahasa setempat dan mudah dimengerti oleh masyarakat, dan memenuhi kebutuhan petugas kesehatan dan masyarakat.
Kotak 10.2 contoh alat bantu/peraga yang dapat digunakan menurut sasaran atau tatanan yang sesuai
Ø  Di rumah tangga : leaflet, komik, dan benda nyata (buah-buahan dan sayur-sayuran)
Ø  Di masyarakat : poster, spanduk, leaflet, fannel graph, dan boneka wayang
Ø  Di kantor atau sekolah, seperti papan tulis, filpchart, poster, leaflet, buku cerita gambar, kotak gambar gulung dan boneka

B. Kebijakan dan Strategi Promosi Kesehatan Lingkungan
Promosi kesehatan merupakan salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang berorientasi pada penyampaian informasi tentang kesehatan guna penanaman pengetahuan tentang kesehatan sehingga tumbuh kesadaran untuk hidup sehat. Penerapan promosi kesehatan di lapangan biasanya melalui pendidikan kesehatan dan penyuluhan kesehatan. Promosi kesehatan merupakan proses untuk meningkatkan kemampuan orang dalam mengendalikan dan meningkatkan kesehatannya. Untuk mencapai keadaan sehat, seseorang atau kelompok harus mampu mengidentifikasi dan menyadari aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan dan mengubah atau mengendalikan lingkungan (Piagam Ottawa, 1986). Promosi kesehatan dapat dilaksanakan dengan maksimal dengan adanya upaya bentuk kerja sama antarlintas program maupun lintas sektor terutama dalam hal ini ialah adanya peran serta/pemberdayaan masyarakat secara optimal.
Pemberdayaan atau Enpowerment merupakan salah satu proses membangun dedikasi dan komitmen yang tinggi sehingga organisasi itu bisa menjadi sangat efektif dalam mencapai tujuan-tujuannya dengan mutu yang tinggi. Dalam masyarakat yang telah diberdayakan akan tercipta hubungan diantara orang-orangnya yang saling berbagi kewenangan, tanggung jawab, komunikasi, harapan-harapan, dan pengakuan serta penghargaan.
Sangat perlu dipahami bahwa, promosi kesehatan sebagai bagian dari kesehatan masyarakat juga mempunyai aspek teori atau ilmu, dan praktik, aplikasi atau seni. Sehingga sebelum dilaksanakannya promosi kesehatan perlu dipahami bahwa perlunya kajian yang sistematis yang diawali dari pengakajian, perencanaan, tindakan sampai pada evaluasiuntuk menentukan promosi kesehatan yang dilaksanakan terlaksana secara komprehensif dan bermanfaat sesuai sasaran dan kebutuhan di masyarakat.
Dalam menentukan rancangan maupun strategi promosi kesehatan tidak terlepas dari konteks tatanan konsep maupun teori, green, dan kreuter (1991) telah mengembangkan suatu model pendekatan untuk membuat perencanaan dan evaluasi kesehatan yang dikenal sebagai model PRECEDE-PROCEED. PRECEDE (Predisposing, Reinforcing and Enabling Causes in Educational Diagnosis and Evaluation). Digunakan pada fase diagnosis masalah kesehatan, penetapan prioritas masalah dan tujuan Tahap Pertencanaan dalam Promosi Kesehatan program. PROCEED (Policy, Regulatory, Organizational Construct in Educational and Environmental Development) digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan serta pelaksanaan dan evaluasi.

1.  Strategi Promosi Kesehatan Ottawa Charter dan WHO
a.  Strategi Ottawa Charter
1)  Membangun kebijakan publik berwawasan kesehatan (Build healthy public policy)
Promosi kesehatan lebih daripada sekedar perawatan kesehatan. Promosi kesehatan menetapkan kesehatan pada agenda dari pembuat kebijakan disemua sektor pada semua level, mengarahkan mereka supaya sadar akan konsekuensi kesehatan dari keputusan mereka dan agar mereka menerima tanggung jawab mereka atas kesehatan. Kebijakan promosi kesehatan mengombinasikan pendekatan yang berbeda namun dapat saling mengisi termasuk legislasi, perhitungan fiskal, perpajakan, dan perubahan organisasi. Ini adalah kegiatan yang terkoordinasi yang membawa kepada kesehatan, pendapatan, dan kebijakan sosial yang menghasilkan kesamaan yang lebih besar. Kegiatan terpadu memberikan kontribusi untuk memastikan barang dan jasa yang lebih aman dan lebih sehat, pelayanan jasa publik yang lebih sehat dan lebih bersih, dan lingkungan yang lebih menyenangkan.
Kebijakan promosi kesehatan memerlukan identifikasi hambatan untuk diadopsi pada kebijakan publik di luar sektor kesehatan, serta cara menghilangkannya. Hal ini dimaksudkan agar dapat membuat pilihan yang lebih sehat dan lebih mudah untuk membuat keputusan. Kebijakan berwawasan kesehatan artinya setiap keputusan pimpinan selalu memandang atau mempunyai cara pandang tentang kesehatan. Contoh sederhana ketika camat mengeluarkan izin mendirikan bangunan, maka harus ada ketentuan bahwa yang membuat bangunan harus membangun bagunan dengan didukung sarana kesehatan seperti jamban keluarga.

2)  Menciptakan lingkungan yang mendukung (Create Supportive Environments)
Masyarakat kita kompleks dan saling berhubungan. Kesehatan tidak dapat dipisahkan dari tujuan-tujuan lain. Kaitan yang tak terpisahkan antara manusia dan lingkungannya menjadi basis untuk sebuah pendekatan sosio-ekologis bagi kesehatan. Prinsip keseluruhan bagi dunia, bangsa, kawasan, dan komunitas yang serupa, adalah kebutuhan untuk memberi semangat pemeliharaan yang timbal-balik untuk memelihara satu sama lain, komunitas, dan lingkungan alam kita. Konservasi sumber daya alam di seluruh dunia harus ditekankan sebagai tanggung jawab global. Perubahan pola hidup, pekerjaan, dan waktu luang memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan. Pekerjaan dan waktu luang harus menjadi sumber kesehatan untuk manusia. Cara masyarakat mengatur kerja harus dapat membantu menciptakan masyarakat yang sehat. Promosi kesehatan menciptakan kondisi hidup dan kondisi kerja yang aman, menstimulasi, memuaskan, dan menyenangkan.
Penjajakan sistematis dampak kesehatan dari lingkungan yang berubah pesat terutama di daerah teknologi, daerah kerja, produksi energi dan urbanisasi sangat esensial dan harus diikuti dengan kegiatan untuk memastikan keuntungan yang positif bagi kesehatan masyarakat. Perlindungan alam dan lingkungan yang dibangun serta konservasi dari sumbr daya alam harus ditujukan untuk promosi kesehatan apa saja. Lingkungan yang mendukung adalah lingkungan dimana kita akan menjadikan contoh yang baik tentang kesehatan lingkungan ketika kita akan melakukan promosi kesehatan. Contoh adanya sekolah sehat yang mempunyai lingkungan yang sehat.

3)  Memperkuat kegiatan-kegiatan komunitas (Strengthen Community Actions)
Promosi kesehatan bekerja melalui kegiatan komunitas yang konkret dan efisien dalam mengatur prioritas, membuat keputusan, merencanakan strategi, dan melaksanakannya untuk mencapai kesehatan yang lebih baik. Inti dari proses ini adalah memberdayakan komunitas kepemilikan mereka dan kontrol akan usaha dan nasib mereka. Pengembangan komunitas menekankan pengadaan sumber daya manusia dan material dalam komunitas untuk mengembangkan kemandirian dan dukungan sosial, dan untuk mengembangkan sistem yang fleksibel untuk memperkiuat partisipasi publik dalam masalah kesehatan. Hal ini memerlukan akses yang penuh serta terus menerus akan informasi, mempelajari kesempatan untuk kesehatan, sebagaimana penggalangan dukungan. Gerakan masyarakat merupakan suatu partisipasi masyarakat yang menunjang kesehatan. Contoh gerakan Jum’at bersih.

4)  Mengembangkan keterampilan individu (Develop Personal Skills)
Promosi kesehatan mendukung pengembangan personal dan sosial melalui penyediaan informasi, pendidikan kesehatan, dan pengembangan keterampilan hidup. Dengan demikian, hal ini meningkatkan pilihan yang tersedia bagi masyarakat untuk melatih dalam mengontrol kesehatan dan lingkungan mereka, dan untuk membuat pilihan yang kondusif bagi kesehatan.
Memungkinkan masyarakat untuk belajar melalui kehidupan dalam menyiapkan diri mereka untuk semua tingkatannya dan untuk menangani penyakit dan kecelakaan sangatlah penting. Hal ini harus difasilitasi dalam sekolah, rumah, tempat kerja, dan semua lingkungan komunitas. Keterampilan individu adalah kemampuan petugas dalam menyampaikan informasi kesehatan dan kemampuan dalam mencontohkan (mendemonstrasikan). Contoh sederhana ketika petugas memberikan promosi kesehatan tentang pembuatan larutan gula garam, maka petugas harus mampu membuatnya dan bisa mencontohkannya.

5)  Reorientasi pelayanan kesehatan (Reorient Health Services)
Tanggung jawab untuk promosi kesehatan pada pelayanan kesehatan dibagi diantara individu, kelompok komunitas, profesional kesehatan, institusi pelayanan kesehatan, dan pemerintah. Mereka harus bekerja sama melalui suatu sistem perawatan kesehatan yang berkontribusi untuk pencapaian kesehatan. Peran sektor kesehatan harus bergerak meningkatkan pada arah promosi kesehatan, di samping tanggung jawabnya dalam menyediakan pelayanan klinis dan pengobatan.
Pelayanan kesehatan harus memegang mandat yang meluas yang merupakan hal sensitif dan ia juga harus menghormati kebutuhan kultular. Mandat ini harus mendukung kebutuhan individu dan komunitas untuk kehidupan yang lebih sehat, dan membuka saluran antara sektor kesehatan dan komponen sosial, politik, ekonomi, dan lingkungan fisik yang lebih luas. Reorientasi pelayanan kesehatan juga memerlukan perhatian yang kuat untuk penelitian kesehatan sebagaimana perubahan pada pelatihan dan pendidikan profesional. Hal ini harus membawa kepada perubahan sikap dan pengorganisasian pelayanan kesehatan dengan memfokuskan ulang kepada kebutuhan total dari individu sebagai manusia yang seutuhnya.
Reorientasi pelayanan kesehatan artinya setiap kegiatan promosi kesehatan diorientasikan bagaimana pelayanan kesehatan yang seharusnya dan dapat terjangkau. Contoh adalah pemanfaatan sarana kesehatan terdekat sebagai wadah informasi dan komunikasi tentang kesehatan.

6)  Bergerak ke masa depan (Moving Into The Future)
Kesehatan diciptakan dan dijalani oleh manusia diantara pengaturan dari kehidupan mereka sehari-hari diaman mereka belajar, bekerja, bermain dan mencintai. Kesehatan diciptakan dengan memelihara satu sama lain dengan kemampuan untuk membuat keputusan dan membuat kontrol terhadap kondisi kehidupan seseorang, dan dengan memastikan bahwa masyarakat yang didiami seseorang menciptakan kondisi yang memungkinkan pencapaian kesehatan oleh semua anggotanya. Merawat, kebersamaan, dan ekologi adalah isu-isu yang penting dalam mengembangkan strategi untuk promosi kesehatan. Untuk itu, semua yang terlibat harus menjadikan setiap fase perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan promosi kesehatan serta kesetaraan abtara pria dan wanita sebagai acuan utama.

b.  Strategi WHO
1)  Advokasi (Advocacy)
Advokasi (advocacy) adalah kegiatan memberikan bantuan kepada masyarakat dengan membuat keputusan (Decision Makers) dan penentu kebijakan (Policy Makers) dalam bidang kesehatan maupun sektor lain di luar kesehatan yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat. Advokasi terhadap kesehatan merupakan sebuah upaya yang dilakukan orang-orang dibidang kesehatan, utamanya promosi kesehatan, sebagai bentuk pengawalan terhadap kesehatan. Advokasi ini lebih menyentuh pada level pembuat kebijakan, bagaimana orang-orang yang bergerak dibidang kesehatan bisa mempengaruhi para pembuat kebijakan untuk lebih tahu dan memperhatikan kesehatan. Advokasi dapat dilakukan dengan mempengaruhi para pembuat kebijakan untuk membuat peraturan-peraturan yang bisa berpihak pada kesehatan dan peraturan tersebut dapat menciptakan lingkungan yang dapat mempengaruhi kurung waktu sehat dapat terwujud di masyarakat (Kapalawi, 2007).
Advokasi bergerak secara top-down (dari atas ke bawah), melalui advokasi, promosi kesehatan masuk ke wilayah politik. Agar pembuat kebijakan mengeluarkan peraturan yang menguntungkan kesehatan. Advokasi adalah suatu cara yang digunakan guna mencapai tujuan yang merupakan suatu usaha sistematis dan terorganisasi untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan public secara bertahap maju. Misalnya kita memberikan promosi kesehatan dengan sokongan dari kebijakan public dari kepala desa sehingga maksud dan tujuan dari informasi kesehatan bisa tersampaikan dengan mudah kepada masyarakat atau promosi kesehatan yang kita sampaikan dapat menyokong atau pembelaan terhadap kaum lemah (miskin).
Organisasi nonpemerintah (ornop) mendefinisikan advokasi sebagai upaya penyadaran kelompok masyarakat marginal yang sering dilanggar hak-haknya (hukum dan asasi). Yang dilakukan dengan kampanye guna membentuk opini public dan pendidikan massa lewat aksi kelas (class action) atau unjuk rasa adalah :
a)  Tujuan advokasi
Tujuan umum advokasi adalah untuk mendorong dan memperkuat suatu perubahan dalam kebijakan, program atau legislasi, dengan memperkuat basis dukungan sebanyak mungkin.
b)  Fungsi advokasi
Advokasi berfungsi untuk mempromosikan suatu perubahan dalam kebijakan program atau peraturan dan mendapatkan dukungan dari pihak-pihak lain.
c)  Persyaratan untuk advokasi:
Ø Dipercaya (credible), dimana program yang ditawarkan harus dapat meyakinkan para penentu kebijakan atau pembuat keputusan, oleh karena itu harus didukung akurasi data dan masalah.
Ø Layak (feasible), program yang ditawarkan harus mampu dilaksanakan secara teknik politik maupun teknik sosial.
Ø Memenuhi kebutuhan masyarakat (relevant)
Ø Penting dan mendesak (urgent), program yang ditawarkan harus mempunyai prioritas tinggi.
d)  Pendekatan kunci advokasi
Ø Melibatkan para pemimpin/pengambil keputusan
Ø Menjalin kemitraan
Ø Memobilisasi kelompok peduli

2)  Dukungan sosial/kemitraan
Kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Dalam kerja sama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-masing, tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat, dan saling berbagi baik dalam risiko maupun keuntungan yang diperoleh.
Dari definisi ini terdapat 3 kata kunci dalam kemitraan, yakni :
a)  Kerjasama antar kelompok, organisasi, dan individu
b)  Bersama-sama mencapai tujuan tertentu (yang disepakati bersama)
c)  Saling menanggung risiko dan keuntungan
Mengingat kemitraan adalah bentuk kerja sama atau aliansi, maka setiap pihak yang terlibat di dalamnya harus ada kerelaan diri untuk bekerja sama dan melepaskan kepentingan masing-masing, kemudian membangun kepentingan bersama. Oleh karena itu, membangun kemitraan harus didasarkan pada hal-hal berikut :
a)  Kesamaan perhatian (commont intereste) atau kepentingan
b)  Saling mempercayai dan menghormati
c)  Tujuan yang jelas dan terukur
d)  Kesediaan berkorban baik waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.
Dalam membangun kemitraan ada tiga fungsi kunci yang perlu dipahami oleh masing-masing anggota kemitraan, yakni :
a)  Persamaan (equity)
Individu, organisasi atau individu yang telah bersedia menjalin kemitraan harus merasa “duduk sama rendah berdidri sama tinggi”. Oleh sebab itu, di dalam vorum kemitraan asas demokrasi harus diutamakan, tidak boleh satu anggota memaksakan kehendak kepada yang lain karena merasa lebih tinggi dan tidak ada dominasi terhadap yang lain.
b)  Keterbukaan (transparancy)
Keterbukaan maksudnya adalah apa yang menjadi kekuatan atau kelebihan atau apa yangmenjadi kekurangan atau kelemahan, masing-masing anggota harus diketahui oleh anggota lainnya. Demikian pula berbagai sumber daya yang dimiliki oleh anggota yang satu harus diketahui oleh anggota yang lain. Bukan untuk menyombongkan yang satu terhadap yang lainnya, tetapi lebih untuk saaling memahami satu dengan yang lain sehingga tidak ada rasa saling mencurigai. Dengan saling keterbukaan ini akan menimbulkan rasa saling melengkapi dan saling membantu diantara anggota.
c)  Saling menguntungkan (mutual benefit)
Menguntungkan disini bukan selalu diartikan dengan materi ataupun uang, tetapi lebih kepada nonmateri. Saling menguntungkan disini lebih dilihat dari kebersamaan atau sinergitas dalam mencapai tujuan bersama.
Tujuh landasannya, yaitu : saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi (kaitan dengan struktur); saling memahami kemampuan masing-masing (kapasitas unit/organisasi); saling menghubungi secara proaktif (linkage); saling mendekati, bukan hanya secara fisik tetapi juga pikiran dan perasaan (empati, proximity); saling terbuka, dalam arti kesediaan untuk dibantu dan membantu (opennes); saling mendorong/mendukung kegiatan (synergy); dan saling mengahargai kenyataan masing-masing (reward).

3)  Pemberdayaan masyarakat (empowernment)
Pemberdayaan atau empowernment adalah sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan barat, terutama Eropa. Untuk memahami konsep pemberdayaan secara tepat dan jernih memerlukan upaya pemahaman latar belakang kontekstual yang melahirkannya. Konsep tersebut telah begitu meluas diterima dan dipergunakan, mungkin dengan pengertian persepsi yang berbeda satu dengan yang lain. Penerimaan dan pemakaian konsep tersebut secara kritikal tentulah meminta kita mengadakan telaah yang sifatnya mendasar dan jernih.
Pemberdayaan masyarakat secara umum lebih efektif jika dilakukan melalui program pendampingan masyarakat (community organizing and development), karena pelibatan masyarakat sejak perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) hingga evaluasi atau pengawasan (controlling) program dapat dilakukan secara maksimal. Upaya ini merupakan inti dari pelaksanaan pemberdayaan masyarakat.
Pelibatan masyarakat melalui pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen; perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), hingga evaluasi atau pengawasan (controlling) program atau biasa disingkat POAC telah diadopsi untuk program-program bidang kesehatan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
a)  Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah suatu kegiatan atau proses penganalisisan dan pemahaman sistem, penyusunan konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan mencapai tujuan demi masa depan yang baik.
Beberapa batasan tentang perencanaan yang penting diketahui adalah :
Ø Perencanaan adalah kemampuan untuk memilih suatu kemungkinan yang tersedia dan yang dipandang paling tepat untuk mencapai tujuan.
Ø Perencanaan adalah pekerjaan yang menyangkut penyusunan konsep serta kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan demi masa depan yang lebih baik.
Ø Perencanaan adalah upaya menyusun berbgai keputusan yang bersifat pokok yang dipandang paling penting dan yang akan dilaksanakan menurut urutannya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Ø Perencanaan adalah proses menetapkan pengarahan yang resmi dan menetapkan berbagai hambatan yang dipikirkan dan dalam menjalankan suatu program guna dipakai sebagai pedoman dalam suatu organisasi .
Ø Perencanaan adalah proses kerja yang terus menerus yang meliputi pengambilan keputusan yang bersifat pokok dan penting dan yang akan dilaksanakan secara sistematik, melakukan perkiraan-perkiraan dengan mempergunakan segala pengetahuan yang ada tentang masa depan, mengorganisasi secara sistematik segala upaya yang dipandang perlu untuk melaksanakan segala keputusan yang telah ditetapkan, serta mengukur keberhasilan dalam pelaksanaan segala keputusan tersebut dengan membandingkan hasil yang dicapai terhadap target yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan umpan balik yang diterima dan yang telah disusun secara teratur dan baik.

b)  Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian adalah pengkoordinasian kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan suatu institusi, guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan mencakup; hal yang diorganisasikan, proses pengorganisasian dan hasil pengorganisasian.
Beberapa batasan tentang pengorganisasian yang penting diketahui ialah :
Ø Pengorganisasian adalah pengelompokan bebagai kegiatan yang diperlukan untuk melaksanakan suatu rencana sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan memuaskan.
Ø Pengorganisasian adalah pengaturan sejumlah porsonel yang dimiliki untuk memungkinkan tercapainya suatu tujuan yang telah disepakati dengan jalan mengalokasikan masing-masing fungsi dan tanggung jawab.
Ø Pengorganisasian adalah pengkoordinasian secara sosial bebagai kegiatan dari sejumlah orang tertentu untuk mencapai tujuan bersama melalui pengaturan pembagian kerja dan fungsi menurut penjejangannya secara bertanggung jawab.

c)  Pengawasan (controlling)
Fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya adalah pengawasan (controlling). Perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan yang tidak diikuti pengawasan niscaya akan mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan pokok dan fungsi pengawasan adalah agar kegiatan-kegiatan dan orang-orang yang melakukan kegiatan yang telah direncanakan tersebut dapat berjalan dengan baik.
Dalam pelaksanaan program-program pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan, perlu diperhatikan karakteristik masyarakat setempat yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Ø Masyarakat pembina (carring community)
Yaitu, masyarakat yang peduli kesehatan, misalnya; LSM kesehatan, orgainsasi profesi yang bergerak dibidang kesehatan.
Ø Masyarakat setara (coping community)
Yaitu masyarakat yang karena kondisinya kurang memadai sehingga tidak dapat memelihara kesehatannya. Misalnya seorang ibu sadar akan pentingnya pemeriksaan diri, tetapi karena keterbatasan ekonomi dan tidak adanya transportasi sehingga si ibu tidak pergi ke sarana pelayanan kesehatan.

Ø Masyarakat pemula (crisis response community)
Yaitu masyarakat yang tidak tahu akan pentingnya kesehatan dan belum didukung oleh fasilitas yang tersedia. Misalnya, masyarakat yang berdomisili di lingkungan kumuh dan daerah terpencil.

2.  Strategi Promosi Kesehatan Dengan Pendekatan Sosial Marketing
Sesuai dengan berkembangnya zaman dan teknologi yang ada sekarang, dengan pendekatan berbagai disiplin ilmu yang dapat digunakan sebagai metode pendekatan terhadap perubahan suatu perilaku dapat menggunakan metode pendekatan lain diantaranya dengan pendekatan sosial marketing.
Philip Kotler menjelaskan pemasaran (marketing) adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Menurut Philip Kotler dan Amstrong pemasaran adalah sebagai suatu proses sosial dan managerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain. Menurut W Stanton pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli (konsumen) maupun pembeli potensial (calon pembeli/konsumen).
Pemasaran sosial “lahir” sebagai disiplin pada 1970-an, ketika Philip Kotler dan Gerald Zaltman menyadari bahwa prinsi-prinsip pemasaran yang sama yang digunakan untuk menjual produk ke konsumen dapat digunakan untuk “menjual” ide-ide, sikap dan perilaku. Kotler dan Andersen mendefinisikan pemasaran sosial sebagai “berbeda dari daerah lain pemasaran hanya berkenaan dengan tujuan dari pemasar dan organisasinya”. Pemasaran sosial berusaha untuk mempengaruhi perilaku sosial tidak menguntungkan pemasar, tapi untuk menguntungkan target audiens maupun masyarakat umum. “Teknik ini telah digunakan secara luar dalam program-program kesehatan internasional, terutama untuk kontrasepsi dan terapi rehidrasi oral (ORT), dan sedang digunakan dengan frekuensi lebih di Amerika Serikat untuk beragam topik seperti penyalahgunaan narkoba, penyakit jantung, dan donor organ.
Ketika berbicara strategi social marketing atau pemasaran sosial, pertanyaan pertama yang muncul adalah wujud rancangan strategi. Selanjutnya yang menjadi hal penting adalah cara menyusun strategi dan cara menerapkannya. Lalu dari mana organisani nirlaba harus memulai? Apakah dengan mengadopsi begitu saja strategi pemasaran bisnis dalam “menjual” gagasan?
Social marketing sebagaimana pemasaran secara generik bukanlah teori yang berdiri sendiri. Pemasaran sosial merupakan sebuah kerangka atau struktur kerja yang tersusun atas berbagai pengetahuan lain seperti teori ilmu psikologi, sosiologi, antropologi, dan komunikasi dalam rangka memahami cara mempengaruhi perilaku masyarakat. Sebagaimana juga dasar marketing bisnis, pemasaran sosial didasarkan pada proses perencanaan logis yang melibatkan riset yang berorientasi pada konsumen, analisis pemasaran, segmentasi pemasaran, menentukan sasaran dan identifkasi strategi, dan taktik pemasran. Pemasaran sosial dipengaruhi oleh perilaku interaktif yang terus berubah, dalam iklim ekonmi, sosial, dan politik yang komplekss. Apabila pemasaran bisnis menyadari tujuan utamanya adalah untuk mempertemukan para pemegang saham. Maka, social marketing menargetkan keinginan masyarakat untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas hidup mereka.
a.  Strategi Pemasaran
Macam strategi pemasaran diantaranya :
1)  Strategi kebutuhan primer
Strategi-strategi pemasaran untuk merancang kebutuhan primer yaitu :
a)  Menambah jumlah  pemakai dan
b)  Meningkatkan jumlah pembeli/konsumen
2)  Strategi kebutuhan selektif
Yaitu dengan cara :
a)  Mempertahankan kepuasan pelanggan misalnya :
Ø Memelihara kepuasan pelanggan;
Ø Menyederhanakan proses pembelian;
Ø Mengurangi daya tarik atau jelang untuk beralih merek;
b)  Menjaring pelanggan (Acquistion Strategies)
Ø Mengambil posisi berhadapan (head-to heas positioning)
Ø Mengambil posisi berbeda (differentiated position)
Secara lebih jelas, strategi pemasaran dapat dibagi ke dalam empat jenis yaitu :
a)  Merangsang kebutuhan primer dengan menambah jumlah pemakai.
b)  Merangsang kebutuhan primer dengan memperbesar tingkat pembelian.
c)  Merangsang kebutuhan selektif dengan mempertahankan pelanggan yang ada.
d)  Merangsang kebutuhan selektif dengan menjaring pelanggan baru.

b.  Segmentasi Pasar
Segmentasi pasar adalah kegiatan membagi suatu pasar menjadi kelompo-kelompok pembeli yang berbeda yang memiliki kebutuhan, karakteristik, atau perilaku yang berbeda yang mungkin membutuhkan produk atau bauran pemasaran yang berbeda. Segmentasi pasar bisa diartikan adalah proses pengidentifikasian dan menganalisis para pembeli di pasar produk, menganalisis perbedaan antara pembeli di pasar.
1)  Dasar-dasar dalam penetapan segmentasi pasar
Dalam penetapan segmentasi pasar ada beberapa hal yang menjadi dasarnya, yaitu :
a)  Dasar-dasar segmentasi pasar pada pasar konsumen
Ø Variabel geografi, diantaranya : wilayah, ukuran, daerah, ukuran kota, dan kepadatan iklim.
Ø Variabel demografi, diantaranya : umur, keluarga, siklus hidup, pendapatan, pendidikan, dan lain-lain.
Ø Variabel psikologis, diantaranya : kelas sosial, gaya hidup, dan kepribadian.
Ø Variabel perilaku pembeli, diantaranya : manfaat yang dicari, status pemakai, tingkat pemakaian, status kesetiaan dan sikap pada produk.
b)  Dasar-dasar segmentasi pasar pada pasar industri
Ø Tahap 1 : menetapkan segmentasi makro, yaitu pasar pemakai akhir, lokasi geografis, dan banyaknya langganan.
Ø Tahap 2 : yaitu sikap terhadap penjual, ciri-ciri kepribadian, kualitas produk, dan pelanggan.

2)  Syarat segmentasi pasar
Ada beberapa syarat segmentasi pasar efektif, yaitu :
a)  Dapat diukur
b)  Dapat dicapai
c)  Cukup besar atau cukup menguntungkan
d)  Dapat dibedakan
e)  Dapat dilaksanakan

3)  Tingkat segmentasi pasar
Karena pembelian mempunyai kebutuhan dan keinginan yang unik. Setiap pembeli, berpotensi menjadi pasar yang terpisah. Oleh karena itu, segmentasi pasar dapat dibangun pada beberapa tingkat yang berbeda.
1.  Pemasaran massal
Pemasaran massal berfokus pada produksi massal, distribusi massal, dan promosi massal untuk produk yang sama dalam cara yang hampir sama ke seluruh konsumen.
2.  Pemasaran segmen
Pemasaran segmen menyadari bahwa pembeli berbeda dalam kebutuhan, persepsi, dan perilaku pembelian.
3.  Pemasaran ceruk
Pemasaran ceruk (marketing niche) berfokus pada sub grup di dalam segmen-segmen. Suatu ceruk adalah suatu grup yang didefinisikan dengan lebih sempit.
4.  Pemasaran mikro
Pemasaran ini menciptakan penawaran/layanan yang sesuai dan tepat dengan kebutuhan/keinginan dan daerah konsumen. Produk baik itu barang/jasa dibuat sesuai dengan yang diinginkan oleh konsumen. Pemasaran ini mempunyai pemilihan saluran distribusi (distribution channel) dan komunikasi yang lebih jelas serta mengerti lebih dalam tentang siapa saja konsumen/masyarakat yang ingin dituju.

4)  Manfaat segmentasi pasar
Sedangkan manfaat dari segmentasi pasar adalah :
a)  Penjual atau produsen berada dalam posisi yang lebih baik untuk memilih kesempatan-kesempatan pemasaran.
b)  Penjual atau produsen dapat menggunakan pengetahuannya terhadap respons pemasaran yang berbeda-beda, sehingga dapat mengalokasikan anggarannya secara lebih tepat pada berbagai segmen.
c)  Penjual atau produsen dapat mengatur produk lebih baik dan daya tarik pemasarannya.

c.   Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Konsumen
Adapun faktor-faktor yang memengaruhi perilaku konsumen adalah :
1)  Budaya : faktor-faktor budaya memberikan pengaruhnya paling puas pada keinginan dan perilaku konsumen. Budaya (culture) adalah penyebab paling mendasar teori keinginan dan perilaku seseorang.
2)  Subbudaya : setiap kebudayaan mengandung sub kebudayaan yang lebih kecil, atau sekelompok orang yang mempunyai sistem nilai yang sama berdasarkan pengalaman dan situasi kehidupan yang sama. Sub kebudayaan meliputi : kewarganegaraan, agama, ras, dan daerah geografis.
3)  Kelas sosial : hampir setiap masyarakat memiliki beberapa bentuk struktur kelas sosial. Kelas-kelas sosial adalah bagian-bagian masyarakat yang relatif permanen dan tersusun rapi yang anggota-anggotanya mempunyai nilai-nilai, kepentingan dan perilaku yang sama.
Perilaku konsumen juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti kelompok kecil, keluarga serta aturan dan status sosial konsumen. Di sisni keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat. Keputusan orang ingin membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup dan kepribadian, serta konsep diri.
Selain dari beberapa faktor di atas yang memengaruhi perilaku konsumen juga dipengaruhi juga oleh faktor-faktor psikologis seseorang, yang meliputi motivasi, persepsi, pengetahuan, keyakinan, serta sikap.

d.  Proses Pengambilan Keputusan Pembeli
1)  Proses pengambilan keputusan pembeli terhadap produk baru
Sebuah produk baru adalah barang, jasa, atau ide yang dianggap baru oleh pembeli potensial. Terkadang produk yang beredar di pasaran telah lama ada, di sini konsumen dapat membuat keputusan untuk menerima/mengadopsinya. Proses adopsi adalah proses mental yang dilalui seseorang, mulai dari pengenalan pertama sampai pada penerimaan/adopsi final.
Tahap-tahap proses adopsi :
a)  Sadar : konsumen menjadi sadar akan adanya produk baru, tetapi kekurangan informasi mengenai produk tersebut.
b)  Tertarik : konsumen akan menjadi tertarik untuk mencari informasi mengenai produk baru.
c)  Evaluasi : konsumen harus mempertimbangkan apakah produk baru tersebut masuk akal atau tidak untuk dikomsumsi.
d)  Mencoba : konsumen mencoba produk baru tersebut dalam skala kecil untuk meningkatkannilai produk tersebut.
e)  Adopsi : konsumen memutuskan secara penuh dan teratur menggunakan produk baru tersebut.

2)  Tipe-tipe perilaku membeli
a)  Perilaku pembeli yang kompleks
Disini kosumen mengakui keterikatan yang tinggi dalam proses pembeliannya, harga produk tinggi, jarang dibeli, memilki resiko yang tinggi. Perilaku konsumen melalui proses tiga langkah, yaitu : pertama, mengembangkan keyakinan tentang produk tersebut. Kedua, membangun sikap, dan ketiga, melakukan pilihan.
b)  Perilaku pembelian yang mengurangi ketidakefisienan
Disini konsumen mengalami keterlibatan tinggi, akan tetapi terlihat sedikit perbedaan, diantara merek-merek, konsumen mengunjungi beberapa tempat untuk mencari yang lebih cocok.
c)  Perilaku pembelian karena kebiasaan
Disini konsumen rendah sekali dalam proses pembelian karena tidak ada perbedaan nyata diantara berbagai merek dan harga barang relatif rendah.
d)  Perilaku pembelian yang mencari keragaman
Disini keterlibatan konsumen yang rendah akan dihadapkan pada berbagai pemilihan merek.

3)  Tahap-tahap Proses Membeli
a)  Pengenalan kebutuhan/masalah
Disini orang yang akan memasarkan produk meneliti mengenai apa yang dibutuhkan, apa yang menyebabkan semua itu muncul dan mengapa seseorang membutuhkan sesuatu. Seorang pemasar mengenalkan pada konsumen agar lebih tertarik.
b)  Pencarian informasi
Sumber informasi konsumen terbagi dalam empat kelompok, yaitu :
Ø Sumber pribadi, meliputi : keluarga, teman-teman, tetangga, dan kenalan.
Ø Sumber niaga, meliputi : periklanan, petugas penjualan, penjual kemasan, dan pemajangan.
Ø Sumber umum, meliputi : media massa dan organisasi konsumen.
Ø Sumber pengalaman, meliputi : pernah menangani, menguji, dan mempergunakan produk.

4)  Pencarian Alternatif
Terdapat lima konsep dasar bagi pemasar dalam penilaian alternatif konsumen, yaitu :
a)  Sifat-sifat produk, apa yang menjadi ciri-ciri khusus dan perhatian konsumen terhadap produk atau jasa tersebut.
b)  Pemasar lebih memperhatikan pentingnya ciri-ciri produk daripada penonjolan ciri-ciri produk.
c)  Kepercayaan konsumen terhadap ciri merek yang menonjol.
d)  Fungsi kemanfaatan, yaitu bagaimana konsumen mengharapkan kepuasan yang diperoleh dari produk dengan tingkat alternatif yang berbeda-beda setiap hari.
e)  Bagaimana prosedur penilaian yang dilakukan konsumen dari sekian banyak ciri-ciri barang.

5)  Keputusan membeli
Ada dua faktor yang menyebabkan seseorang mengambi keputusan untuk membeli, yaitu :
a)  Sikap orang lain : keputusan membeli itu banyak dipengaruhi oleh teman-teman, tetangga, atau siapa saja yang dipercayai.
b)  Faktor-faktor situasi yang tidak terduga : seperti faktor harga pendapatan.

e.  Strategi Pemasaran Bisnis = Pemasaran Sosial ?
Berdasarkan definisi para ahli, social marketing pada dasarnya merupakan aplikasi strategi komersial untuk “menjual” gagasan dalam rangka manajemen yang mencakup analisis, perencanaan, implementasi, dan pengawasan.
Lalu bagaimana organisasi nirlaba perlu memahami dan merancang strategi social marketing berdasarkan pemahaman ini? Selain penerapan sembilan elemen marketing yang telah dikenal (segmentasi pasar, target, positioning, diferensiasi, marketing mix, selling, brand, service, dan process), pada dasarnya marketing adalah sesuatu yang sederhana. Social marketing dapat diumpamakan sebagai seni “menjual” diri (selling self) atau organisasi. Apabila seseorang atau organisasi mempraktikkan prinsip-prinsip : promosi tanpa memaksa, memahami dan menerapkan positioning secara tepat, memahami branding dan diferensiasi berarti lembaga atau perusahaan telah menjalankan marketing dengan benar.
Apa saja landasan pemasaran secara umum yang dapat diterapkan pada pemasaran sosial? Dasar-dasar marketing sebagai “3i Marketing Triangel”, yaitu positioning (cara sasaran/publik yang hendak diubah perilakunya mendefinisikan perusahaan/organisasi dengan kompetitor), differentiation (perbedaan) dan brand (keunikan, ketajaman dan fokus sebuah produk dibandingkan denga produk lainnya, bisa berupa logo dan bentuk unik).
Pemasaran di masa kini menjadi lebih berhasil apabila memperbanyak strategi marketing horizontal (dari individu ke individu). Misalnya, dengan membuat situs web. Cara-cara vertikal seperti menggunakan metode komunikasi satu arah kini kurang efektif. Marketing seharusnya tidak dipandang hanya sebagai sebuah alat atau seolah anggota tubuh. Pandanglah marketing sebagai sebuah keseluruhan (the whole), sesuatu yang menyeluruh. Menurut Hermawan, dimasa  kini visi, misi, dan nilai-nilai organisasi tidak hanya melibatkan intelektualitas (mind) dan hati (heart), melainkan juga ruh (spirit). Penjabaran dapat dilihat pada bagan “3² values-Based Matrix”. Intinya, pandanglah marketing sebagai the whole (menyeluruh dan utuh) dan bukan sekedar alat atau diandaikan anggota tubuh.

f.    Marketing Mix dengan Pendekatan “4 P dan P plus”
Seperti pemasaran komersial, fokus utama adalah pada konsumen-pada belajar apa yang orang inginkan dan butuhkan daripada mencoba membujuk mereka untuk membeli apa yang kita kebutulan produksi. Pemasaran pembicaraan untuk konsumen, bukan tentang produk. Proses perencanaan ini mengambil fokus konsumen memperhitungkan dengan mengatasi unsur-unsur dari “bauran pemasaran”. Hal ini mengacu pada keputusan tentang  Product (konsepsi sebuah produk), Harga (price), Distribusi (place), Promosi (promotion). Ini sering disebut “4 P” pemasaran. Pemasaran sosial juga menambahkan beberapa lagi “itu P”. Pada akhirnya dalah contoh dari bauran pemasaran.


1)  Produk (product)
Pemasaran “produk” sosial tidak selalu korban fisik. Sebuah kontinum produk ada mulai dari yang nyata, produk-produk fisik (misalnya, kondom), untuk layanan (misalnya, ujian medis), praktik (misalnya, menyusui, atau makan diet, jantung sehat) dan akhirnya, lebih banyak ide tidak berwujud (misalnya, perlindungan lingkungan). Untuk memiliki produk yang layak, orang harus terlebih dahulu merasa bahwa mereka memiliki masalah asli, dan bahwa penawaran produk adalah solusi yang baik untuk masalah itu. Peran penelitian disini adalah untuk menemukan persepsi konsumen dari masalah dan produk, dan untuk menentukan seberapa penting mereka merasa itu adalah untuk mengambil tindakan terhadap masalah.
2)  Harga (price)
“Harga” mengacu pada apa yang konsumen harus lakukan untuk mendapatkan produk pemasaran sosial. Biaya ini mungkin moneter, atau malah mungkin memerlukan konsumen untuk menyerah berwujud, seperti waktu atau usaha, atau mengambil resiko malu dan ketidaksetujuan. Jika biaya lebih besar daripada manfaatnya dari seorang individu, nilai yang dirasakan dari korban akan rendah dan akan tidak mungkin diadopsi. Namun, jika imbalan tersebut dianggap sebagai lebih besar dari biaya mereka, kemungkinan percobaan dan adopsi produk jauh lebih besar.
Dalam menetapkan harga, terutama untuk produk fisik, seperti kontrasepsi, ada masalah yang perlu dipertimbangkan. Jika produk dngan harga yang terlalu rendah, atau disediakan secara gratis, konsumen mungkin melihatnya sebagai yang rendah dalam kualiatas. Disisi lain, jika harga terlalu tinggi, beberapa konsumen tidak akan mampu membelinya. Pemasar sosial harus menyeimbangkan pertimbangan ini, dan sering berakhir pengisian minimal biaya nominal untuk meningkatkan biaya persepsi kualitas dan untuk memberikan rasa “martabat” untuk transakasi. Persepsi dari biaya dan manfaat dapat ditentukan melalui penelitian, dan digunakan dalam memposisikan produk.
3)  Tempat (place)
“Tempat” menggambarkan cara bahwa produk tersebut mencapai konsumen. Untuk produk yang nyata, ini mengacu pada sistem distribusi termasuk gudang, truk, tenaga penjualan, gerai ritel dimana itu dijual, atau tempat dimana ia diberikan secara gratis. Untuk produk yang tidak berwujud, tempat kurang jelas, tetapi mengacu pada keputusan tentang saluran melalui mana konsumen mencapai dengan informasi atau pelatihan. Ini mungkin termasuk kantor dokter, pusat perbelanjaan, media massa kendaraan atau di rumah demonstrasi. Unsur lain tempat adalah memutuskan bagaimana memastikan aksesibilitas korban dan kualitas pelayanan. Dengan menentukan kegiatan dan kebiasaab target audiece, serta pengalaman mereka dan kapuasan dengan sistem pengiriman yang ada, peneliti dapat menentukan cara yang paling ideal distribusi yang ditawarkan.
4)  Promosi (promotion)
Akhirnya, yang terakhir “P” adalah promosi. Karena visibilitas, unsur ini sering keliru dianggap sebagai terdiri dari seluruh pemasaran sosial. Namun, seperti dapat dilihat oleh pembahasan sebelumnya, hanya satu bagian. Promosi terdiri dari pemanfaatan yang terintegrasi dari periklanan, humas, promosi, advokasi media, penjualan pribadi dan kendaraan hiburan. Fokusnya adalah pada menciptakan dan mempertahankan permintaan untuk produk. Iklan layanan masyarakat atau iklan dibayar adalah salah satu cara, tetapi ada metode lain seperti kupon, acara media, editorial, “Tupperware” ala pesta atau di dalam toko display. Penelitian sangat penting untuk menentukan kendaraan yang paling efektif dan efisien untuk menjangkau khalayak sasaran dan meningkatkan permintaan. Temuan penelitian primer sendiri juga dapat digunakan untuk mendapatkan publisitas untuk program di acara-acara media dan berita.

3.  Strategi Aplikasi Sistem Promosi Kesehatan Precede-Proceed
Sesuai dengan strategi yang telah dibahas pada bab sebelumnya, promosi kesehatan dapat dilaksanakan sesuai dengan konsep yang telah ditentukan sesuai dengan cakupan dan kebutuhan masyarakat dengan pendekatan strategi yang telah dijalankan, karena tolak ukur keberhasilan dari program promosi kesehatan berlaku sistematis dan tidak hanya mengacu pada tahap pelaksanaan saja. Pada bab ini akan dibahas mengenai strategi aplikasi dalam promosi kesehatan dengan pendekatan sistem pengkajian, analisis data, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam promosi kesehatan.
a.  Tahap Pengkajian dalam Promosi Kesehatan
Tahap ini sangat berguna untuk pengumpulan informasi yang merupakan tahap awal dalam proses penentuan promosi kesehatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data/informasi tentang masalah-masalah yang dihadapi individu, kelompok atau masyarakat. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk menentukan perencanaan selanjutnya guna mengatasi masalah-masalah kurangnya pengetahuan.
Pengkajian dapat dilakukan dari data yang ada maupun dengan melakukan pengumpulan data secara langsung dari inidividu, kelompok atau masyarakat dan pihak yang terkait. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara survei, Focus Group Discussion (FGD) atau wawancara dengan informan kunci seperti kepala desa, tokoh masyarakat, kader atau perwakilan masyarakat setempat dan pihak terkait.
Dari aspek aplikasi, Promosi Kesehatan mencakup komponen-komponen atau faktor-faktor yang terkait dengan pelaksanaan Promosi Kesehatan di lapangan. Pelaksanaan atau Promosi Kesehatan dari aspek praktis, tidak terlepas dari 6W dan 1H untuk menentukan pengkajian awal yang harus dilakukan, yaitu meliputi :
1)  Why, mengapa promosi kesehatan perlu dilakukan (perlunya promosi kesehatan)
2)  Who, siapa yang melaksanakan promosi kesehatan, (pelaksana promosi kesehatan)
3)  Whom, kepada siapa promosi kesehatan dilakukan atau dilaksanakan, (sasaran promosi kesehatan)
4)  What, apa saja yang akan diberikan kepada masyarakat, (materi promosi kesehatan)
5)  When, kapan promosi kesehatan dilaksanakan, (waktu pelaksanaan promosi kesehatan)
6)  Where, dimana promosi kesehatan dilakukan, (tempat atau tatanan promosi kesehatan dilakukan
7)  How, bagaimana cara melakukan promosi kesehatan (metode dan teknik promosi kesehatan.
Setelah kita mendapatkan informasi sesuai dengan kajian di atas, maka kita dapat menentukan kesimpulan masalah-masalah yang harus ditindak lanjuti dengan menentukan prioritas masalah apa yang harus diberikan dalam promosi kesehatan kepada masyarakat. Untuk selanjutnya kita dapat menentukan diagnosis masalah kesehatan.

b.  Tahap Penentuan Diagnosis dalam Promosi Kesehatan
Tahap diagnosis ini sangat diperlukan kemampuan kognitif dalam pengembangan daya pikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan,pengalaman, dan pengertian. Dalam melakukan analisis data, diperlukan kemampuan mengaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah/diagnosis kesehatan.
Pada fase inii diidentifikasi masalah perilaku yang memengaruhi masalah kesehatan dan masalah lingkungan (fisik dan psiko-sosial) yang memengaruhi perilaku dan status kesehatan maupun kualitas hidup masyarakat. Adapun diagnosis yang dapat ditentukan pada tahap ini ialah : 1) diagnosis sosial; 2) diagnosis epidemiologi; 3) diagnosis perilaku dan lingkungan; 4) diagnosis pendidikan dan organisasional; 5) diagnosis administratif dan kebijakan.

c.   Tahap Menetapkan Prioritas Masalah dalam Promosi Kesehatan
Langkah yang harus ditempuh untuk menetapkan prioritas masalah kesehatan adalah :
1)  Menetapkan status kesehatan
2)  Menentukan pola pelayanan kesehatan yang ada
3)  Menentukan hubungan antara status kesehatan dengan pelayanan kesehatan di masyarakat.
4)  Menetukan determinan masalah kesehatan.
Setelah melakukan langkah-langkah di atas, selanjutnya dalam menentukan prioritas masalah kita harus mempertimbangkan beberapa faktor, seperti :
1)  Beratnya masalah dan akibat yang ditimbulkan.
2)  Pertimbangan politis, guna mendapatkan dukungan
3)  Sumber daya yang ada di masyarakat.
d.  Tahap Menentukan Tujuan dalam Promosi Kesehatan
Agar tuuan promosi kesehatan di masyarakat dapat dicapai dan dijalankan sesuai dengan apa yang diinginkan, maka tujuan harus dibuat dengan berpedoman pada SMART yang merupakan singkatan dari Spesific; yang artinya tujuan harus khusus, Measurable; atau dapat diukur, Appropriat; atau tepat guna, Reasonable; atau dapat dilaksanakan, dan Time bound; yang artinya harus dicapai dalam kurun waktu tertentu.
Menurut Green dan Kreuter (2005), tujuan promosi kesehatan terdiri atas tiga tingkatan, yaitu :
1)   Tujuan program (Program Objective)
Merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode waktu tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan. Jika ditinjau dari kerangka PRECEDE-PROCEED, maka tujuan program merupakan refrleksi dari fase sosial dan epidemiologi. Oleh sebab itu, tujuan program sering pula disebut sebagai tujuan jangka panjang.
2)  Tujuan pendidikan (educational objective)
Merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai dan dapat mengatasi masalah kesehatan yang ada, yang merupakan refleksi dari fase perilaku dan lingkungan. Oleh sebab itu, tujuan pendidikan disebut pula sebagai tujuan jangpa menengah.
3)  Tujuan perilaku (behavioral objective)
Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai perilaku yang diinginkan, yang jika dilihat dari kerangka PRECEDE-PROCEED merupakan refleksi dari fase pendidikan dan organisasional. Oleh sebab itu, tujuan perilaku berhubungan dengan pengetahuan dan sikap dan disebut pula sebagai tujuan jangka pendek.
WHO (2003) menyederhanakan tujuan program promosi kesehatan di masyarakat menjadi dua yang terdiri atas: 1) tujuan umum (goal), yang merupakan pernyataan tentang status kesehatan yang akan dicapai diakhir program yang akan dilaksanakan selama periode waktu tertentu, dan 2) tujuan khusus (objective), yang merupakan pernyataan tentang pengetahuan, sikap dan perilaku atau keterampilan tertentu yang dapat mengatasi masalah kesehatan yang ada. tujuan khusus merupakan gabungan dari tujuan pendidikan dan tujuan perilaku dari tingkatan tujuan.

e.  Tahap Menentukan Metode Promosi Kesehatan
Dalam menentukan metode yang akan digunakan dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat harus dipertimbangkan aspek yang akan dicapai. Bila mencakup aspek pengetahuan maka dapat dilakukan dengan cara penyuluhan langsung, misalnya materi penyuluhan, pemasangan poster dan spanduk di lingkungan masyarakat, sehingga warga dan masyarakat sering melihat dan membacanya yang akan berdampak pada terjadinya perubahan pengetahuan mereka. Untuk aspek sikap perlu diberikan contoh yang lebih konkret yang dapat menggugah emosi, perasaan, dan sikap masyarakat, misalnya dengan memperlihatkan foto, slide, atau pemutaran film. Untuk maksud tersebut dapat dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan pihak-pihak terkait, seperti pemerintah daerah dinas kesehatan, lembaga pendidikan, pihak swasta dan LSM yang ada, dan lain sebagainya.

f.    Tahap Menentukan Media Promosi Kesehatan
Teori pendidikan menyebutkan belajar yang paling baik dan mudah adalah dengan menggunakan panca indera sebanyak mungkin, yang untuk maksud tersebut hampir semua program pendidikan kesehatan menggunakan berbagai media. Jenis media yang digunakan harus disesuaikan dengan sasaran pendidikan, aspek yang ingin dicapai, metode yang digunakan, dan sumber daya yang ada.

g.  Tahap Menyusun Rencana Evaluasi dalam Promosi Kesehatan
Evaluasi bertujuan untuk mengukur keberhasilan dari apa yang telah dilaksanakan. Oleh sebab itu, pada waktu mengembangkan perencanaan program promosi kesehatan di masyarakat, rencana evaluasi juga harus dilaksanakan. Disini harus dijabarkan tentang kapan evaluasi akan dilaksanakan, dimana akan dilaksanakan, kelompok sasaran mana yang akan dievaluasi, dan siapa yang akan melaksanakan evaluasi.
1)  Prinsip evaluasi :
a)  Memperkuat program; tujuan kita adalah promosi kesehatan dan peningkatan kepercayaan diri masyarakat.
b)  Menggunakan pendekatan multiple; selain pendekatan multidisiplin, metode evaluasi mungkin banyak dan bermacam-macam yang sejalan dengan tujuan program.
c)  Merancang evaluasi untuk memenuhi isu nyata; program berbasis dan berfokus masyarakat, yang berakar pada komunitas “nyata” dan berdasarkan pengakajian, harus memiliki rancangan evaluasi untuk mengukur kriteria mengenai pentingnya program tersebut bagi masyarakat.
d)  Menciptakan proses partisipasi; apabila masyarakat merupakan bagian dari pengkajian, analisis, perencanaan, dan implementasi, merekapun harus menjadi mitra dalam evaluasi.
e)  Memungkinkan fleksibilitas; pendekatan evaluasi harus fleksibel dan bersifat perskriptif, jika tidak, akan sulit untuk mendokumentasikan munculnya perubahan yang sering kali meningkat secara tajam dan kompleks.
f)   Membangun kapasitas; selain mengukur hasil akhir, harus meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan perilaku indifidu yang terlibat didalamnya.
2)  Jenis evaluasi yang dilakukan :
a)  Evaluasi formatif
Maksud dari evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan di tengah-tengah atau pada saat berlangsungnya proses kegiatan promosi kesehatan, yaitu dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana proses promosi kesehatan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.
Adapun manfaat dari evaluasi formatif adalah :
Ø Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat atau tidak?
Ø Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan pra-syarat yang belum diperhitungkan?
Ø Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan dicapai atau tidak?
Ø Apakah metode, pendekatan dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat atau tidak?
b)  Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilaksanakan setelah sekumpulan program promosi kesehatan selesai diberikan. Dengan kata lain evaluasi yang dilaksanakan setelah seluruh rangkaian program promosi kesehatan diberikan. Adapun tujuan utama dari evaluasi sumatif ini adlah untuk menentukan keberhasilan masyarakat/audience setelah mereka mendapatkan promosi kesehatan dalam jangka waktu tertentu.
Berikut ini merupakan beberapa manfaat yang didapat dari evaluasi sumatif :
Ø Untuk menentukan nilai keberhasilan program promosi kesehatan
Ø Untuk menentukan masyarakat dapat atau tidak mengikuti/menerima dalam program berikutnya
Ø Untuk catatan kemampuan masyarakat dalam menerima rangkaian program promosi kesehatan.


h.  Tahap Menyusun Jadwal Pelaksanaan Kegiatan dan Tindak Lanjut
Untuk memudahkan pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan yang dilakukan perlu disusun jadwal pelaksanaan kegiatan, yang biasanya disajikan dalam bentuk gan chart, yang terdiri dari : waktu, tempat, dan pelaksanaan dari setiap kegiatan. Tindak lanjut program dalam hal ini adalah bentuk evaluasi dalam jangka panjang untuk menindaklanjuti kegiatan yang bersifat sistematis/berkesinambungan, akan tetapi dapat pula dilakukan reassessment apabila dikemudian hari didapatkan perkembangan/perubahan kebutuhan dari masyarakat dalam pengetahuan yang terkait dengan pelaksanaan promosi kesehatan agar selalu bermanfaat dan selalu fresh sesuai trend maupun isu perkembangan ilmu yang ada.

C. Pelaksanaan Promosi bidang Kesehatan Lingkungan:
1.  Persiapan kegiatan promosi bidang Kesehatan Lingkungan
a.  Pendekatan kepada masyarakat dan lingkungan
b.  Menentukan metode promosi kesehatan
1)  Jenis – jenismetode
Secara garis besar, metode dibagi menjadi dua, yaitu metode didaktif dan metode sokratik.
a)  MetodeDidaktif
Metode ini didasarkan atau dilakukan secara satu arah. Tingkat keberhasilan metode didaktif sulit dievaluasi karena peserta didik bersifat pasif dan hanya pendidik yang aktif. Misalnya: ceramah, film, leaflet, booklet, poster dan siaran radio.
b)  MetodeSokratif
Metode ini dilakukan secara dua arah. Dengan metode ini, kemungkinan antara pendidik dan peserta didik bersikap aktif dan kreatif. Misalnya: diskusi kelompok, debat, panel, forum, seminar, bermain peran, curah pendapat, demonstrasi, studi kasus, loka karya dan penugasan perorangan.


2)  Menentukan media promosi kesehatan
Media adalah alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran. Media promosi kesehatan adalah alat yang dipakai untuk mengirimkan pesan kesehatan. Media pendidikan kesehatan disebut juga alat peraga karena berfungsi membantu dan memeragakan sesuatu dalam proses pendidikan atau pengajaran. Pembuatan alat peraga atau media mempunyai prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang diterima dan ditangkap melalui panca indra.
Semakin banyak pancaindra yang digunakan maka semakin jelas juga pengetahuan yang didapatkan. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan alat peraga dapat melibatkan indra sebanyak mungkin pada suatu objek sehingga dapat memudahkan pemahaman bagi peserta didik. Alat peraga atau media mempunyai intensitas yang berbeda dalam membantu pemahaman seseorang. Elgar menggambarkan intensitas setiap alat peraga dalam suatu kerucut.
KERUCUT  ELGAR  DALE
KETERANGAN :
a)  Kata-kata
b)  Tulisan
c)  Rekaman, Radio
d)  Film
e)  Televisi
f)   Pameran
g)  Field Trip
h)  Demonstasi
i)    Sandiwara
j)    Benda Buatan
k)  Benda Asli
Berdasarkan gambar alat peraga yang memiliki intensitas paling tinggi adalah benda asli sedangkan yang memiliki intensitas paling rendah adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa penyampaian materi hanya menggunakan kata-kata saja kurang efektif jadi akan lebih efektif dan efisien jika menggunakan beberapa alat peraga atau gabungan beberapa media.
Pemilihan media promosi kesehatan ditentukan oleh banyaknya sasaran, keadaan geografis, karakteristik partisipan, dan sumber daya pendukung. Contohnya di daerah terpencil yang hanya dapat dicapai dengan peswat terbang khusus dan pendidikan kesehatan yang diinginkan adalah yang mencapai sebanyak mungkin sasaran, maka media yang dapat dipilih adalah flyer atau media elektronik jika sumber dayanya memungkinkan.
c.   Persiapan sarana.
d.  Penyiapan tenaga fasilitator.

2.  Penyusunan Rencana Promosi bidang Kesehatan Lingkungan
Tahap perencanaan penting untuk memastikan bahwa promosi kesehatan yang akan dilakukan terfokus pada prioritas kerja yang sesuai dengan tujuan/goal yaitu memberikan layanan keperawatan terbaik pada klien meliputi individu, kelompok maupun masyarakat. Model perencanaan diperlukan dalam promosi kesehatan karena perencanaan menyediakan cara untuk memandu pilihan sehingga keputusan yang dibuat mewakili cara terbaik untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pendekatan rasional menunjukkan bahwa seluruh jajaran atau option harus diidentifikasi dan dipertimbangkan sebelum program komprehensif disusun. Model perencanaan rasional (Rational planning model) memberikan pedoman pilihan dalam mengambil keputusan yang mewakili langkah terbaik untuk mencapai tujuan yang akan dicapai.
Perencanaan kegiatan promosi kesehatan dilaksanakan oleh masyarakat sendiri sesuai kebutuhan masyarakat di wilayah tersebut. Perencanaan dilakukan oleh masyarakat dan di fasilitasi oleh fasilitator, meliputi kegiatan promosi kesehatan di masyarakat atau instansi seperti di sekolah, menggunakan panduan perencanaan partisipatif masyarakat, sehingga dapat disusun rencana kerja masyarakat.
Beberapa batasan tentang perencanaan yang penting diketahui :
a.  Perencanaan adalah kemampuan untuk memilih suatu kemungkinan yang tersedia dan yang dipandang paling tepat untuk mencapai tujuan
b.  Perencanaan adalah pekerjaan yang menyangkut penyusunan konsep serta kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan demi mas depan yang lebih baik
c.   Perencanaan adalah upaya menyusun berbagai keputusan yang bersifat pokok yang dipandang paling penting dan yang akan dilaksakan menurut urutannya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan
d.  Perencanaan adalah proses menetapkan pengarahan yang resmi dan menetapkan berbagai hambatan yang dipikirkan dan dalam menjalankan suatu program guna dipakai sebagai pedoman dalam suatu organisasi.
e.  Perencanaan adalah proses kerja yang terus menerus yang meliputi pengambilan keputusan yang bersifat pokok dan penting dan yang akan dilaksakan secara sistematik, melakukan perkiraan-perkiraan dengan mempergunakan segala pengetahuan yang ada tentang masa depan, mengorganosir secara sistematik segala upaya yang dipandang perlu untuk melaksanakan segala keputusan yang telah ditetapkan, serta mengukur keberhasilan dalam pelaksanaan segala keputusan tersebut dengan membandingkan hasil yang dicapai terhadap target yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan umpan balik yang diterima dan yang telah disusun secara teratur dan baik.
Perencanaan memeiliki keuntungan supaya tujuan yang akan dicapai jelas oleh karena itu dalam tahap perencanaan memerlukan:
a.  Pengkajian kebutuhan promosi kesehatan
b.  Penentuan tujuan mengenai apa yang akan dicapai
c.   Penentuan target berhubungan dengan tepat hasil. Target harus SMART; Sesific, Measurable, Achieveable, Realistic, Time-limited
d.  Pemilihan metode atau strategi yang akan digunakan dalam pencapaian tujuan
e.  Evaluasi hasil
Beberapa perecanaan diperkenalkan dalam bentuk linier, namun ada juga model perencanaan yang ditampilkan dalam bentuk circular (melingkar), yang mengindikasi bahwa pada hasil evaluasi akan dijadikan feedback (umpan balik) pada tahap perencanaan berikutnya.
Langkah kegiatan perencanaan promosi kesehatan adalah seperti diuraikan di bawah ini :
a.  Identifikasi Masalah, Potensi dan Analisis Situasi
b.  Menentukan Tujuan Promosi Kesehatan
Pada dasarnya tujuan utama promosi kesehatan adalah untuk mencapai 3 hal, yaitu :
1)  Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat
2)  Peningkatan perilaku masyarakat
3)  Peningkatan status kesehatan masyarakat

c.   Menentukan Sasaran Promosi Kesehatan
Di dalam promosi kesehatan yang dimaksud dengan sasaran adalah kelompok sasaran, yaitu individu, kelompok maupun keduanya.

d.  Menentukan Isi/MateriPromosiKesehatan
            Isi  promosi kesehatan harus dibuat sesederhana mungkin sehingga mudah dipahami oleh sasaran. Bila perlu buat menggunakan gambar dan bahasa setempat sehingga sasaran mau melaksanakan isi pesan tersebut.

e.  MenentukanMetode
1)  Pengetahuan: penyuluhan langsung, pemasangan poster, spanduk, penyebaran leaflet, dll.
2)  Sikap: memberikan contoh konkrit yang dapat menggugah emosi, perasaan dan sikap sasaran, misalnya dengan memperlihatkan foto, slide atau melalui pemutaran film/video.
3)  Keterampilan:  sasaran harus diberi kesempatan untuk mencoba keterampilan tersebut.
4)  Pertimbangkan sumber dana & sumber daya.


f.    Menetapkan Media
1)  Teori pendidikan : belajar yang paling mudah adalah dengan menggunakan media.
2)  Media yang dipilih harus bergantung pada jenis sasaran, teknik pendidikan, aspek yang ingin dicapai, metode yang digunakan dan sumber daya yang ada.

g.  Menyusun Rencana Evaluasi
Rencana evaluasi harus dijabarkan yaitu mengenai kapan evaluasi akan dilaksanakan, di mana akan dilaksanakan, kelompok sasaran yang mana akan dievaluasi & siapa yang akan melaksanakan evaluasi tersebut.

h.  Menyusun Jadwal Pelaksanaan
Penjabaran dari waktu, tempat & pelaksanaan yang biasanya disajikan dalam bentuk gan chart.

3.  Melaksanakan Promosi bidang Kesehatan Lingkungan secara Individual dan kelompok
Pelaksanaan promosi Bidang Kesehatan Lingkungan secara Individual, yaitu:
Dengan diberikannya promosi kesehatan individu diharapkan memperoleh informasi baik secara langsung ataupun melalui berbagai media, mempunyai kemampun untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya, dapat melakukan tindakan hidup bersih dan lingkungan yang sehat, ikut berperan dalam kegiatan sosial yang berkaitan dengan kesehatan.
Pelaksanaan promosi Bidang Kesehatan Lingkungan secara Kelompok, terdiri dari:
a.  Masyarakat atau LSM
Diharapkan dapat mengembangkan upaya peningkatan kesehatan dan saling bekerjasama serta saling membantu untuk mewujudkan lingkungan sehat.
b.  Lembaga pemerintah 
Diharapkan dapat perduli dan mndukung upaya mengembangkan perilaku sehat dan lingkungan sehat, membuat kebijakan yang berhubungan dengan bidang kesehatan.
c.   Institusi 
Diharapkan dapat meningkatkan mutu kesehatan yang dapat memeberi kepuasan pada masyarakat.

4.  Evaluasi hasil kegiatan promosi bidang Kesehatan Lingkungan
a.  Pengertian Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses menentukan nilai atau besarnya sukses dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. (APHA)
Evaluasi adalah bagian integral (terpadu) dari proses manajemen, termasuk manajemen promosi kesehatan. Mengapa orang melakukan evaluasi, tidak lain karena orang ingin mengetahui apa yang telah dilakukan telah berjalan sesuai rencana, apakah semua masukan yang diperkirakan sesuai dengan kebutuhan dana apakah kegiatan yang dilakukan memberi hasil dan dampak yang seperti yang diharapkan.
Evaluasi sebagai suatu proses yang memungkinkan administrator mengetahui hasil programnya dan ber-dasarkan itu mengadakan penyesuaian-penyesuaian untuk mencapai tujuan secara efektif, (Klineberg).
Berdasarkan definisi di atas, proses ini mencakup langkah-langkah:
1)  Memformulasikan tujuan
2)  Mengidentifikasi kriteria untuk mengukur sukes
3)  Menentukan dan menjelaskan besarnya sukses
4)  Rekomendasi untuk kegiatan program selanjutnya

b.  Maksud (Tujuan) Penilaian
1)  Untuk membantu perencanaan dimasa datang
2)  Untuk mengetahui apakah sarana dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya
3)  Untuk menemukan kelemahan dan kekuatan dalam pelaksanaan program
4)  Untuk membantu menentukan strategi program
5)  Untuk motivasi
6)  Untuk mendapatkan dukungan sponsor

c.   Siapa dan Bagaimana Penilaian
1)  Pihak dalam (pelaksana program), melalui:
a)  Pencatatan dan pelaporan
b)  Supervisi
c)  Wawancara
d)  Observasi
2)  Pihak luar program
a)  Laporan pihak lain
b)  Angket

d.  Kapan dilakukan Penilaian
1)  Penilaian rutin
Penilaian yang berkesinambungan, teratur dan bersamaan dengan pelaksanaan program.
2)  Penilaian berkala
Penilaian yang periodik pada setiap akhir suatu bagian program misalnya pada setiap 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun, dst.
3)  Penilaian akhir
Penilaian yang dilakukan pada akhir program atau beberapa waktu setelah akhir program selesai.

e.  Apa yang dinilai(dimensi Evaluasi)
1)  Input
Masukan, bahan, teknologi, sarana, manajemen.
2)  Proses
Pelaksanaan program promkes dibidang Kesehatan Lingkungan

3)  Output
Hasil dari program pemahaman/pengetahuan, peningkatan sikap dan keterampilan
4)  Outcome = dampak
Dampak dari program seperti peningkatan PHBS, kepemilikan JAGA, SPAL dan lain-lain.
5)  Impact
Peningkatan status kesehatan.

f.    Evaluasi Pendidikan Kesehatan
1)  Tujuan evaluasi
Untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan kesehatan tercapai atau tidak. Tujuan pendidikan kesehatan meliputi :
a)  Aspek knowledge = pengetahuan
b)  Aspek attitude = sikap
c)  Aspek psikomotorik = ketrampilan/praktik
2)  Waktu evaluasi
a)  Selama pendidikan kesehatan berlangsung
b)  Setelah pendidikan kesehatan selesai
3)  Metode evaluasi
Tergantung kepada tujuan pendidikan kesehatan
a)  Pengetahuan : tes tulis atau lisan
b)  Sikap : skala sikap
c)  Psikomotor : praktik
4)  Indikator
Sesuai tujuan pendidikan kesehatan, meliputi :
a)  Aspek pengetahuan
b)  Aspek sikap
c)  Aspek ketrampilan/tindakan
5)  Hasil = Kesimpulan
Bergantung pada tujuan pendidikan kesehatan, dikategorikan berhasil apabila peserta pendidikan kesehatan dapat:
a)  Memahami pesan pendidikan kesehatan
b)  Sikapnya baik (menerima/setuju)
c)  Melaksanakan kegiatan sesuai pesan pendidikan kesehatan

5.  Menyusun laporan hasil kegiatan.
Di akhir program tentunya akan menghasilkan sesuatu yang dapat dilihat dalam bentuk laporan akhir yang terdiri dari :
a.  Latar Belakang Masalah
b.  Rumusan Masalah
c.   Tujuan
d.  Manfaat
e.  Landasan Teori
f.    Kerangka Konsep
g.  Hipotesis
h.  Rancangan Penelitian
i.    Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
j.    Analisis Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
k.   Proses Pelaksanaan Kegiatan
l.    Evaluasi Kegiatan
m. Hasil dan Pembahasan
n.  Kesimpulan
o.  Rekomendasi
p.  Referensi
q.  Lampiran (instrumen evaluasi dan instrumen intervensi, data (transkrip, output statistik), dan dokumentasi)








Daftar Pustaka
Sumber Referensi Buku:
1.  Kholid, Ahmad. 2012. Promosi Kesehatan Dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media dan Aplikasinya. Semarang: Rajawali Pers.
2.  Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
3.  Maulana, Heri D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran.
4.  Fitriani, Sinta. 2010. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.  

Sumber Referensi Internet:
1.  http://id.wikipedia.org/wiki/Promosi_kesehatan (diakses pada tggl 22 okt 2014)

Pembahasan Materi Promkes

Written on 08.51.00 by Unknown

      DOSEN                     : Syamsuddin S, SKM.,M.Kes
      MATA KULIAH         : Pemberdayaan Masyarakat
 


Pembahasan Materi Promkes






Oleh Kelompok 1:
Ø  ADI HERMANTO                                            PO.71.4.221.13.2.001
Ø  ASMILA WARNI                                             PO.71.4.221.13.2.008
Ø  DESI                                                              PO.71.4.221.13.2.009
Ø  EVI NURSYAFITRI                                         PO.71.4.221.13.2.012
Ø  FATKUR RAHIM                                            PO.71.4.221.13.2.015
Ø  FELISIA NOVIANTI SANAPANG                  PO.71.4.221.13.2.016
Ø  GHITA DWI LESTARI                                    PO.71.4.221.13.2.017
Ø  MUHAMMAD ASHAR                                    PO.71.4.221.13.2.028
Ø  NASRIAH                                                        PO.71.4.221.13.2.034
Ø  NUR PADILA                                                  PO.71.4.221.13.2.036
Ø  SUARNI S                                                       PO.71.4.221.13.2.045
Ø  SUCI SYAHRANI                                            PO.71.4.221.13.2.046

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D IV
2014




A.  Promosi Kesehatan
1.  Pengertian
Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Ini bukan sekedar pengubahan gaya hidup saja, namun berkaitan dengan pengubahan lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat keputusan yang sehat.Pengubahan gaya hidup dapat difasilitasi melalui penggabunngan:
a.  menciptakan lingkungan yang mendukung,
b.  mengubah perilaku, dan
c.   meningkatkan kesadaran.
Promosi Kesehatan yang memiliki dua sisi, yakni sisi ilmu dan seni. Maksudnya adalah dari sisi Seni, yakni praktisi atau aplikasi promosi kesehatan, merupakan penunjang bagi program-program kesehatan lain. Artinya setiap program kesehatan, misalnya pemberantasan penyakit, perbaikan gizi masyarakat, sanitasi lingkungan, kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan, dan sebagainya, perlu ditunjang atau dibantu oleh promosi kesehatan (di Indonesia sering disebut Penyuluhan Kesehatan). Hal ini esensial, karena masing-masing program tersebut mempunyai aspek perilaku masyarakat yang perlu dikondisikan dengan promosi kesehatan.
Dari penelitian-penelitian yang ada terungkap, meskipun kesadaran dan pengetahuan masyarakat sudah tinggi tentang kesehatan, namun praktik(practice) tentang kesehatan atau perilaku hidup sehat masyarakat masih rendah. Setelah dilakukan pengkajian oleh Organisasi Kesehatan Dunia(WHO), terutama di negara-negara berkembang, ternyata faktor pendukung atau sarana dan prasarana tidak mendukung masyarakat untuk berperilaku hidup sehat.  Misalnya meskipun kesadaran dan pengetahuan orang atau masyarakat tentang kesehatan (misalnya: sanitasi lingkungan, gizi, imunisasi, pelayanan kesehatan, dan sebagainya) sudah tinggi, tetapi apabila tidak didukung oleh fasilitas, yaitu tersedianya jamban sehat, air bersih, makanan yang bergizi, fasilitas imunisasi, yankes, dan sebagainya maka mereka sulit untuk mewujudkan perilaku tersebut.
Oleh sebab itu WHO pada awal tahun 1980 menyimpulkan bahwa pendidikan kesehatan tidak mampu mencapi tujuannya apabila hanya memfokuskan pada upaya-upaya perubahan perilaku saja. Promosi Kesehatan harus mencakup pula upaya perubahan lingkungan (fisik, sosial budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya) sebagai penunjang atau pendukung perubahan perilaku tersebut. Sebagai perwujudan dari perubahan konsep promosi kesehatan ini secara organisasi struktural, maka pada tahun 1984, Divisi Pendidikan Kesehatan (Health Education) dalam WHO diubah menjadi Divisi Promosi dan Pendidikan Kesehatan (Division on Health Promotion and Education).
Jadi dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan merupakan revitalisasi pendidikan kesehatan pada masa lalu, Promosi Kesehatan bukan hanya proses Penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja tetapi juga disertai upaya-upaya memfasilitasi perubahan perilaku. WHO telah merumuskan :
Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and improve, their health. To reach a state of complete physical, mental, and social, well-being, an individual or group must be able to identify and realize aspirations, to satisfy needs, and to change or cope with the environment”. (Ottawa Charter, 1986).
Dari kutipan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa promosi kesehatan adalh proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Bertolak dari pengertian yang dirumuskan WHO tersebut, di Indonesia pengertian Promosi Kesehatan dirumuskan sebagai berikut: “Upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan”. 
Batasan lain, promosi kesehatan adalah yang dirumuskan oleh Australian Health Foundation sebagai berikut:
“Health Promotion is Programs are designed to bring about “change” within people, organization, communities, and their environment”.
Hal ini berarti bahwa promosi kesehatan adalah program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, politik, dan sebagainya). Dari dua kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan, sikap, dan praktik kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (baik fisik maupun nonfisik) dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka.

2.  Tujuan
Sesuai dengan visi dan misinya, tujuan dari Promosi Kesehatan adalah meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan yang bersumber masyarakat serta terciptanya lingkungan yang kondusif untuk mendorong terbentuknya kemampuan tersebut.
Menurut Green,1991 dalam Maulana(2009) tujuan promosi kesehatan terdiri dari tiga tingkatan yaitu:
a.  Tujuan Program
Refleksi dari fase social dan epidemiologi berupa pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan. Tujuan program ini juga disebut tujuan jangka panjang, contohnya mortalitas akibat kecelakaan kerja pada pekerja menurun 50 % setelah promosi kesehatan berjalan lima tahun.
b.  Tujuan Pendidikan
Pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai perilaku yang diinginkan. Tujuan ini merupakan tujuan jangka menengah, contohnya : cakupan angka kunjungan ke klinik perusahaan meningkat 75% setelah promosi kesehatan berjalan tiga tahun.

c.   Tujuan Perilaku
Gambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan. Tujuan ini bersifat jangka pendek, berhubungan dengan pengetahuan, sikap, tindakan, contohnya: pengetahuan pekerja tentang tanda-tanda bahaya di tempat kerja meningkat 60% setelah promosi kesehatan berjalan 6 bulan.

3.  Ruang Lingkup
Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai berikut :
a.  Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education) yang penekanannya pada perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan.
b.  Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing), yang penekanannya pada pengenalan produk/jasa melalui kampanye.
c.   Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang tekanannya pada penyebaran informasi.
d.  Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang penekanannya pada upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
e.  Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan.

Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof.Dr.Soekidjo Notoadmodjo, ruang lingkup promosi kesehatan dapat dilihat dari beberapa dimensi yaitu:
a.  Ruang Lingkup berdasarkan Dimensi aspek pelayanan kesehatan
Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok, yakni: promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Ahli lain hanya membaginya menjadi 2 aspek, yakni: a) aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat, dan b) aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan sasaran kelompok orang yang beresiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok yang sakit. Sejalan dengan uraian ini, maka ruang llingkup pendidikan/promosi kesehatan juga dikelompokkan menjadi dua.

1)  Promosi Kesehatan pada aspek promotif
Sasaran promosi kesehatan pada aspek promotif adalah kelompok orang sehat. Selama ini kelompok orang sehat kurang memperoleh perhatian dalam upaya kesehatan masyarakat. Padahal kelompok orang sehat di suatu komunitas sekitar 80-85% dari populasi. Apabila jumlah ini tidak dibina kesehatannya, maka jumlah ini akan meningkat. Oleh sebab itu pendidikan kesehatan pada kelompok ini perlu ditingkatkan atau dibina agar tetap sehat, atau lebih meningkat lagi. Derajat kesehatan adalah dinamis, oleh sebab itu meskipun seseorang sudah dalam kondisi sehat, tetap perlu ditingkatkan dan dibina kesehatannya.  
2)  Promosi Kesehatan pada aspek Pencegahan dan Penyembuhan
Pada aspek ini upaya promosi kesehatan mencakup 3 (tiga) upaya atau kegiatan, yakni:
a)  Pencegahan tingkat pertama (Primary prevention)
Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah kelompok masyarakat yang berisiko tinggi (high risk), misanya kelompok ibu hamil dan menyusui, para perokok, obesitas (orang-orang yang kegemukan), para pekerja seks (wanita atau pria), dan sebagainya. Tujuan upaya promosi kesehatan pada kelompok ini adalah agar mereka tidak jatuh sakit atau terkena penyakit.
b)  Pencegahan tingkat kedua (Secondary prevention)
Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah para penderita penyakit kronis, misalnya asma, diabetes melitus, tuberkulosis, rematik, tekanan darah tinggi, dan sebagainya. Tujuan upaya promosi kesehatan pada kelompok ini adalah agar penderita mampu mencegah penyakitnya menjadi lebih parah.   
c)  Pencegahan tingkat tiga (Tertiary prevention) 
Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah kelompok pasien yang baru sembuh (recovery) dari suatu penyakit. Tujuannya adalah agar mereka segera pulih kembali kesehatannya. Dengan kata lain menolong para penderita yang baru sembuh dari penyakitnya ini agar tidak menjadi cacat atau mengurangi kecacatan seminimal mungkin (rehabilitasi).

b.  Ruang Lingkup berdasarkan Dimensi tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi kesehatan.
Berdasarkan tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi atau pendidikan kesehatan, maka ruang lingkup promosi kesehatan ini dapat dikelompokkan menjadi:          
1)  Promosi Kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)
Keluarga atau rumah tangga adalah unit masyarakat terkecil. Oleh sebab itu untuk mencapai perilaku masyarakat yang sehat harus dimulai di masing-masing keluarga. Di dalam keluargalah mulai terbentuk perilaku-perilaku masyarakat. Orang tua (ayah dan ibu) merupakan sasaran utama dalam promosi kesehatan pada tatanan ini. Karena orang tua, terutama ibu, merupakan peletak dasar perilaku dan terutama perilaku kesehatan bagi anak-anak mereka.
2)  Promosi Kesehatan pada tatanan sekolah
Sekolah merupakan perpanjangan tangan pendidikan kesehatan bagi keluarga. Sekolah, terutama guru pada umumnya lebih dipatuhi oleh murid-muridnya. Oleh sebab itu lingkungan sekolah, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial yang sehat, akan sangat berpengaruh terhadap perilaku sehat anak-anak (murid). Kunci pendidikan kesehatan di sekolah adalah guru, oleh sebab itu perilaku guru harus dikondisikan, melalui pelatihan-pelatihan, seminar, lokakarya, dan sebagainya. 
3)  Promosi Kesehatan di tempat kerja
Tempat kerja merupakan tempat orang dewasa memperoleh nafkah untuk keluarga. Lingkungan kerja yang sehat (fisik dan nonfisik) akan mendukung kesehatan pekerja atau karyawannya dan akhirnya akan menghasilkan produktifitas yang optimal. Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak sehat serta rawan kecelakaan kerja akan menurunkan derajat kesehatan pekerjanya, dan akhirnya kurang produktif. Oleh sebab itu pemilik, pemimpin, atau menajer dari institusi tempat kerja termasuk perkantoran merupakan sasaran promosi kesehatan sehingga mereka peduli terhadap kesehatan para pekerjanya dan mengembangkan unit pendidikan kesehatan di tempat kerja. 
4)  Promosi Kesehatan di tempat-tempat umum
Tempat-tempat umum di sini mencakup pasar, terminal bus, bandar udara, tempat-tempat perbelanjaan, tempat-tempat olahraga, taman-taman kota, dan sebagainya. Tempat-tempat umum yang sehat, bukan saja terjaga kebersihannya, tetapi juga harus dilengkapi dengan fasilitas kebersihan dan sanitasi, terutama WC umum dan sarana air bersih, serta tempat sampah. Para pengelola tempat-tempat umum merupakan sasaran promosi kesehatan agar mereka melengkapi tempat-tempat umum dengan fasilitas yang dimaksud, disamping melakukan imbauan-imbauan kebersihan dan kesehatan bagi pemakai tempat umum atau masyarakat melalui pengeras suara, poster, leaflet, dan sebagainya.
5)  Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan ini mencakup rumah sakit (RS), puskesmas, poliklinik, rumah bersalin, dan sebagainya. Kadang-kadang sangat ironis, di mana rumah sakit atau puskesmas tidak menjaga kebersihan fasilitas pelayanan kesehatan. Keadaan fasilitas tersebut kotor, bau, tidak ada air, tidak ada tempat sampah dan sebaginya. Oleh sebab itu pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan merupakan sasaran utama promosi kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan ini. Mereka inilah yng bertanggung jawab atas terlaksananya pendidikan atau promosi kesehatan di institusinya. Kepada para pemimpin atau manajer institusi pelayanan kesehatan ini diperlukan kegiatan advokasi. Sedangkan bagi para karyawannya diperlukan pelatihan tentang promosi kesehatan. Beberapa rumah sakit memang telah mengembangkan unit pendidikan (penyuluhan) tersendiri yang disebut PKMRS (Penyuluhan/Promosi Kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit).   
                                      


c.   Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan
Berdasarkan dimensi tingkat pelayanan kesehatan, promosi kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of prevention) dari Leavel and Clark.
1)  Promosi kesehatan (Health Promotion)
Dalam tingkat ini promosi kesehatan diperlukan misalnya dalam peningkatan gizi, kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan, kesehatan perorangan, dan sebagainya.
2)  Perlindungan Khusus (Spesific Protection)
Dalam program Imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus ini, promosi kesehatan sangat diperlukan terutama di negara-negara berkembang. Hal ini karena kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai cara perlindungan terhadap penyakit pada orang dewasa maupun pada anak-anaknya, masih rendah. 
3)  Diagnosis dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment)
Dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, maka penyakit-penyakit yang terjadi di dalam masyarakat sering sulit terdeteksi. Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya. Hal ini akan menyebabkan masyarakat tidak memperoleh layanan kesehatan yang layak. Oleh sebab itu, promosi kesehatan sangat diperlukan pada tahap ini. 
4)  Pembatasan Cacat (Disability Limitation)
Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit, sering mengakibatkan masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas. Mereka tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya. Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan yang bersangkutan menjadi cacat atau memiliki ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu promosi kesehatan juga diperlukan pada tahap ini.   

5)  Rehabilitasi (Rehabilitation)
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat. Untuk memulihkan cacatnya tersebut diperlukan latihan-latihan tertentu. Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran orang tersebut, maka ia tidak atau segan melakukan latihan-latihan yang dianjurkan. Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh dari penyakit, kadang merasa malu untuk kembali ke masyarakat. Sering terjadi pula masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai anggota masyarakat yang normal. Oleh sebab itu jelas promosi kesehatan diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi juga untuk masyarakat. 

4.  Metode Penilaian kebutuhan masyarakat baik individu maupun kelompok
a.  Health belief model (model kepercayaan kesehatan)
Model kepercayaan kesehatan (Rosenstock, 1974, 1977) sangat dekat dengan bidang pendidikan kesehatan. Model ini menganggap bahwa perilaku kesehatan merupakan fungsi dari pengetahuan maupun sikap. Secara khusus model ini menegaskan bahwa persepsi seseorang tentang kerentanan dan kemujaraban pengobatan dapat mengetahui keputusan seseorang dalam perilaku-perilaku kesehatannya.
Menurut model kepercayaan kesehatan (Becker, 1974,1979) perilaku ditentukan oleh apakah seseorang :
1)  Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan tertentu
2)  Menganggap bahwa masalah ini serius
3)  Meyakini efektivitas tujuan  pengobatan dan pencegahan
4)  Tidak mahal
5)  Menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan
Health belief model dapat digunakan untuk meramalkan perilaku peningkatan kesehatan (Smet, 1994).
Teori ini menganggap bahwa perilaku esehatan merupakan fungsi dari pengetahuan dan sikap. Health belief model merupakan model kognitif yang mempunyai arti proses kognitif dapat dipengaruhi oleh informasi dari lingkungan termasuk hitungan.
Menurut HealthBelief Model, perilaku dapat ditentukan oleh :
1)  Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan tertentu
2)  Tingkat keseriusan masalah
3)  Meyakini keefektifitas tujuan pengobatan dan pencegahan
4)  Tidak mahal
5)  Menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan.
Dalam melakukan tindakan upaya pencegahan tergantung pada hasil dari dua keyakinan atau penilaian kesehatan yaitu:
1)  Ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka
Hal ini didasarkan pada sejauh mana orang berfikir tentang penyakit atau kesakitan betul-betul ancaman pada dirinya. Bila ancaman dirasakan semakin meningkat maka perilaku pencegahan pun akan meningkat.
2)  Pertimbangan untung dan rugi

b.  Model Transteoritik
Model transteoritik (atau “Model bertahap”, “stages of change “), sesuai namanya, mencoba menerangkan serta mengukur perilaku kesehatan dengan tidak bergantung pada perangkap teoritik tertentu. Proschaska dan kawan-kawan (1979) mula-mula bermaksud menjelaskan proses apa yang terjadi bila peminum alkohol berhenti minum alkohol, dan juga terhadap proses dalam berhenti merokok. Penelitian ini mengidentifikasikan empat tahap independen : prekontemplasi, kontemplasi, aksi, dan pemeliharaan. Prekontemplasi mengacu pada tahap bila seseorang belum memikirkan sebuah perilaku sama sekali, orang itu belum bermaksud mengubah suatu perilaku. Dalam tahap kontemplasi, seseorang benar-benar memikirkan suatu perilaku, namun masih belum siap untuk melakukannya. Tahap aksi mengacu kepada keadaan bila orang telah melakukan perubahan perilaku, sedangkan pemeliharaan merupakan  pengentalan jangka panjang dari perubahan yang telah terjadi. Dalam tahap aksi maupun pemeliharaan, kekambuhan, dapat terjadi, yaitu individu kembali pada pola perilaku sebelum aksi.
Model transteorik sejalan dengan teori-teori rasional atau teori-teori pembuatan keputusan dan teori ekonomi yang lain, terutama dalam mendasarkan diri pada proses-proses kognitif untuk menjelaskan perubahan perilaku.

c.   Model Komunikasi Persuasi
Model komunikasi atau persuasi (Mc guire, 1964) menegaskan bahwa komunikasi dapat dipergunakan untuk mengubah sikap dan perilaku kesehatan yang secara langsung terkait dalam merantai kausal yang sama. Efektifitas upaya komunikasi yang diberikan bergantung pada berbagai input (atau stimulus) serta output (atau tanggapan terhadap stimulus). Menurut model komunikasi atau persuasi, perubahan pengetahuan dan sikap merupakan prekondisi bagi perubahan perilaku kesehatan atau perilaku-perilaku yang lain. Variabel-variabel input meliputi : sumbe pesan, pesan itu sendiri, saluran penyampai, dan karakteristik penerima, serta tujuan pesan-pesan tersebut. Variabel-variabel output merujuk pada perubahan dalam factor-faktor kognitif tertentu,seperti pengetahuan, sikap, pembuatan keputusan,dan juga perilaku-perilaku yang dapat diobservasi.

d.  Teori Pemahaman Sosial (Social Learning Theory)
Teori pemahaman sosial menekankan pada hubungan segitiga antara orang (menyangkut proses-proses kognitif), perilaku dan lingkungan dalam suatu proses deterministic resiprokal ( atau kausalitas resiprokal) (bandura, 1977 : Rotte, 1954) kalau lingkungan menentukan atau menyebabkan terjadi perilaku kebanyakan, maka seorang individu menggunakan proses kognitifnya untuk menginterprestasikan lingkungannya maupun perilaku yang dijalankannya, serta memberikan reaksi dengan cara mengubah lingkungan dan menerima hasil perilaku yang lebih baik. Oleh karena itu, teori pemahaman sosial menjembatani jurang pemisah antara model-model kognitif, atau model-model yang berorientasi pada pembuatan keputusan rasional, dengan teori-teori lain diatas.

e.  Model Theori Of Reasoned Action (Teori Kehendak Perilaku)
Teori aksi beralasan (Fishbein dan Ajzen, 1975,1980) menegaskan peran dari niat seseorang dalam menentukan apakah sebuah perilaku akan terjadi. Teori ini secara tidak langsung menyatakan bahwa perilaku pada umumnya mengikuti niat dan tidak akan pernah terjadi tanpa niat. Niat-niat seseorang juga dipengaruhu oleh sikap-sikap terhadap suatu perilaku, seperti apakah iya merasa perilaku itu penting. Teori ini juga menegaskan sikap “normatife” yang mungkin dimiliki orang-orang: mereka berfikir tentang apa yang akan dilakukan orang lain (terutama, orang-orang yang berpengaruh dalam kelompok) pada suatu situasi yang sama.

f.    Model Consequences (Konsekunsi)
Adalah model peristiwa yang terjadi dilingkungan yang mengikuti perilaku baik itu memperkuat, memperlemah, bahkan menghentikan perilaku tersebut.
1)  Positif reinforcement (pengaruh yang positif)
Peristiwa yang menyenangkan mengikuti suatu peristiwa.
Contoh:
Penghargaan bagi ibu yang memberikan ASI ekslusif, peristiwa ini akan meningkatkan kemungkinan bahwa perilaku tersebut akan terjadi lagi.
2)  Negative reinforcement (penguat yang negative)
Peristiwa yang secara terus menerus tidak menyenangkan yang juga menguatkan perilaku.
Contoh:
Ketidak nyamanan orang dalam menggunakan kondom padahal dapat membantu mencegah penularan penyakit kelamin
3)  Punishment (hukuman)
Konsekuensi negative yang menekankan atau memperlemah perilaku.
Contoh:
Hukuman yang diberiak oleh orangtua pada anaknya dalam rangka memberikan pendidikan disiplin akan membuat peristiwa tersebut tidak akan terulang kembali

g.  Teori Atribusi
Teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan tentang perilaku seseorang. Apakah perilaku itu disebabkan oleh factor disposisional (factor dalam/internal), misalnya sifat, karakter, sikap, dsb, ataukah disebabkan oleh keadaan eksternal, misalnya tekanan situasi atau keadaan tertentu yang memaksa seseorang melakukan perbuatan tertentu.
Setiap individu pada dasarnya adalah seorang ilmuwan semu (pseudo scientist) yang berusaha untuk mencari sebab kenapa seseorang berbuat dengan cara tertentu. Misalkan kita melihat seseorang bapak paroh baya melakukan pencurian. Sebagai manusia kita ingin mengetahui penyebab kenapa dia sampai mencuri ?
Apakah orang tersebut mencuri karena sifat dirinya yang memang suka mencuri ? ataukah karena iya dipaksa oleh situasi, karena dia harus punya uang untuk membeli obat untuk anaknya yang sakit keras. Ada tiga teori atribusi yaitu :
1)  Thery of Correspondent Inference (Edward Jones dan Keith Davis)
Apabila perilaku berhubungan dengan sikap atau karakteristik personal, berarti dengan melihat perilakunya dapat diketahui dengan pasti sikap atau karakteristik orang tersebut. Hubungan yang demikian adalah hubungan yang dapat disimpulkan (correspondent inference).
Bagaimana mengetahui bahwa perilaku berhubungan dengan karakteristiknya?
a)  Dengan melihat kewajaran perilaku. Orang bertindak wajar sesuai dengan keinginan masyarakat, sulit untuk dikatakan bahwa tindakannya itu cerminan dari karakternya.
b)  Pengamatan terhadap perilaku yang terjadi pada situasi yang memunculkan beberapa pilihan.
c)  Memberikan peran berbeda dengan peran yang sudah biasa dilakukan. Misalnya seorang juru tulis diminta menjadi juru bayar. Dengan peran yang baru akan tampak keaslian perilaku yang merupakan gambaran dari karakternya.

2)  Model of Scientific Reasoner (Harold Kelley, 1967,1971)
Harrold Kelley mengajukan konsep untuk memahami penyebab perilaku sesorang dengan memandang pengamat seperti ilmuwan, disebut ilmuwan naïf. Untuk sampai pada suatu kesimpulan atribusi seseorang, diperlukan tiga informasi penting. Masing-masing informasi juga harus menggambarkan tinggi rendahnya. Tiga informasi itu adalah:
a)  Distinctiveness
Konsep ini merujuk pada bagaimana seseorang berperilaku dalam kondisi berbeda-beda. Distinctiveness yang tinggi terjadi apabila orang yang bersangkutan mereaksi secara khusus pada suatu peristiwa. Sedangkan Distinctiveness rendah apabila seseorang merespon sama terhadap stimulus yang berbeda.
b)  Konsistensi
Hal ini menunjuk pada pentingnya waktu sehubungan dengan suatu peristiwa. Konsistensi dikatakan tinggi apabila seseorang merespon sama untuk stimulus yang sama pada waktu yang berbeda. Apabila responnya tidak menentu maka seseorang dikatakan konsistensinya rendah.
c)  Konsensus
Apabila orang lain tidak bereaksi sama dengan seseorang, berarti konsensusnya rendah, dan sebaliknya. Selain itu konsep tentang consensus selalu melibatkan orang lain sehubungan dengan stimulus yang sama.
Dari ketiga informasi diatas dapat ditentukan atribusi pada seseorang. Menurut Kelley ada tiga atribusi yaitu :
Ø Atribusi internal, dikatakan perilaku seseorang merupakan gambaran dari karakternya bila distinctivenessnya rendah, konsensusnya rendah, dan konsistensinya tinggi.
Ø Atribusi eksternal, dikatakan demikian apabila ditandai dengan  distinctiveness yang tinggi, consensus yang tinggi, dan konsistensinya juga tinggi.
Ø Atribusi internal-eksternal, hal ini ditandai dengan distinctiveness yang tinggi, consensus rendah, dan konsistensi tinggi.

3)  Consensus ( weiner )
a)  Keberhasilan dan kegagalan memiliki penyebab internal atau eksternal.
b)  Stabilitas penyebab, stabil atau tidak stabil.

5.  Langkah-langkah Promosi bidang Kesehatan Lingkungan.
Dalam melakukan promosi dapat dilakukan dengan mengadakan penyuluhan. Langkah dalam Perencanaan Penyuluhan Promosi Kesehatan:
a.  Mengenal Masalah, Masyarakat, dan Wilayah
Tindakan yang dilakukan pertama kali oleh penyuluh adalah melakukan pengumpulan data tentang berbagai hal yang diperlukan, baik untuk kepentingan perencanaan maupun data awal sebagai pembanding penilaian.
1)  Mengenal Masalah
Untuk dapat mengenal masalah, kegiatan yang dilakukan di antaranya :
a)  Mengenal program yang akan ditunjang dengan penyuluhan
b)  Mengenal masalah yang akan ditanggulangi oleh program tersebut.
Misalnya program mengenal gejala dini penyakit DHF seperti demam, kepala pusing, sendi terasa ngilu dan lemas, masalah yang akan ditanggulangi adalah risiko syok yang berakibat pada ancaman kematian pada pasien. Masalah gizi (program penanggulangan kekurangan vitamin A), maka masalah yang akan ditanggulangi adalah xeroftalmia yang bisa mengakibatkan kebutaan.
c)  Dasar pertimbangan apa yang dipergunakan untuk menentukan masalah yang akan dipecahkan
Bagaimana pandangan para pimpinan dan ahli kesehatan terhadap masalah tersebut, apakah masalah tersebut merupakan prioritas masalah sehingga perlu untuk segera ditanggulangi, bagaimana pandangan masyarakat terhadap masalah, apakah mereka menganggap masalah tersebut sebagai masalah utama, apakah masalah tersebut bisa dipecahkan, serta apakah dengan penyuluhan masalah sudah bisa diatasi.
d)  Pelajari masalah tersebut serta kenali dari segi perilakunya.
Pelajari pengertian, sikap, dan tindakan apa dari individu, kelompok atau masyarakat yang menyebabkan masalah tersebut.

2)  Mengenal Masyarakat
Program penyuluhan ini adalah untuk masyarakat, maka pada tahap perencanaan penyuluhan yang harus sudah terkaji pada masyarakat adalah sebagai berikut :
a)  Jumlah penduduk, berapa jumlah penduduknya, bagaimana dengan kelompok-kelompok khusus yang beresiko seperti ibu hamil, ibu menyusui, lansia, dan lainnya.
b)  Keadaan sosial budaya dan ekonomi masyarakat, bagaimana dengan tingkat pendidikan masyarakat (apakah masih ada yang tak bias baca tulis), norma masyarakat setempat, adakah tantangan sehubungan dengan prilaku yang diharapakan, pola kepemimpinan yang terapkan adakah kelompok-kelompok yang berpengaruh, hubungan yang satu dengan yang lainnya (siapa yang berpengaruh dalam mengambil keputusan di masyarakat termasuk keluarga). pola partisipasi masyarakat setempat dan organisasi sosial yang ada, serta tingkat ekonomi masyarakat setempat (mata pencaharian).
c)  Pola komunikasi di masyarakat, bagaimana informasi disebarluaskan di masyarakat, siapa sebagai sumber informasi, pusat-pusat penyebaran informasi (warung, arisan, jamaah-jamah yasinan, tahlil, atau lainnya), serta saluran komunikasi yang ada di masyarakat (radio, surat kabar, pengeras suara, dan lain-lainnya).
d)  Pelajari masalah tersebut serta kenali dari segi perilakunya. Pelajari pengertian, sikap, dan tindakan apa dari individu, kelompok atau masyarakat yang menyebabkan masalah tersebut.
3)  Mengenal Masayarakat
Program penyuluhan ini adalah untuk masyarakat, maka pada tahap perencanaan penyuluhan yang harus sudah terkaji pada masyarakat adalah sebagai berikut :
a)  Jumlah penduduk, berapa jumlah penduduknya, bagaimana dengan kelompok-kelompok khusus yang beresiko seperti ibu hamil, ibu menyusui, lansia, dan lainnya.
b)  Keadaan sosial budaya dan ekonomi masyarakat, bagaimana dengan tingkat pendidikan masyarakat (apakah masih ada yang tak bias baca tulis), norma masyarakat setempat, adakah tantangan sehubungan dengan prilaku yang diharapakan, pola kepemimpinan yang terapkan adakah kelompok-kelompok yang berpengaruh, hubungan yang satu dengan yang lainnya (siapa yang berpengaruh dalam mengambil keputusan di masyarakat termasuk keluarga). pola partisipasi masyarakat setempat dan organisasi sosial yang ada, serta tingkat ekonomi masyarakat setempat (mata pencaharian).
c)  Pola komunikasi di masyarakat, bagaimana informasi disebarluaskan di masyarakat, siapa sebagai sumber informasi, pusat-pusat penyebaran informasi (warung, arisan, jamaah-jamah yasinan, tahlil, atau lainnya), serta saluran komunikasi yang ada di masyarakat (radio, surat kabar, pengeras suara, dan lain-lainnya).
d)  Sumber daya yang ada (resources)
Ø Sarana apa saja yang dimiliki masyarakat, baik sebagai individu maupun masyarakat secara keseluruhan yang bisa dipergunakan oleh mereka untuk perubahan prilaku yang diharapkan.
Ø Sarana apa saja yang ada, baik pada istitusi pemerintah maupun non pemerintah yang bisa dipergunakan oleh masyarakat untuk mengubah prilaku. Informasi tentang penyakit DHF bisa ke unit P2M di puskesmas dan informasi tentang adanya klinik gizi.
Ø Sarana apa saja yang ada, baik pada institusi pemerintah maupun swasta, juga masyarakat yang bisa dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan, seperti pengeras suara, ruang pertemuan balai Rw, kelurahan, sekolah, masjid, dan tempat lainnya.
Ø Sumber daya tenaga yang ada, petugas kesehatan yang bisa dilibatkan dalam penyuluhan, tugas pokok masing-masing tenaga, latihan yang pernah diperoleh di bidang penyuluhan kesehatan, bimbingan yang diterima dalam penyuluhan kesehatan pada masing-masing petugas kesehatan, hambatan dalam melibatkan petugas kesehatan dalam melakukan program penyuluhan, apakah ada petugas lain yang dapat membantu, serta apakah tenaga yang ada di masyarakat yang bisa membantu
e)  Pengalaman masyarakat program sebelumnya, sikap mereka terhadap pelayanan yang diberikan, terhadap para petugas, sikap ini mempunyai pengaruh positif /negative terhadap penyuluhan yang akan direncakan, apakah dari program-program tersebut ada yang memberikan pengalaman yang kurang menyenangkan.
f)   Pengalaman masyarakat di masa lalu sehubungan dengan program penaggulangan penyakit DHF atau penanganan penyakit gizi buruk yang pernah dilaksanakan di daerah tersebut. Apakah berkesan atau malah mengecewakan masyarakat.

4)  Mengenal Wilayah
Program bisa dilaksanakan dengan baik jika yang melaksanakan program tersebut mengetahui benar situasi lapangan. Berikut ini dua hal pengkajian yang perlu dilakukan dalam mengenal wilayah :
a)  Lokasinya, apakah terpencil (tidak berbatasan dengan desa lain), apakah daerahnya datar atau pegunungan apakah ada jalur transpor umum dan lainnya.
b)  Sifatnya, kapan musim hujan, kemarau panjang, daerah kering/gersang atau cukup sumber air, sering banjir, pasang surut, apakah daerah perbatasan, dan lainnya.



b.  Menentukan Prioritas Masalah
Prioritas dalam penyuluhan harus sejalan dengan prioritas masalah yang di tentukan oleh program yang ditunjang, hindari penyuluhan menentukan prioritas sendiri sebab dapat menyebabkan program berjalan sendiri. Misalnya pada program penanggulangan penyakit DHF, maka penyuluhan harus mengambil masalah yang resiko syok yang mengakibatkan pada ancaman kematian pasien sebagi masalah prioritas dan menngembangkan segi penyuluhan. Jika nanti dalam upaya penanggulangan resiko syok dengan memanfaatkan penekanan gejala dini dari penyakit DHF seperti demam, kepala pusing, sendi terasa nyilu, dan lemas merupak interfensi yang diprioritaskan, maka penyuluhan harus ditunjang dengan interfensi yang diprioritaskan. Penentuan prioritas bisa berdasarkan berbagai pertimbangan.
1)  Berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh masalah tersebut, sehingga perlu diprioritaskan upaya penanggulangannya.
2)  Pertimbangan politis, yaitu menyangkut nama baik Negara.
3)  Berdasarkan sumber daya yang ada.

c.   Menentukan Tujuan Penyuluhan
Tujuan dari penyuluhan kesehatan diantaranya adalah tujuan jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Tujuan jangka pendek adalah terciptanya pengertian, sikap, dan norma menuju kepada terciptanya prilaku sehat. Sedangkan tujuan jangka panjang adalah terjadi perubahan status kesehatan yang optimal. Tujuan harus jelas, realistis (bisa dicapai) dan dapat diukur. Hal ini diperlukan agar penilaian penyuluhan dapat dilaksanakan dengan baik.
Beberapa hal yang dapat diperhatikan pada program yang akan dikembangkan dari segi penyuluhannya adalahsudah berapa lama program tersebut berjalan, program apa yang sedang dilaksanakan dan yang sudah berjalan.
1)  Seberapa jauh penyuluhan sudah dimasukkan di waktu lalu.
2)  Kalau sudah masuk, apa tujuan penyuluhan di masa lalu.
3)  Apa kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan waktu itu, dan bagaimana hasilnya, ini perlu agar petugas penyuluh kesehatan dapat menentukan tujuan yang baru.

d.  Menentukan Sasaran Penyuluhan
Sasaran program dan sarana penyuluhan tidak selalu sama, yang di maksud dengan sasaran adalah kelompok sasaran seperti individu atau kelompok yang akan diberi penyuluhan.menentukan kelompok sasaran menyangkut pula strategi.
Sebagai contoh, tujuan penyuluhan adalah agar kelompok lanjut usia mau melakukan senam lansia tiap seminggu sekali dalam hal ini sasaran penyuluhannya mungkin bukan hanya para lansia saja, tetapi juga pada orang-orang yang berpengaruh dalam mengambil keputusan dalam keluarga. Mungki anggota keluarga yang non lansia bisa diikutkan dengan harapan mereka bisa membujuk orang-orang yang sudah lanjut usia untuk mengikuti senam lansia.

e.  Menentukan Isi Penyuluhan
Setelah tujuan, sasaran, situasi, masalah, dan latarbelakang sasaran ditentukan, maka isi penyuluhan dapat ditentukan. Isi penyuluhan dan keuntungan terhadap kelompok sasaran harus juga disebutkan. Isi penyuluhan harus dituangkan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh sasaran, pesan harus benar-benar bisa dilaksanakan oleh sasaran dengan sarana yang mereka miliki, atau yang terjangkau oleh mereka. Dasar-dasar komunikasi perlu dipahami dalam menyusun isi penyuluhan.

f.    Menentukan Metode Penyuluhan yang Akan Dipergunakan
Metode diartikan sebagai cara pendekatan tertentu. Didalam proses belajar, pendidik harus dapat memilih dan menggunakan metode (cara) mengajar yang cocok atau relevan, sesuai dengan kondisi setempat. Meskipun berlaku pedoman umum bahwa tidak ada satu pun metode belajar yang paling baik dan tidak ada satu pun metode belajar yang berdiri sendiri. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang cukup tentang penerapan , metode yang sesuai dengan sasaran, tempat, dan waktu yang berbeda.
Pemberian pendidikan kesehatan pada sasaran yang sama, tetapi wkatu dan/ atau tempat yang berbeda dalam pelaksanaanya memerlukan metode yang juga berbeda. Demikian juga sebaliknya, pada sasaran yang berbeda dengan tempat yang sama, membutuhkan metode yang mungkin berbeda atau bahkan metode yang sama. Kecermatan pemilihan metode sangat diperlukan dalam mencapai tujuan pendidikan kesehatan itu sendiri.
1)  Jenis Metode
Secara garis besar, metode dibagi menjadi dua, yaitu metode didaktif dan metode sokratik.
a)  Metode didaktik didasarkan atau dilakukan secara satu arah atau one way method. Tingkat keberhasilan metode didaktif sulit dievaluasi karena peserta didik bersifat pasif dan hanya pendidik yang aktif (misalnya : ceramah, film, leaflet, bulket, poster, dan siaran radio, kecuali siaran radio yang bersifat interaktif, dan tulisan di media cetak).
b)  Metode sokratik. Metode ini dilakukan secara dua arah atau two ways method. Dengan metode ini, kemungkinan antara pendidik dan peserta didik bersikap aktif dan kreatif (misalanya : diskusi kelompok, debat, panel, forum, buzzgroup, seminar, bermain peran, sosiodarma, curah pendapat, demonstrasi, studi kasus, lokakarya, dan penugasan perorangan).
Metode dalam melakukan pendidikan kesehatan dibagi menjadi tiga kelompok, antara lain :
a)  Metode Pendidikan Individual (Perorangan)
b)  Metode Pendidikan Kelompok
c)  Metode Pendidikan Massa

2)  Aspek Penilaian Metode
Pemilihan metode belajar yang efektif dan efesien harus mempertimbangkan hal-hal berikut.
a)  Hendaknya  disesuaikan dengan tujuan pendidikan
b)  Bergantung pada kemampuan guru atau pendidiknya
c)  Kampuan pendidik
d)  Bergantung pada besarnya kelompok sasaran atau kelas
e)  Harus disesuiakan dengan waktu pemberian atau penyampaian pesan tersebut
f)   Hendaknya mempertimbangkan fasilitas-fasilitas yang ada

3)  Klasifikasi Metode
Menurut Notoatmodjo (1993) dan WHO (1992), metode pendidikan kesehatan diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu metode pendidikan individu, kelompok, dan massa.
a)  Metode pendidikan inividu
Ø Bimbingan dan Konseling
Bimbingan berisi penyampaian informasi yang berkenan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang disajikan dalam bentuk pelajaran. Informasi dalam bimbingan dimaksudkan memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan orang lain, sedangkan perubahan sikap merupakan tujuan tidak langsung. Konseling adalah proses belajar yang bertujuan memungkinkan konseli (peserta pendidik) mengenal dan menerima diri sendiri serta realistis dalam proses penyelesaian dengan lingkungannya (Nurihsan, 2005).
Konseling menjadi strategi utama dalam proses bimbingan, dan merupakan teknik standar dan tugas pokok seorang konselor di pusat pendidikan. Konseling membantu konseli memecahkan masalah-masalah pribadi (sosial atau emosional), mengerti diri, mengeksploitasi diri, dan dapat memimpin diri sendiri dalam suatu masyarakat serta membantu mengembangkan kesehatan mental, perubahan sikap, dan tingkah laku.
Proses konseling terdiri atas tiga tahap (Cavagnh, 1982), yaitu :
·      Tahap awal. Meliputi pengenalan, kunjugan, dan dukungan lingkungan
·      Tahap pertengahan. Berupa kegiatan penjelasan masalah klien, dan membantu apa yang akan diberikan berdasarkan penilaian kemabli masalah klien
·      Tahap akhir. Ditandai oleh penurunan kecemasan klien. Terdapat perubahan perilaku kearah positif, sehat dan dinamik, tujuan hidup yang jelas di masa yang akan datang, dan terjadi perubahan sikap.

Ø Wawancara
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan konseling. Wawancara petugas dengan klien dilakukan untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, apakah tertarik atau tidak terhadap perubahan dan untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau belum diadopsi memiliki dasar pengertian dan kesadaran yang kuat.

b)  Metode pendidikan kelompok
Metode kelompok dibagi menjadi 2 yaitu kelompok besar dan kecil.
1)  Kelompok Besar
Untuk kelompok yang besar (sasaran berjumlah lebih dari 15 orang), dapat digunakan metode ceramah dan seminar.
Ø Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran pendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal uang perlu diperhatikan dalam menggunakan metoda ceramah:
·      Persiapan :
Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri.
Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema. Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah singkat, slide, transparan, sound sistem, dan sebagainya.
·      Pelaksanaan :
Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran (dalam arti psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
ü Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah.
ü Suara hendaknya cukup keras dan jelas.
ü Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.
ü Berdiri di depan (di pertengahan), seyogianya tidak duduk.
ü Menggunakan alat-alat bantu lihat (AVA) semaksimal mungkin.
Ø Seminar
Metode ini hanya cocok untukpendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu topic yang dianggap penting dan dianggap hangat masyarakat.
2)  Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain :
Ø Diskusi Kelompok
Dalam diskusi kelompok agar semua anggota klompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapt berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi juga duduk di antara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan yang lebih tinggi. Dengan kata lain mereka harus merasa dalam taraf yang sama sehingga tiap anggota kelompok mempunyai kebebasan/keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat.
Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-pancingan yang dapat berupa pertanyaan-petanyaan atau kasus sehubungan dengan topic yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang hidup maka pemimpin kelompok harus mengarahkan dan megatur sedemikian rupa sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara, sehingga tidak menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta.
Ø Curah pendapat (Brain Storming)
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sana dengan metode diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaan pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau tanggapan (curah pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh dikomentari oleh siapa pun. Baru setelah semua anggota dikeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
Ø Bola Salju (Snow Bailing)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) dan kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit maka tiap 2pasang bergabung menjadi satu. Msreka tetap mendiskusikan  masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya, demikian seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.


Ø Kelompok-kelompok Kecil (Buzz Group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil  (buzz group) yang kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak sama dengan kelompok lain, Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut, Selanjutnya hasil  dan tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya.
Ø Bermain peran (Role Ploy)
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter Puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat. Mereka memperagakan, misalnya bagaimana interaksi atau berkomunika sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
Ø Permainan Simulasi (Simulation Game)
Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diakusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan da lam beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli, dengan menggunakan dadu, gaco (petunjuk arah), selain beberan atau papan main. Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai narasumber.

c)  Metode pendidikan massa
Metode pendidikan massa dilakukan untuk mengonsumsikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan untuk masyarakat. Karena sasaran pendidikan bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, dan tingkat pendiidkan. Umumnya, bentuk pendekatan massa diberikan secara tidak langsung, biasanya menggunakan atau melalui media massa. Berikut ini merupakan contoh metode pendidikan massa yakni :
1)  Ceramah umum (public speaking). Pada acar-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, Menteri Kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato dihadapan massa rakyat untuk      menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Safari  KB juga merupakan salah satu bentuk    pendekatan massa.
2)  Pidato-pidato/ diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik TV maupun radio, pada hakikatnya merupakan bentuk promosi kesehatan massa.
3)  Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan adalah juga merupakan pendekatan pendidikan kesehatan massa.
4)  Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab atau konsultasi tentang kesehatan adalah merupakan bentuk pendekatan promosi kesehatan massa.
5)  Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan sebagainya juga merupakan bentuk promosi kesehatan massa. Contoh : billboard Ayo ke  Posyandu

g.  Memilih Alat bantu (Media) Penyuluhan yang Dibutuhkan
1)  Pengertian
Media adalah  alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran. Media pendidikan kesehatan disebut juga sebagai alat peraga karena berfungsi membantu dan memeragakan sesuatu dalam proses pendidikan atau pengajaran. Prinsip pembuatan alat peraga atau media bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang diterima atau ditangkap melalui pancaindera.
Semakin banyak pancaindra yang digunakan, semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan alat peraga dimaksudkan mengarahkan indra sebanyak pada suatu objek sehingga memudahkan pemahaman.



2)  Intensitas Alat Bantu
Alat peraga atau media mempunyai intensitas yang berbeda dalam membantu permasalahan seseorang. Elgar Dale menggambarkan intensitas setiap alat peraga dalam suatu kerucut .
Alat peraga yang memiliki tingkat intensitas paling tinggi adalah benda asli dan yang memiliki intensitas paling rendah adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa penyampaian materi hanya dengan kata-kata saja kurang efektif. Seperti penggunaan metode, akan lebih efektif dan efesien bila yang digunakan tidak hanya satu alat peraga, tetapu gabungan beberapa media.

3)  Manfaat  Alat Bantu Promosi (Kesehatan)
Secara rinci, manfaat alat peraga adalah sebagai berikut.
a)  Menimbulkan minat sasaran
b)  Mencapai sasaran yang lebih banyak
c)  Membantu mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman
d)  Merangsang sasaran untuk meneruskan pesan pada orang lain
e)  Memudahkan penyampaian informasi
f)   Memudahkan penerimaan informasi oleh sasaran
g)  Menurut penelitian, organ yang paling banyak menyalurkan pengetahuan adalah mata. Lebih kurang 75-87% pengetahuan manusia diperoleh atau disalurkan melalui mata, dan 13-25% lainnya tersalurkan melalui indra lain. Oleh sebab itu, dalam aplikasi pembuatan media, disarankan lebih banyak menggunakan alat-alat visual karena akan mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi oleh masyarakat
h)  Mendorong keinginan untuk mengetahui, mendalami, dan mendapat penegertian yang lebih baik
i)    Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh, yaitu menegakkan pengetahuan yang telah diterima sehingga apa yang diterima lebih lama tersimpan dalam ingatan.

4)  Macam- macam Alat Bantu Promosi (Kesehatan)
Pembagian alat peraga secara umum,yaitu:
a)  Alat bantu lihat (visual aids). Alat bantu ini digunakan untuk membantu menstimulasi indera mata (penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk :
Ø Alat yang diproyeksikan (misalnya, slide, OHP, dan film strip)
Ø Alat-alat yang tidak diproyeksikan (misalnya, 2 dimensi, gambar peta, dan bagan) termasuk alat bantu cetak atau tulis, misalnya leafet, poster, lembar balik, dan buklet. Termasuk tiga dimensi seperti bola dunia dan boneka).
b)  Alat bantu dengar (audio aids), yaitu alat yang dapat membantu untuk menstimulasikan indewra pendengar pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan/bahan pengajaran. Misalnya : piring hitam, radio, tape, dan CD. Alat bantu dengar dan lihat, seperti TV, film dan video.

5)  Pembagian Alat Peraga Berdasarkan Fungsinya
a)  Media cetak
Ø Booklet. Media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar
Ø Leaflet. Bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat berupa kalimat, gambar, atau kombinasi.
Ø Flyer (selebaran), bentuk seperti leaflet, tetapi tidak dilipat
Ø Flip chart (lembar balik), biasanya dalam bentuk buku, setiap lembar (halaman) berisi gambar yang diinformasikan dan lembar baliknya (belakangnya) berisi kalimat sebagai pesan atau informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut
Ø Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan
Ø Poster. Bentuk media yang berisi pesan-pesan atau informasi kesehatan yang biasanya ditempel didinding, tempat-tempat umum, atau kendaraan umum. Biasanya isinya bersifat pemberitahuan dan propaganda.
Ø Foto yang mengungkap informasi kesehatan.

b)  Media elektronik
Jenis-jenis media elektronik yang dapat digunakan sebagai media pendidikan kesehatan, antara lain adalah sebagai berikut.
Ø Televisi. Penyampaian pesan kesehatan melalui media televisi dapat berbentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi, pidato (ceramah), TV spot, dan kuis atau cerdas cermat.
Ø Radio. Bentuk penyampaian informasi diradio dapat berupa obrolan (tanya jawab), konsultasi kesehatan, sandiwara radio, dan radio spot.
Ø Video. Penyampaian informasi kesehatan melalui video.
Ø Slide. Slide dapat juga digunakan untuk menyampaikan informasi kesehatan
Ø Film strip

c)  Media papan (billboard)
Media papan yang dipasang ditempat-tempat umum dapat diisi pesan-pesan atau informasi kesehatan. Media ini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng dan ditempel di kendaraan umum (bus dan taksi)

d)  Media hiburan
Penyampaian informasi kesehatan dapat dilakukan melalui media hiburan, baik di luar gedung (panggung terbuka) maupun dalam gedung, biasanya dalam  bentuk dongeng, sosiodrama, kesenian tradisional, dan pemeran.

6)  Sasaran yang Dicapai Alat Bantu Pendidikan
Pengetahuan tentang sasaran pendidikan yang akan dicapai alat peraga, penting untuk dipahami dalam menggunakan alat peraga. Ini berarti penggunaan alat peraga harus berdasarkan pengetahuan tentang sasaran yang ingin dicapai. Hal yang perlu diketahui tentang sasaran adalah sebgai berikut.
a)  Individu atau kelompok
b)  Kategori sasaran, seperti aspek demografi, sosial
c)  Bahasa yang mereka gunakan
d)  Adat istiadat serta kebiasaan
e)  Minat dan perhatian
f)   Pengetahuan dan pengalaman mereka tentang pesan yang akan diterima

7)  Pembagian Alat Bantu Berdasarkan Pembuatan dan Penggunaanya
a)    Alat bantu yang rumit, seperti film, film strip, dan slide. Dalam penggunaanya, alat bantu ini memerlukan listrik dan proyektor.
b)    Alat bantu yang sederhana/mudah dibuat sendiri dengan bahan-bahan setempat yang mudah diperoleh seperti bambu, karton, kaleng bekas, dan kertas karton.
Ciri-ciri alat bantu sederhana adalah mudah dibuat, bahan-bahannya dapat diperoleh dari bahan-bahan lokal, mencerminkan kebiasaan, kehidupan dan kepercayaan setempat, ditulis (gambar) dengan sederhana, bahasa setempat dan mudah dimengerti oleh masyarakat, dan memenuhi kebutuhan petugas kesehatan dan masyarakat.
Kotak 10.2 contoh alat bantu/peraga yang dapat digunakan menurut sasaran atau tatanan yang sesuai
Ø  Di rumah tangga : leaflet, komik, dan benda nyata (buah-buahan dan sayur-sayuran)
Ø  Di masyarakat : poster, spanduk, leaflet, fannel graph, dan boneka wayang
Ø  Di kantor atau sekolah, seperti papan tulis, filpchart, poster, leaflet, buku cerita gambar, kotak gambar gulung dan boneka

B. Kebijakan dan Strategi Promosi Kesehatan Lingkungan
Promosi kesehatan merupakan salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang berorientasi pada penyampaian informasi tentang kesehatan guna penanaman pengetahuan tentang kesehatan sehingga tumbuh kesadaran untuk hidup sehat. Penerapan promosi kesehatan di lapangan biasanya melalui pendidikan kesehatan dan penyuluhan kesehatan. Promosi kesehatan merupakan proses untuk meningkatkan kemampuan orang dalam mengendalikan dan meningkatkan kesehatannya. Untuk mencapai keadaan sehat, seseorang atau kelompok harus mampu mengidentifikasi dan menyadari aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan dan mengubah atau mengendalikan lingkungan (Piagam Ottawa, 1986). Promosi kesehatan dapat dilaksanakan dengan maksimal dengan adanya upaya bentuk kerja sama antarlintas program maupun lintas sektor terutama dalam hal ini ialah adanya peran serta/pemberdayaan masyarakat secara optimal.
Pemberdayaan atau Enpowerment merupakan salah satu proses membangun dedikasi dan komitmen yang tinggi sehingga organisasi itu bisa menjadi sangat efektif dalam mencapai tujuan-tujuannya dengan mutu yang tinggi. Dalam masyarakat yang telah diberdayakan akan tercipta hubungan diantara orang-orangnya yang saling berbagi kewenangan, tanggung jawab, komunikasi, harapan-harapan, dan pengakuan serta penghargaan.
Sangat perlu dipahami bahwa, promosi kesehatan sebagai bagian dari kesehatan masyarakat juga mempunyai aspek teori atau ilmu, dan praktik, aplikasi atau seni. Sehingga sebelum dilaksanakannya promosi kesehatan perlu dipahami bahwa perlunya kajian yang sistematis yang diawali dari pengakajian, perencanaan, tindakan sampai pada evaluasiuntuk menentukan promosi kesehatan yang dilaksanakan terlaksana secara komprehensif dan bermanfaat sesuai sasaran dan kebutuhan di masyarakat.
Dalam menentukan rancangan maupun strategi promosi kesehatan tidak terlepas dari konteks tatanan konsep maupun teori, green, dan kreuter (1991) telah mengembangkan suatu model pendekatan untuk membuat perencanaan dan evaluasi kesehatan yang dikenal sebagai model PRECEDE-PROCEED. PRECEDE (Predisposing, Reinforcing and Enabling Causes in Educational Diagnosis and Evaluation). Digunakan pada fase diagnosis masalah kesehatan, penetapan prioritas masalah dan tujuan Tahap Pertencanaan dalam Promosi Kesehatan program. PROCEED (Policy, Regulatory, Organizational Construct in Educational and Environmental Development) digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan serta pelaksanaan dan evaluasi.

1.  Strategi Promosi Kesehatan Ottawa Charter dan WHO
a.  Strategi Ottawa Charter
1)  Membangun kebijakan publik berwawasan kesehatan (Build healthy public policy)
Promosi kesehatan lebih daripada sekedar perawatan kesehatan. Promosi kesehatan menetapkan kesehatan pada agenda dari pembuat kebijakan disemua sektor pada semua level, mengarahkan mereka supaya sadar akan konsekuensi kesehatan dari keputusan mereka dan agar mereka menerima tanggung jawab mereka atas kesehatan. Kebijakan promosi kesehatan mengombinasikan pendekatan yang berbeda namun dapat saling mengisi termasuk legislasi, perhitungan fiskal, perpajakan, dan perubahan organisasi. Ini adalah kegiatan yang terkoordinasi yang membawa kepada kesehatan, pendapatan, dan kebijakan sosial yang menghasilkan kesamaan yang lebih besar. Kegiatan terpadu memberikan kontribusi untuk memastikan barang dan jasa yang lebih aman dan lebih sehat, pelayanan jasa publik yang lebih sehat dan lebih bersih, dan lingkungan yang lebih menyenangkan.
Kebijakan promosi kesehatan memerlukan identifikasi hambatan untuk diadopsi pada kebijakan publik di luar sektor kesehatan, serta cara menghilangkannya. Hal ini dimaksudkan agar dapat membuat pilihan yang lebih sehat dan lebih mudah untuk membuat keputusan. Kebijakan berwawasan kesehatan artinya setiap keputusan pimpinan selalu memandang atau mempunyai cara pandang tentang kesehatan. Contoh sederhana ketika camat mengeluarkan izin mendirikan bangunan, maka harus ada ketentuan bahwa yang membuat bangunan harus membangun bagunan dengan didukung sarana kesehatan seperti jamban keluarga.

2)  Menciptakan lingkungan yang mendukung (Create Supportive Environments)
Masyarakat kita kompleks dan saling berhubungan. Kesehatan tidak dapat dipisahkan dari tujuan-tujuan lain. Kaitan yang tak terpisahkan antara manusia dan lingkungannya menjadi basis untuk sebuah pendekatan sosio-ekologis bagi kesehatan. Prinsip keseluruhan bagi dunia, bangsa, kawasan, dan komunitas yang serupa, adalah kebutuhan untuk memberi semangat pemeliharaan yang timbal-balik untuk memelihara satu sama lain, komunitas, dan lingkungan alam kita. Konservasi sumber daya alam di seluruh dunia harus ditekankan sebagai tanggung jawab global. Perubahan pola hidup, pekerjaan, dan waktu luang memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan. Pekerjaan dan waktu luang harus menjadi sumber kesehatan untuk manusia. Cara masyarakat mengatur kerja harus dapat membantu menciptakan masyarakat yang sehat. Promosi kesehatan menciptakan kondisi hidup dan kondisi kerja yang aman, menstimulasi, memuaskan, dan menyenangkan.
Penjajakan sistematis dampak kesehatan dari lingkungan yang berubah pesat terutama di daerah teknologi, daerah kerja, produksi energi dan urbanisasi sangat esensial dan harus diikuti dengan kegiatan untuk memastikan keuntungan yang positif bagi kesehatan masyarakat. Perlindungan alam dan lingkungan yang dibangun serta konservasi dari sumbr daya alam harus ditujukan untuk promosi kesehatan apa saja. Lingkungan yang mendukung adalah lingkungan dimana kita akan menjadikan contoh yang baik tentang kesehatan lingkungan ketika kita akan melakukan promosi kesehatan. Contoh adanya sekolah sehat yang mempunyai lingkungan yang sehat.

3)  Memperkuat kegiatan-kegiatan komunitas (Strengthen Community Actions)
Promosi kesehatan bekerja melalui kegiatan komunitas yang konkret dan efisien dalam mengatur prioritas, membuat keputusan, merencanakan strategi, dan melaksanakannya untuk mencapai kesehatan yang lebih baik. Inti dari proses ini adalah memberdayakan komunitas kepemilikan mereka dan kontrol akan usaha dan nasib mereka. Pengembangan komunitas menekankan pengadaan sumber daya manusia dan material dalam komunitas untuk mengembangkan kemandirian dan dukungan sosial, dan untuk mengembangkan sistem yang fleksibel untuk memperkiuat partisipasi publik dalam masalah kesehatan. Hal ini memerlukan akses yang penuh serta terus menerus akan informasi, mempelajari kesempatan untuk kesehatan, sebagaimana penggalangan dukungan. Gerakan masyarakat merupakan suatu partisipasi masyarakat yang menunjang kesehatan. Contoh gerakan Jum’at bersih.

4)  Mengembangkan keterampilan individu (Develop Personal Skills)
Promosi kesehatan mendukung pengembangan personal dan sosial melalui penyediaan informasi, pendidikan kesehatan, dan pengembangan keterampilan hidup. Dengan demikian, hal ini meningkatkan pilihan yang tersedia bagi masyarakat untuk melatih dalam mengontrol kesehatan dan lingkungan mereka, dan untuk membuat pilihan yang kondusif bagi kesehatan.
Memungkinkan masyarakat untuk belajar melalui kehidupan dalam menyiapkan diri mereka untuk semua tingkatannya dan untuk menangani penyakit dan kecelakaan sangatlah penting. Hal ini harus difasilitasi dalam sekolah, rumah, tempat kerja, dan semua lingkungan komunitas. Keterampilan individu adalah kemampuan petugas dalam menyampaikan informasi kesehatan dan kemampuan dalam mencontohkan (mendemonstrasikan). Contoh sederhana ketika petugas memberikan promosi kesehatan tentang pembuatan larutan gula garam, maka petugas harus mampu membuatnya dan bisa mencontohkannya.

5)  Reorientasi pelayanan kesehatan (Reorient Health Services)
Tanggung jawab untuk promosi kesehatan pada pelayanan kesehatan dibagi diantara individu, kelompok komunitas, profesional kesehatan, institusi pelayanan kesehatan, dan pemerintah. Mereka harus bekerja sama melalui suatu sistem perawatan kesehatan yang berkontribusi untuk pencapaian kesehatan. Peran sektor kesehatan harus bergerak meningkatkan pada arah promosi kesehatan, di samping tanggung jawabnya dalam menyediakan pelayanan klinis dan pengobatan.
Pelayanan kesehatan harus memegang mandat yang meluas yang merupakan hal sensitif dan ia juga harus menghormati kebutuhan kultular. Mandat ini harus mendukung kebutuhan individu dan komunitas untuk kehidupan yang lebih sehat, dan membuka saluran antara sektor kesehatan dan komponen sosial, politik, ekonomi, dan lingkungan fisik yang lebih luas. Reorientasi pelayanan kesehatan juga memerlukan perhatian yang kuat untuk penelitian kesehatan sebagaimana perubahan pada pelatihan dan pendidikan profesional. Hal ini harus membawa kepada perubahan sikap dan pengorganisasian pelayanan kesehatan dengan memfokuskan ulang kepada kebutuhan total dari individu sebagai manusia yang seutuhnya.
Reorientasi pelayanan kesehatan artinya setiap kegiatan promosi kesehatan diorientasikan bagaimana pelayanan kesehatan yang seharusnya dan dapat terjangkau. Contoh adalah pemanfaatan sarana kesehatan terdekat sebagai wadah informasi dan komunikasi tentang kesehatan.

6)  Bergerak ke masa depan (Moving Into The Future)
Kesehatan diciptakan dan dijalani oleh manusia diantara pengaturan dari kehidupan mereka sehari-hari diaman mereka belajar, bekerja, bermain dan mencintai. Kesehatan diciptakan dengan memelihara satu sama lain dengan kemampuan untuk membuat keputusan dan membuat kontrol terhadap kondisi kehidupan seseorang, dan dengan memastikan bahwa masyarakat yang didiami seseorang menciptakan kondisi yang memungkinkan pencapaian kesehatan oleh semua anggotanya. Merawat, kebersamaan, dan ekologi adalah isu-isu yang penting dalam mengembangkan strategi untuk promosi kesehatan. Untuk itu, semua yang terlibat harus menjadikan setiap fase perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan promosi kesehatan serta kesetaraan abtara pria dan wanita sebagai acuan utama.

b.  Strategi WHO
1)  Advokasi (Advocacy)
Advokasi (advocacy) adalah kegiatan memberikan bantuan kepada masyarakat dengan membuat keputusan (Decision Makers) dan penentu kebijakan (Policy Makers) dalam bidang kesehatan maupun sektor lain di luar kesehatan yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat. Advokasi terhadap kesehatan merupakan sebuah upaya yang dilakukan orang-orang dibidang kesehatan, utamanya promosi kesehatan, sebagai bentuk pengawalan terhadap kesehatan. Advokasi ini lebih menyentuh pada level pembuat kebijakan, bagaimana orang-orang yang bergerak dibidang kesehatan bisa mempengaruhi para pembuat kebijakan untuk lebih tahu dan memperhatikan kesehatan. Advokasi dapat dilakukan dengan mempengaruhi para pembuat kebijakan untuk membuat peraturan-peraturan yang bisa berpihak pada kesehatan dan peraturan tersebut dapat menciptakan lingkungan yang dapat mempengaruhi kurung waktu sehat dapat terwujud di masyarakat (Kapalawi, 2007).
Advokasi bergerak secara top-down (dari atas ke bawah), melalui advokasi, promosi kesehatan masuk ke wilayah politik. Agar pembuat kebijakan mengeluarkan peraturan yang menguntungkan kesehatan. Advokasi adalah suatu cara yang digunakan guna mencapai tujuan yang merupakan suatu usaha sistematis dan terorganisasi untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan public secara bertahap maju. Misalnya kita memberikan promosi kesehatan dengan sokongan dari kebijakan public dari kepala desa sehingga maksud dan tujuan dari informasi kesehatan bisa tersampaikan dengan mudah kepada masyarakat atau promosi kesehatan yang kita sampaikan dapat menyokong atau pembelaan terhadap kaum lemah (miskin).
Organisasi nonpemerintah (ornop) mendefinisikan advokasi sebagai upaya penyadaran kelompok masyarakat marginal yang sering dilanggar hak-haknya (hukum dan asasi). Yang dilakukan dengan kampanye guna membentuk opini public dan pendidikan massa lewat aksi kelas (class action) atau unjuk rasa adalah :
a)  Tujuan advokasi
Tujuan umum advokasi adalah untuk mendorong dan memperkuat suatu perubahan dalam kebijakan, program atau legislasi, dengan memperkuat basis dukungan sebanyak mungkin.
b)  Fungsi advokasi
Advokasi berfungsi untuk mempromosikan suatu perubahan dalam kebijakan program atau peraturan dan mendapatkan dukungan dari pihak-pihak lain.
c)  Persyaratan untuk advokasi:
Ø Dipercaya (credible), dimana program yang ditawarkan harus dapat meyakinkan para penentu kebijakan atau pembuat keputusan, oleh karena itu harus didukung akurasi data dan masalah.
Ø Layak (feasible), program yang ditawarkan harus mampu dilaksanakan secara teknik politik maupun teknik sosial.
Ø Memenuhi kebutuhan masyarakat (relevant)
Ø Penting dan mendesak (urgent), program yang ditawarkan harus mempunyai prioritas tinggi.
d)  Pendekatan kunci advokasi
Ø Melibatkan para pemimpin/pengambil keputusan
Ø Menjalin kemitraan
Ø Memobilisasi kelompok peduli

2)  Dukungan sosial/kemitraan
Kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Dalam kerja sama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-masing, tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat, dan saling berbagi baik dalam risiko maupun keuntungan yang diperoleh.
Dari definisi ini terdapat 3 kata kunci dalam kemitraan, yakni :
a)  Kerjasama antar kelompok, organisasi, dan individu
b)  Bersama-sama mencapai tujuan tertentu (yang disepakati bersama)
c)  Saling menanggung risiko dan keuntungan
Mengingat kemitraan adalah bentuk kerja sama atau aliansi, maka setiap pihak yang terlibat di dalamnya harus ada kerelaan diri untuk bekerja sama dan melepaskan kepentingan masing-masing, kemudian membangun kepentingan bersama. Oleh karena itu, membangun kemitraan harus didasarkan pada hal-hal berikut :
a)  Kesamaan perhatian (commont intereste) atau kepentingan
b)  Saling mempercayai dan menghormati
c)  Tujuan yang jelas dan terukur
d)  Kesediaan berkorban baik waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.
Dalam membangun kemitraan ada tiga fungsi kunci yang perlu dipahami oleh masing-masing anggota kemitraan, yakni :
a)  Persamaan (equity)
Individu, organisasi atau individu yang telah bersedia menjalin kemitraan harus merasa “duduk sama rendah berdidri sama tinggi”. Oleh sebab itu, di dalam vorum kemitraan asas demokrasi harus diutamakan, tidak boleh satu anggota memaksakan kehendak kepada yang lain karena merasa lebih tinggi dan tidak ada dominasi terhadap yang lain.
b)  Keterbukaan (transparancy)
Keterbukaan maksudnya adalah apa yang menjadi kekuatan atau kelebihan atau apa yangmenjadi kekurangan atau kelemahan, masing-masing anggota harus diketahui oleh anggota lainnya. Demikian pula berbagai sumber daya yang dimiliki oleh anggota yang satu harus diketahui oleh anggota yang lain. Bukan untuk menyombongkan yang satu terhadap yang lainnya, tetapi lebih untuk saaling memahami satu dengan yang lain sehingga tidak ada rasa saling mencurigai. Dengan saling keterbukaan ini akan menimbulkan rasa saling melengkapi dan saling membantu diantara anggota.
c)  Saling menguntungkan (mutual benefit)
Menguntungkan disini bukan selalu diartikan dengan materi ataupun uang, tetapi lebih kepada nonmateri. Saling menguntungkan disini lebih dilihat dari kebersamaan atau sinergitas dalam mencapai tujuan bersama.
Tujuh landasannya, yaitu : saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi (kaitan dengan struktur); saling memahami kemampuan masing-masing (kapasitas unit/organisasi); saling menghubungi secara proaktif (linkage); saling mendekati, bukan hanya secara fisik tetapi juga pikiran dan perasaan (empati, proximity); saling terbuka, dalam arti kesediaan untuk dibantu dan membantu (opennes); saling mendorong/mendukung kegiatan (synergy); dan saling mengahargai kenyataan masing-masing (reward).

3)  Pemberdayaan masyarakat (empowernment)
Pemberdayaan atau empowernment adalah sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan barat, terutama Eropa. Untuk memahami konsep pemberdayaan secara tepat dan jernih memerlukan upaya pemahaman latar belakang kontekstual yang melahirkannya. Konsep tersebut telah begitu meluas diterima dan dipergunakan, mungkin dengan pengertian persepsi yang berbeda satu dengan yang lain. Penerimaan dan pemakaian konsep tersebut secara kritikal tentulah meminta kita mengadakan telaah yang sifatnya mendasar dan jernih.
Pemberdayaan masyarakat secara umum lebih efektif jika dilakukan melalui program pendampingan masyarakat (community organizing and development), karena pelibatan masyarakat sejak perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) hingga evaluasi atau pengawasan (controlling) program dapat dilakukan secara maksimal. Upaya ini merupakan inti dari pelaksanaan pemberdayaan masyarakat.
Pelibatan masyarakat melalui pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen; perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), hingga evaluasi atau pengawasan (controlling) program atau biasa disingkat POAC telah diadopsi untuk program-program bidang kesehatan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
a)  Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah suatu kegiatan atau proses penganalisisan dan pemahaman sistem, penyusunan konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan mencapai tujuan demi masa depan yang baik.
Beberapa batasan tentang perencanaan yang penting diketahui adalah :
Ø Perencanaan adalah kemampuan untuk memilih suatu kemungkinan yang tersedia dan yang dipandang paling tepat untuk mencapai tujuan.
Ø Perencanaan adalah pekerjaan yang menyangkut penyusunan konsep serta kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan demi masa depan yang lebih baik.
Ø Perencanaan adalah upaya menyusun berbgai keputusan yang bersifat pokok yang dipandang paling penting dan yang akan dilaksanakan menurut urutannya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Ø Perencanaan adalah proses menetapkan pengarahan yang resmi dan menetapkan berbagai hambatan yang dipikirkan dan dalam menjalankan suatu program guna dipakai sebagai pedoman dalam suatu organisasi .
Ø Perencanaan adalah proses kerja yang terus menerus yang meliputi pengambilan keputusan yang bersifat pokok dan penting dan yang akan dilaksanakan secara sistematik, melakukan perkiraan-perkiraan dengan mempergunakan segala pengetahuan yang ada tentang masa depan, mengorganisasi secara sistematik segala upaya yang dipandang perlu untuk melaksanakan segala keputusan yang telah ditetapkan, serta mengukur keberhasilan dalam pelaksanaan segala keputusan tersebut dengan membandingkan hasil yang dicapai terhadap target yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan umpan balik yang diterima dan yang telah disusun secara teratur dan baik.

b)  Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian adalah pengkoordinasian kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan suatu institusi, guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan mencakup; hal yang diorganisasikan, proses pengorganisasian dan hasil pengorganisasian.
Beberapa batasan tentang pengorganisasian yang penting diketahui ialah :
Ø Pengorganisasian adalah pengelompokan bebagai kegiatan yang diperlukan untuk melaksanakan suatu rencana sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan memuaskan.
Ø Pengorganisasian adalah pengaturan sejumlah porsonel yang dimiliki untuk memungkinkan tercapainya suatu tujuan yang telah disepakati dengan jalan mengalokasikan masing-masing fungsi dan tanggung jawab.
Ø Pengorganisasian adalah pengkoordinasian secara sosial bebagai kegiatan dari sejumlah orang tertentu untuk mencapai tujuan bersama melalui pengaturan pembagian kerja dan fungsi menurut penjejangannya secara bertanggung jawab.

c)  Pengawasan (controlling)
Fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya adalah pengawasan (controlling). Perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan yang tidak diikuti pengawasan niscaya akan mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan pokok dan fungsi pengawasan adalah agar kegiatan-kegiatan dan orang-orang yang melakukan kegiatan yang telah direncanakan tersebut dapat berjalan dengan baik.
Dalam pelaksanaan program-program pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan, perlu diperhatikan karakteristik masyarakat setempat yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Ø Masyarakat pembina (carring community)
Yaitu, masyarakat yang peduli kesehatan, misalnya; LSM kesehatan, orgainsasi profesi yang bergerak dibidang kesehatan.
Ø Masyarakat setara (coping community)
Yaitu masyarakat yang karena kondisinya kurang memadai sehingga tidak dapat memelihara kesehatannya. Misalnya seorang ibu sadar akan pentingnya pemeriksaan diri, tetapi karena keterbatasan ekonomi dan tidak adanya transportasi sehingga si ibu tidak pergi ke sarana pelayanan kesehatan.

Ø Masyarakat pemula (crisis response community)
Yaitu masyarakat yang tidak tahu akan pentingnya kesehatan dan belum didukung oleh fasilitas yang tersedia. Misalnya, masyarakat yang berdomisili di lingkungan kumuh dan daerah terpencil.

2.  Strategi Promosi Kesehatan Dengan Pendekatan Sosial Marketing
Sesuai dengan berkembangnya zaman dan teknologi yang ada sekarang, dengan pendekatan berbagai disiplin ilmu yang dapat digunakan sebagai metode pendekatan terhadap perubahan suatu perilaku dapat menggunakan metode pendekatan lain diantaranya dengan pendekatan sosial marketing.
Philip Kotler menjelaskan pemasaran (marketing) adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Menurut Philip Kotler dan Amstrong pemasaran adalah sebagai suatu proses sosial dan managerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain. Menurut W Stanton pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli (konsumen) maupun pembeli potensial (calon pembeli/konsumen).
Pemasaran sosial “lahir” sebagai disiplin pada 1970-an, ketika Philip Kotler dan Gerald Zaltman menyadari bahwa prinsi-prinsip pemasaran yang sama yang digunakan untuk menjual produk ke konsumen dapat digunakan untuk “menjual” ide-ide, sikap dan perilaku. Kotler dan Andersen mendefinisikan pemasaran sosial sebagai “berbeda dari daerah lain pemasaran hanya berkenaan dengan tujuan dari pemasar dan organisasinya”. Pemasaran sosial berusaha untuk mempengaruhi perilaku sosial tidak menguntungkan pemasar, tapi untuk menguntungkan target audiens maupun masyarakat umum. “Teknik ini telah digunakan secara luar dalam program-program kesehatan internasional, terutama untuk kontrasepsi dan terapi rehidrasi oral (ORT), dan sedang digunakan dengan frekuensi lebih di Amerika Serikat untuk beragam topik seperti penyalahgunaan narkoba, penyakit jantung, dan donor organ.
Ketika berbicara strategi social marketing atau pemasaran sosial, pertanyaan pertama yang muncul adalah wujud rancangan strategi. Selanjutnya yang menjadi hal penting adalah cara menyusun strategi dan cara menerapkannya. Lalu dari mana organisani nirlaba harus memulai? Apakah dengan mengadopsi begitu saja strategi pemasaran bisnis dalam “menjual” gagasan?
Social marketing sebagaimana pemasaran secara generik bukanlah teori yang berdiri sendiri. Pemasaran sosial merupakan sebuah kerangka atau struktur kerja yang tersusun atas berbagai pengetahuan lain seperti teori ilmu psikologi, sosiologi, antropologi, dan komunikasi dalam rangka memahami cara mempengaruhi perilaku masyarakat. Sebagaimana juga dasar marketing bisnis, pemasaran sosial didasarkan pada proses perencanaan logis yang melibatkan riset yang berorientasi pada konsumen, analisis pemasaran, segmentasi pemasaran, menentukan sasaran dan identifkasi strategi, dan taktik pemasran. Pemasaran sosial dipengaruhi oleh perilaku interaktif yang terus berubah, dalam iklim ekonmi, sosial, dan politik yang komplekss. Apabila pemasaran bisnis menyadari tujuan utamanya adalah untuk mempertemukan para pemegang saham. Maka, social marketing menargetkan keinginan masyarakat untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas hidup mereka.
a.  Strategi Pemasaran
Macam strategi pemasaran diantaranya :
1)  Strategi kebutuhan primer
Strategi-strategi pemasaran untuk merancang kebutuhan primer yaitu :
a)  Menambah jumlah  pemakai dan
b)  Meningkatkan jumlah pembeli/konsumen
2)  Strategi kebutuhan selektif
Yaitu dengan cara :
a)  Mempertahankan kepuasan pelanggan misalnya :
Ø Memelihara kepuasan pelanggan;
Ø Menyederhanakan proses pembelian;
Ø Mengurangi daya tarik atau jelang untuk beralih merek;
b)  Menjaring pelanggan (Acquistion Strategies)
Ø Mengambil posisi berhadapan (head-to heas positioning)
Ø Mengambil posisi berbeda (differentiated position)
Secara lebih jelas, strategi pemasaran dapat dibagi ke dalam empat jenis yaitu :
a)  Merangsang kebutuhan primer dengan menambah jumlah pemakai.
b)  Merangsang kebutuhan primer dengan memperbesar tingkat pembelian.
c)  Merangsang kebutuhan selektif dengan mempertahankan pelanggan yang ada.
d)  Merangsang kebutuhan selektif dengan menjaring pelanggan baru.

b.  Segmentasi Pasar
Segmentasi pasar adalah kegiatan membagi suatu pasar menjadi kelompo-kelompok pembeli yang berbeda yang memiliki kebutuhan, karakteristik, atau perilaku yang berbeda yang mungkin membutuhkan produk atau bauran pemasaran yang berbeda. Segmentasi pasar bisa diartikan adalah proses pengidentifikasian dan menganalisis para pembeli di pasar produk, menganalisis perbedaan antara pembeli di pasar.
1)  Dasar-dasar dalam penetapan segmentasi pasar
Dalam penetapan segmentasi pasar ada beberapa hal yang menjadi dasarnya, yaitu :
a)  Dasar-dasar segmentasi pasar pada pasar konsumen
Ø Variabel geografi, diantaranya : wilayah, ukuran, daerah, ukuran kota, dan kepadatan iklim.
Ø Variabel demografi, diantaranya : umur, keluarga, siklus hidup, pendapatan, pendidikan, dan lain-lain.
Ø Variabel psikologis, diantaranya : kelas sosial, gaya hidup, dan kepribadian.
Ø Variabel perilaku pembeli, diantaranya : manfaat yang dicari, status pemakai, tingkat pemakaian, status kesetiaan dan sikap pada produk.
b)  Dasar-dasar segmentasi pasar pada pasar industri
Ø Tahap 1 : menetapkan segmentasi makro, yaitu pasar pemakai akhir, lokasi geografis, dan banyaknya langganan.
Ø Tahap 2 : yaitu sikap terhadap penjual, ciri-ciri kepribadian, kualitas produk, dan pelanggan.

2)  Syarat segmentasi pasar
Ada beberapa syarat segmentasi pasar efektif, yaitu :
a)  Dapat diukur
b)  Dapat dicapai
c)  Cukup besar atau cukup menguntungkan
d)  Dapat dibedakan
e)  Dapat dilaksanakan

3)  Tingkat segmentasi pasar
Karena pembelian mempunyai kebutuhan dan keinginan yang unik. Setiap pembeli, berpotensi menjadi pasar yang terpisah. Oleh karena itu, segmentasi pasar dapat dibangun pada beberapa tingkat yang berbeda.
1.  Pemasaran massal
Pemasaran massal berfokus pada produksi massal, distribusi massal, dan promosi massal untuk produk yang sama dalam cara yang hampir sama ke seluruh konsumen.
2.  Pemasaran segmen
Pemasaran segmen menyadari bahwa pembeli berbeda dalam kebutuhan, persepsi, dan perilaku pembelian.
3.  Pemasaran ceruk
Pemasaran ceruk (marketing niche) berfokus pada sub grup di dalam segmen-segmen. Suatu ceruk adalah suatu grup yang didefinisikan dengan lebih sempit.
4.  Pemasaran mikro
Pemasaran ini menciptakan penawaran/layanan yang sesuai dan tepat dengan kebutuhan/keinginan dan daerah konsumen. Produk baik itu barang/jasa dibuat sesuai dengan yang diinginkan oleh konsumen. Pemasaran ini mempunyai pemilihan saluran distribusi (distribution channel) dan komunikasi yang lebih jelas serta mengerti lebih dalam tentang siapa saja konsumen/masyarakat yang ingin dituju.

4)  Manfaat segmentasi pasar
Sedangkan manfaat dari segmentasi pasar adalah :
a)  Penjual atau produsen berada dalam posisi yang lebih baik untuk memilih kesempatan-kesempatan pemasaran.
b)  Penjual atau produsen dapat menggunakan pengetahuannya terhadap respons pemasaran yang berbeda-beda, sehingga dapat mengalokasikan anggarannya secara lebih tepat pada berbagai segmen.
c)  Penjual atau produsen dapat mengatur produk lebih baik dan daya tarik pemasarannya.

c.   Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Konsumen
Adapun faktor-faktor yang memengaruhi perilaku konsumen adalah :
1)  Budaya : faktor-faktor budaya memberikan pengaruhnya paling puas pada keinginan dan perilaku konsumen. Budaya (culture) adalah penyebab paling mendasar teori keinginan dan perilaku seseorang.
2)  Subbudaya : setiap kebudayaan mengandung sub kebudayaan yang lebih kecil, atau sekelompok orang yang mempunyai sistem nilai yang sama berdasarkan pengalaman dan situasi kehidupan yang sama. Sub kebudayaan meliputi : kewarganegaraan, agama, ras, dan daerah geografis.
3)  Kelas sosial : hampir setiap masyarakat memiliki beberapa bentuk struktur kelas sosial. Kelas-kelas sosial adalah bagian-bagian masyarakat yang relatif permanen dan tersusun rapi yang anggota-anggotanya mempunyai nilai-nilai, kepentingan dan perilaku yang sama.
Perilaku konsumen juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti kelompok kecil, keluarga serta aturan dan status sosial konsumen. Di sisni keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat. Keputusan orang ingin membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup dan kepribadian, serta konsep diri.
Selain dari beberapa faktor di atas yang memengaruhi perilaku konsumen juga dipengaruhi juga oleh faktor-faktor psikologis seseorang, yang meliputi motivasi, persepsi, pengetahuan, keyakinan, serta sikap.

d.  Proses Pengambilan Keputusan Pembeli
1)  Proses pengambilan keputusan pembeli terhadap produk baru
Sebuah produk baru adalah barang, jasa, atau ide yang dianggap baru oleh pembeli potensial. Terkadang produk yang beredar di pasaran telah lama ada, di sini konsumen dapat membuat keputusan untuk menerima/mengadopsinya. Proses adopsi adalah proses mental yang dilalui seseorang, mulai dari pengenalan pertama sampai pada penerimaan/adopsi final.
Tahap-tahap proses adopsi :
a)  Sadar : konsumen menjadi sadar akan adanya produk baru, tetapi kekurangan informasi mengenai produk tersebut.
b)  Tertarik : konsumen akan menjadi tertarik untuk mencari informasi mengenai produk baru.
c)  Evaluasi : konsumen harus mempertimbangkan apakah produk baru tersebut masuk akal atau tidak untuk dikomsumsi.
d)  Mencoba : konsumen mencoba produk baru tersebut dalam skala kecil untuk meningkatkannilai produk tersebut.
e)  Adopsi : konsumen memutuskan secara penuh dan teratur menggunakan produk baru tersebut.

2)  Tipe-tipe perilaku membeli
a)  Perilaku pembeli yang kompleks
Disini kosumen mengakui keterikatan yang tinggi dalam proses pembeliannya, harga produk tinggi, jarang dibeli, memilki resiko yang tinggi. Perilaku konsumen melalui proses tiga langkah, yaitu : pertama, mengembangkan keyakinan tentang produk tersebut. Kedua, membangun sikap, dan ketiga, melakukan pilihan.
b)  Perilaku pembelian yang mengurangi ketidakefisienan
Disini konsumen mengalami keterlibatan tinggi, akan tetapi terlihat sedikit perbedaan, diantara merek-merek, konsumen mengunjungi beberapa tempat untuk mencari yang lebih cocok.
c)  Perilaku pembelian karena kebiasaan
Disini konsumen rendah sekali dalam proses pembelian karena tidak ada perbedaan nyata diantara berbagai merek dan harga barang relatif rendah.
d)  Perilaku pembelian yang mencari keragaman
Disini keterlibatan konsumen yang rendah akan dihadapkan pada berbagai pemilihan merek.

3)  Tahap-tahap Proses Membeli
a)  Pengenalan kebutuhan/masalah
Disini orang yang akan memasarkan produk meneliti mengenai apa yang dibutuhkan, apa yang menyebabkan semua itu muncul dan mengapa seseorang membutuhkan sesuatu. Seorang pemasar mengenalkan pada konsumen agar lebih tertarik.
b)  Pencarian informasi
Sumber informasi konsumen terbagi dalam empat kelompok, yaitu :
Ø Sumber pribadi, meliputi : keluarga, teman-teman, tetangga, dan kenalan.
Ø Sumber niaga, meliputi : periklanan, petugas penjualan, penjual kemasan, dan pemajangan.
Ø Sumber umum, meliputi : media massa dan organisasi konsumen.
Ø Sumber pengalaman, meliputi : pernah menangani, menguji, dan mempergunakan produk.

4)  Pencarian Alternatif
Terdapat lima konsep dasar bagi pemasar dalam penilaian alternatif konsumen, yaitu :
a)  Sifat-sifat produk, apa yang menjadi ciri-ciri khusus dan perhatian konsumen terhadap produk atau jasa tersebut.
b)  Pemasar lebih memperhatikan pentingnya ciri-ciri produk daripada penonjolan ciri-ciri produk.
c)  Kepercayaan konsumen terhadap ciri merek yang menonjol.
d)  Fungsi kemanfaatan, yaitu bagaimana konsumen mengharapkan kepuasan yang diperoleh dari produk dengan tingkat alternatif yang berbeda-beda setiap hari.
e)  Bagaimana prosedur penilaian yang dilakukan konsumen dari sekian banyak ciri-ciri barang.

5)  Keputusan membeli
Ada dua faktor yang menyebabkan seseorang mengambi keputusan untuk membeli, yaitu :
a)  Sikap orang lain : keputusan membeli itu banyak dipengaruhi oleh teman-teman, tetangga, atau siapa saja yang dipercayai.
b)  Faktor-faktor situasi yang tidak terduga : seperti faktor harga pendapatan.

e.  Strategi Pemasaran Bisnis = Pemasaran Sosial ?
Berdasarkan definisi para ahli, social marketing pada dasarnya merupakan aplikasi strategi komersial untuk “menjual” gagasan dalam rangka manajemen yang mencakup analisis, perencanaan, implementasi, dan pengawasan.
Lalu bagaimana organisasi nirlaba perlu memahami dan merancang strategi social marketing berdasarkan pemahaman ini? Selain penerapan sembilan elemen marketing yang telah dikenal (segmentasi pasar, target, positioning, diferensiasi, marketing mix, selling, brand, service, dan process), pada dasarnya marketing adalah sesuatu yang sederhana. Social marketing dapat diumpamakan sebagai seni “menjual” diri (selling self) atau organisasi. Apabila seseorang atau organisasi mempraktikkan prinsip-prinsip : promosi tanpa memaksa, memahami dan menerapkan positioning secara tepat, memahami branding dan diferensiasi berarti lembaga atau perusahaan telah menjalankan marketing dengan benar.
Apa saja landasan pemasaran secara umum yang dapat diterapkan pada pemasaran sosial? Dasar-dasar marketing sebagai “3i Marketing Triangel”, yaitu positioning (cara sasaran/publik yang hendak diubah perilakunya mendefinisikan perusahaan/organisasi dengan kompetitor), differentiation (perbedaan) dan brand (keunikan, ketajaman dan fokus sebuah produk dibandingkan denga produk lainnya, bisa berupa logo dan bentuk unik).
Pemasaran di masa kini menjadi lebih berhasil apabila memperbanyak strategi marketing horizontal (dari individu ke individu). Misalnya, dengan membuat situs web. Cara-cara vertikal seperti menggunakan metode komunikasi satu arah kini kurang efektif. Marketing seharusnya tidak dipandang hanya sebagai sebuah alat atau seolah anggota tubuh. Pandanglah marketing sebagai sebuah keseluruhan (the whole), sesuatu yang menyeluruh. Menurut Hermawan, dimasa  kini visi, misi, dan nilai-nilai organisasi tidak hanya melibatkan intelektualitas (mind) dan hati (heart), melainkan juga ruh (spirit). Penjabaran dapat dilihat pada bagan “3² values-Based Matrix”. Intinya, pandanglah marketing sebagai the whole (menyeluruh dan utuh) dan bukan sekedar alat atau diandaikan anggota tubuh.

f.    Marketing Mix dengan Pendekatan “4 P dan P plus”
Seperti pemasaran komersial, fokus utama adalah pada konsumen-pada belajar apa yang orang inginkan dan butuhkan daripada mencoba membujuk mereka untuk membeli apa yang kita kebutulan produksi. Pemasaran pembicaraan untuk konsumen, bukan tentang produk. Proses perencanaan ini mengambil fokus konsumen memperhitungkan dengan mengatasi unsur-unsur dari “bauran pemasaran”. Hal ini mengacu pada keputusan tentang  Product (konsepsi sebuah produk), Harga (price), Distribusi (place), Promosi (promotion). Ini sering disebut “4 P” pemasaran. Pemasaran sosial juga menambahkan beberapa lagi “itu P”. Pada akhirnya dalah contoh dari bauran pemasaran.


1)  Produk (product)
Pemasaran “produk” sosial tidak selalu korban fisik. Sebuah kontinum produk ada mulai dari yang nyata, produk-produk fisik (misalnya, kondom), untuk layanan (misalnya, ujian medis), praktik (misalnya, menyusui, atau makan diet, jantung sehat) dan akhirnya, lebih banyak ide tidak berwujud (misalnya, perlindungan lingkungan). Untuk memiliki produk yang layak, orang harus terlebih dahulu merasa bahwa mereka memiliki masalah asli, dan bahwa penawaran produk adalah solusi yang baik untuk masalah itu. Peran penelitian disini adalah untuk menemukan persepsi konsumen dari masalah dan produk, dan untuk menentukan seberapa penting mereka merasa itu adalah untuk mengambil tindakan terhadap masalah.
2)  Harga (price)
“Harga” mengacu pada apa yang konsumen harus lakukan untuk mendapatkan produk pemasaran sosial. Biaya ini mungkin moneter, atau malah mungkin memerlukan konsumen untuk menyerah berwujud, seperti waktu atau usaha, atau mengambil resiko malu dan ketidaksetujuan. Jika biaya lebih besar daripada manfaatnya dari seorang individu, nilai yang dirasakan dari korban akan rendah dan akan tidak mungkin diadopsi. Namun, jika imbalan tersebut dianggap sebagai lebih besar dari biaya mereka, kemungkinan percobaan dan adopsi produk jauh lebih besar.
Dalam menetapkan harga, terutama untuk produk fisik, seperti kontrasepsi, ada masalah yang perlu dipertimbangkan. Jika produk dngan harga yang terlalu rendah, atau disediakan secara gratis, konsumen mungkin melihatnya sebagai yang rendah dalam kualiatas. Disisi lain, jika harga terlalu tinggi, beberapa konsumen tidak akan mampu membelinya. Pemasar sosial harus menyeimbangkan pertimbangan ini, dan sering berakhir pengisian minimal biaya nominal untuk meningkatkan biaya persepsi kualitas dan untuk memberikan rasa “martabat” untuk transakasi. Persepsi dari biaya dan manfaat dapat ditentukan melalui penelitian, dan digunakan dalam memposisikan produk.
3)  Tempat (place)
“Tempat” menggambarkan cara bahwa produk tersebut mencapai konsumen. Untuk produk yang nyata, ini mengacu pada sistem distribusi termasuk gudang, truk, tenaga penjualan, gerai ritel dimana itu dijual, atau tempat dimana ia diberikan secara gratis. Untuk produk yang tidak berwujud, tempat kurang jelas, tetapi mengacu pada keputusan tentang saluran melalui mana konsumen mencapai dengan informasi atau pelatihan. Ini mungkin termasuk kantor dokter, pusat perbelanjaan, media massa kendaraan atau di rumah demonstrasi. Unsur lain tempat adalah memutuskan bagaimana memastikan aksesibilitas korban dan kualitas pelayanan. Dengan menentukan kegiatan dan kebiasaab target audiece, serta pengalaman mereka dan kapuasan dengan sistem pengiriman yang ada, peneliti dapat menentukan cara yang paling ideal distribusi yang ditawarkan.
4)  Promosi (promotion)
Akhirnya, yang terakhir “P” adalah promosi. Karena visibilitas, unsur ini sering keliru dianggap sebagai terdiri dari seluruh pemasaran sosial. Namun, seperti dapat dilihat oleh pembahasan sebelumnya, hanya satu bagian. Promosi terdiri dari pemanfaatan yang terintegrasi dari periklanan, humas, promosi, advokasi media, penjualan pribadi dan kendaraan hiburan. Fokusnya adalah pada menciptakan dan mempertahankan permintaan untuk produk. Iklan layanan masyarakat atau iklan dibayar adalah salah satu cara, tetapi ada metode lain seperti kupon, acara media, editorial, “Tupperware” ala pesta atau di dalam toko display. Penelitian sangat penting untuk menentukan kendaraan yang paling efektif dan efisien untuk menjangkau khalayak sasaran dan meningkatkan permintaan. Temuan penelitian primer sendiri juga dapat digunakan untuk mendapatkan publisitas untuk program di acara-acara media dan berita.

3.  Strategi Aplikasi Sistem Promosi Kesehatan Precede-Proceed
Sesuai dengan strategi yang telah dibahas pada bab sebelumnya, promosi kesehatan dapat dilaksanakan sesuai dengan konsep yang telah ditentukan sesuai dengan cakupan dan kebutuhan masyarakat dengan pendekatan strategi yang telah dijalankan, karena tolak ukur keberhasilan dari program promosi kesehatan berlaku sistematis dan tidak hanya mengacu pada tahap pelaksanaan saja. Pada bab ini akan dibahas mengenai strategi aplikasi dalam promosi kesehatan dengan pendekatan sistem pengkajian, analisis data, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam promosi kesehatan.
a.  Tahap Pengkajian dalam Promosi Kesehatan
Tahap ini sangat berguna untuk pengumpulan informasi yang merupakan tahap awal dalam proses penentuan promosi kesehatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data/informasi tentang masalah-masalah yang dihadapi individu, kelompok atau masyarakat. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk menentukan perencanaan selanjutnya guna mengatasi masalah-masalah kurangnya pengetahuan.
Pengkajian dapat dilakukan dari data yang ada maupun dengan melakukan pengumpulan data secara langsung dari inidividu, kelompok atau masyarakat dan pihak yang terkait. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara survei, Focus Group Discussion (FGD) atau wawancara dengan informan kunci seperti kepala desa, tokoh masyarakat, kader atau perwakilan masyarakat setempat dan pihak terkait.
Dari aspek aplikasi, Promosi Kesehatan mencakup komponen-komponen atau faktor-faktor yang terkait dengan pelaksanaan Promosi Kesehatan di lapangan. Pelaksanaan atau Promosi Kesehatan dari aspek praktis, tidak terlepas dari 6W dan 1H untuk menentukan pengkajian awal yang harus dilakukan, yaitu meliputi :
1)  Why, mengapa promosi kesehatan perlu dilakukan (perlunya promosi kesehatan)
2)  Who, siapa yang melaksanakan promosi kesehatan, (pelaksana promosi kesehatan)
3)  Whom, kepada siapa promosi kesehatan dilakukan atau dilaksanakan, (sasaran promosi kesehatan)
4)  What, apa saja yang akan diberikan kepada masyarakat, (materi promosi kesehatan)
5)  When, kapan promosi kesehatan dilaksanakan, (waktu pelaksanaan promosi kesehatan)
6)  Where, dimana promosi kesehatan dilakukan, (tempat atau tatanan promosi kesehatan dilakukan
7)  How, bagaimana cara melakukan promosi kesehatan (metode dan teknik promosi kesehatan.
Setelah kita mendapatkan informasi sesuai dengan kajian di atas, maka kita dapat menentukan kesimpulan masalah-masalah yang harus ditindak lanjuti dengan menentukan prioritas masalah apa yang harus diberikan dalam promosi kesehatan kepada masyarakat. Untuk selanjutnya kita dapat menentukan diagnosis masalah kesehatan.

b.  Tahap Penentuan Diagnosis dalam Promosi Kesehatan
Tahap diagnosis ini sangat diperlukan kemampuan kognitif dalam pengembangan daya pikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan,pengalaman, dan pengertian. Dalam melakukan analisis data, diperlukan kemampuan mengaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah/diagnosis kesehatan.
Pada fase inii diidentifikasi masalah perilaku yang memengaruhi masalah kesehatan dan masalah lingkungan (fisik dan psiko-sosial) yang memengaruhi perilaku dan status kesehatan maupun kualitas hidup masyarakat. Adapun diagnosis yang dapat ditentukan pada tahap ini ialah : 1) diagnosis sosial; 2) diagnosis epidemiologi; 3) diagnosis perilaku dan lingkungan; 4) diagnosis pendidikan dan organisasional; 5) diagnosis administratif dan kebijakan.

c.   Tahap Menetapkan Prioritas Masalah dalam Promosi Kesehatan
Langkah yang harus ditempuh untuk menetapkan prioritas masalah kesehatan adalah :
1)  Menetapkan status kesehatan
2)  Menentukan pola pelayanan kesehatan yang ada
3)  Menentukan hubungan antara status kesehatan dengan pelayanan kesehatan di masyarakat.
4)  Menetukan determinan masalah kesehatan.
Setelah melakukan langkah-langkah di atas, selanjutnya dalam menentukan prioritas masalah kita harus mempertimbangkan beberapa faktor, seperti :
1)  Beratnya masalah dan akibat yang ditimbulkan.
2)  Pertimbangan politis, guna mendapatkan dukungan
3)  Sumber daya yang ada di masyarakat.
d.  Tahap Menentukan Tujuan dalam Promosi Kesehatan
Agar tuuan promosi kesehatan di masyarakat dapat dicapai dan dijalankan sesuai dengan apa yang diinginkan, maka tujuan harus dibuat dengan berpedoman pada SMART yang merupakan singkatan dari Spesific; yang artinya tujuan harus khusus, Measurable; atau dapat diukur, Appropriat; atau tepat guna, Reasonable; atau dapat dilaksanakan, dan Time bound; yang artinya harus dicapai dalam kurun waktu tertentu.
Menurut Green dan Kreuter (2005), tujuan promosi kesehatan terdiri atas tiga tingkatan, yaitu :
1)   Tujuan program (Program Objective)
Merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode waktu tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan. Jika ditinjau dari kerangka PRECEDE-PROCEED, maka tujuan program merupakan refrleksi dari fase sosial dan epidemiologi. Oleh sebab itu, tujuan program sering pula disebut sebagai tujuan jangka panjang.
2)  Tujuan pendidikan (educational objective)
Merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai dan dapat mengatasi masalah kesehatan yang ada, yang merupakan refleksi dari fase perilaku dan lingkungan. Oleh sebab itu, tujuan pendidikan disebut pula sebagai tujuan jangpa menengah.
3)  Tujuan perilaku (behavioral objective)
Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai perilaku yang diinginkan, yang jika dilihat dari kerangka PRECEDE-PROCEED merupakan refleksi dari fase pendidikan dan organisasional. Oleh sebab itu, tujuan perilaku berhubungan dengan pengetahuan dan sikap dan disebut pula sebagai tujuan jangka pendek.
WHO (2003) menyederhanakan tujuan program promosi kesehatan di masyarakat menjadi dua yang terdiri atas: 1) tujuan umum (goal), yang merupakan pernyataan tentang status kesehatan yang akan dicapai diakhir program yang akan dilaksanakan selama periode waktu tertentu, dan 2) tujuan khusus (objective), yang merupakan pernyataan tentang pengetahuan, sikap dan perilaku atau keterampilan tertentu yang dapat mengatasi masalah kesehatan yang ada. tujuan khusus merupakan gabungan dari tujuan pendidikan dan tujuan perilaku dari tingkatan tujuan.

e.  Tahap Menentukan Metode Promosi Kesehatan
Dalam menentukan metode yang akan digunakan dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat harus dipertimbangkan aspek yang akan dicapai. Bila mencakup aspek pengetahuan maka dapat dilakukan dengan cara penyuluhan langsung, misalnya materi penyuluhan, pemasangan poster dan spanduk di lingkungan masyarakat, sehingga warga dan masyarakat sering melihat dan membacanya yang akan berdampak pada terjadinya perubahan pengetahuan mereka. Untuk aspek sikap perlu diberikan contoh yang lebih konkret yang dapat menggugah emosi, perasaan, dan sikap masyarakat, misalnya dengan memperlihatkan foto, slide, atau pemutaran film. Untuk maksud tersebut dapat dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan pihak-pihak terkait, seperti pemerintah daerah dinas kesehatan, lembaga pendidikan, pihak swasta dan LSM yang ada, dan lain sebagainya.

f.    Tahap Menentukan Media Promosi Kesehatan
Teori pendidikan menyebutkan belajar yang paling baik dan mudah adalah dengan menggunakan panca indera sebanyak mungkin, yang untuk maksud tersebut hampir semua program pendidikan kesehatan menggunakan berbagai media. Jenis media yang digunakan harus disesuaikan dengan sasaran pendidikan, aspek yang ingin dicapai, metode yang digunakan, dan sumber daya yang ada.

g.  Tahap Menyusun Rencana Evaluasi dalam Promosi Kesehatan
Evaluasi bertujuan untuk mengukur keberhasilan dari apa yang telah dilaksanakan. Oleh sebab itu, pada waktu mengembangkan perencanaan program promosi kesehatan di masyarakat, rencana evaluasi juga harus dilaksanakan. Disini harus dijabarkan tentang kapan evaluasi akan dilaksanakan, dimana akan dilaksanakan, kelompok sasaran mana yang akan dievaluasi, dan siapa yang akan melaksanakan evaluasi.
1)  Prinsip evaluasi :
a)  Memperkuat program; tujuan kita adalah promosi kesehatan dan peningkatan kepercayaan diri masyarakat.
b)  Menggunakan pendekatan multiple; selain pendekatan multidisiplin, metode evaluasi mungkin banyak dan bermacam-macam yang sejalan dengan tujuan program.
c)  Merancang evaluasi untuk memenuhi isu nyata; program berbasis dan berfokus masyarakat, yang berakar pada komunitas “nyata” dan berdasarkan pengakajian, harus memiliki rancangan evaluasi untuk mengukur kriteria mengenai pentingnya program tersebut bagi masyarakat.
d)  Menciptakan proses partisipasi; apabila masyarakat merupakan bagian dari pengkajian, analisis, perencanaan, dan implementasi, merekapun harus menjadi mitra dalam evaluasi.
e)  Memungkinkan fleksibilitas; pendekatan evaluasi harus fleksibel dan bersifat perskriptif, jika tidak, akan sulit untuk mendokumentasikan munculnya perubahan yang sering kali meningkat secara tajam dan kompleks.
f)   Membangun kapasitas; selain mengukur hasil akhir, harus meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan perilaku indifidu yang terlibat didalamnya.
2)  Jenis evaluasi yang dilakukan :
a)  Evaluasi formatif
Maksud dari evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan di tengah-tengah atau pada saat berlangsungnya proses kegiatan promosi kesehatan, yaitu dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana proses promosi kesehatan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.
Adapun manfaat dari evaluasi formatif adalah :
Ø Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat atau tidak?
Ø Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan pra-syarat yang belum diperhitungkan?
Ø Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan dicapai atau tidak?
Ø Apakah metode, pendekatan dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat atau tidak?
b)  Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilaksanakan setelah sekumpulan program promosi kesehatan selesai diberikan. Dengan kata lain evaluasi yang dilaksanakan setelah seluruh rangkaian program promosi kesehatan diberikan. Adapun tujuan utama dari evaluasi sumatif ini adlah untuk menentukan keberhasilan masyarakat/audience setelah mereka mendapatkan promosi kesehatan dalam jangka waktu tertentu.
Berikut ini merupakan beberapa manfaat yang didapat dari evaluasi sumatif :
Ø Untuk menentukan nilai keberhasilan program promosi kesehatan
Ø Untuk menentukan masyarakat dapat atau tidak mengikuti/menerima dalam program berikutnya
Ø Untuk catatan kemampuan masyarakat dalam menerima rangkaian program promosi kesehatan.


h.  Tahap Menyusun Jadwal Pelaksanaan Kegiatan dan Tindak Lanjut
Untuk memudahkan pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan yang dilakukan perlu disusun jadwal pelaksanaan kegiatan, yang biasanya disajikan dalam bentuk gan chart, yang terdiri dari : waktu, tempat, dan pelaksanaan dari setiap kegiatan. Tindak lanjut program dalam hal ini adalah bentuk evaluasi dalam jangka panjang untuk menindaklanjuti kegiatan yang bersifat sistematis/berkesinambungan, akan tetapi dapat pula dilakukan reassessment apabila dikemudian hari didapatkan perkembangan/perubahan kebutuhan dari masyarakat dalam pengetahuan yang terkait dengan pelaksanaan promosi kesehatan agar selalu bermanfaat dan selalu fresh sesuai trend maupun isu perkembangan ilmu yang ada.

C. Pelaksanaan Promosi bidang Kesehatan Lingkungan:
1.  Persiapan kegiatan promosi bidang Kesehatan Lingkungan
a.  Pendekatan kepada masyarakat dan lingkungan
b.  Menentukan metode promosi kesehatan
1)  Jenis – jenismetode
Secara garis besar, metode dibagi menjadi dua, yaitu metode didaktif dan metode sokratik.
a)  MetodeDidaktif
Metode ini didasarkan atau dilakukan secara satu arah. Tingkat keberhasilan metode didaktif sulit dievaluasi karena peserta didik bersifat pasif dan hanya pendidik yang aktif. Misalnya: ceramah, film, leaflet, booklet, poster dan siaran radio.
b)  MetodeSokratif
Metode ini dilakukan secara dua arah. Dengan metode ini, kemungkinan antara pendidik dan peserta didik bersikap aktif dan kreatif. Misalnya: diskusi kelompok, debat, panel, forum, seminar, bermain peran, curah pendapat, demonstrasi, studi kasus, loka karya dan penugasan perorangan.


2)  Menentukan media promosi kesehatan
Media adalah alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran. Media promosi kesehatan adalah alat yang dipakai untuk mengirimkan pesan kesehatan. Media pendidikan kesehatan disebut juga alat peraga karena berfungsi membantu dan memeragakan sesuatu dalam proses pendidikan atau pengajaran. Pembuatan alat peraga atau media mempunyai prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang diterima dan ditangkap melalui panca indra.
Semakin banyak pancaindra yang digunakan maka semakin jelas juga pengetahuan yang didapatkan. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan alat peraga dapat melibatkan indra sebanyak mungkin pada suatu objek sehingga dapat memudahkan pemahaman bagi peserta didik. Alat peraga atau media mempunyai intensitas yang berbeda dalam membantu pemahaman seseorang. Elgar menggambarkan intensitas setiap alat peraga dalam suatu kerucut.
KERUCUT  ELGAR  DALE
KETERANGAN :
a)  Kata-kata
b)  Tulisan
c)  Rekaman, Radio
d)  Film
e)  Televisi
f)   Pameran
g)  Field Trip
h)  Demonstasi
i)    Sandiwara
j)    Benda Buatan
k)  Benda Asli
Berdasarkan gambar alat peraga yang memiliki intensitas paling tinggi adalah benda asli sedangkan yang memiliki intensitas paling rendah adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa penyampaian materi hanya menggunakan kata-kata saja kurang efektif jadi akan lebih efektif dan efisien jika menggunakan beberapa alat peraga atau gabungan beberapa media.
Pemilihan media promosi kesehatan ditentukan oleh banyaknya sasaran, keadaan geografis, karakteristik partisipan, dan sumber daya pendukung. Contohnya di daerah terpencil yang hanya dapat dicapai dengan peswat terbang khusus dan pendidikan kesehatan yang diinginkan adalah yang mencapai sebanyak mungkin sasaran, maka media yang dapat dipilih adalah flyer atau media elektronik jika sumber dayanya memungkinkan.
c.   Persiapan sarana.
d.  Penyiapan tenaga fasilitator.

2.  Penyusunan Rencana Promosi bidang Kesehatan Lingkungan
Tahap perencanaan penting untuk memastikan bahwa promosi kesehatan yang akan dilakukan terfokus pada prioritas kerja yang sesuai dengan tujuan/goal yaitu memberikan layanan keperawatan terbaik pada klien meliputi individu, kelompok maupun masyarakat. Model perencanaan diperlukan dalam promosi kesehatan karena perencanaan menyediakan cara untuk memandu pilihan sehingga keputusan yang dibuat mewakili cara terbaik untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pendekatan rasional menunjukkan bahwa seluruh jajaran atau option harus diidentifikasi dan dipertimbangkan sebelum program komprehensif disusun. Model perencanaan rasional (Rational planning model) memberikan pedoman pilihan dalam mengambil keputusan yang mewakili langkah terbaik untuk mencapai tujuan yang akan dicapai.
Perencanaan kegiatan promosi kesehatan dilaksanakan oleh masyarakat sendiri sesuai kebutuhan masyarakat di wilayah tersebut. Perencanaan dilakukan oleh masyarakat dan di fasilitasi oleh fasilitator, meliputi kegiatan promosi kesehatan di masyarakat atau instansi seperti di sekolah, menggunakan panduan perencanaan partisipatif masyarakat, sehingga dapat disusun rencana kerja masyarakat.
Beberapa batasan tentang perencanaan yang penting diketahui :
a.  Perencanaan adalah kemampuan untuk memilih suatu kemungkinan yang tersedia dan yang dipandang paling tepat untuk mencapai tujuan
b.  Perencanaan adalah pekerjaan yang menyangkut penyusunan konsep serta kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan demi mas depan yang lebih baik
c.   Perencanaan adalah upaya menyusun berbagai keputusan yang bersifat pokok yang dipandang paling penting dan yang akan dilaksakan menurut urutannya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan
d.  Perencanaan adalah proses menetapkan pengarahan yang resmi dan menetapkan berbagai hambatan yang dipikirkan dan dalam menjalankan suatu program guna dipakai sebagai pedoman dalam suatu organisasi.
e.  Perencanaan adalah proses kerja yang terus menerus yang meliputi pengambilan keputusan yang bersifat pokok dan penting dan yang akan dilaksakan secara sistematik, melakukan perkiraan-perkiraan dengan mempergunakan segala pengetahuan yang ada tentang masa depan, mengorganosir secara sistematik segala upaya yang dipandang perlu untuk melaksanakan segala keputusan yang telah ditetapkan, serta mengukur keberhasilan dalam pelaksanaan segala keputusan tersebut dengan membandingkan hasil yang dicapai terhadap target yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan umpan balik yang diterima dan yang telah disusun secara teratur dan baik.
Perencanaan memeiliki keuntungan supaya tujuan yang akan dicapai jelas oleh karena itu dalam tahap perencanaan memerlukan:
a.  Pengkajian kebutuhan promosi kesehatan
b.  Penentuan tujuan mengenai apa yang akan dicapai
c.   Penentuan target berhubungan dengan tepat hasil. Target harus SMART; Sesific, Measurable, Achieveable, Realistic, Time-limited
d.  Pemilihan metode atau strategi yang akan digunakan dalam pencapaian tujuan
e.  Evaluasi hasil
Beberapa perecanaan diperkenalkan dalam bentuk linier, namun ada juga model perencanaan yang ditampilkan dalam bentuk circular (melingkar), yang mengindikasi bahwa pada hasil evaluasi akan dijadikan feedback (umpan balik) pada tahap perencanaan berikutnya.
Langkah kegiatan perencanaan promosi kesehatan adalah seperti diuraikan di bawah ini :
a.  Identifikasi Masalah, Potensi dan Analisis Situasi
b.  Menentukan Tujuan Promosi Kesehatan
Pada dasarnya tujuan utama promosi kesehatan adalah untuk mencapai 3 hal, yaitu :
1)  Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat
2)  Peningkatan perilaku masyarakat
3)  Peningkatan status kesehatan masyarakat

c.   Menentukan Sasaran Promosi Kesehatan
Di dalam promosi kesehatan yang dimaksud dengan sasaran adalah kelompok sasaran, yaitu individu, kelompok maupun keduanya.

d.  Menentukan Isi/MateriPromosiKesehatan
            Isi  promosi kesehatan harus dibuat sesederhana mungkin sehingga mudah dipahami oleh sasaran. Bila perlu buat menggunakan gambar dan bahasa setempat sehingga sasaran mau melaksanakan isi pesan tersebut.

e.  MenentukanMetode
1)  Pengetahuan: penyuluhan langsung, pemasangan poster, spanduk, penyebaran leaflet, dll.
2)  Sikap: memberikan contoh konkrit yang dapat menggugah emosi, perasaan dan sikap sasaran, misalnya dengan memperlihatkan foto, slide atau melalui pemutaran film/video.
3)  Keterampilan:  sasaran harus diberi kesempatan untuk mencoba keterampilan tersebut.
4)  Pertimbangkan sumber dana & sumber daya.


f.    Menetapkan Media
1)  Teori pendidikan : belajar yang paling mudah adalah dengan menggunakan media.
2)  Media yang dipilih harus bergantung pada jenis sasaran, teknik pendidikan, aspek yang ingin dicapai, metode yang digunakan dan sumber daya yang ada.

g.  Menyusun Rencana Evaluasi
Rencana evaluasi harus dijabarkan yaitu mengenai kapan evaluasi akan dilaksanakan, di mana akan dilaksanakan, kelompok sasaran yang mana akan dievaluasi & siapa yang akan melaksanakan evaluasi tersebut.

h.  Menyusun Jadwal Pelaksanaan
Penjabaran dari waktu, tempat & pelaksanaan yang biasanya disajikan dalam bentuk gan chart.

3.  Melaksanakan Promosi bidang Kesehatan Lingkungan secara Individual dan kelompok
Pelaksanaan promosi Bidang Kesehatan Lingkungan secara Individual, yaitu:
Dengan diberikannya promosi kesehatan individu diharapkan memperoleh informasi baik secara langsung ataupun melalui berbagai media, mempunyai kemampun untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya, dapat melakukan tindakan hidup bersih dan lingkungan yang sehat, ikut berperan dalam kegiatan sosial yang berkaitan dengan kesehatan.
Pelaksanaan promosi Bidang Kesehatan Lingkungan secara Kelompok, terdiri dari:
a.  Masyarakat atau LSM
Diharapkan dapat mengembangkan upaya peningkatan kesehatan dan saling bekerjasama serta saling membantu untuk mewujudkan lingkungan sehat.
b.  Lembaga pemerintah 
Diharapkan dapat perduli dan mndukung upaya mengembangkan perilaku sehat dan lingkungan sehat, membuat kebijakan yang berhubungan dengan bidang kesehatan.
c.   Institusi 
Diharapkan dapat meningkatkan mutu kesehatan yang dapat memeberi kepuasan pada masyarakat.

4.  Evaluasi hasil kegiatan promosi bidang Kesehatan Lingkungan
a.  Pengertian Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses menentukan nilai atau besarnya sukses dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. (APHA)
Evaluasi adalah bagian integral (terpadu) dari proses manajemen, termasuk manajemen promosi kesehatan. Mengapa orang melakukan evaluasi, tidak lain karena orang ingin mengetahui apa yang telah dilakukan telah berjalan sesuai rencana, apakah semua masukan yang diperkirakan sesuai dengan kebutuhan dana apakah kegiatan yang dilakukan memberi hasil dan dampak yang seperti yang diharapkan.
Evaluasi sebagai suatu proses yang memungkinkan administrator mengetahui hasil programnya dan ber-dasarkan itu mengadakan penyesuaian-penyesuaian untuk mencapai tujuan secara efektif, (Klineberg).
Berdasarkan definisi di atas, proses ini mencakup langkah-langkah:
1)  Memformulasikan tujuan
2)  Mengidentifikasi kriteria untuk mengukur sukes
3)  Menentukan dan menjelaskan besarnya sukses
4)  Rekomendasi untuk kegiatan program selanjutnya

b.  Maksud (Tujuan) Penilaian
1)  Untuk membantu perencanaan dimasa datang
2)  Untuk mengetahui apakah sarana dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya
3)  Untuk menemukan kelemahan dan kekuatan dalam pelaksanaan program
4)  Untuk membantu menentukan strategi program
5)  Untuk motivasi
6)  Untuk mendapatkan dukungan sponsor

c.   Siapa dan Bagaimana Penilaian
1)  Pihak dalam (pelaksana program), melalui:
a)  Pencatatan dan pelaporan
b)  Supervisi
c)  Wawancara
d)  Observasi
2)  Pihak luar program
a)  Laporan pihak lain
b)  Angket

d.  Kapan dilakukan Penilaian
1)  Penilaian rutin
Penilaian yang berkesinambungan, teratur dan bersamaan dengan pelaksanaan program.
2)  Penilaian berkala
Penilaian yang periodik pada setiap akhir suatu bagian program misalnya pada setiap 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun, dst.
3)  Penilaian akhir
Penilaian yang dilakukan pada akhir program atau beberapa waktu setelah akhir program selesai.

e.  Apa yang dinilai(dimensi Evaluasi)
1)  Input
Masukan, bahan, teknologi, sarana, manajemen.
2)  Proses
Pelaksanaan program promkes dibidang Kesehatan Lingkungan

3)  Output
Hasil dari program pemahaman/pengetahuan, peningkatan sikap dan keterampilan
4)  Outcome = dampak
Dampak dari program seperti peningkatan PHBS, kepemilikan JAGA, SPAL dan lain-lain.
5)  Impact
Peningkatan status kesehatan.

f.    Evaluasi Pendidikan Kesehatan
1)  Tujuan evaluasi
Untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan kesehatan tercapai atau tidak. Tujuan pendidikan kesehatan meliputi :
a)  Aspek knowledge = pengetahuan
b)  Aspek attitude = sikap
c)  Aspek psikomotorik = ketrampilan/praktik
2)  Waktu evaluasi
a)  Selama pendidikan kesehatan berlangsung
b)  Setelah pendidikan kesehatan selesai
3)  Metode evaluasi
Tergantung kepada tujuan pendidikan kesehatan
a)  Pengetahuan : tes tulis atau lisan
b)  Sikap : skala sikap
c)  Psikomotor : praktik
4)  Indikator
Sesuai tujuan pendidikan kesehatan, meliputi :
a)  Aspek pengetahuan
b)  Aspek sikap
c)  Aspek ketrampilan/tindakan
5)  Hasil = Kesimpulan
Bergantung pada tujuan pendidikan kesehatan, dikategorikan berhasil apabila peserta pendidikan kesehatan dapat:
a)  Memahami pesan pendidikan kesehatan
b)  Sikapnya baik (menerima/setuju)
c)  Melaksanakan kegiatan sesuai pesan pendidikan kesehatan

5.  Menyusun laporan hasil kegiatan.
Di akhir program tentunya akan menghasilkan sesuatu yang dapat dilihat dalam bentuk laporan akhir yang terdiri dari :
a.  Latar Belakang Masalah
b.  Rumusan Masalah
c.   Tujuan
d.  Manfaat
e.  Landasan Teori
f.    Kerangka Konsep
g.  Hipotesis
h.  Rancangan Penelitian
i.    Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
j.    Analisis Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
k.   Proses Pelaksanaan Kegiatan
l.    Evaluasi Kegiatan
m. Hasil dan Pembahasan
n.  Kesimpulan
o.  Rekomendasi
p.  Referensi
q.  Lampiran (instrumen evaluasi dan instrumen intervensi, data (transkrip, output statistik), dan dokumentasi)








Daftar Pustaka
Sumber Referensi Buku:
1.  Kholid, Ahmad. 2012. Promosi Kesehatan Dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media dan Aplikasinya. Semarang: Rajawali Pers.
2.  Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
3.  Maulana, Heri D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran.
4.  Fitriani, Sinta. 2010. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.  

Sumber Referensi Internet:
1.  http://id.wikipedia.org/wiki/Promosi_kesehatan (diakses pada tggl 22 okt 2014)

If you enjoyed this post Subscribe to our feed