Senin, 05 Oktober 2015
DOSEN :
Syamsuddin S, SKM.,M.Kes
Pembahasan Materi Promkes
Oleh Kelompok 1:
Ø
ADI HERMANTO PO.71.4.221.13.2.001
Ø
ASMILA WARNI PO.71.4.221.13.2.008
Ø
DESI PO.71.4.221.13.2.009
Ø
EVI NURSYAFITRI PO.71.4.221.13.2.012
Ø
FATKUR RAHIM PO.71.4.221.13.2.015
Ø
FELISIA NOVIANTI
SANAPANG PO.71.4.221.13.2.016
Ø
GHITA DWI LESTARI PO.71.4.221.13.2.017
Ø
MUHAMMAD ASHAR PO.71.4.221.13.2.028
Ø
NASRIAH PO.71.4.221.13.2.034
Ø
NUR PADILA PO.71.4.221.13.2.036
Ø
SUARNI S PO.71.4.221.13.2.045
Ø
SUCI SYAHRANI PO.71.4.221.13.2.046
KEMENTRIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK
KESEHATAN MAKASSAR
KESEHATAN
LINGKUNGAN
PRODI D IV
2014
A.
Promosi Kesehatan
1.
Pengertian
Promosi kesehatan
adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat
optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan
fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Ini bukan sekedar pengubahan
gaya hidup saja, namun berkaitan dengan pengubahan lingkungan yang diharapkan
dapat lebih mendukung dalam membuat keputusan yang sehat.Pengubahan gaya hidup
dapat difasilitasi melalui penggabunngan:
a. menciptakan lingkungan yang mendukung,
b. mengubah perilaku, dan
c.
meningkatkan
kesadaran.
Promosi Kesehatan
yang memiliki dua sisi, yakni sisi ilmu dan seni. Maksudnya adalah dari sisi
Seni, yakni praktisi atau aplikasi promosi kesehatan, merupakan penunjang bagi
program-program kesehatan lain. Artinya setiap program kesehatan, misalnya
pemberantasan penyakit, perbaikan gizi masyarakat, sanitasi lingkungan,
kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan, dan sebagainya, perlu
ditunjang atau dibantu oleh promosi kesehatan (di Indonesia sering disebut
Penyuluhan Kesehatan). Hal ini esensial, karena masing-masing program tersebut
mempunyai aspek perilaku masyarakat yang perlu dikondisikan dengan promosi
kesehatan.
Dari
penelitian-penelitian yang ada terungkap, meskipun kesadaran dan pengetahuan
masyarakat sudah tinggi tentang kesehatan, namun praktik(practice) tentang
kesehatan atau perilaku hidup sehat masyarakat masih rendah. Setelah dilakukan
pengkajian oleh Organisasi Kesehatan Dunia(WHO), terutama di negara-negara
berkembang, ternyata faktor pendukung atau sarana dan prasarana tidak mendukung
masyarakat untuk berperilaku hidup sehat.
Misalnya meskipun kesadaran dan pengetahuan orang atau masyarakat
tentang kesehatan (misalnya: sanitasi lingkungan, gizi, imunisasi, pelayanan
kesehatan, dan sebagainya) sudah tinggi, tetapi apabila tidak didukung oleh fasilitas,
yaitu tersedianya jamban sehat, air bersih, makanan yang bergizi, fasilitas
imunisasi, yankes, dan sebagainya maka mereka sulit untuk mewujudkan perilaku
tersebut.
Oleh sebab itu WHO
pada awal tahun 1980 menyimpulkan bahwa pendidikan kesehatan tidak mampu
mencapi tujuannya apabila hanya memfokuskan pada upaya-upaya perubahan perilaku
saja. Promosi Kesehatan harus mencakup pula upaya perubahan lingkungan (fisik,
sosial budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya) sebagai penunjang atau
pendukung perubahan perilaku tersebut. Sebagai perwujudan dari perubahan konsep
promosi kesehatan ini secara organisasi struktural, maka pada tahun 1984,
Divisi Pendidikan Kesehatan (Health Education) dalam WHO diubah menjadi Divisi
Promosi dan Pendidikan Kesehatan (Division on Health Promotion and Education).
Jadi dapat
disimpulkan bahwa promosi kesehatan merupakan revitalisasi pendidikan kesehatan
pada masa lalu, Promosi Kesehatan bukan hanya proses Penyadaran masyarakat atau
pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja tetapi
juga disertai upaya-upaya memfasilitasi perubahan perilaku. WHO telah merumuskan
:
“Health promotion is the process of enabling
people to increase control over, and improve, their health. To reach a state of
complete physical, mental, and social, well-being, an individual or group must
be able to identify and realize aspirations, to satisfy needs, and to change or
cope with the environment”. (Ottawa Charter, 1986).
Dari kutipan di
atas dapat ditarik kesimpulan bahwa promosi kesehatan adalh proses untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Bertolak dari
pengertian yang dirumuskan WHO tersebut, di Indonesia pengertian Promosi
Kesehatan dirumuskan sebagai berikut: “Upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh dan bersama masyarakat agar mereka
dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber
daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan”.
Batasan lain,
promosi kesehatan adalah yang dirumuskan oleh Australian Health Foundation sebagai berikut:
“Health Promotion is Programs are designed to bring about
“change” within people, organization, communities, and their environment”.
Hal ini berarti
bahwa promosi kesehatan adalah program kesehatan yang dirancang untuk membawa
perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam
organisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, politik, dan
sebagainya). Dari dua kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan,
sikap, dan praktik kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki
lingkungan (baik fisik maupun nonfisik) dalam rangka memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka.
2.
Tujuan
Sesuai dengan visi
dan misinya, tujuan dari Promosi Kesehatan adalah meningkatnya kemampuan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk hidup sehat dan mengembangkan
upaya kesehatan yang bersumber masyarakat serta terciptanya lingkungan yang
kondusif untuk mendorong terbentuknya kemampuan tersebut.
Menurut Green,1991
dalam Maulana(2009) tujuan promosi kesehatan terdiri dari tiga tingkatan yaitu:
a. Tujuan Program
Refleksi dari fase
social dan epidemiologi berupa pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam
periode tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan. Tujuan program ini
juga disebut tujuan jangka panjang, contohnya mortalitas akibat kecelakaan
kerja pada pekerja menurun 50 % setelah promosi kesehatan berjalan lima tahun.
b. Tujuan Pendidikan
Pembelajaran yang
harus dicapai agar tercapai perilaku yang diinginkan. Tujuan ini merupakan
tujuan jangka menengah, contohnya : cakupan angka kunjungan ke klinik
perusahaan meningkat 75% setelah promosi kesehatan berjalan tiga tahun.
c.
Tujuan Perilaku
Gambaran perilaku
yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan. Tujuan ini bersifat jangka
pendek, berhubungan dengan pengetahuan, sikap, tindakan, contohnya: pengetahuan
pekerja tentang tanda-tanda bahaya di tempat kerja meningkat 60% setelah
promosi kesehatan berjalan 6 bulan.
3.
Ruang Lingkup
Secara sederhana
ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai berikut :
a. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health
education) yang penekanannya pada perubahan/perbaikan perilaku melalui
peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan.
b. Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social
marketing), yang penekanannya pada pengenalan produk/jasa melalui kampanye.
c.
Promosi kesehatan
adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang tekanannya pada
penyebaran informasi.
d. Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif)
yang penekanannya pada upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
e. Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang
kesehatan.
Ruang Lingkup Promosi
Kesehatan Menurut Prof.Dr.Soekidjo Notoadmodjo, ruang lingkup promosi kesehatan
dapat dilihat dari beberapa dimensi yaitu:
a. Ruang Lingkup berdasarkan Dimensi aspek pelayanan kesehatan
Secara umum bahwa
kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok, yakni: promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif. Ahli lain hanya membaginya menjadi 2 aspek, yakni:
a) aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat, dan b) aspek preventif
(pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan sasaran kelompok orang yang
beresiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok yang sakit. Sejalan dengan
uraian ini, maka ruang llingkup pendidikan/promosi kesehatan juga dikelompokkan
menjadi dua.
1) Promosi Kesehatan pada aspek promotif
Sasaran promosi
kesehatan pada aspek promotif adalah kelompok orang sehat. Selama ini kelompok
orang sehat kurang memperoleh perhatian dalam upaya kesehatan masyarakat.
Padahal kelompok orang sehat di suatu komunitas sekitar 80-85% dari populasi.
Apabila jumlah ini tidak dibina kesehatannya, maka jumlah ini akan meningkat.
Oleh sebab itu pendidikan kesehatan pada kelompok ini perlu ditingkatkan atau
dibina agar tetap sehat, atau lebih meningkat lagi. Derajat kesehatan adalah
dinamis, oleh sebab itu meskipun seseorang sudah dalam kondisi sehat, tetap
perlu ditingkatkan dan dibina kesehatannya.
2) Promosi Kesehatan pada aspek Pencegahan dan Penyembuhan
Pada aspek ini
upaya promosi kesehatan mencakup 3 (tiga) upaya atau kegiatan, yakni:
a) Pencegahan tingkat pertama (Primary prevention)
Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah kelompok masyarakat yang
berisiko tinggi (high risk), misanya
kelompok ibu hamil dan menyusui, para perokok, obesitas (orang-orang yang
kegemukan), para pekerja seks (wanita atau pria), dan sebagainya. Tujuan upaya
promosi kesehatan pada kelompok ini adalah agar mereka tidak jatuh sakit atau
terkena penyakit.
b) Pencegahan tingkat kedua (Secondary
prevention)
Sasaran promosi
kesehatan pada aspek ini adalah para penderita penyakit kronis, misalnya asma,
diabetes melitus, tuberkulosis, rematik, tekanan darah tinggi, dan sebagainya.
Tujuan upaya promosi kesehatan pada kelompok ini adalah agar penderita mampu
mencegah penyakitnya menjadi lebih parah.
c) Pencegahan tingkat tiga (Tertiary
prevention)
Sasaran promosi kesehatan
pada aspek ini adalah kelompok pasien yang baru sembuh (recovery) dari suatu penyakit. Tujuannya adalah agar mereka segera
pulih kembali kesehatannya. Dengan kata lain menolong para penderita yang baru
sembuh dari penyakitnya ini agar tidak menjadi cacat atau mengurangi kecacatan
seminimal mungkin (rehabilitasi).
b. Ruang Lingkup berdasarkan Dimensi tatanan (setting) atau
tempat pelaksanaan promosi kesehatan.
Berdasarkan tatanan
(setting) atau tempat pelaksanaan
promosi atau pendidikan kesehatan, maka ruang lingkup promosi kesehatan ini
dapat dikelompokkan menjadi:
1) Promosi Kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)
Keluarga atau rumah
tangga adalah unit masyarakat terkecil. Oleh sebab itu untuk mencapai perilaku
masyarakat yang sehat harus dimulai di masing-masing keluarga. Di dalam
keluargalah mulai terbentuk perilaku-perilaku masyarakat. Orang tua (ayah dan
ibu) merupakan sasaran utama dalam promosi kesehatan pada tatanan ini. Karena
orang tua, terutama ibu, merupakan peletak dasar perilaku dan terutama perilaku
kesehatan bagi anak-anak mereka.
2) Promosi Kesehatan pada tatanan sekolah
Sekolah merupakan
perpanjangan tangan pendidikan kesehatan bagi keluarga. Sekolah, terutama guru
pada umumnya lebih dipatuhi oleh murid-muridnya. Oleh sebab itu lingkungan
sekolah, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial yang sehat, akan sangat
berpengaruh terhadap perilaku sehat anak-anak (murid). Kunci pendidikan
kesehatan di sekolah adalah guru, oleh sebab itu perilaku guru harus
dikondisikan, melalui pelatihan-pelatihan, seminar, lokakarya, dan
sebagainya.
3) Promosi Kesehatan di tempat kerja
Tempat kerja
merupakan tempat orang dewasa memperoleh nafkah untuk keluarga. Lingkungan
kerja yang sehat (fisik dan nonfisik) akan mendukung kesehatan pekerja atau
karyawannya dan akhirnya akan menghasilkan produktifitas yang optimal.
Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak sehat serta rawan kecelakaan kerja akan
menurunkan derajat kesehatan pekerjanya, dan akhirnya kurang produktif. Oleh
sebab itu pemilik, pemimpin, atau menajer dari institusi tempat kerja termasuk
perkantoran merupakan sasaran promosi kesehatan sehingga mereka peduli terhadap
kesehatan para pekerjanya dan mengembangkan unit pendidikan kesehatan di tempat
kerja.
4) Promosi Kesehatan di tempat-tempat umum
Tempat-tempat umum
di sini mencakup pasar, terminal bus, bandar udara, tempat-tempat perbelanjaan,
tempat-tempat olahraga, taman-taman kota, dan sebagainya. Tempat-tempat umum
yang sehat, bukan saja terjaga kebersihannya, tetapi juga harus dilengkapi dengan
fasilitas kebersihan dan sanitasi, terutama WC umum dan sarana air bersih,
serta tempat sampah. Para pengelola tempat-tempat umum merupakan sasaran
promosi kesehatan agar mereka melengkapi tempat-tempat umum dengan fasilitas
yang dimaksud, disamping melakukan imbauan-imbauan kebersihan dan kesehatan
bagi pemakai tempat umum atau masyarakat melalui pengeras suara, poster, leaflet, dan sebagainya.
5) Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitas pelayanan
kesehatan ini mencakup rumah sakit (RS), puskesmas, poliklinik, rumah bersalin,
dan sebagainya. Kadang-kadang sangat ironis, di mana rumah sakit atau puskesmas
tidak menjaga kebersihan fasilitas pelayanan kesehatan. Keadaan fasilitas
tersebut kotor, bau, tidak ada air, tidak ada tempat sampah dan sebaginya. Oleh
sebab itu pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan merupakan sasaran utama
promosi kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan ini. Mereka inilah yng
bertanggung jawab atas terlaksananya pendidikan atau promosi kesehatan di
institusinya. Kepada para pemimpin atau manajer institusi pelayanan kesehatan
ini diperlukan kegiatan advokasi. Sedangkan bagi para karyawannya diperlukan
pelatihan tentang promosi kesehatan. Beberapa rumah sakit memang telah
mengembangkan unit pendidikan (penyuluhan) tersendiri yang disebut PKMRS
(Penyuluhan/Promosi Kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit).
c.
Ruang Lingkup
Berdasarkan Tingkat Pelayanan
Berdasarkan dimensi
tingkat pelayanan kesehatan, promosi kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima
tingkat pencegahan (five levels of prevention)
dari Leavel and Clark.
1) Promosi kesehatan
(Health Promotion)
Dalam tingkat ini
promosi kesehatan diperlukan misalnya dalam peningkatan gizi, kebiasaan hidup,
perbaikan sanitasi lingkungan, kesehatan perorangan, dan sebagainya.
2) Perlindungan Khusus
(Spesific Protection)
Dalam program
Imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus ini, promosi kesehatan
sangat diperlukan terutama di negara-negara berkembang. Hal ini karena
kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai cara perlindungan
terhadap penyakit pada orang dewasa maupun pada anak-anaknya, masih
rendah.
3) Diagnosis dini dan
pengobatan segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment)
Dikarenakan
rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit,
maka penyakit-penyakit yang terjadi di dalam masyarakat sering sulit
terdeteksi. Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan
diobati penyakitnya. Hal ini akan menyebabkan masyarakat tidak memperoleh
layanan kesehatan yang layak. Oleh sebab itu, promosi kesehatan sangat
diperlukan pada tahap ini.
4) Pembatasan Cacat
(Disability Limitation)
Kurangnya
pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit, sering
mengakibatkan masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas. Mereka
tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya.
Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan yang bersangkutan
menjadi cacat atau memiliki ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu. Oleh karena
itu promosi kesehatan juga diperlukan pada tahap ini.
5) Rehabilitasi
(Rehabilitation)
Setelah sembuh dari
suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat. Untuk memulihkan
cacatnya tersebut diperlukan latihan-latihan tertentu. Oleh karena kurangnya
pengertian dan kesadaran orang tersebut, maka ia tidak atau segan melakukan
latihan-latihan yang dianjurkan. Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh
dari penyakit, kadang merasa malu untuk kembali ke masyarakat. Sering terjadi
pula masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai anggota masyarakat yang
normal. Oleh sebab itu jelas promosi kesehatan diperlukan bukan saja untuk
orang yang cacat tersebut, tetapi juga untuk masyarakat.
4.
Metode Penilaian kebutuhan masyarakat baik individu maupun
kelompok
a. Health belief model (model kepercayaan kesehatan)
Model kepercayaan
kesehatan (Rosenstock, 1974, 1977) sangat dekat dengan bidang pendidikan
kesehatan. Model ini menganggap bahwa perilaku kesehatan merupakan fungsi dari
pengetahuan maupun sikap. Secara khusus model ini menegaskan bahwa persepsi
seseorang tentang kerentanan dan kemujaraban pengobatan dapat mengetahui
keputusan seseorang dalam perilaku-perilaku kesehatannya.
Menurut model
kepercayaan kesehatan (Becker, 1974,1979) perilaku ditentukan oleh apakah
seseorang :
1) Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan
tertentu
2) Menganggap bahwa masalah ini serius
3) Meyakini efektivitas tujuan
pengobatan dan pencegahan
4) Tidak mahal
5) Menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan
Health belief model dapat digunakan untuk meramalkan
perilaku peningkatan kesehatan (Smet, 1994).
Teori ini menganggap bahwa perilaku esehatan merupakan
fungsi dari pengetahuan dan sikap. Health belief model merupakan model kognitif
yang mempunyai arti proses kognitif dapat dipengaruhi oleh informasi dari
lingkungan termasuk hitungan.
Menurut HealthBelief Model, perilaku dapat ditentukan oleh :
1) Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan
tertentu
2) Tingkat keseriusan masalah
3) Meyakini keefektifitas tujuan pengobatan dan pencegahan
4) Tidak mahal
5) Menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan.
Dalam melakukan
tindakan upaya pencegahan tergantung pada hasil dari dua keyakinan atau
penilaian kesehatan yaitu:
1) Ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka
Hal ini didasarkan
pada sejauh mana orang berfikir tentang penyakit atau kesakitan betul-betul
ancaman pada dirinya. Bila ancaman dirasakan semakin meningkat maka perilaku
pencegahan pun akan meningkat.
2) Pertimbangan untung dan rugi
b. Model Transteoritik
Model transteoritik (atau “Model bertahap”, “stages of change “), sesuai
namanya, mencoba menerangkan serta mengukur perilaku kesehatan dengan tidak
bergantung pada perangkap teoritik tertentu. Proschaska dan kawan-kawan (1979)
mula-mula bermaksud menjelaskan proses apa yang terjadi bila peminum alkohol
berhenti minum alkohol, dan juga terhadap proses dalam berhenti merokok.
Penelitian ini mengidentifikasikan empat tahap independen : prekontemplasi,
kontemplasi, aksi, dan pemeliharaan. Prekontemplasi mengacu pada tahap bila
seseorang belum memikirkan sebuah perilaku sama sekali, orang itu belum
bermaksud mengubah suatu perilaku. Dalam tahap kontemplasi, seseorang
benar-benar memikirkan suatu perilaku, namun masih belum siap untuk
melakukannya. Tahap aksi mengacu kepada keadaan bila orang telah melakukan
perubahan perilaku, sedangkan pemeliharaan merupakan pengentalan jangka panjang dari perubahan
yang telah terjadi. Dalam tahap aksi maupun pemeliharaan, kekambuhan, dapat
terjadi, yaitu individu kembali pada pola perilaku sebelum aksi.
Model transteorik sejalan dengan teori-teori rasional atau teori-teori
pembuatan keputusan dan teori ekonomi yang lain, terutama dalam mendasarkan
diri pada proses-proses kognitif untuk menjelaskan perubahan perilaku.
c.
Model Komunikasi
Persuasi
Model komunikasi atau persuasi (Mc guire, 1964) menegaskan bahwa komunikasi
dapat dipergunakan untuk mengubah sikap dan perilaku kesehatan yang secara
langsung terkait dalam merantai kausal yang sama. Efektifitas upaya komunikasi
yang diberikan bergantung pada berbagai input (atau stimulus) serta output
(atau tanggapan terhadap stimulus). Menurut model komunikasi atau persuasi,
perubahan pengetahuan dan sikap merupakan prekondisi bagi perubahan perilaku
kesehatan atau perilaku-perilaku yang lain. Variabel-variabel input meliputi :
sumbe pesan, pesan itu sendiri, saluran penyampai, dan karakteristik penerima,
serta tujuan pesan-pesan tersebut. Variabel-variabel output merujuk pada
perubahan dalam factor-faktor kognitif tertentu,seperti pengetahuan, sikap,
pembuatan keputusan,dan juga perilaku-perilaku yang dapat diobservasi.
d. Teori Pemahaman Sosial (Social Learning Theory)
Teori pemahaman sosial menekankan pada hubungan segitiga antara orang
(menyangkut proses-proses kognitif), perilaku dan lingkungan dalam suatu proses
deterministic resiprokal ( atau kausalitas resiprokal) (bandura, 1977 : Rotte,
1954) kalau lingkungan menentukan atau menyebabkan terjadi perilaku kebanyakan,
maka seorang individu menggunakan proses kognitifnya untuk menginterprestasikan
lingkungannya maupun perilaku yang dijalankannya, serta memberikan reaksi
dengan cara mengubah lingkungan dan menerima hasil perilaku yang lebih baik.
Oleh karena itu, teori pemahaman sosial menjembatani jurang pemisah antara
model-model kognitif, atau model-model yang berorientasi pada pembuatan
keputusan rasional, dengan teori-teori lain diatas.
e. Model Theori Of Reasoned Action (Teori Kehendak Perilaku)
Teori aksi beralasan (Fishbein dan Ajzen, 1975,1980) menegaskan peran dari
niat seseorang dalam menentukan apakah sebuah perilaku akan terjadi. Teori ini
secara tidak langsung menyatakan bahwa perilaku pada umumnya mengikuti niat dan
tidak akan pernah terjadi tanpa niat. Niat-niat seseorang juga dipengaruhu oleh
sikap-sikap terhadap suatu perilaku, seperti apakah iya merasa perilaku itu
penting. Teori ini juga menegaskan sikap “normatife” yang mungkin dimiliki
orang-orang: mereka berfikir tentang apa yang akan dilakukan orang lain
(terutama, orang-orang yang berpengaruh dalam kelompok) pada suatu situasi yang
sama.
f.
Model Consequences
(Konsekunsi)
Adalah model peristiwa yang terjadi dilingkungan yang mengikuti perilaku
baik itu memperkuat, memperlemah, bahkan menghentikan perilaku tersebut.
1) Positif reinforcement (pengaruh yang positif)
Peristiwa yang
menyenangkan mengikuti suatu peristiwa.
Contoh:
Penghargaan bagi
ibu yang memberikan ASI ekslusif, peristiwa ini akan meningkatkan kemungkinan
bahwa perilaku tersebut akan terjadi lagi.
2) Negative reinforcement (penguat yang negative)
Peristiwa yang secara
terus menerus tidak menyenangkan yang juga menguatkan perilaku.
Contoh:
Ketidak nyamanan
orang dalam menggunakan kondom padahal dapat membantu mencegah penularan
penyakit kelamin
3) Punishment (hukuman)
Konsekuensi
negative yang menekankan atau memperlemah perilaku.
Contoh:
Hukuman yang
diberiak oleh orangtua pada anaknya dalam rangka memberikan pendidikan disiplin
akan membuat peristiwa tersebut tidak akan terulang kembali
g. Teori Atribusi
Teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan tentang perilaku seseorang.
Apakah perilaku itu disebabkan oleh factor disposisional (factor
dalam/internal), misalnya sifat, karakter, sikap, dsb, ataukah disebabkan oleh
keadaan eksternal, misalnya tekanan situasi atau keadaan tertentu yang memaksa
seseorang melakukan perbuatan tertentu.
Setiap individu pada dasarnya adalah seorang ilmuwan semu (pseudo
scientist) yang berusaha untuk mencari sebab kenapa seseorang berbuat dengan
cara tertentu. Misalkan kita melihat seseorang bapak paroh baya melakukan
pencurian. Sebagai manusia kita ingin mengetahui penyebab kenapa dia sampai
mencuri ?
Apakah orang tersebut mencuri karena sifat dirinya yang memang suka mencuri
? ataukah karena iya dipaksa oleh situasi, karena dia harus punya uang untuk
membeli obat untuk anaknya yang sakit keras. Ada tiga teori atribusi yaitu :
1) Thery of Correspondent Inference (Edward Jones dan Keith
Davis)
Apabila perilaku
berhubungan dengan sikap atau karakteristik personal, berarti dengan melihat
perilakunya dapat diketahui dengan pasti sikap atau karakteristik orang
tersebut. Hubungan yang demikian adalah hubungan yang dapat disimpulkan
(correspondent inference).
Bagaimana
mengetahui bahwa perilaku berhubungan dengan karakteristiknya?
a) Dengan melihat kewajaran perilaku. Orang bertindak wajar
sesuai dengan keinginan masyarakat, sulit untuk dikatakan bahwa tindakannya itu
cerminan dari karakternya.
b) Pengamatan terhadap perilaku yang terjadi pada situasi yang
memunculkan beberapa pilihan.
c) Memberikan peran berbeda dengan peran yang sudah biasa
dilakukan. Misalnya seorang juru tulis diminta menjadi juru bayar. Dengan peran
yang baru akan tampak keaslian perilaku yang merupakan gambaran dari
karakternya.
2) Model of Scientific Reasoner (Harold Kelley, 1967,1971)
Harrold Kelley
mengajukan konsep untuk memahami penyebab perilaku sesorang dengan memandang
pengamat seperti ilmuwan, disebut ilmuwan naïf. Untuk sampai pada suatu
kesimpulan atribusi seseorang, diperlukan tiga informasi penting. Masing-masing
informasi juga harus menggambarkan tinggi rendahnya. Tiga informasi itu adalah:
a) Distinctiveness
Konsep ini merujuk pada bagaimana seseorang berperilaku dalam kondisi berbeda-beda.
Distinctiveness yang tinggi terjadi apabila orang yang bersangkutan mereaksi
secara khusus pada suatu peristiwa. Sedangkan Distinctiveness rendah apabila
seseorang merespon sama terhadap stimulus yang berbeda.
b) Konsistensi
Hal ini menunjuk pada pentingnya waktu sehubungan dengan suatu peristiwa.
Konsistensi dikatakan tinggi apabila seseorang merespon sama untuk stimulus
yang sama pada waktu yang berbeda. Apabila responnya tidak menentu maka
seseorang dikatakan konsistensinya rendah.
c) Konsensus
Apabila orang lain tidak bereaksi sama dengan seseorang, berarti
konsensusnya rendah, dan sebaliknya. Selain itu konsep tentang consensus selalu
melibatkan orang lain sehubungan dengan stimulus yang sama.
Dari ketiga informasi diatas dapat ditentukan atribusi pada seseorang.
Menurut Kelley ada tiga atribusi yaitu :
Ø Atribusi internal, dikatakan perilaku seseorang merupakan
gambaran dari karakternya bila distinctivenessnya rendah, konsensusnya rendah,
dan konsistensinya tinggi.
Ø Atribusi eksternal, dikatakan demikian apabila ditandai
dengan distinctiveness yang tinggi,
consensus yang tinggi, dan konsistensinya juga tinggi.
Ø Atribusi internal-eksternal, hal ini ditandai dengan
distinctiveness yang tinggi, consensus rendah, dan konsistensi tinggi.
3) Consensus ( weiner )
a) Keberhasilan dan kegagalan memiliki penyebab internal atau
eksternal.
b) Stabilitas penyebab, stabil atau tidak stabil.
5.
Langkah-langkah Promosi bidang Kesehatan Lingkungan.
Dalam melakukan promosi dapat dilakukan dengan mengadakan
penyuluhan. Langkah dalam Perencanaan Penyuluhan Promosi Kesehatan:
a. Mengenal Masalah,
Masyarakat, dan Wilayah
Tindakan yang dilakukan pertama kali oleh penyuluh adalah
melakukan pengumpulan data tentang berbagai hal yang diperlukan, baik untuk
kepentingan perencanaan maupun data awal sebagai pembanding penilaian.
1) Mengenal Masalah
Untuk
dapat mengenal masalah, kegiatan yang dilakukan di antaranya :
a) Mengenal program
yang akan ditunjang dengan penyuluhan
b) Mengenal masalah
yang akan ditanggulangi oleh program tersebut.
Misalnya program
mengenal gejala dini penyakit DHF seperti demam, kepala pusing, sendi terasa
ngilu dan lemas, masalah yang akan ditanggulangi adalah risiko syok yang
berakibat pada ancaman kematian pada pasien. Masalah gizi (program
penanggulangan kekurangan vitamin A), maka masalah yang akan ditanggulangi
adalah xeroftalmia yang bisa mengakibatkan kebutaan.
c) Dasar pertimbangan
apa yang dipergunakan untuk menentukan masalah yang akan dipecahkan
Bagaimana pandangan para pimpinan dan ahli kesehatan
terhadap masalah tersebut, apakah masalah tersebut merupakan prioritas masalah
sehingga perlu untuk segera ditanggulangi, bagaimana pandangan masyarakat
terhadap masalah, apakah mereka menganggap masalah tersebut sebagai masalah
utama, apakah masalah tersebut bisa dipecahkan, serta apakah dengan penyuluhan
masalah sudah bisa diatasi.
d) Pelajari masalah
tersebut serta kenali dari segi perilakunya.
Pelajari pengertian, sikap, dan tindakan apa dari individu,
kelompok atau masyarakat yang menyebabkan masalah tersebut.
2) Mengenal Masyarakat
Program penyuluhan
ini adalah untuk masyarakat, maka pada tahap perencanaan penyuluhan yang harus
sudah terkaji pada masyarakat adalah sebagai berikut :
a) Jumlah penduduk,
berapa jumlah penduduknya, bagaimana dengan kelompok-kelompok khusus yang
beresiko seperti ibu hamil, ibu menyusui, lansia, dan lainnya.
b) Keadaan sosial
budaya dan ekonomi masyarakat, bagaimana dengan tingkat pendidikan masyarakat
(apakah masih ada yang tak bias baca tulis), norma masyarakat setempat, adakah
tantangan sehubungan dengan prilaku yang diharapakan, pola kepemimpinan yang
terapkan adakah kelompok-kelompok yang berpengaruh, hubungan yang satu dengan
yang lainnya (siapa yang berpengaruh dalam mengambil keputusan di masyarakat
termasuk keluarga). pola partisipasi masyarakat setempat dan organisasi sosial
yang ada, serta tingkat ekonomi masyarakat setempat (mata pencaharian).
c) Pola komunikasi di
masyarakat, bagaimana informasi disebarluaskan di masyarakat, siapa sebagai
sumber informasi, pusat-pusat penyebaran informasi (warung, arisan,
jamaah-jamah yasinan, tahlil, atau lainnya), serta saluran komunikasi yang ada
di masyarakat (radio, surat kabar, pengeras suara, dan lain-lainnya).
d) Pelajari masalah
tersebut serta kenali dari segi perilakunya. Pelajari pengertian, sikap, dan
tindakan apa dari individu, kelompok atau masyarakat yang menyebabkan masalah
tersebut.
3) Mengenal
Masayarakat
Program penyuluhan ini adalah untuk masyarakat, maka pada
tahap perencanaan penyuluhan yang harus sudah terkaji pada masyarakat adalah
sebagai berikut :
a) Jumlah penduduk,
berapa jumlah penduduknya, bagaimana dengan kelompok-kelompok khusus yang
beresiko seperti ibu hamil, ibu menyusui, lansia, dan lainnya.
b) Keadaan sosial
budaya dan ekonomi masyarakat, bagaimana dengan tingkat pendidikan masyarakat
(apakah masih ada yang tak bias baca tulis), norma masyarakat setempat, adakah
tantangan sehubungan dengan prilaku yang diharapakan, pola kepemimpinan yang
terapkan adakah kelompok-kelompok yang berpengaruh, hubungan yang satu dengan
yang lainnya (siapa yang berpengaruh dalam mengambil keputusan di masyarakat
termasuk keluarga). pola partisipasi masyarakat setempat dan organisasi sosial
yang ada, serta tingkat ekonomi masyarakat setempat (mata pencaharian).
c) Pola komunikasi di
masyarakat, bagaimana informasi disebarluaskan di masyarakat, siapa sebagai
sumber informasi, pusat-pusat penyebaran informasi (warung, arisan,
jamaah-jamah yasinan, tahlil, atau lainnya), serta saluran komunikasi yang ada
di masyarakat (radio, surat kabar, pengeras suara, dan lain-lainnya).
d) Sumber daya yang
ada (resources)
Ø Sarana apa saja
yang dimiliki masyarakat, baik sebagai individu maupun masyarakat secara
keseluruhan yang bisa dipergunakan oleh mereka untuk perubahan prilaku yang
diharapkan.
Ø Sarana apa saja
yang ada, baik pada istitusi pemerintah maupun non pemerintah yang bisa
dipergunakan oleh masyarakat untuk mengubah prilaku. Informasi tentang penyakit
DHF bisa ke unit P2M di puskesmas dan informasi tentang adanya klinik gizi.
Ø Sarana apa saja
yang ada, baik pada institusi pemerintah maupun swasta, juga masyarakat yang
bisa dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan, seperti
pengeras suara, ruang pertemuan balai Rw, kelurahan, sekolah, masjid, dan
tempat lainnya.
Ø Sumber daya tenaga
yang ada, petugas kesehatan yang bisa dilibatkan dalam penyuluhan, tugas pokok
masing-masing tenaga, latihan yang pernah diperoleh di bidang penyuluhan
kesehatan, bimbingan yang diterima dalam penyuluhan kesehatan pada masing-masing
petugas kesehatan, hambatan dalam melibatkan petugas kesehatan dalam melakukan
program penyuluhan, apakah ada petugas lain yang dapat membantu, serta apakah
tenaga yang ada di masyarakat yang bisa membantu
e) Pengalaman
masyarakat program sebelumnya, sikap mereka terhadap pelayanan yang diberikan,
terhadap para petugas, sikap ini mempunyai pengaruh positif /negative terhadap
penyuluhan yang akan direncakan, apakah dari program-program tersebut ada yang
memberikan pengalaman yang kurang menyenangkan.
f)
Pengalaman masyarakat di masa lalu sehubungan dengan program
penaggulangan penyakit DHF atau penanganan penyakit gizi buruk yang pernah
dilaksanakan di daerah tersebut. Apakah berkesan atau malah mengecewakan
masyarakat.
4) Mengenal Wilayah
Program bisa dilaksanakan dengan baik jika yang melaksanakan
program tersebut mengetahui benar situasi lapangan. Berikut ini dua hal
pengkajian yang perlu dilakukan dalam mengenal wilayah :
a) Lokasinya, apakah
terpencil (tidak berbatasan dengan desa lain), apakah daerahnya datar atau
pegunungan apakah ada jalur transpor umum dan lainnya.
b) Sifatnya, kapan
musim hujan, kemarau panjang, daerah kering/gersang atau cukup sumber air,
sering banjir, pasang surut, apakah daerah perbatasan, dan lainnya.
b. Menentukan
Prioritas Masalah
Prioritas dalam penyuluhan harus sejalan dengan prioritas
masalah yang di tentukan oleh program yang ditunjang, hindari penyuluhan
menentukan prioritas sendiri sebab dapat menyebabkan program berjalan sendiri.
Misalnya pada program penanggulangan penyakit DHF, maka penyuluhan harus
mengambil masalah yang resiko syok yang mengakibatkan pada ancaman kematian
pasien sebagi masalah prioritas dan menngembangkan segi penyuluhan. Jika nanti
dalam upaya penanggulangan resiko syok dengan memanfaatkan penekanan gejala
dini dari penyakit DHF seperti demam, kepala pusing, sendi terasa nyilu, dan
lemas merupak interfensi yang diprioritaskan, maka penyuluhan harus ditunjang
dengan interfensi yang diprioritaskan. Penentuan prioritas bisa berdasarkan
berbagai pertimbangan.
1) Berdasarkan akibat
yang ditimbulkan oleh masalah tersebut, sehingga perlu diprioritaskan upaya
penanggulangannya.
2) Pertimbangan
politis, yaitu menyangkut nama baik Negara.
3) Berdasarkan sumber
daya yang ada.
c.
Menentukan Tujuan Penyuluhan
Tujuan dari penyuluhan kesehatan diantaranya adalah tujuan
jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Tujuan jangka pendek adalah
terciptanya pengertian, sikap, dan norma menuju kepada terciptanya prilaku
sehat. Sedangkan tujuan jangka panjang adalah terjadi perubahan status
kesehatan yang optimal. Tujuan harus jelas, realistis (bisa dicapai) dan dapat
diukur. Hal ini diperlukan agar penilaian penyuluhan dapat dilaksanakan dengan
baik.
Beberapa hal yang dapat diperhatikan pada program yang akan
dikembangkan dari segi penyuluhannya adalahsudah berapa lama program tersebut
berjalan, program apa yang sedang dilaksanakan dan yang sudah berjalan.
1) Seberapa jauh
penyuluhan sudah dimasukkan di waktu lalu.
2) Kalau sudah masuk,
apa tujuan penyuluhan di masa lalu.
3) Apa kegiatan
penyuluhan yang dilaksanakan waktu itu, dan bagaimana hasilnya, ini perlu agar
petugas penyuluh kesehatan dapat menentukan tujuan yang baru.
d. Menentukan Sasaran
Penyuluhan
Sasaran program dan sarana penyuluhan tidak selalu sama,
yang di maksud dengan sasaran adalah kelompok sasaran seperti individu atau
kelompok yang akan diberi penyuluhan.menentukan kelompok sasaran menyangkut
pula strategi.
Sebagai contoh, tujuan penyuluhan adalah agar kelompok
lanjut usia mau melakukan senam lansia tiap seminggu sekali dalam hal ini
sasaran penyuluhannya mungkin bukan hanya para lansia saja, tetapi juga pada
orang-orang yang berpengaruh dalam mengambil keputusan dalam keluarga. Mungki
anggota keluarga yang non lansia bisa diikutkan dengan harapan mereka bisa membujuk
orang-orang yang sudah lanjut usia untuk mengikuti senam lansia.
e. Menentukan Isi
Penyuluhan
Setelah tujuan,
sasaran, situasi, masalah, dan latarbelakang sasaran ditentukan, maka isi
penyuluhan dapat ditentukan. Isi penyuluhan dan keuntungan terhadap kelompok
sasaran harus juga disebutkan. Isi penyuluhan harus dituangkan dengan bahasa
yang mudah dipahami oleh sasaran, pesan harus benar-benar bisa dilaksanakan
oleh sasaran dengan sarana yang mereka miliki, atau yang terjangkau oleh
mereka. Dasar-dasar komunikasi perlu dipahami dalam menyusun isi penyuluhan.
f.
Menentukan Metode Penyuluhan yang Akan Dipergunakan
Metode diartikan
sebagai cara pendekatan tertentu. Didalam proses belajar, pendidik harus dapat
memilih dan menggunakan metode (cara) mengajar yang cocok atau relevan, sesuai
dengan kondisi setempat. Meskipun berlaku pedoman umum bahwa tidak ada satu pun
metode belajar yang paling baik dan tidak ada satu pun metode belajar yang
berdiri sendiri. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang cukup tentang
penerapan , metode yang sesuai dengan sasaran, tempat, dan waktu yang berbeda.
Pemberian
pendidikan kesehatan pada sasaran yang sama, tetapi wkatu dan/ atau tempat yang
berbeda dalam pelaksanaanya memerlukan metode yang juga berbeda. Demikian juga
sebaliknya, pada sasaran yang berbeda dengan tempat yang sama, membutuhkan
metode yang mungkin berbeda atau bahkan metode yang sama. Kecermatan pemilihan
metode sangat diperlukan dalam mencapai tujuan pendidikan kesehatan itu
sendiri.
1) Jenis Metode
Secara garis besar, metode dibagi menjadi dua, yaitu metode
didaktif dan metode sokratik.
a) Metode didaktik
didasarkan atau dilakukan secara satu arah atau one way method. Tingkat keberhasilan metode didaktif sulit
dievaluasi karena peserta didik bersifat pasif dan hanya pendidik yang aktif
(misalnya : ceramah, film, leaflet, bulket, poster, dan siaran radio, kecuali
siaran radio yang bersifat interaktif, dan tulisan di media cetak).
b) Metode sokratik.
Metode ini dilakukan secara dua arah atau two
ways method. Dengan metode ini, kemungkinan antara pendidik dan peserta
didik bersikap aktif dan kreatif (misalanya : diskusi kelompok, debat, panel,
forum, buzzgroup, seminar, bermain peran, sosiodarma, curah pendapat,
demonstrasi, studi kasus, lokakarya, dan penugasan perorangan).
Metode dalam melakukan pendidikan kesehatan dibagi menjadi
tiga kelompok, antara lain :
a) Metode Pendidikan Individual (Perorangan)
b) Metode Pendidikan Kelompok
c) Metode Pendidikan Massa
2) Aspek Penilaian
Metode
Pemilihan metode
belajar yang efektif dan efesien harus mempertimbangkan hal-hal berikut.
a) Hendaknya disesuaikan dengan tujuan pendidikan
b) Bergantung pada kemampuan
guru atau pendidiknya
c) Kampuan pendidik
d) Bergantung pada
besarnya kelompok sasaran atau kelas
e) Harus disesuiakan
dengan waktu pemberian atau penyampaian pesan tersebut
f)
Hendaknya mempertimbangkan fasilitas-fasilitas yang ada
3) Klasifikasi Metode
Menurut Notoatmodjo
(1993) dan WHO (1992), metode pendidikan kesehatan diklasifikasikan menjadi
tiga bagian, yaitu metode pendidikan individu, kelompok, dan massa.
a) Metode pendidikan
inividu
Ø Bimbingan dan
Konseling
Bimbingan berisi penyampaian informasi yang berkenan dengan
masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang disajikan dalam
bentuk pelajaran. Informasi dalam bimbingan dimaksudkan memperbaiki dan
mengembangkan pemahaman diri dan orang lain, sedangkan perubahan sikap
merupakan tujuan tidak langsung. Konseling adalah proses belajar yang bertujuan
memungkinkan konseli (peserta pendidik) mengenal dan menerima diri sendiri
serta realistis dalam proses penyelesaian dengan lingkungannya (Nurihsan, 2005).
Konseling menjadi strategi utama dalam proses bimbingan, dan
merupakan teknik standar dan tugas pokok seorang konselor di pusat pendidikan.
Konseling membantu konseli memecahkan masalah-masalah pribadi (sosial atau
emosional), mengerti diri, mengeksploitasi diri, dan dapat memimpin diri
sendiri dalam suatu masyarakat serta membantu mengembangkan kesehatan mental,
perubahan sikap, dan tingkah laku.
Proses konseling terdiri atas tiga tahap (Cavagnh, 1982),
yaitu :
·
Tahap awal. Meliputi pengenalan, kunjugan, dan dukungan
lingkungan
·
Tahap pertengahan. Berupa kegiatan penjelasan masalah klien,
dan membantu apa yang akan diberikan berdasarkan penilaian kemabli masalah
klien
·
Tahap akhir. Ditandai oleh penurunan kecemasan klien.
Terdapat perubahan perilaku kearah positif, sehat dan dinamik, tujuan hidup
yang jelas di masa yang akan datang, dan terjadi perubahan sikap.
Ø Wawancara
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan
konseling. Wawancara petugas dengan klien dilakukan untuk menggali informasi
mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, apakah tertarik atau tidak
terhadap perubahan dan untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau belum
diadopsi memiliki dasar pengertian dan kesadaran yang kuat.
b) Metode pendidikan
kelompok
Metode
kelompok dibagi menjadi 2 yaitu kelompok besar dan kecil.
1) Kelompok Besar
Untuk kelompok yang
besar (sasaran berjumlah lebih dari 15 orang), dapat digunakan metode ceramah
dan seminar.
Ø Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran pendidikan tinggi maupun
rendah. Hal-hal uang perlu diperhatikan dalam menggunakan metoda ceramah:
·
Persiapan :
Ceramah yang berhasil apabila
penceramah itu sendiri menguasai materi apa yang akan diceramahkan. Untuk itu
penceramah harus mempersiapkan diri.
Mempelajari materi dengan sistematika
yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema. Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah singkat, slide,
transparan, sound sistem, dan sebagainya.
·
Pelaksanaan :
Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah
apabila penceramah dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai
sasaran (dalam arti psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai
berikut:
ü Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan
gelisah.
ü Suara hendaknya cukup keras dan jelas.
ü Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.
ü Berdiri di depan (di pertengahan), seyogianya tidak duduk.
ü Menggunakan alat-alat bantu lihat (AVA) semaksimal mungkin.
Ø Seminar
Metode
ini hanya cocok untukpendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu
penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu
topic yang dianggap penting dan dianggap hangat masyarakat.
2) Kelompok Kecil
Apabila peserta
kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok kecil.
Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain :
Ø Diskusi Kelompok
Dalam diskusi kelompok agar semua
anggota klompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk
para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapt berhadap-hadapan atau
saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi
empat. Pimpinan diskusi juga duduk di antara peserta sehingga tidak menimbulkan
kesan yang lebih tinggi. Dengan kata lain mereka harus merasa dalam taraf yang
sama sehingga tiap anggota kelompok mempunyai kebebasan/keterbukaan untuk
mengeluarkan pendapat.
Untuk memulai diskusi, pemimpin
diskusi harus memberikan pancingan-pancingan yang dapat berupa
pertanyaan-petanyaan atau kasus sehubungan dengan topic yang dibahas. Agar
terjadi diskusi yang hidup maka pemimpin kelompok harus mengarahkan dan megatur
sedemikian rupa sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara, sehingga tidak
menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta.
Ø Curah pendapat
(Brain Storming)
Metode
ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sana dengan metode
diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaan pemimpin kelompok memancing dengan
satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau tanggapan (curah
pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam
flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya,
tidak boleh dikomentari oleh siapa pun. Baru setelah semua anggota dikeluarkan
pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
Ø Bola Salju (Snow Bailing)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) dan kemudian
dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit maka
tiap 2pasang bergabung menjadi satu. Msreka tetap mendiskusikan masalah
tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah
beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya, demikian
seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.
Ø Kelompok-kelompok
Kecil (Buzz Group)
Kelompok
langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz group) yang
kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak sama dengan kelompok
lain, Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut, Selanjutnya
hasil dan tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya.
Ø Bermain peran (Role
Ploy)
Dalam
metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran tertentu
untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter Puskesmas, sebagai perawat
atau bidan, dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau
anggota masyarakat. Mereka memperagakan, misalnya bagaimana interaksi atau
berkomunika sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
Ø Permainan Simulasi (Simulation Game)
Metode ini merupakan gabungan antara
role play dengan diakusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan da lam
beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya persis
seperti bermain monopoli, dengan menggunakan dadu, gaco (petunjuk arah), selain
beberan atau papan main. Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi
berperan sebagai narasumber.
c) Metode pendidikan
massa
Metode pendidikan
massa dilakukan untuk mengonsumsikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan untuk
masyarakat. Karena sasaran pendidikan bersifat umum, dalam arti tidak
membedakan golongan, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, dan
tingkat pendiidkan. Umumnya, bentuk pendekatan massa diberikan secara tidak
langsung, biasanya menggunakan atau melalui media massa. Berikut ini merupakan
contoh metode pendidikan massa yakni :
1)
Ceramah umum (public speaking). Pada
acar-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, Menteri Kesehatan
atau pejabat kesehatan lainnya berpidato dihadapan massa rakyat untuk
menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Safari KB
juga merupakan salah satu bentuk pendekatan massa.
2)
Pidato-pidato/ diskusi tentang
kesehatan melalui media elektronik, baik TV maupun radio, pada hakikatnya
merupakan bentuk promosi kesehatan massa.
3)
Simulasi, dialog antara pasien
dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau
masalah kesehatan adalah juga merupakan pendekatan pendidikan kesehatan massa.
4)
Tulisan-tulisan di majalah atau
koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab atau konsultasi tentang
kesehatan adalah merupakan bentuk pendekatan promosi kesehatan massa.
5)
Bill Board, yang dipasang di pinggir
jalan, spanduk, poster, dan sebagainya juga merupakan bentuk promosi kesehatan
massa. Contoh : billboard Ayo ke Posyandu
g. Memilih Alat bantu
(Media) Penyuluhan yang Dibutuhkan
1) Pengertian
Media
adalah alat yang digunakan oleh pendidik
dalam menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran. Media pendidikan kesehatan
disebut juga sebagai alat peraga karena berfungsi membantu dan memeragakan
sesuatu dalam proses pendidikan atau pengajaran. Prinsip pembuatan alat peraga
atau media bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang diterima atau ditangkap
melalui pancaindera.
Semakin
banyak pancaindra yang digunakan, semakin banyak dan semakin jelas pula
pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa
keberadaan alat peraga dimaksudkan mengarahkan indra sebanyak pada suatu objek
sehingga memudahkan pemahaman.
2) Intensitas Alat
Bantu
Alat
peraga atau media mempunyai intensitas yang berbeda dalam membantu permasalahan
seseorang. Elgar Dale menggambarkan intensitas setiap alat peraga dalam suatu
kerucut .
Alat
peraga yang memiliki tingkat intensitas paling tinggi adalah benda asli dan
yang memiliki intensitas paling rendah adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa
penyampaian materi hanya dengan kata-kata saja kurang efektif. Seperti
penggunaan metode, akan lebih efektif dan efesien bila yang digunakan tidak
hanya satu alat peraga, tetapu gabungan beberapa media.
3) Manfaat Alat Bantu Promosi
(Kesehatan)
Secara rinci, manfaat alat peraga adalah sebagai berikut.
a) Menimbulkan minat
sasaran
b) Mencapai sasaran
yang lebih banyak
c) Membantu mengatasi
banyak hambatan dalam pemahaman
d) Merangsang sasaran
untuk meneruskan pesan pada orang lain
e) Memudahkan
penyampaian informasi
f)
Memudahkan penerimaan informasi oleh sasaran
g) Menurut penelitian,
organ yang paling banyak menyalurkan pengetahuan adalah mata. Lebih kurang
75-87% pengetahuan manusia diperoleh atau disalurkan melalui mata, dan 13-25%
lainnya tersalurkan melalui indra lain. Oleh sebab itu, dalam aplikasi
pembuatan media, disarankan lebih banyak menggunakan alat-alat visual karena
akan mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi oleh masyarakat
h) Mendorong keinginan
untuk mengetahui, mendalami, dan mendapat penegertian yang lebih baik
i)
Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh, yaitu
menegakkan pengetahuan yang telah diterima sehingga apa yang diterima lebih
lama tersimpan dalam ingatan.
4) Macam- macam Alat Bantu Promosi (Kesehatan)
Pembagian alat peraga secara umum,yaitu:
a) Alat bantu lihat (visual aids). Alat bantu ini digunakan untuk membantu
menstimulasi indera mata (penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan.
Alat ini ada 2 bentuk :
Ø Alat yang diproyeksikan (misalnya, slide, OHP, dan film strip)
Ø Alat-alat yang tidak diproyeksikan (misalnya, 2 dimensi, gambar peta, dan
bagan) termasuk alat bantu cetak atau tulis, misalnya leafet, poster, lembar
balik, dan buklet. Termasuk tiga dimensi seperti bola dunia dan boneka).
b) Alat bantu dengar (audio aids), yaitu alat yang dapat membantu untuk
menstimulasikan indewra pendengar pada waktu proses penyampaian bahan
pendidikan/bahan pengajaran. Misalnya : piring hitam, radio, tape, dan CD. Alat
bantu dengar dan lihat, seperti TV, film dan video.
5) Pembagian Alat
Peraga Berdasarkan Fungsinya
a) Media cetak
Ø Booklet. Media
untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik berupa tulisan
maupun gambar
Ø Leaflet. Bentuk
penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat.
Isi informasi dapat berupa kalimat, gambar, atau kombinasi.
Ø Flyer (selebaran),
bentuk seperti leaflet, tetapi tidak dilipat
Ø Flip chart (lembar
balik), biasanya dalam bentuk buku, setiap lembar (halaman) berisi gambar yang
diinformasikan dan lembar baliknya (belakangnya) berisi kalimat sebagai pesan
atau informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut
Ø Rubrik atau
tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas suatu masalah
kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan
Ø Poster. Bentuk
media yang berisi pesan-pesan atau informasi kesehatan yang biasanya ditempel
didinding, tempat-tempat umum, atau kendaraan umum. Biasanya isinya bersifat
pemberitahuan dan propaganda.
Ø Foto yang
mengungkap informasi kesehatan.
b) Media elektronik
Jenis-jenis media
elektronik yang dapat digunakan sebagai media pendidikan kesehatan, antara lain
adalah sebagai berikut.
Ø Televisi.
Penyampaian pesan kesehatan melalui media televisi dapat berbentuk sandiwara,
sinetron, forum diskusi, pidato (ceramah), TV spot, dan kuis atau cerdas
cermat.
Ø Radio. Bentuk
penyampaian informasi diradio dapat berupa obrolan (tanya jawab), konsultasi
kesehatan, sandiwara radio, dan radio spot.
Ø Video. Penyampaian
informasi kesehatan melalui video.
Ø Slide. Slide dapat
juga digunakan untuk menyampaikan informasi kesehatan
Ø Film strip
c) Media papan (billboard)
Media
papan yang dipasang ditempat-tempat umum dapat diisi pesan-pesan atau informasi
kesehatan. Media ini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng
dan ditempel di kendaraan umum (bus dan taksi)
d) Media hiburan
Penyampaian
informasi kesehatan dapat dilakukan melalui media hiburan, baik di luar gedung
(panggung terbuka) maupun dalam gedung, biasanya dalam bentuk dongeng, sosiodrama, kesenian
tradisional, dan pemeran.
6) Sasaran yang Dicapai Alat Bantu Pendidikan
Pengetahuan tentang sasaran pendidikan yang akan dicapai alat peraga,
penting untuk dipahami dalam menggunakan alat peraga. Ini berarti penggunaan
alat peraga harus berdasarkan pengetahuan tentang sasaran yang ingin dicapai.
Hal yang perlu diketahui tentang sasaran adalah sebgai berikut.
a) Individu atau kelompok
b) Kategori sasaran, seperti aspek demografi, sosial
c) Bahasa yang mereka gunakan
d) Adat istiadat serta kebiasaan
e) Minat dan perhatian
f)
Pengetahuan dan pengalaman mereka
tentang pesan yang akan diterima
7) Pembagian Alat Bantu Berdasarkan Pembuatan dan Penggunaanya
a)
Alat bantu yang rumit, seperti film, film strip, dan slide.
Dalam penggunaanya, alat bantu ini memerlukan listrik dan proyektor.
b)
Alat bantu yang sederhana/mudah dibuat sendiri dengan
bahan-bahan setempat yang mudah diperoleh seperti bambu, karton, kaleng bekas,
dan kertas karton.
Ciri-ciri alat
bantu sederhana adalah mudah dibuat, bahan-bahannya dapat diperoleh dari bahan-bahan
lokal, mencerminkan kebiasaan, kehidupan dan kepercayaan setempat, ditulis
(gambar) dengan sederhana, bahasa setempat dan mudah dimengerti oleh
masyarakat, dan memenuhi kebutuhan petugas kesehatan dan masyarakat.
Kotak 10.2 contoh alat bantu/peraga yang dapat digunakan menurut sasaran
atau tatanan yang sesuai
|
Ø Di rumah tangga : leaflet, komik, dan benda nyata
(buah-buahan dan sayur-sayuran)
Ø Di masyarakat : poster, spanduk, leaflet, fannel graph,
dan boneka wayang
Ø Di kantor atau sekolah, seperti papan tulis, filpchart,
poster, leaflet, buku cerita gambar, kotak gambar gulung dan boneka
|
B.
Kebijakan dan Strategi Promosi Kesehatan Lingkungan
Promosi kesehatan
merupakan salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang berorientasi pada penyampaian
informasi tentang kesehatan guna penanaman pengetahuan tentang kesehatan
sehingga tumbuh kesadaran untuk hidup sehat. Penerapan promosi kesehatan di
lapangan biasanya melalui pendidikan kesehatan dan penyuluhan kesehatan.
Promosi kesehatan merupakan proses untuk meningkatkan kemampuan orang dalam
mengendalikan dan meningkatkan kesehatannya. Untuk mencapai keadaan sehat,
seseorang atau kelompok harus mampu mengidentifikasi dan menyadari aspirasi,
mampu memenuhi kebutuhan dan mengubah atau mengendalikan lingkungan (Piagam
Ottawa, 1986). Promosi kesehatan dapat dilaksanakan dengan maksimal dengan
adanya upaya bentuk kerja sama antarlintas program maupun lintas sektor
terutama dalam hal ini ialah adanya peran serta/pemberdayaan masyarakat secara
optimal.
Pemberdayaan atau
Enpowerment merupakan salah satu proses membangun dedikasi dan komitmen yang
tinggi sehingga organisasi itu bisa menjadi sangat efektif dalam mencapai
tujuan-tujuannya dengan mutu yang tinggi. Dalam masyarakat yang telah
diberdayakan akan tercipta hubungan diantara orang-orangnya yang saling berbagi
kewenangan, tanggung jawab, komunikasi, harapan-harapan, dan pengakuan serta
penghargaan.
Sangat perlu
dipahami bahwa, promosi kesehatan sebagai bagian dari kesehatan masyarakat juga
mempunyai aspek teori atau ilmu, dan praktik, aplikasi atau seni. Sehingga
sebelum dilaksanakannya promosi kesehatan perlu dipahami bahwa perlunya kajian
yang sistematis yang diawali dari pengakajian, perencanaan, tindakan sampai
pada evaluasiuntuk menentukan promosi kesehatan yang dilaksanakan terlaksana
secara komprehensif dan bermanfaat sesuai sasaran dan kebutuhan di masyarakat.
Dalam menentukan
rancangan maupun strategi promosi kesehatan tidak terlepas dari konteks tatanan
konsep maupun teori, green, dan kreuter (1991) telah mengembangkan suatu model
pendekatan untuk membuat perencanaan dan evaluasi kesehatan yang dikenal
sebagai model PRECEDE-PROCEED. PRECEDE (Predisposing,
Reinforcing and Enabling Causes in Educational Diagnosis and Evaluation).
Digunakan pada fase diagnosis masalah kesehatan, penetapan prioritas masalah
dan tujuan Tahap Pertencanaan dalam Promosi Kesehatan program. PROCEED (Policy, Regulatory, Organizational Construct
in Educational and Environmental Development) digunakan untuk menetapkan
sasaran dan kriteria kebijakan serta pelaksanaan dan evaluasi.
1.
Strategi Promosi Kesehatan Ottawa Charter dan WHO
a. Strategi Ottawa Charter
1) Membangun kebijakan publik berwawasan kesehatan (Build healthy public policy)
Promosi kesehatan
lebih daripada sekedar perawatan kesehatan. Promosi kesehatan menetapkan
kesehatan pada agenda dari pembuat kebijakan disemua sektor pada semua level,
mengarahkan mereka supaya sadar akan konsekuensi kesehatan dari keputusan
mereka dan agar mereka menerima tanggung jawab mereka atas kesehatan. Kebijakan
promosi kesehatan mengombinasikan pendekatan yang berbeda namun dapat saling
mengisi termasuk legislasi, perhitungan fiskal, perpajakan, dan perubahan
organisasi. Ini adalah kegiatan yang terkoordinasi yang membawa kepada kesehatan,
pendapatan, dan kebijakan sosial yang menghasilkan kesamaan yang lebih besar.
Kegiatan terpadu memberikan kontribusi untuk memastikan barang dan jasa yang
lebih aman dan lebih sehat, pelayanan jasa publik yang lebih sehat dan lebih
bersih, dan lingkungan yang lebih menyenangkan.
Kebijakan promosi
kesehatan memerlukan identifikasi hambatan untuk diadopsi pada kebijakan publik
di luar sektor kesehatan, serta cara menghilangkannya. Hal ini dimaksudkan agar
dapat membuat pilihan yang lebih sehat dan lebih mudah untuk membuat keputusan.
Kebijakan berwawasan kesehatan artinya setiap keputusan pimpinan selalu
memandang atau mempunyai cara pandang tentang kesehatan. Contoh sederhana
ketika camat mengeluarkan izin mendirikan bangunan, maka harus ada ketentuan
bahwa yang membuat bangunan harus membangun bagunan dengan didukung sarana
kesehatan seperti jamban keluarga.
2) Menciptakan lingkungan yang mendukung (Create Supportive Environments)
Masyarakat kita
kompleks dan saling berhubungan. Kesehatan tidak dapat dipisahkan dari
tujuan-tujuan lain. Kaitan yang tak terpisahkan antara manusia dan
lingkungannya menjadi basis untuk sebuah pendekatan sosio-ekologis bagi
kesehatan. Prinsip keseluruhan bagi dunia, bangsa, kawasan, dan komunitas yang
serupa, adalah kebutuhan untuk memberi semangat pemeliharaan yang timbal-balik
untuk memelihara satu sama lain, komunitas, dan lingkungan alam kita.
Konservasi sumber daya alam di seluruh dunia harus ditekankan sebagai tanggung
jawab global. Perubahan pola hidup, pekerjaan, dan waktu luang memiliki dampak
yang signifikan pada kesehatan. Pekerjaan dan waktu luang harus menjadi sumber
kesehatan untuk manusia. Cara masyarakat mengatur kerja harus dapat membantu
menciptakan masyarakat yang sehat. Promosi kesehatan menciptakan kondisi hidup
dan kondisi kerja yang aman, menstimulasi, memuaskan, dan menyenangkan.
Penjajakan
sistematis dampak kesehatan dari lingkungan yang berubah pesat terutama di
daerah teknologi, daerah kerja, produksi energi dan urbanisasi sangat esensial
dan harus diikuti dengan kegiatan untuk memastikan keuntungan yang positif bagi
kesehatan masyarakat. Perlindungan alam dan lingkungan yang dibangun serta
konservasi dari sumbr daya alam harus ditujukan untuk promosi kesehatan apa
saja. Lingkungan yang mendukung adalah lingkungan dimana kita akan menjadikan
contoh yang baik tentang kesehatan lingkungan ketika kita akan melakukan
promosi kesehatan. Contoh adanya sekolah sehat yang mempunyai lingkungan yang
sehat.
3) Memperkuat kegiatan-kegiatan komunitas (Strengthen Community Actions)
Promosi kesehatan
bekerja melalui kegiatan komunitas yang konkret dan efisien dalam mengatur
prioritas, membuat keputusan, merencanakan strategi, dan melaksanakannya untuk
mencapai kesehatan yang lebih baik. Inti dari proses ini adalah memberdayakan
komunitas kepemilikan mereka dan kontrol akan usaha dan nasib mereka.
Pengembangan komunitas menekankan pengadaan sumber daya manusia dan material
dalam komunitas untuk mengembangkan kemandirian dan dukungan sosial, dan untuk
mengembangkan sistem yang fleksibel untuk memperkiuat partisipasi publik dalam
masalah kesehatan. Hal ini memerlukan akses yang penuh serta terus menerus akan
informasi, mempelajari kesempatan untuk kesehatan, sebagaimana penggalangan
dukungan. Gerakan masyarakat merupakan suatu partisipasi masyarakat yang
menunjang kesehatan. Contoh gerakan Jum’at bersih.
4) Mengembangkan keterampilan individu (Develop Personal Skills)
Promosi kesehatan
mendukung pengembangan personal dan sosial melalui penyediaan informasi,
pendidikan kesehatan, dan pengembangan keterampilan hidup. Dengan demikian, hal
ini meningkatkan pilihan yang tersedia bagi masyarakat untuk melatih dalam
mengontrol kesehatan dan lingkungan mereka, dan untuk membuat pilihan yang
kondusif bagi kesehatan.
Memungkinkan masyarakat
untuk belajar melalui kehidupan dalam menyiapkan diri mereka untuk semua
tingkatannya dan untuk menangani penyakit dan kecelakaan sangatlah penting. Hal
ini harus difasilitasi dalam sekolah, rumah, tempat kerja, dan semua lingkungan
komunitas. Keterampilan individu adalah kemampuan petugas dalam menyampaikan
informasi kesehatan dan kemampuan dalam mencontohkan (mendemonstrasikan).
Contoh sederhana ketika petugas memberikan promosi kesehatan tentang pembuatan
larutan gula garam, maka petugas harus mampu membuatnya dan bisa
mencontohkannya.
5) Reorientasi pelayanan kesehatan (Reorient Health Services)
Tanggung jawab
untuk promosi kesehatan pada pelayanan kesehatan dibagi diantara individu,
kelompok komunitas, profesional kesehatan, institusi pelayanan kesehatan, dan
pemerintah. Mereka harus bekerja sama melalui suatu sistem perawatan kesehatan
yang berkontribusi untuk pencapaian kesehatan. Peran sektor kesehatan harus
bergerak meningkatkan pada arah promosi kesehatan, di samping tanggung jawabnya
dalam menyediakan pelayanan klinis dan pengobatan.
Pelayanan kesehatan
harus memegang mandat yang meluas yang merupakan hal sensitif dan ia juga harus
menghormati kebutuhan kultular. Mandat ini harus mendukung kebutuhan individu
dan komunitas untuk kehidupan yang lebih sehat, dan membuka saluran antara
sektor kesehatan dan komponen sosial, politik, ekonomi, dan lingkungan fisik
yang lebih luas. Reorientasi pelayanan kesehatan juga memerlukan perhatian yang
kuat untuk penelitian kesehatan sebagaimana perubahan pada pelatihan dan
pendidikan profesional. Hal ini harus membawa kepada perubahan sikap dan
pengorganisasian pelayanan kesehatan dengan memfokuskan ulang kepada kebutuhan
total dari individu sebagai manusia yang seutuhnya.
Reorientasi
pelayanan kesehatan artinya setiap kegiatan promosi kesehatan diorientasikan
bagaimana pelayanan kesehatan yang seharusnya dan dapat terjangkau. Contoh
adalah pemanfaatan sarana kesehatan terdekat sebagai wadah informasi dan
komunikasi tentang kesehatan.
6) Bergerak ke masa depan (Moving
Into The Future)
Kesehatan
diciptakan dan dijalani oleh manusia diantara pengaturan dari kehidupan mereka
sehari-hari diaman mereka belajar, bekerja, bermain dan mencintai. Kesehatan
diciptakan dengan memelihara satu sama lain dengan kemampuan untuk membuat
keputusan dan membuat kontrol terhadap kondisi kehidupan seseorang, dan dengan
memastikan bahwa masyarakat yang didiami seseorang menciptakan kondisi yang
memungkinkan pencapaian kesehatan oleh semua anggotanya. Merawat, kebersamaan,
dan ekologi adalah isu-isu yang penting dalam mengembangkan strategi untuk
promosi kesehatan. Untuk itu, semua yang terlibat harus menjadikan setiap fase
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan promosi kesehatan serta
kesetaraan abtara pria dan wanita sebagai acuan utama.
b. Strategi WHO
1) Advokasi (Advocacy)
Advokasi (advocacy) adalah kegiatan memberikan
bantuan kepada masyarakat dengan membuat keputusan (Decision Makers) dan penentu kebijakan (Policy Makers) dalam bidang kesehatan maupun sektor lain di luar kesehatan
yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat. Advokasi terhadap kesehatan
merupakan sebuah upaya yang dilakukan orang-orang dibidang kesehatan, utamanya
promosi kesehatan, sebagai bentuk pengawalan terhadap kesehatan. Advokasi ini
lebih menyentuh pada level pembuat kebijakan, bagaimana orang-orang yang
bergerak dibidang kesehatan bisa mempengaruhi para pembuat kebijakan untuk
lebih tahu dan memperhatikan kesehatan. Advokasi dapat dilakukan dengan
mempengaruhi para pembuat kebijakan untuk membuat peraturan-peraturan yang bisa
berpihak pada kesehatan dan peraturan tersebut dapat menciptakan lingkungan
yang dapat mempengaruhi kurung waktu sehat dapat terwujud di masyarakat
(Kapalawi, 2007).
Advokasi bergerak
secara top-down (dari atas ke bawah), melalui advokasi, promosi kesehatan masuk
ke wilayah politik. Agar pembuat kebijakan mengeluarkan peraturan yang
menguntungkan kesehatan. Advokasi adalah suatu cara yang digunakan guna
mencapai tujuan yang merupakan suatu usaha sistematis dan terorganisasi untuk
mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan public secara
bertahap maju. Misalnya kita memberikan promosi kesehatan dengan sokongan dari
kebijakan public dari kepala desa sehingga maksud dan tujuan dari informasi
kesehatan bisa tersampaikan dengan mudah kepada masyarakat atau promosi
kesehatan yang kita sampaikan dapat menyokong atau pembelaan terhadap kaum
lemah (miskin).
Organisasi
nonpemerintah (ornop) mendefinisikan
advokasi sebagai upaya penyadaran kelompok masyarakat marginal yang sering
dilanggar hak-haknya (hukum dan asasi). Yang dilakukan dengan kampanye guna
membentuk opini public dan pendidikan massa lewat aksi kelas (class action) atau unjuk rasa adalah :
a) Tujuan advokasi
Tujuan umum
advokasi adalah untuk mendorong dan memperkuat suatu perubahan dalam kebijakan,
program atau legislasi, dengan memperkuat basis dukungan sebanyak mungkin.
b) Fungsi advokasi
Advokasi berfungsi
untuk mempromosikan suatu perubahan dalam kebijakan program atau peraturan dan
mendapatkan dukungan dari pihak-pihak lain.
c) Persyaratan untuk advokasi:
Ø Dipercaya (credible),
dimana program yang ditawarkan harus dapat meyakinkan para penentu kebijakan
atau pembuat keputusan, oleh karena itu harus didukung akurasi data dan
masalah.
Ø Layak (feasible),
program yang ditawarkan harus mampu dilaksanakan secara teknik politik maupun
teknik sosial.
Ø Memenuhi kebutuhan masyarakat (relevant)
Ø Penting dan mendesak (urgent),
program yang ditawarkan harus mempunyai prioritas tinggi.
d) Pendekatan kunci advokasi
Ø Melibatkan para pemimpin/pengambil keputusan
Ø Menjalin kemitraan
Ø Memobilisasi kelompok peduli
2) Dukungan sosial/kemitraan
Kemitraan adalah
suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau
organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Dalam
kerja sama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-masing,
tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat,
dan saling berbagi baik dalam risiko maupun keuntungan yang diperoleh.
Dari definisi ini
terdapat 3 kata kunci dalam kemitraan, yakni :
a) Kerjasama antar kelompok, organisasi, dan individu
b) Bersama-sama mencapai tujuan tertentu (yang disepakati
bersama)
c) Saling menanggung risiko dan keuntungan
Mengingat kemitraan
adalah bentuk kerja sama atau aliansi, maka setiap pihak yang terlibat di
dalamnya harus ada kerelaan diri untuk bekerja sama dan melepaskan kepentingan
masing-masing, kemudian membangun kepentingan bersama. Oleh karena itu,
membangun kemitraan harus didasarkan pada hal-hal berikut :
a) Kesamaan perhatian (commont intereste) atau kepentingan
b) Saling mempercayai dan menghormati
c) Tujuan yang jelas dan terukur
d) Kesediaan berkorban baik waktu, tenaga, maupun sumber daya
yang lain.
Dalam membangun kemitraan ada tiga fungsi kunci yang perlu
dipahami oleh masing-masing anggota kemitraan, yakni :
a) Persamaan (equity)
Individu,
organisasi atau individu yang telah bersedia menjalin kemitraan harus merasa
“duduk sama rendah berdidri sama tinggi”. Oleh sebab itu, di dalam vorum
kemitraan asas demokrasi harus diutamakan, tidak boleh satu anggota memaksakan
kehendak kepada yang lain karena merasa lebih tinggi dan tidak ada dominasi
terhadap yang lain.
b) Keterbukaan (transparancy)
Keterbukaan
maksudnya adalah apa yang menjadi kekuatan atau kelebihan atau apa yangmenjadi
kekurangan atau kelemahan, masing-masing anggota harus diketahui oleh anggota
lainnya. Demikian pula berbagai sumber daya yang dimiliki oleh anggota yang
satu harus diketahui oleh anggota yang lain. Bukan untuk menyombongkan yang
satu terhadap yang lainnya, tetapi lebih untuk saaling memahami satu dengan
yang lain sehingga tidak ada rasa saling mencurigai. Dengan saling keterbukaan
ini akan menimbulkan rasa saling melengkapi dan saling membantu diantara
anggota.
c) Saling menguntungkan (mutual
benefit)
Menguntungkan
disini bukan selalu diartikan dengan materi ataupun uang, tetapi lebih kepada
nonmateri. Saling menguntungkan disini lebih dilihat dari kebersamaan atau
sinergitas dalam mencapai tujuan bersama.
Tujuh landasannya,
yaitu : saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi (kaitan dengan struktur);
saling memahami kemampuan masing-masing (kapasitas unit/organisasi); saling
menghubungi secara proaktif (linkage);
saling mendekati, bukan hanya secara fisik tetapi juga pikiran dan perasaan (empati, proximity); saling terbuka,
dalam arti kesediaan untuk dibantu dan membantu (opennes); saling mendorong/mendukung kegiatan (synergy); dan saling mengahargai kenyataan masing-masing (reward).
3) Pemberdayaan masyarakat (empowernment)
Pemberdayaan atau
empowernment adalah sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan
alam pikiran masyarakat dan kebudayaan barat, terutama Eropa. Untuk memahami
konsep pemberdayaan secara tepat dan jernih memerlukan upaya pemahaman latar
belakang kontekstual yang melahirkannya. Konsep tersebut telah begitu meluas
diterima dan dipergunakan, mungkin dengan pengertian persepsi yang berbeda satu
dengan yang lain. Penerimaan dan pemakaian konsep tersebut secara kritikal
tentulah meminta kita mengadakan telaah yang sifatnya mendasar dan jernih.
Pemberdayaan
masyarakat secara umum lebih efektif jika dilakukan melalui program
pendampingan masyarakat (community
organizing and development), karena pelibatan masyarakat sejak perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing),
pelaksanaan (actuating) hingga
evaluasi atau pengawasan (controlling)
program dapat dilakukan secara maksimal. Upaya ini merupakan inti dari
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat.
Pelibatan
masyarakat melalui pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen; perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), hingga evaluasi atau
pengawasan (controlling) program atau
biasa disingkat POAC telah diadopsi untuk program-program bidang kesehatan.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
a) Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah
suatu kegiatan atau proses penganalisisan dan pemahaman sistem, penyusunan
konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan mencapai tujuan demi masa depan yang
baik.
Beberapa batasan
tentang perencanaan yang penting diketahui adalah :
Ø Perencanaan adalah kemampuan untuk memilih suatu kemungkinan
yang tersedia dan yang dipandang paling tepat untuk mencapai tujuan.
Ø Perencanaan adalah pekerjaan yang menyangkut penyusunan
konsep serta kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan demi masa depan yang lebih baik.
Ø Perencanaan adalah upaya menyusun berbgai keputusan yang
bersifat pokok yang dipandang paling penting dan yang akan dilaksanakan menurut
urutannya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Ø Perencanaan adalah proses menetapkan pengarahan yang resmi
dan menetapkan berbagai hambatan yang dipikirkan dan dalam menjalankan suatu
program guna dipakai sebagai pedoman dalam suatu organisasi .
Ø Perencanaan adalah proses kerja yang terus menerus yang
meliputi pengambilan keputusan yang bersifat pokok dan penting dan yang akan
dilaksanakan secara sistematik, melakukan perkiraan-perkiraan dengan
mempergunakan segala pengetahuan yang ada tentang masa depan, mengorganisasi
secara sistematik segala upaya yang dipandang perlu untuk melaksanakan segala
keputusan yang telah ditetapkan, serta mengukur keberhasilan dalam pelaksanaan
segala keputusan tersebut dengan membandingkan hasil yang dicapai terhadap
target yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan umpan balik yang diterima dan
yang telah disusun secara teratur dan baik.
b) Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian
adalah pengkoordinasian kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan suatu institusi,
guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan mencakup; hal yang
diorganisasikan, proses pengorganisasian dan hasil pengorganisasian.
Beberapa batasan
tentang pengorganisasian yang penting diketahui ialah :
Ø Pengorganisasian adalah pengelompokan bebagai kegiatan yang
diperlukan untuk melaksanakan suatu rencana sedemikian rupa sehingga tujuan
yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan memuaskan.
Ø Pengorganisasian adalah pengaturan sejumlah porsonel yang
dimiliki untuk memungkinkan tercapainya suatu tujuan yang telah disepakati
dengan jalan mengalokasikan masing-masing fungsi dan tanggung jawab.
Ø Pengorganisasian adalah pengkoordinasian secara sosial
bebagai kegiatan dari sejumlah orang tertentu untuk mencapai tujuan bersama
melalui pengaturan pembagian kerja dan fungsi menurut penjejangannya secara
bertanggung jawab.
c) Pengawasan (controlling)
Fungsi manajemen
yang tidak kalah pentingnya adalah pengawasan (controlling). Perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan yang
tidak diikuti pengawasan niscaya akan mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Tujuan pokok dan fungsi pengawasan adalah agar kegiatan-kegiatan dan
orang-orang yang melakukan kegiatan yang telah direncanakan tersebut dapat
berjalan dengan baik.
Dalam pelaksanaan
program-program pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan, perlu
diperhatikan karakteristik masyarakat setempat yang dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
Ø Masyarakat pembina (carring
community)
Yaitu, masyarakat
yang peduli kesehatan, misalnya; LSM kesehatan, orgainsasi profesi yang
bergerak dibidang kesehatan.
Ø Masyarakat setara (coping
community)
Yaitu masyarakat
yang karena kondisinya kurang memadai sehingga tidak dapat memelihara
kesehatannya. Misalnya seorang ibu sadar akan pentingnya pemeriksaan diri,
tetapi karena keterbatasan ekonomi dan tidak adanya transportasi sehingga si
ibu tidak pergi ke sarana pelayanan kesehatan.
Ø Masyarakat pemula (crisis
response community)
Yaitu masyarakat
yang tidak tahu akan pentingnya kesehatan dan belum didukung oleh fasilitas
yang tersedia. Misalnya, masyarakat yang berdomisili di lingkungan kumuh dan
daerah terpencil.
2.
Strategi Promosi Kesehatan Dengan Pendekatan Sosial
Marketing
Sesuai dengan
berkembangnya zaman dan teknologi yang ada sekarang, dengan pendekatan berbagai
disiplin ilmu yang dapat digunakan sebagai metode pendekatan terhadap perubahan
suatu perilaku dapat menggunakan metode pendekatan lain diantaranya dengan
pendekatan sosial marketing.
Philip Kotler
menjelaskan pemasaran (marketing)
adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
melalui proses pertukaran. Menurut Philip Kotler dan Amstrong pemasaran adalah
sebagai suatu proses sosial dan managerial yang membuat individu dan kelompok
memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan
pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain. Menurut W Stanton
pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan
jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli (konsumen) maupun pembeli potensial
(calon pembeli/konsumen).
Pemasaran sosial
“lahir” sebagai disiplin pada 1970-an, ketika Philip Kotler dan Gerald Zaltman
menyadari bahwa prinsi-prinsip pemasaran yang sama yang digunakan untuk menjual
produk ke konsumen dapat digunakan untuk “menjual” ide-ide, sikap dan perilaku.
Kotler dan Andersen mendefinisikan pemasaran sosial sebagai “berbeda dari
daerah lain pemasaran hanya berkenaan dengan tujuan dari pemasar dan
organisasinya”. Pemasaran sosial berusaha untuk mempengaruhi perilaku sosial
tidak menguntungkan pemasar, tapi untuk menguntungkan target audiens maupun
masyarakat umum. “Teknik ini telah digunakan secara luar dalam program-program
kesehatan internasional, terutama untuk kontrasepsi dan terapi rehidrasi oral
(ORT), dan sedang digunakan dengan frekuensi lebih di Amerika Serikat untuk
beragam topik seperti penyalahgunaan narkoba, penyakit jantung, dan donor
organ.
Ketika berbicara
strategi social marketing atau pemasaran sosial, pertanyaan pertama yang muncul
adalah wujud rancangan strategi. Selanjutnya yang menjadi hal penting adalah
cara menyusun strategi dan cara menerapkannya. Lalu dari mana organisani
nirlaba harus memulai? Apakah dengan mengadopsi begitu saja strategi pemasaran
bisnis dalam “menjual” gagasan?
Social marketing
sebagaimana pemasaran secara generik bukanlah teori yang berdiri sendiri.
Pemasaran sosial merupakan sebuah kerangka atau struktur kerja yang tersusun
atas berbagai pengetahuan lain seperti teori ilmu psikologi, sosiologi,
antropologi, dan komunikasi dalam rangka memahami cara mempengaruhi perilaku
masyarakat. Sebagaimana juga dasar marketing bisnis, pemasaran sosial
didasarkan pada proses perencanaan logis yang melibatkan riset yang
berorientasi pada konsumen, analisis pemasaran, segmentasi pemasaran,
menentukan sasaran dan identifkasi strategi, dan taktik pemasran. Pemasaran
sosial dipengaruhi oleh perilaku interaktif yang terus berubah, dalam iklim
ekonmi, sosial, dan politik yang komplekss. Apabila pemasaran bisnis menyadari
tujuan utamanya adalah untuk mempertemukan para pemegang saham. Maka, social
marketing menargetkan keinginan masyarakat untuk memperbaiki atau meningkatkan
kualitas hidup mereka.
a. Strategi Pemasaran
Macam strategi
pemasaran diantaranya :
1) Strategi kebutuhan primer
Strategi-strategi
pemasaran untuk merancang kebutuhan primer yaitu :
a) Menambah jumlah
pemakai dan
b) Meningkatkan jumlah pembeli/konsumen
2) Strategi kebutuhan selektif
Yaitu dengan cara :
a) Mempertahankan kepuasan pelanggan misalnya :
Ø Memelihara kepuasan pelanggan;
Ø Menyederhanakan proses pembelian;
Ø Mengurangi daya tarik atau jelang untuk beralih merek;
b) Menjaring pelanggan (Acquistion Strategies)
Ø Mengambil posisi berhadapan (head-to heas positioning)
Ø Mengambil posisi berbeda (differentiated position)
Secara lebih jelas, strategi pemasaran dapat dibagi ke dalam
empat jenis yaitu :
a) Merangsang kebutuhan primer dengan menambah jumlah pemakai.
b) Merangsang kebutuhan primer dengan memperbesar tingkat
pembelian.
c) Merangsang kebutuhan selektif dengan mempertahankan
pelanggan yang ada.
d) Merangsang kebutuhan selektif dengan menjaring pelanggan
baru.
b. Segmentasi Pasar
Segmentasi pasar adalah kegiatan membagi suatu pasar menjadi
kelompo-kelompok pembeli yang berbeda yang memiliki kebutuhan, karakteristik,
atau perilaku yang berbeda yang mungkin membutuhkan produk atau bauran
pemasaran yang berbeda. Segmentasi pasar bisa diartikan adalah proses
pengidentifikasian dan menganalisis para pembeli di pasar produk, menganalisis
perbedaan antara pembeli di pasar.
1) Dasar-dasar dalam penetapan segmentasi pasar
Dalam penetapan segmentasi pasar ada beberapa hal yang menjadi dasarnya,
yaitu :
a) Dasar-dasar segmentasi pasar pada pasar konsumen
Ø Variabel geografi, diantaranya : wilayah, ukuran, daerah,
ukuran kota, dan kepadatan iklim.
Ø Variabel demografi, diantaranya : umur, keluarga, siklus
hidup, pendapatan, pendidikan, dan lain-lain.
Ø Variabel psikologis, diantaranya : kelas sosial, gaya hidup,
dan kepribadian.
Ø Variabel perilaku pembeli, diantaranya : manfaat yang
dicari, status pemakai, tingkat pemakaian, status kesetiaan dan sikap pada
produk.
b) Dasar-dasar segmentasi pasar pada pasar industri
Ø Tahap 1 : menetapkan segmentasi makro, yaitu pasar pemakai
akhir, lokasi geografis, dan banyaknya langganan.
Ø Tahap 2 : yaitu sikap terhadap penjual, ciri-ciri
kepribadian, kualitas produk, dan pelanggan.
2) Syarat segmentasi pasar
Ada beberapa syarat segmentasi pasar efektif, yaitu :
a) Dapat diukur
b) Dapat dicapai
c) Cukup besar atau cukup menguntungkan
d) Dapat dibedakan
e) Dapat dilaksanakan
3) Tingkat segmentasi pasar
Karena pembelian mempunyai kebutuhan dan keinginan yang unik. Setiap
pembeli, berpotensi menjadi pasar yang terpisah. Oleh karena itu, segmentasi
pasar dapat dibangun pada beberapa tingkat yang berbeda.
1. Pemasaran massal
Pemasaran massal berfokus pada produksi massal, distribusi massal, dan
promosi massal untuk produk yang sama dalam cara yang hampir sama ke seluruh konsumen.
2. Pemasaran segmen
Pemasaran segmen menyadari bahwa pembeli berbeda dalam kebutuhan, persepsi,
dan perilaku pembelian.
3. Pemasaran ceruk
Pemasaran ceruk (marketing niche) berfokus pada sub grup di dalam
segmen-segmen. Suatu ceruk adalah suatu grup yang didefinisikan dengan lebih
sempit.
4. Pemasaran mikro
Pemasaran ini
menciptakan penawaran/layanan yang sesuai dan tepat dengan kebutuhan/keinginan
dan daerah konsumen. Produk baik itu barang/jasa dibuat sesuai dengan yang
diinginkan oleh konsumen. Pemasaran ini mempunyai pemilihan saluran distribusi
(distribution channel) dan komunikasi yang lebih jelas serta mengerti lebih
dalam tentang siapa saja konsumen/masyarakat yang ingin dituju.
4) Manfaat segmentasi pasar
Sedangkan manfaat dari segmentasi pasar adalah :
a) Penjual atau produsen berada dalam posisi yang lebih baik
untuk memilih kesempatan-kesempatan pemasaran.
b) Penjual atau produsen dapat menggunakan pengetahuannya
terhadap respons pemasaran yang berbeda-beda, sehingga dapat mengalokasikan
anggarannya secara lebih tepat pada berbagai segmen.
c) Penjual atau produsen dapat mengatur produk lebih baik dan
daya tarik pemasarannya.
c.
Faktor-Faktor Yang
Memengaruhi Perilaku Konsumen
Adapun faktor-faktor yang memengaruhi perilaku konsumen adalah :
1) Budaya : faktor-faktor budaya memberikan pengaruhnya paling
puas pada keinginan dan perilaku konsumen. Budaya (culture) adalah penyebab
paling mendasar teori keinginan dan perilaku seseorang.
2) Subbudaya : setiap kebudayaan mengandung sub kebudayaan yang
lebih kecil, atau sekelompok orang yang mempunyai sistem nilai yang sama
berdasarkan pengalaman dan situasi kehidupan yang sama. Sub kebudayaan meliputi
: kewarganegaraan, agama, ras, dan daerah geografis.
3) Kelas sosial : hampir setiap masyarakat memiliki beberapa
bentuk struktur kelas sosial. Kelas-kelas sosial adalah bagian-bagian
masyarakat yang relatif permanen dan tersusun rapi yang anggota-anggotanya
mempunyai nilai-nilai, kepentingan dan perilaku yang sama.
Perilaku konsumen juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti
kelompok kecil, keluarga serta aturan dan status sosial konsumen. Di sisni
keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam
masyarakat. Keputusan orang ingin membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik
pribadi seperti umur dan tahap siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya
hidup dan kepribadian, serta konsep diri.
Selain dari beberapa faktor di atas yang memengaruhi perilaku konsumen juga
dipengaruhi juga oleh faktor-faktor psikologis seseorang, yang meliputi
motivasi, persepsi, pengetahuan, keyakinan, serta sikap.
d. Proses Pengambilan Keputusan Pembeli
1) Proses pengambilan keputusan pembeli terhadap produk baru
Sebuah produk baru adalah barang, jasa, atau ide yang
dianggap baru oleh pembeli potensial. Terkadang produk yang beredar di pasaran
telah lama ada, di sini konsumen dapat membuat keputusan untuk
menerima/mengadopsinya. Proses adopsi adalah proses mental yang dilalui
seseorang, mulai dari pengenalan pertama sampai pada penerimaan/adopsi final.
Tahap-tahap proses adopsi :
a) Sadar : konsumen menjadi sadar akan adanya produk baru,
tetapi kekurangan informasi mengenai produk tersebut.
b) Tertarik : konsumen akan menjadi tertarik untuk mencari
informasi mengenai produk baru.
c) Evaluasi : konsumen harus mempertimbangkan apakah produk
baru tersebut masuk akal atau tidak untuk dikomsumsi.
d) Mencoba : konsumen mencoba produk baru tersebut dalam skala
kecil untuk meningkatkannilai produk tersebut.
e) Adopsi : konsumen memutuskan secara penuh dan teratur
menggunakan produk baru tersebut.
2) Tipe-tipe perilaku membeli
a) Perilaku pembeli yang kompleks
Disini kosumen mengakui keterikatan yang tinggi dalam proses
pembeliannya, harga produk tinggi, jarang dibeli, memilki resiko yang tinggi.
Perilaku konsumen melalui proses tiga langkah, yaitu : pertama, mengembangkan
keyakinan tentang produk tersebut. Kedua, membangun sikap, dan ketiga,
melakukan pilihan.
b) Perilaku pembelian yang mengurangi ketidakefisienan
Disini konsumen mengalami keterlibatan tinggi, akan tetapi terlihat sedikit
perbedaan, diantara merek-merek, konsumen mengunjungi beberapa tempat untuk
mencari yang lebih cocok.
c) Perilaku pembelian karena kebiasaan
Disini konsumen
rendah sekali dalam proses pembelian karena tidak ada perbedaan nyata diantara
berbagai merek dan harga barang relatif rendah.
d) Perilaku pembelian yang mencari keragaman
Disini keterlibatan
konsumen yang rendah akan dihadapkan pada berbagai pemilihan merek.
3) Tahap-tahap Proses Membeli
a) Pengenalan kebutuhan/masalah
Disini orang yang akan memasarkan produk meneliti mengenai apa
yang dibutuhkan, apa yang menyebabkan semua itu muncul dan mengapa seseorang
membutuhkan sesuatu. Seorang pemasar mengenalkan pada konsumen agar lebih
tertarik.
b) Pencarian informasi
Sumber informasi konsumen terbagi dalam empat kelompok, yaitu :
Ø Sumber pribadi, meliputi : keluarga, teman-teman, tetangga,
dan kenalan.
Ø Sumber niaga, meliputi : periklanan, petugas penjualan,
penjual kemasan, dan pemajangan.
Ø Sumber umum, meliputi : media massa dan organisasi konsumen.
Ø Sumber pengalaman, meliputi : pernah menangani, menguji, dan
mempergunakan produk.
4) Pencarian Alternatif
Terdapat lima konsep dasar bagi pemasar dalam penilaian
alternatif konsumen, yaitu :
a) Sifat-sifat produk, apa yang menjadi ciri-ciri khusus dan
perhatian konsumen terhadap produk atau jasa tersebut.
b) Pemasar lebih memperhatikan pentingnya ciri-ciri produk
daripada penonjolan ciri-ciri produk.
c) Kepercayaan konsumen terhadap ciri merek yang menonjol.
d) Fungsi kemanfaatan, yaitu bagaimana konsumen mengharapkan
kepuasan yang diperoleh dari produk dengan tingkat alternatif yang berbeda-beda
setiap hari.
e) Bagaimana prosedur penilaian yang dilakukan konsumen dari
sekian banyak ciri-ciri barang.
5) Keputusan membeli
Ada dua faktor yang
menyebabkan seseorang mengambi keputusan untuk membeli, yaitu :
a) Sikap orang lain : keputusan membeli itu banyak dipengaruhi
oleh teman-teman, tetangga, atau siapa saja yang dipercayai.
b) Faktor-faktor situasi yang tidak terduga : seperti faktor
harga pendapatan.
e. Strategi Pemasaran Bisnis = Pemasaran Sosial ?
Berdasarkan definisi para ahli, social marketing pada
dasarnya merupakan aplikasi strategi komersial untuk “menjual” gagasan dalam
rangka manajemen yang mencakup analisis, perencanaan, implementasi, dan
pengawasan.
Lalu bagaimana organisasi nirlaba perlu memahami dan merancang
strategi social marketing berdasarkan pemahaman ini? Selain penerapan sembilan
elemen marketing yang telah dikenal (segmentasi pasar, target, positioning,
diferensiasi, marketing mix, selling, brand, service, dan process), pada
dasarnya marketing adalah sesuatu yang sederhana. Social marketing dapat
diumpamakan sebagai seni “menjual” diri (selling self) atau organisasi. Apabila
seseorang atau organisasi mempraktikkan prinsip-prinsip : promosi tanpa
memaksa, memahami dan menerapkan positioning secara tepat, memahami branding
dan diferensiasi berarti lembaga atau perusahaan telah menjalankan marketing
dengan benar.
Apa saja landasan pemasaran secara umum yang dapat
diterapkan pada pemasaran sosial? Dasar-dasar marketing sebagai “3i Marketing
Triangel”, yaitu positioning (cara sasaran/publik yang hendak diubah
perilakunya mendefinisikan perusahaan/organisasi dengan kompetitor),
differentiation (perbedaan) dan brand (keunikan, ketajaman dan fokus sebuah
produk dibandingkan denga produk lainnya, bisa berupa logo dan bentuk unik).
Pemasaran di masa kini menjadi lebih berhasil apabila
memperbanyak strategi marketing horizontal (dari individu ke individu).
Misalnya, dengan membuat situs web. Cara-cara vertikal seperti menggunakan
metode komunikasi satu arah kini kurang efektif. Marketing seharusnya tidak
dipandang hanya sebagai sebuah alat atau seolah anggota tubuh. Pandanglah
marketing sebagai sebuah keseluruhan (the whole), sesuatu yang menyeluruh.
Menurut Hermawan, dimasa kini visi,
misi, dan nilai-nilai organisasi tidak hanya melibatkan intelektualitas (mind)
dan hati (heart), melainkan juga ruh (spirit). Penjabaran dapat dilihat pada
bagan “3² values-Based Matrix”. Intinya, pandanglah marketing sebagai the whole
(menyeluruh dan utuh) dan bukan sekedar alat atau diandaikan anggota tubuh.
f.
Marketing Mix
dengan Pendekatan “4 P dan P plus”
Seperti pemasaran komersial, fokus utama adalah pada konsumen-pada belajar
apa yang orang inginkan dan butuhkan daripada mencoba membujuk mereka untuk
membeli apa yang kita kebutulan produksi. Pemasaran pembicaraan untuk konsumen,
bukan tentang produk. Proses perencanaan ini mengambil fokus konsumen
memperhitungkan dengan mengatasi unsur-unsur dari “bauran pemasaran”. Hal ini
mengacu pada keputusan tentang Product
(konsepsi sebuah produk), Harga (price), Distribusi (place), Promosi
(promotion). Ini sering disebut “4 P” pemasaran. Pemasaran sosial juga
menambahkan beberapa lagi “itu P”. Pada akhirnya dalah contoh dari bauran
pemasaran.
1) Produk (product)
Pemasaran “produk”
sosial tidak selalu korban fisik. Sebuah kontinum produk ada mulai dari yang
nyata, produk-produk fisik (misalnya, kondom), untuk layanan (misalnya, ujian
medis), praktik (misalnya, menyusui, atau makan diet, jantung sehat) dan
akhirnya, lebih banyak ide tidak berwujud (misalnya, perlindungan lingkungan).
Untuk memiliki produk yang layak, orang harus terlebih dahulu merasa bahwa
mereka memiliki masalah asli, dan bahwa penawaran produk adalah solusi yang
baik untuk masalah itu. Peran penelitian disini adalah untuk menemukan persepsi
konsumen dari masalah dan produk, dan untuk menentukan seberapa penting mereka
merasa itu adalah untuk mengambil tindakan terhadap masalah.
2) Harga (price)
“Harga” mengacu pada apa yang konsumen harus lakukan untuk
mendapatkan produk pemasaran sosial. Biaya ini mungkin moneter, atau malah
mungkin memerlukan konsumen untuk menyerah berwujud, seperti waktu atau usaha,
atau mengambil resiko malu dan ketidaksetujuan. Jika biaya lebih besar daripada
manfaatnya dari seorang individu, nilai yang dirasakan dari korban akan rendah
dan akan tidak mungkin diadopsi. Namun, jika imbalan tersebut dianggap sebagai
lebih besar dari biaya mereka, kemungkinan percobaan dan adopsi produk jauh
lebih besar.
Dalam menetapkan harga, terutama untuk produk fisik, seperti
kontrasepsi, ada masalah yang perlu dipertimbangkan. Jika produk dngan harga
yang terlalu rendah, atau disediakan secara gratis, konsumen mungkin melihatnya
sebagai yang rendah dalam kualiatas. Disisi lain, jika harga terlalu tinggi,
beberapa konsumen tidak akan mampu membelinya. Pemasar sosial harus
menyeimbangkan pertimbangan ini, dan sering berakhir pengisian minimal biaya
nominal untuk meningkatkan biaya persepsi kualitas dan untuk memberikan rasa
“martabat” untuk transakasi. Persepsi dari biaya dan manfaat dapat ditentukan
melalui penelitian, dan digunakan dalam memposisikan produk.
3) Tempat (place)
“Tempat”
menggambarkan cara bahwa produk tersebut mencapai konsumen. Untuk produk yang
nyata, ini mengacu pada sistem distribusi termasuk gudang, truk, tenaga
penjualan, gerai ritel dimana itu dijual, atau tempat dimana ia diberikan
secara gratis. Untuk produk yang tidak berwujud, tempat kurang jelas, tetapi
mengacu pada keputusan tentang saluran melalui mana konsumen mencapai dengan
informasi atau pelatihan. Ini mungkin termasuk kantor dokter, pusat
perbelanjaan, media massa kendaraan atau di rumah demonstrasi. Unsur lain
tempat adalah memutuskan bagaimana memastikan aksesibilitas korban dan kualitas
pelayanan. Dengan menentukan kegiatan dan kebiasaab target audiece, serta
pengalaman mereka dan kapuasan dengan sistem pengiriman yang ada, peneliti
dapat menentukan cara yang paling ideal distribusi yang ditawarkan.
4) Promosi (promotion)
Akhirnya, yang terakhir “P” adalah promosi. Karena visibilitas, unsur ini
sering keliru dianggap sebagai terdiri dari seluruh pemasaran sosial. Namun,
seperti dapat dilihat oleh pembahasan sebelumnya, hanya satu bagian. Promosi
terdiri dari pemanfaatan yang terintegrasi dari periklanan, humas, promosi,
advokasi media, penjualan pribadi dan kendaraan hiburan. Fokusnya adalah pada
menciptakan dan mempertahankan permintaan untuk produk. Iklan layanan
masyarakat atau iklan dibayar adalah salah satu cara, tetapi ada metode lain
seperti kupon, acara media, editorial, “Tupperware” ala pesta atau di dalam
toko display. Penelitian sangat penting untuk menentukan kendaraan yang paling
efektif dan efisien untuk menjangkau khalayak sasaran dan meningkatkan
permintaan. Temuan penelitian primer sendiri juga dapat digunakan untuk mendapatkan
publisitas untuk program di acara-acara media dan berita.
3.
Strategi Aplikasi Sistem Promosi Kesehatan Precede-Proceed
Sesuai dengan
strategi yang telah dibahas pada bab sebelumnya, promosi kesehatan dapat
dilaksanakan sesuai dengan konsep yang telah ditentukan sesuai dengan cakupan
dan kebutuhan masyarakat dengan pendekatan strategi yang telah dijalankan,
karena tolak ukur keberhasilan dari program promosi kesehatan berlaku
sistematis dan tidak hanya mengacu pada tahap pelaksanaan saja. Pada bab ini akan
dibahas mengenai strategi aplikasi dalam promosi kesehatan dengan pendekatan
sistem pengkajian, analisis data, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi dalam promosi kesehatan.
a. Tahap Pengkajian dalam Promosi Kesehatan
Tahap ini sangat berguna untuk pengumpulan informasi yang merupakan tahap
awal dalam proses penentuan promosi kesehatan. Dari informasi yang terkumpul,
didapatkan data/informasi tentang masalah-masalah yang dihadapi individu,
kelompok atau masyarakat. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk
menentukan perencanaan selanjutnya guna mengatasi masalah-masalah kurangnya
pengetahuan.
Pengkajian dapat dilakukan dari data yang ada maupun dengan melakukan
pengumpulan data secara langsung dari inidividu, kelompok atau masyarakat dan pihak
yang terkait. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara survei, Focus Group Discussion (FGD) atau
wawancara dengan informan kunci seperti kepala desa, tokoh masyarakat, kader
atau perwakilan masyarakat setempat dan pihak terkait.
Dari aspek aplikasi, Promosi Kesehatan mencakup komponen-komponen atau
faktor-faktor yang terkait dengan pelaksanaan Promosi Kesehatan di lapangan.
Pelaksanaan atau Promosi Kesehatan dari aspek praktis, tidak terlepas dari 6W
dan 1H untuk menentukan pengkajian awal yang harus dilakukan, yaitu meliputi :
1) Why, mengapa promosi kesehatan perlu dilakukan (perlunya promosi
kesehatan)
2) Who, siapa yang melaksanakan promosi kesehatan, (pelaksana
promosi kesehatan)
3) Whom, kepada siapa promosi kesehatan dilakukan atau dilaksanakan, (sasaran
promosi kesehatan)
4) What, apa saja yang akan diberikan kepada masyarakat, (materi
promosi kesehatan)
5) When, kapan promosi kesehatan dilaksanakan, (waktu pelaksanaan
promosi kesehatan)
6) Where, dimana promosi kesehatan dilakukan, (tempat atau tatanan promosi
kesehatan dilakukan
7) How, bagaimana cara melakukan promosi kesehatan (metode dan
teknik promosi kesehatan.
Setelah kita mendapatkan informasi sesuai dengan kajian di atas, maka kita
dapat menentukan kesimpulan masalah-masalah yang harus ditindak lanjuti dengan
menentukan prioritas masalah apa yang harus diberikan dalam promosi kesehatan
kepada masyarakat. Untuk selanjutnya kita dapat menentukan diagnosis masalah
kesehatan.
b. Tahap Penentuan Diagnosis dalam Promosi Kesehatan
Tahap diagnosis ini sangat diperlukan kemampuan kognitif dalam pengembangan
daya pikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan
pengetahuan,pengalaman, dan pengertian. Dalam melakukan analisis data,
diperlukan kemampuan mengaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan
konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam
menentukan masalah/diagnosis kesehatan.
Pada fase inii diidentifikasi masalah perilaku yang memengaruhi masalah
kesehatan dan masalah lingkungan (fisik dan psiko-sosial) yang memengaruhi
perilaku dan status kesehatan maupun kualitas hidup masyarakat. Adapun
diagnosis yang dapat ditentukan pada tahap ini ialah : 1) diagnosis sosial; 2)
diagnosis epidemiologi; 3) diagnosis perilaku dan lingkungan; 4) diagnosis
pendidikan dan organisasional; 5) diagnosis administratif dan kebijakan.
c.
Tahap Menetapkan
Prioritas Masalah dalam Promosi Kesehatan
Langkah yang harus ditempuh untuk menetapkan prioritas masalah kesehatan
adalah :
1) Menetapkan status kesehatan
2) Menentukan pola pelayanan kesehatan yang ada
3) Menentukan hubungan antara status kesehatan dengan pelayanan
kesehatan di masyarakat.
4) Menetukan determinan masalah kesehatan.
Setelah melakukan langkah-langkah di atas, selanjutnya dalam menentukan
prioritas masalah kita harus mempertimbangkan beberapa faktor, seperti :
1) Beratnya masalah dan akibat yang ditimbulkan.
2) Pertimbangan politis, guna mendapatkan dukungan
3) Sumber daya yang ada di masyarakat.
d. Tahap Menentukan Tujuan dalam Promosi Kesehatan
Agar tuuan promosi
kesehatan di masyarakat dapat dicapai dan dijalankan sesuai dengan apa yang
diinginkan, maka tujuan harus dibuat dengan berpedoman pada SMART yang
merupakan singkatan dari Spesific;
yang artinya tujuan harus khusus, Measurable;
atau dapat diukur, Appropriat; atau tepat guna, Reasonable; atau dapat dilaksanakan, dan Time bound; yang artinya harus dicapai dalam kurun waktu tertentu.
Menurut Green dan Kreuter (2005), tujuan promosi kesehatan terdiri atas
tiga tingkatan, yaitu :
1)
Tujuan program (Program
Objective)
Merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode waktu
tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan. Jika ditinjau dari kerangka
PRECEDE-PROCEED, maka tujuan program merupakan refrleksi dari fase sosial dan
epidemiologi. Oleh sebab itu, tujuan program sering pula disebut sebagai tujuan
jangka panjang.
2)
Tujuan pendidikan (educational objective)
Merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai dan dapat mengatasi masalah
kesehatan yang ada, yang merupakan refleksi dari fase perilaku dan lingkungan.
Oleh sebab itu, tujuan pendidikan disebut pula sebagai tujuan jangpa menengah.
3)
Tujuan perilaku (behavioral objective)
Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai
perilaku yang diinginkan, yang jika dilihat dari kerangka PRECEDE-PROCEED
merupakan refleksi dari fase pendidikan dan organisasional. Oleh sebab itu,
tujuan perilaku berhubungan dengan pengetahuan dan sikap dan disebut pula
sebagai tujuan jangka pendek.
WHO (2003)
menyederhanakan tujuan program promosi kesehatan di masyarakat menjadi dua yang
terdiri atas: 1) tujuan umum (goal),
yang merupakan pernyataan tentang status kesehatan yang akan dicapai diakhir
program yang akan dilaksanakan selama periode waktu tertentu, dan 2) tujuan
khusus (objective), yang merupakan
pernyataan tentang pengetahuan, sikap dan perilaku atau keterampilan tertentu
yang dapat mengatasi masalah kesehatan yang ada. tujuan khusus merupakan
gabungan dari tujuan pendidikan dan tujuan perilaku dari tingkatan tujuan.
e. Tahap Menentukan Metode Promosi Kesehatan
Dalam menentukan metode yang akan digunakan dalam memberikan
pendidikan kesehatan kepada masyarakat harus dipertimbangkan aspek yang akan
dicapai. Bila mencakup aspek pengetahuan maka dapat dilakukan dengan cara
penyuluhan langsung, misalnya materi penyuluhan, pemasangan poster dan spanduk
di lingkungan masyarakat, sehingga warga dan masyarakat sering melihat dan
membacanya yang akan berdampak pada terjadinya perubahan pengetahuan mereka.
Untuk aspek sikap perlu diberikan contoh yang lebih konkret yang dapat
menggugah emosi, perasaan, dan sikap masyarakat, misalnya dengan memperlihatkan
foto, slide, atau pemutaran film. Untuk maksud tersebut dapat dilakukan dengan
menjalin kerjasama dengan pihak-pihak terkait, seperti pemerintah daerah dinas
kesehatan, lembaga pendidikan, pihak swasta dan LSM yang ada, dan lain
sebagainya.
f.
Tahap Menentukan
Media Promosi Kesehatan
Teori pendidikan menyebutkan belajar yang paling baik dan
mudah adalah dengan menggunakan panca indera sebanyak mungkin, yang untuk
maksud tersebut hampir semua program pendidikan kesehatan menggunakan berbagai
media. Jenis media yang digunakan harus disesuaikan dengan sasaran pendidikan,
aspek yang ingin dicapai, metode yang digunakan, dan sumber daya yang ada.
g. Tahap Menyusun Rencana Evaluasi dalam Promosi Kesehatan
Evaluasi bertujuan untuk mengukur keberhasilan dari apa yang
telah dilaksanakan. Oleh sebab itu, pada waktu mengembangkan perencanaan
program promosi kesehatan di masyarakat, rencana evaluasi juga harus
dilaksanakan. Disini harus dijabarkan tentang kapan evaluasi akan dilaksanakan,
dimana akan dilaksanakan, kelompok sasaran mana yang akan dievaluasi, dan siapa
yang akan melaksanakan evaluasi.
1) Prinsip evaluasi :
a) Memperkuat program; tujuan kita adalah promosi kesehatan dan
peningkatan kepercayaan diri masyarakat.
b) Menggunakan pendekatan multiple; selain pendekatan
multidisiplin, metode evaluasi mungkin banyak dan bermacam-macam yang sejalan
dengan tujuan program.
c) Merancang evaluasi untuk memenuhi isu nyata; program
berbasis dan berfokus masyarakat, yang berakar pada komunitas “nyata” dan
berdasarkan pengakajian, harus memiliki rancangan evaluasi untuk mengukur
kriteria mengenai pentingnya program tersebut bagi masyarakat.
d) Menciptakan proses partisipasi; apabila masyarakat merupakan
bagian dari pengkajian, analisis, perencanaan, dan implementasi, merekapun
harus menjadi mitra dalam evaluasi.
e) Memungkinkan fleksibilitas; pendekatan evaluasi harus
fleksibel dan bersifat perskriptif, jika tidak, akan sulit untuk
mendokumentasikan munculnya perubahan yang sering kali meningkat secara tajam
dan kompleks.
f)
Membangun
kapasitas; selain mengukur hasil akhir, harus meningkatkan keterampilan,
pengetahuan, dan perilaku indifidu yang terlibat didalamnya.
2) Jenis evaluasi yang dilakukan :
a) Evaluasi formatif
Maksud dari evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan di
tengah-tengah atau pada saat berlangsungnya proses kegiatan promosi kesehatan,
yaitu dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana proses promosi kesehatan
sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.
Adapun manfaat dari evaluasi formatif adalah :
Ø Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang
tepat atau tidak?
Ø Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan
pra-syarat yang belum diperhitungkan?
Ø Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk
mempertinggi hasil yang akan dicapai atau tidak?
Ø Apakah metode, pendekatan dan alat evaluasi yang digunakan
sudah tepat atau tidak?
b) Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilaksanakan setelah sekumpulan
program promosi kesehatan selesai diberikan. Dengan kata lain evaluasi yang
dilaksanakan setelah seluruh rangkaian program promosi kesehatan diberikan.
Adapun tujuan utama dari evaluasi sumatif ini adlah untuk menentukan
keberhasilan masyarakat/audience setelah mereka mendapatkan promosi kesehatan
dalam jangka waktu tertentu.
Berikut ini merupakan beberapa manfaat yang didapat dari evaluasi sumatif :
Ø Untuk menentukan nilai keberhasilan program promosi
kesehatan
Ø Untuk menentukan masyarakat dapat atau tidak
mengikuti/menerima dalam program berikutnya
Ø Untuk catatan kemampuan masyarakat dalam menerima rangkaian
program promosi kesehatan.
h. Tahap Menyusun Jadwal Pelaksanaan Kegiatan dan Tindak Lanjut
Untuk memudahkan pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
kegiatan yang dilakukan perlu disusun jadwal pelaksanaan kegiatan, yang
biasanya disajikan dalam bentuk gan chart,
yang terdiri dari : waktu, tempat, dan pelaksanaan dari setiap kegiatan. Tindak
lanjut program dalam hal ini adalah bentuk evaluasi dalam jangka panjang untuk
menindaklanjuti kegiatan yang bersifat sistematis/berkesinambungan, akan tetapi
dapat pula dilakukan reassessment
apabila dikemudian hari didapatkan perkembangan/perubahan kebutuhan dari
masyarakat dalam pengetahuan yang terkait dengan pelaksanaan promosi kesehatan
agar selalu bermanfaat dan selalu fresh
sesuai trend maupun isu perkembangan ilmu yang ada.
C.
Pelaksanaan Promosi bidang Kesehatan Lingkungan:
1.
Persiapan kegiatan promosi bidang Kesehatan Lingkungan
a. Pendekatan kepada masyarakat dan lingkungan
b. Menentukan metode promosi kesehatan
1) Jenis – jenismetode
Secara
garis besar, metode dibagi menjadi dua, yaitu metode didaktif dan metode
sokratik.
a) MetodeDidaktif
Metode
ini didasarkan atau dilakukan secara satu arah. Tingkat keberhasilan metode
didaktif sulit dievaluasi karena peserta didik bersifat pasif dan hanya
pendidik yang aktif. Misalnya: ceramah, film, leaflet, booklet, poster dan
siaran radio.
b) MetodeSokratif
Metode
ini dilakukan secara dua arah. Dengan metode ini, kemungkinan antara pendidik
dan peserta didik bersikap aktif dan kreatif. Misalnya: diskusi kelompok,
debat, panel, forum, seminar, bermain peran, curah pendapat, demonstrasi, studi
kasus, loka karya dan penugasan perorangan.
2) Menentukan media
promosi kesehatan
Media
adalah alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan
atau pengajaran. Media promosi kesehatan adalah alat yang dipakai untuk
mengirimkan pesan kesehatan. Media pendidikan kesehatan disebut juga alat
peraga karena berfungsi membantu dan memeragakan sesuatu dalam proses
pendidikan atau pengajaran. Pembuatan alat peraga atau media mempunyai prinsip
bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang diterima dan ditangkap melalui
panca indra.
Semakin
banyak pancaindra yang digunakan maka semakin jelas juga pengetahuan yang
didapatkan. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan alat peraga dapat melibatkan indra
sebanyak mungkin pada suatu objek sehingga dapat memudahkan pemahaman bagi peserta
didik. Alat peraga atau media mempunyai intensitas yang berbeda dalam membantu pemahaman
seseorang. Elgar menggambarkan intensitas setiap alat peraga dalam suatu kerucut.
KERUCUT ELGAR
DALE
KETERANGAN :
a) Kata-kata
b) Tulisan
c) Rekaman, Radio
d) Film
e) Televisi
f)
Pameran
g) Field Trip
h) Demonstasi
i)
Sandiwara
j)
Benda Buatan
k) Benda Asli
Berdasarkan gambar alat peraga yang memiliki intensitas
paling tinggi adalah benda asli sedangkan yang memiliki intensitas paling
rendah adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa penyampaian materi hanya
menggunakan kata-kata saja kurang efektif jadi akan lebih efektif dan efisien
jika menggunakan beberapa alat peraga atau gabungan beberapa media.
Pemilihan media promosi kesehatan ditentukan oleh banyaknya
sasaran, keadaan geografis, karakteristik partisipan, dan sumber daya
pendukung. Contohnya di daerah terpencil yang hanya dapat dicapai dengan peswat
terbang khusus dan pendidikan kesehatan yang diinginkan adalah yang mencapai
sebanyak mungkin sasaran, maka media yang dapat dipilih adalah flyer atau media elektronik jika sumber
dayanya memungkinkan.
c.
Persiapan sarana.
d. Penyiapan tenaga fasilitator.
2.
Penyusunan Rencana Promosi bidang Kesehatan Lingkungan
Tahap perencanaan
penting untuk memastikan bahwa promosi kesehatan yang akan dilakukan terfokus
pada prioritas kerja yang sesuai dengan tujuan/goal yaitu memberikan layanan
keperawatan terbaik pada klien meliputi individu, kelompok maupun masyarakat.
Model perencanaan diperlukan dalam promosi kesehatan karena perencanaan
menyediakan cara untuk memandu pilihan sehingga keputusan yang dibuat mewakili
cara terbaik untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pendekatan rasional
menunjukkan bahwa seluruh jajaran atau option harus diidentifikasi dan
dipertimbangkan sebelum program komprehensif disusun. Model perencanaan
rasional (Rational planning model) memberikan pedoman pilihan dalam mengambil
keputusan yang mewakili langkah terbaik untuk mencapai tujuan yang akan
dicapai.
Perencanaan kegiatan promosi
kesehatan dilaksanakan oleh masyarakat sendiri sesuai kebutuhan masyarakat di
wilayah tersebut. Perencanaan dilakukan oleh masyarakat dan di fasilitasi oleh
fasilitator, meliputi kegiatan promosi kesehatan di masyarakat atau instansi
seperti di sekolah, menggunakan panduan perencanaan partisipatif masyarakat,
sehingga dapat disusun rencana kerja masyarakat.
Beberapa batasan tentang perencanaan yang penting diketahui
:
a. Perencanaan adalah
kemampuan untuk memilih suatu kemungkinan yang tersedia dan yang dipandang
paling tepat untuk mencapai tujuan
b.
Perencanaan adalah pekerjaan yang menyangkut penyusunan
konsep serta kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan demi mas depan yang lebih baik
c.
Perencanaan adalah upaya menyusun berbagai keputusan yang
bersifat pokok yang dipandang paling penting dan yang akan dilaksakan menurut
urutannya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan
d.
Perencanaan adalah proses menetapkan pengarahan yang resmi
dan menetapkan berbagai hambatan yang dipikirkan dan
dalam menjalankan suatu program guna dipakai sebagai pedoman dalam suatu
organisasi.
e.
Perencanaan adalah proses kerja yang terus menerus yang
meliputi pengambilan keputusan yang bersifat pokok dan penting dan yang akan
dilaksakan secara sistematik, melakukan perkiraan-perkiraan dengan
mempergunakan segala pengetahuan yang ada tentang masa depan, mengorganosir
secara sistematik segala upaya yang dipandang perlu untuk melaksanakan segala
keputusan yang telah ditetapkan, serta mengukur keberhasilan dalam pelaksanaan
segala keputusan tersebut dengan membandingkan hasil yang dicapai terhadap
target yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan umpan balik yang diterima dan
yang telah disusun secara teratur dan baik.
Perencanaan memeiliki keuntungan supaya tujuan yang akan
dicapai jelas oleh karena itu dalam tahap perencanaan memerlukan:
a. Pengkajian kebutuhan promosi kesehatan
b. Penentuan tujuan mengenai apa yang akan dicapai
c.
Penentuan target
berhubungan dengan tepat hasil. Target harus SMART; Sesific, Measurable,
Achieveable, Realistic, Time-limited
d. Pemilihan metode atau strategi yang akan digunakan dalam
pencapaian tujuan
e. Evaluasi hasil
Beberapa perecanaan diperkenalkan dalam bentuk linier, namun
ada juga model perencanaan yang ditampilkan dalam bentuk circular (melingkar),
yang mengindikasi bahwa pada hasil evaluasi akan dijadikan feedback (umpan balik)
pada tahap perencanaan berikutnya.
Langkah kegiatan perencanaan promosi kesehatan adalah seperti
diuraikan di bawah ini :
a. Identifikasi Masalah,
Potensi dan Analisis Situasi
b. Menentukan Tujuan Promosi Kesehatan
Pada dasarnya tujuan
utama promosi kesehatan adalah untuk mencapai 3 hal, yaitu :
1) Peningkatan pengetahuan
atau sikap masyarakat
2) Peningkatan perilaku
masyarakat
3) Peningkatan status
kesehatan masyarakat
c. Menentukan Sasaran Promosi Kesehatan
Di dalam promosi kesehatan
yang dimaksud dengan sasaran adalah kelompok sasaran, yaitu individu, kelompok maupun
keduanya.
d. Menentukan Isi/MateriPromosiKesehatan
Isi promosi kesehatan harus dibuat sesederhana mungkin
sehingga mudah dipahami oleh sasaran. Bila perlu buat menggunakan gambar dan bahasa
setempat sehingga sasaran mau melaksanakan isi pesan tersebut.
e. MenentukanMetode
1) Pengetahuan: penyuluhan
langsung, pemasangan poster, spanduk, penyebaran leaflet, dll.
2) Sikap: memberikan contoh
konkrit yang dapat menggugah emosi, perasaan dan sikap sasaran, misalnya dengan
memperlihatkan foto, slide atau melalui pemutaran film/video.
3) Keterampilan: sasaran harus diberi kesempatan untuk mencoba
keterampilan tersebut.
4) Pertimbangkan sumber
dana & sumber daya.
f.
Menetapkan Media
1) Teori pendidikan : belajar
yang paling mudah adalah dengan menggunakan media.
2) Media yang dipilih harus
bergantung pada jenis sasaran, teknik pendidikan, aspek yang ingin dicapai,
metode yang digunakan dan sumber daya yang ada.
g. Menyusun Rencana Evaluasi
Rencana evaluasi harus
dijabarkan yaitu mengenai kapan evaluasi akan dilaksanakan, di mana akan dilaksanakan,
kelompok sasaran yang mana akan dievaluasi & siapa yang akan melaksanakan evaluasi
tersebut.
h. Menyusun Jadwal Pelaksanaan
Penjabaran dari waktu,
tempat & pelaksanaan yang biasanya disajikan dalam bentuk gan chart.
3.
Melaksanakan Promosi bidang Kesehatan Lingkungan secara
Individual dan kelompok
Pelaksanaan promosi
Bidang Kesehatan Lingkungan secara Individual, yaitu:
Dengan diberikannya promosi kesehatan individu
diharapkan memperoleh informasi baik secara langsung ataupun melalui berbagai
media, mempunyai kemampun untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatannya, dapat melakukan tindakan hidup bersih dan lingkungan yang sehat,
ikut berperan dalam kegiatan sosial yang berkaitan dengan kesehatan.
Pelaksanaan promosi Bidang Kesehatan Lingkungan
secara Kelompok, terdiri dari:
a. Masyarakat atau LSM
Diharapkan
dapat mengembangkan upaya peningkatan kesehatan dan saling bekerjasama serta
saling membantu untuk mewujudkan lingkungan sehat.
b. Lembaga pemerintah
Diharapkan
dapat perduli dan mndukung upaya mengembangkan perilaku sehat dan lingkungan
sehat, membuat kebijakan yang berhubungan dengan bidang kesehatan.
c.
Institusi
Diharapkan
dapat meningkatkan mutu kesehatan yang dapat memeberi kepuasan pada masyarakat.
4.
Evaluasi hasil kegiatan promosi bidang Kesehatan Lingkungan
a. Pengertian Evaluasi
Evaluasi adalah
suatu proses menentukan nilai atau besarnya sukses dalam mencapai tujuan yang
sudah ditetapkan sebelumnya. (APHA)
Evaluasi adalah bagian
integral (terpadu) dari proses manajemen, termasuk manajemen promosi
kesehatan. Mengapa orang melakukan evaluasi, tidak lain karena orang ingin
mengetahui apa yang telah dilakukan telah berjalan sesuai rencana, apakah semua
masukan yang diperkirakan sesuai dengan kebutuhan dana apakah kegiatan yang
dilakukan memberi hasil dan dampak yang seperti yang diharapkan.
Evaluasi sebagai
suatu proses yang memungkinkan administrator mengetahui hasil programnya dan
ber-dasarkan itu mengadakan penyesuaian-penyesuaian untuk mencapai tujuan
secara efektif, (Klineberg).
Berdasarkan
definisi di atas, proses ini mencakup langkah-langkah:
1) Memformulasikan tujuan
2) Mengidentifikasi kriteria untuk mengukur sukes
3) Menentukan dan menjelaskan besarnya sukses
4) Rekomendasi untuk kegiatan program selanjutnya
b. Maksud (Tujuan) Penilaian
1) Untuk membantu perencanaan dimasa datang
2) Untuk mengetahui apakah sarana dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya
3) Untuk menemukan kelemahan dan kekuatan dalam pelaksanaan
program
4) Untuk membantu menentukan strategi program
5) Untuk motivasi
6) Untuk mendapatkan dukungan sponsor
c.
Siapa dan Bagaimana
Penilaian
1) Pihak dalam (pelaksana program), melalui:
a) Pencatatan dan pelaporan
b) Supervisi
c) Wawancara
d) Observasi
2) Pihak luar program
a) Laporan pihak lain
b) Angket
d. Kapan dilakukan Penilaian
1) Penilaian rutin
Penilaian yang
berkesinambungan, teratur dan bersamaan dengan pelaksanaan program.
2) Penilaian berkala
Penilaian yang
periodik pada setiap akhir suatu bagian program misalnya pada setiap 3 bulan, 6
bulan, 1 tahun, dst.
3) Penilaian akhir
Penilaian yang
dilakukan pada akhir program atau beberapa waktu setelah akhir program selesai.
e. Apa yang dinilai(dimensi Evaluasi)
1) Input
Masukan, bahan,
teknologi, sarana, manajemen.
2) Proses
Pelaksanaan program
promkes dibidang Kesehatan Lingkungan
3) Output
Hasil dari program
pemahaman/pengetahuan, peningkatan sikap dan keterampilan
4) Outcome = dampak
Dampak dari program
seperti peningkatan PHBS, kepemilikan JAGA, SPAL dan lain-lain.
5) Impact
Peningkatan status
kesehatan.
f.
Evaluasi Pendidikan
Kesehatan
1) Tujuan evaluasi
Untuk mengetahui
apakah tujuan pendidikan kesehatan tercapai atau tidak. Tujuan pendidikan
kesehatan meliputi :
a) Aspek knowledge = pengetahuan
b) Aspek attitude = sikap
c) Aspek psikomotorik = ketrampilan/praktik
2) Waktu evaluasi
a) Selama pendidikan kesehatan berlangsung
b) Setelah pendidikan kesehatan selesai
3) Metode evaluasi
Tergantung kepada
tujuan pendidikan kesehatan
a) Pengetahuan : tes tulis atau lisan
b) Sikap : skala sikap
c) Psikomotor : praktik
4) Indikator
Sesuai tujuan
pendidikan kesehatan, meliputi :
a) Aspek pengetahuan
b) Aspek sikap
c) Aspek ketrampilan/tindakan
5) Hasil = Kesimpulan
Bergantung pada
tujuan pendidikan kesehatan, dikategorikan berhasil apabila peserta pendidikan
kesehatan dapat:
a) Memahami pesan pendidikan kesehatan
b) Sikapnya baik (menerima/setuju)
c) Melaksanakan kegiatan sesuai pesan pendidikan kesehatan
5.
Menyusun laporan hasil kegiatan.
Di akhir
program tentunya akan menghasilkan sesuatu yang dapat dilihat dalam bentuk
laporan akhir yang terdiri dari :
a. Latar Belakang Masalah
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan
d. Manfaat
e. Landasan Teori
f. Kerangka Konsep
g. Hipotesis
h. Rancangan Penelitian
i. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
j. Analisis Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
k. Proses Pelaksanaan Kegiatan
l. Evaluasi Kegiatan
m. Hasil dan Pembahasan
n. Kesimpulan
o. Rekomendasi
p. Referensi
q. Lampiran (instrumen evaluasi dan instrumen
intervensi, data (transkrip, output statistik), dan dokumentasi)
Daftar Pustaka
Sumber Referensi Buku:
1. Kholid, Ahmad. 2012. Promosi
Kesehatan Dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media dan Aplikasinya. Semarang:
Rajawali Pers.
2. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
3. Maulana, Heri D.J. 2009. Promosi
Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran.
4. Fitriani, Sinta. 2010. Promosi
Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sumber Referensi Internet:
3. http://dianhusadanabilah.blogspot.com/p/tujuan-promosi-kesehatan.html (diakses pada tggl 22 okt 2014)
4. http://newkesehatan.blogspot.com/2012/04/tujuan-promosi-kesehatan-dalam.html (diakses pada tggl 22 okt 2014)
5. http://howtokillwa4.blog.com/2014/08/24/sejarah-promosi-kesehatan-pdf/ (diakses pada tanggal 22 oktober 2014)
6. http://mimpibesarku.blogspot.com/2012/05/ruang-lingkup-promosi-kesehatan.html (diakses pada diakses pada 24 okt 2014 )
7. http://kartikasari2013.blogspot.com/2013/04/makalah-monitoring-dan-evaluasi-promosi.html (diakses pada 3 Nov 2015)
9. http://abidinsumatera.blogspot.com/2014/04/metode-dan-alat-bantu-media-pada.html (diakses pada 02 nov 2015)
10.
http://radensurahmat28.blogspot.com/2013/06/promosi-kesehatan-seven-jump.html (diakses pada 24 okt 2014)
Langganan:
Postingan (Atom)
Pembahasan Materi Promkes
Written on 08.51.00 by Unknown
DOSEN :
Syamsuddin S, SKM.,M.Kes
Pembahasan Materi Promkes
Oleh Kelompok 1:
Ø
ADI HERMANTO PO.71.4.221.13.2.001
Ø
ASMILA WARNI PO.71.4.221.13.2.008
Ø
DESI PO.71.4.221.13.2.009
Ø
EVI NURSYAFITRI PO.71.4.221.13.2.012
Ø
FATKUR RAHIM PO.71.4.221.13.2.015
Ø
FELISIA NOVIANTI
SANAPANG PO.71.4.221.13.2.016
Ø
GHITA DWI LESTARI PO.71.4.221.13.2.017
Ø
MUHAMMAD ASHAR PO.71.4.221.13.2.028
Ø
NASRIAH PO.71.4.221.13.2.034
Ø
NUR PADILA PO.71.4.221.13.2.036
Ø
SUARNI S PO.71.4.221.13.2.045
Ø
SUCI SYAHRANI PO.71.4.221.13.2.046
KEMENTRIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK
KESEHATAN MAKASSAR
KESEHATAN
LINGKUNGAN
PRODI D IV
2014
A.
Promosi Kesehatan
1.
Pengertian
Promosi kesehatan
adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat
optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan
fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Ini bukan sekedar pengubahan
gaya hidup saja, namun berkaitan dengan pengubahan lingkungan yang diharapkan
dapat lebih mendukung dalam membuat keputusan yang sehat.Pengubahan gaya hidup
dapat difasilitasi melalui penggabunngan:
a. menciptakan lingkungan yang mendukung,
b. mengubah perilaku, dan
c.
meningkatkan
kesadaran.
Promosi Kesehatan
yang memiliki dua sisi, yakni sisi ilmu dan seni. Maksudnya adalah dari sisi
Seni, yakni praktisi atau aplikasi promosi kesehatan, merupakan penunjang bagi
program-program kesehatan lain. Artinya setiap program kesehatan, misalnya
pemberantasan penyakit, perbaikan gizi masyarakat, sanitasi lingkungan,
kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan, dan sebagainya, perlu
ditunjang atau dibantu oleh promosi kesehatan (di Indonesia sering disebut
Penyuluhan Kesehatan). Hal ini esensial, karena masing-masing program tersebut
mempunyai aspek perilaku masyarakat yang perlu dikondisikan dengan promosi
kesehatan.
Dari
penelitian-penelitian yang ada terungkap, meskipun kesadaran dan pengetahuan
masyarakat sudah tinggi tentang kesehatan, namun praktik(practice) tentang
kesehatan atau perilaku hidup sehat masyarakat masih rendah. Setelah dilakukan
pengkajian oleh Organisasi Kesehatan Dunia(WHO), terutama di negara-negara
berkembang, ternyata faktor pendukung atau sarana dan prasarana tidak mendukung
masyarakat untuk berperilaku hidup sehat.
Misalnya meskipun kesadaran dan pengetahuan orang atau masyarakat
tentang kesehatan (misalnya: sanitasi lingkungan, gizi, imunisasi, pelayanan
kesehatan, dan sebagainya) sudah tinggi, tetapi apabila tidak didukung oleh fasilitas,
yaitu tersedianya jamban sehat, air bersih, makanan yang bergizi, fasilitas
imunisasi, yankes, dan sebagainya maka mereka sulit untuk mewujudkan perilaku
tersebut.
Oleh sebab itu WHO
pada awal tahun 1980 menyimpulkan bahwa pendidikan kesehatan tidak mampu
mencapi tujuannya apabila hanya memfokuskan pada upaya-upaya perubahan perilaku
saja. Promosi Kesehatan harus mencakup pula upaya perubahan lingkungan (fisik,
sosial budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya) sebagai penunjang atau
pendukung perubahan perilaku tersebut. Sebagai perwujudan dari perubahan konsep
promosi kesehatan ini secara organisasi struktural, maka pada tahun 1984,
Divisi Pendidikan Kesehatan (Health Education) dalam WHO diubah menjadi Divisi
Promosi dan Pendidikan Kesehatan (Division on Health Promotion and Education).
Jadi dapat
disimpulkan bahwa promosi kesehatan merupakan revitalisasi pendidikan kesehatan
pada masa lalu, Promosi Kesehatan bukan hanya proses Penyadaran masyarakat atau
pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja tetapi
juga disertai upaya-upaya memfasilitasi perubahan perilaku. WHO telah merumuskan
:
“Health promotion is the process of enabling
people to increase control over, and improve, their health. To reach a state of
complete physical, mental, and social, well-being, an individual or group must
be able to identify and realize aspirations, to satisfy needs, and to change or
cope with the environment”. (Ottawa Charter, 1986).
Dari kutipan di
atas dapat ditarik kesimpulan bahwa promosi kesehatan adalh proses untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Bertolak dari
pengertian yang dirumuskan WHO tersebut, di Indonesia pengertian Promosi
Kesehatan dirumuskan sebagai berikut: “Upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh dan bersama masyarakat agar mereka
dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber
daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan”.
Batasan lain,
promosi kesehatan adalah yang dirumuskan oleh Australian Health Foundation sebagai berikut:
“Health Promotion is Programs are designed to bring about
“change” within people, organization, communities, and their environment”.
Hal ini berarti
bahwa promosi kesehatan adalah program kesehatan yang dirancang untuk membawa
perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam
organisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, politik, dan
sebagainya). Dari dua kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan,
sikap, dan praktik kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki
lingkungan (baik fisik maupun nonfisik) dalam rangka memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka.
2.
Tujuan
Sesuai dengan visi
dan misinya, tujuan dari Promosi Kesehatan adalah meningkatnya kemampuan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk hidup sehat dan mengembangkan
upaya kesehatan yang bersumber masyarakat serta terciptanya lingkungan yang
kondusif untuk mendorong terbentuknya kemampuan tersebut.
Menurut Green,1991
dalam Maulana(2009) tujuan promosi kesehatan terdiri dari tiga tingkatan yaitu:
a. Tujuan Program
Refleksi dari fase
social dan epidemiologi berupa pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam
periode tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan. Tujuan program ini
juga disebut tujuan jangka panjang, contohnya mortalitas akibat kecelakaan
kerja pada pekerja menurun 50 % setelah promosi kesehatan berjalan lima tahun.
b. Tujuan Pendidikan
Pembelajaran yang
harus dicapai agar tercapai perilaku yang diinginkan. Tujuan ini merupakan
tujuan jangka menengah, contohnya : cakupan angka kunjungan ke klinik
perusahaan meningkat 75% setelah promosi kesehatan berjalan tiga tahun.
c.
Tujuan Perilaku
Gambaran perilaku
yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan. Tujuan ini bersifat jangka
pendek, berhubungan dengan pengetahuan, sikap, tindakan, contohnya: pengetahuan
pekerja tentang tanda-tanda bahaya di tempat kerja meningkat 60% setelah
promosi kesehatan berjalan 6 bulan.
3.
Ruang Lingkup
Secara sederhana
ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai berikut :
a. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health
education) yang penekanannya pada perubahan/perbaikan perilaku melalui
peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan.
b. Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social
marketing), yang penekanannya pada pengenalan produk/jasa melalui kampanye.
c.
Promosi kesehatan
adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang tekanannya pada
penyebaran informasi.
d. Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif)
yang penekanannya pada upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
e. Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang
kesehatan.
Ruang Lingkup Promosi
Kesehatan Menurut Prof.Dr.Soekidjo Notoadmodjo, ruang lingkup promosi kesehatan
dapat dilihat dari beberapa dimensi yaitu:
a. Ruang Lingkup berdasarkan Dimensi aspek pelayanan kesehatan
Secara umum bahwa
kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok, yakni: promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif. Ahli lain hanya membaginya menjadi 2 aspek, yakni:
a) aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat, dan b) aspek preventif
(pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan sasaran kelompok orang yang
beresiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok yang sakit. Sejalan dengan
uraian ini, maka ruang llingkup pendidikan/promosi kesehatan juga dikelompokkan
menjadi dua.
1) Promosi Kesehatan pada aspek promotif
Sasaran promosi
kesehatan pada aspek promotif adalah kelompok orang sehat. Selama ini kelompok
orang sehat kurang memperoleh perhatian dalam upaya kesehatan masyarakat.
Padahal kelompok orang sehat di suatu komunitas sekitar 80-85% dari populasi.
Apabila jumlah ini tidak dibina kesehatannya, maka jumlah ini akan meningkat.
Oleh sebab itu pendidikan kesehatan pada kelompok ini perlu ditingkatkan atau
dibina agar tetap sehat, atau lebih meningkat lagi. Derajat kesehatan adalah
dinamis, oleh sebab itu meskipun seseorang sudah dalam kondisi sehat, tetap
perlu ditingkatkan dan dibina kesehatannya.
2) Promosi Kesehatan pada aspek Pencegahan dan Penyembuhan
Pada aspek ini
upaya promosi kesehatan mencakup 3 (tiga) upaya atau kegiatan, yakni:
a) Pencegahan tingkat pertama (Primary prevention)
Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah kelompok masyarakat yang
berisiko tinggi (high risk), misanya
kelompok ibu hamil dan menyusui, para perokok, obesitas (orang-orang yang
kegemukan), para pekerja seks (wanita atau pria), dan sebagainya. Tujuan upaya
promosi kesehatan pada kelompok ini adalah agar mereka tidak jatuh sakit atau
terkena penyakit.
b) Pencegahan tingkat kedua (Secondary
prevention)
Sasaran promosi
kesehatan pada aspek ini adalah para penderita penyakit kronis, misalnya asma,
diabetes melitus, tuberkulosis, rematik, tekanan darah tinggi, dan sebagainya.
Tujuan upaya promosi kesehatan pada kelompok ini adalah agar penderita mampu
mencegah penyakitnya menjadi lebih parah.
c) Pencegahan tingkat tiga (Tertiary
prevention)
Sasaran promosi kesehatan
pada aspek ini adalah kelompok pasien yang baru sembuh (recovery) dari suatu penyakit. Tujuannya adalah agar mereka segera
pulih kembali kesehatannya. Dengan kata lain menolong para penderita yang baru
sembuh dari penyakitnya ini agar tidak menjadi cacat atau mengurangi kecacatan
seminimal mungkin (rehabilitasi).
b. Ruang Lingkup berdasarkan Dimensi tatanan (setting) atau
tempat pelaksanaan promosi kesehatan.
Berdasarkan tatanan
(setting) atau tempat pelaksanaan
promosi atau pendidikan kesehatan, maka ruang lingkup promosi kesehatan ini
dapat dikelompokkan menjadi:
1) Promosi Kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)
Keluarga atau rumah
tangga adalah unit masyarakat terkecil. Oleh sebab itu untuk mencapai perilaku
masyarakat yang sehat harus dimulai di masing-masing keluarga. Di dalam
keluargalah mulai terbentuk perilaku-perilaku masyarakat. Orang tua (ayah dan
ibu) merupakan sasaran utama dalam promosi kesehatan pada tatanan ini. Karena
orang tua, terutama ibu, merupakan peletak dasar perilaku dan terutama perilaku
kesehatan bagi anak-anak mereka.
2) Promosi Kesehatan pada tatanan sekolah
Sekolah merupakan
perpanjangan tangan pendidikan kesehatan bagi keluarga. Sekolah, terutama guru
pada umumnya lebih dipatuhi oleh murid-muridnya. Oleh sebab itu lingkungan
sekolah, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial yang sehat, akan sangat
berpengaruh terhadap perilaku sehat anak-anak (murid). Kunci pendidikan
kesehatan di sekolah adalah guru, oleh sebab itu perilaku guru harus
dikondisikan, melalui pelatihan-pelatihan, seminar, lokakarya, dan
sebagainya.
3) Promosi Kesehatan di tempat kerja
Tempat kerja
merupakan tempat orang dewasa memperoleh nafkah untuk keluarga. Lingkungan
kerja yang sehat (fisik dan nonfisik) akan mendukung kesehatan pekerja atau
karyawannya dan akhirnya akan menghasilkan produktifitas yang optimal.
Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak sehat serta rawan kecelakaan kerja akan
menurunkan derajat kesehatan pekerjanya, dan akhirnya kurang produktif. Oleh
sebab itu pemilik, pemimpin, atau menajer dari institusi tempat kerja termasuk
perkantoran merupakan sasaran promosi kesehatan sehingga mereka peduli terhadap
kesehatan para pekerjanya dan mengembangkan unit pendidikan kesehatan di tempat
kerja.
4) Promosi Kesehatan di tempat-tempat umum
Tempat-tempat umum
di sini mencakup pasar, terminal bus, bandar udara, tempat-tempat perbelanjaan,
tempat-tempat olahraga, taman-taman kota, dan sebagainya. Tempat-tempat umum
yang sehat, bukan saja terjaga kebersihannya, tetapi juga harus dilengkapi dengan
fasilitas kebersihan dan sanitasi, terutama WC umum dan sarana air bersih,
serta tempat sampah. Para pengelola tempat-tempat umum merupakan sasaran
promosi kesehatan agar mereka melengkapi tempat-tempat umum dengan fasilitas
yang dimaksud, disamping melakukan imbauan-imbauan kebersihan dan kesehatan
bagi pemakai tempat umum atau masyarakat melalui pengeras suara, poster, leaflet, dan sebagainya.
5) Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitas pelayanan
kesehatan ini mencakup rumah sakit (RS), puskesmas, poliklinik, rumah bersalin,
dan sebagainya. Kadang-kadang sangat ironis, di mana rumah sakit atau puskesmas
tidak menjaga kebersihan fasilitas pelayanan kesehatan. Keadaan fasilitas
tersebut kotor, bau, tidak ada air, tidak ada tempat sampah dan sebaginya. Oleh
sebab itu pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan merupakan sasaran utama
promosi kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan ini. Mereka inilah yng
bertanggung jawab atas terlaksananya pendidikan atau promosi kesehatan di
institusinya. Kepada para pemimpin atau manajer institusi pelayanan kesehatan
ini diperlukan kegiatan advokasi. Sedangkan bagi para karyawannya diperlukan
pelatihan tentang promosi kesehatan. Beberapa rumah sakit memang telah
mengembangkan unit pendidikan (penyuluhan) tersendiri yang disebut PKMRS
(Penyuluhan/Promosi Kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit).
c.
Ruang Lingkup
Berdasarkan Tingkat Pelayanan
Berdasarkan dimensi
tingkat pelayanan kesehatan, promosi kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima
tingkat pencegahan (five levels of prevention)
dari Leavel and Clark.
1) Promosi kesehatan
(Health Promotion)
Dalam tingkat ini
promosi kesehatan diperlukan misalnya dalam peningkatan gizi, kebiasaan hidup,
perbaikan sanitasi lingkungan, kesehatan perorangan, dan sebagainya.
2) Perlindungan Khusus
(Spesific Protection)
Dalam program
Imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus ini, promosi kesehatan
sangat diperlukan terutama di negara-negara berkembang. Hal ini karena
kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai cara perlindungan
terhadap penyakit pada orang dewasa maupun pada anak-anaknya, masih
rendah.
3) Diagnosis dini dan
pengobatan segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment)
Dikarenakan
rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit,
maka penyakit-penyakit yang terjadi di dalam masyarakat sering sulit
terdeteksi. Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan
diobati penyakitnya. Hal ini akan menyebabkan masyarakat tidak memperoleh
layanan kesehatan yang layak. Oleh sebab itu, promosi kesehatan sangat
diperlukan pada tahap ini.
4) Pembatasan Cacat
(Disability Limitation)
Kurangnya
pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit, sering
mengakibatkan masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas. Mereka
tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya.
Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan yang bersangkutan
menjadi cacat atau memiliki ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu. Oleh karena
itu promosi kesehatan juga diperlukan pada tahap ini.
5) Rehabilitasi
(Rehabilitation)
Setelah sembuh dari
suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat. Untuk memulihkan
cacatnya tersebut diperlukan latihan-latihan tertentu. Oleh karena kurangnya
pengertian dan kesadaran orang tersebut, maka ia tidak atau segan melakukan
latihan-latihan yang dianjurkan. Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh
dari penyakit, kadang merasa malu untuk kembali ke masyarakat. Sering terjadi
pula masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai anggota masyarakat yang
normal. Oleh sebab itu jelas promosi kesehatan diperlukan bukan saja untuk
orang yang cacat tersebut, tetapi juga untuk masyarakat.
4.
Metode Penilaian kebutuhan masyarakat baik individu maupun
kelompok
a. Health belief model (model kepercayaan kesehatan)
Model kepercayaan
kesehatan (Rosenstock, 1974, 1977) sangat dekat dengan bidang pendidikan
kesehatan. Model ini menganggap bahwa perilaku kesehatan merupakan fungsi dari
pengetahuan maupun sikap. Secara khusus model ini menegaskan bahwa persepsi
seseorang tentang kerentanan dan kemujaraban pengobatan dapat mengetahui
keputusan seseorang dalam perilaku-perilaku kesehatannya.
Menurut model
kepercayaan kesehatan (Becker, 1974,1979) perilaku ditentukan oleh apakah
seseorang :
1) Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan
tertentu
2) Menganggap bahwa masalah ini serius
3) Meyakini efektivitas tujuan
pengobatan dan pencegahan
4) Tidak mahal
5) Menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan
Health belief model dapat digunakan untuk meramalkan
perilaku peningkatan kesehatan (Smet, 1994).
Teori ini menganggap bahwa perilaku esehatan merupakan
fungsi dari pengetahuan dan sikap. Health belief model merupakan model kognitif
yang mempunyai arti proses kognitif dapat dipengaruhi oleh informasi dari
lingkungan termasuk hitungan.
Menurut HealthBelief Model, perilaku dapat ditentukan oleh :
1) Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan
tertentu
2) Tingkat keseriusan masalah
3) Meyakini keefektifitas tujuan pengobatan dan pencegahan
4) Tidak mahal
5) Menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan.
Dalam melakukan
tindakan upaya pencegahan tergantung pada hasil dari dua keyakinan atau
penilaian kesehatan yaitu:
1) Ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka
Hal ini didasarkan
pada sejauh mana orang berfikir tentang penyakit atau kesakitan betul-betul
ancaman pada dirinya. Bila ancaman dirasakan semakin meningkat maka perilaku
pencegahan pun akan meningkat.
2) Pertimbangan untung dan rugi
b. Model Transteoritik
Model transteoritik (atau “Model bertahap”, “stages of change “), sesuai
namanya, mencoba menerangkan serta mengukur perilaku kesehatan dengan tidak
bergantung pada perangkap teoritik tertentu. Proschaska dan kawan-kawan (1979)
mula-mula bermaksud menjelaskan proses apa yang terjadi bila peminum alkohol
berhenti minum alkohol, dan juga terhadap proses dalam berhenti merokok.
Penelitian ini mengidentifikasikan empat tahap independen : prekontemplasi,
kontemplasi, aksi, dan pemeliharaan. Prekontemplasi mengacu pada tahap bila
seseorang belum memikirkan sebuah perilaku sama sekali, orang itu belum
bermaksud mengubah suatu perilaku. Dalam tahap kontemplasi, seseorang
benar-benar memikirkan suatu perilaku, namun masih belum siap untuk
melakukannya. Tahap aksi mengacu kepada keadaan bila orang telah melakukan
perubahan perilaku, sedangkan pemeliharaan merupakan pengentalan jangka panjang dari perubahan
yang telah terjadi. Dalam tahap aksi maupun pemeliharaan, kekambuhan, dapat
terjadi, yaitu individu kembali pada pola perilaku sebelum aksi.
Model transteorik sejalan dengan teori-teori rasional atau teori-teori
pembuatan keputusan dan teori ekonomi yang lain, terutama dalam mendasarkan
diri pada proses-proses kognitif untuk menjelaskan perubahan perilaku.
c.
Model Komunikasi
Persuasi
Model komunikasi atau persuasi (Mc guire, 1964) menegaskan bahwa komunikasi
dapat dipergunakan untuk mengubah sikap dan perilaku kesehatan yang secara
langsung terkait dalam merantai kausal yang sama. Efektifitas upaya komunikasi
yang diberikan bergantung pada berbagai input (atau stimulus) serta output
(atau tanggapan terhadap stimulus). Menurut model komunikasi atau persuasi,
perubahan pengetahuan dan sikap merupakan prekondisi bagi perubahan perilaku
kesehatan atau perilaku-perilaku yang lain. Variabel-variabel input meliputi :
sumbe pesan, pesan itu sendiri, saluran penyampai, dan karakteristik penerima,
serta tujuan pesan-pesan tersebut. Variabel-variabel output merujuk pada
perubahan dalam factor-faktor kognitif tertentu,seperti pengetahuan, sikap,
pembuatan keputusan,dan juga perilaku-perilaku yang dapat diobservasi.
d. Teori Pemahaman Sosial (Social Learning Theory)
Teori pemahaman sosial menekankan pada hubungan segitiga antara orang
(menyangkut proses-proses kognitif), perilaku dan lingkungan dalam suatu proses
deterministic resiprokal ( atau kausalitas resiprokal) (bandura, 1977 : Rotte,
1954) kalau lingkungan menentukan atau menyebabkan terjadi perilaku kebanyakan,
maka seorang individu menggunakan proses kognitifnya untuk menginterprestasikan
lingkungannya maupun perilaku yang dijalankannya, serta memberikan reaksi
dengan cara mengubah lingkungan dan menerima hasil perilaku yang lebih baik.
Oleh karena itu, teori pemahaman sosial menjembatani jurang pemisah antara
model-model kognitif, atau model-model yang berorientasi pada pembuatan
keputusan rasional, dengan teori-teori lain diatas.
e. Model Theori Of Reasoned Action (Teori Kehendak Perilaku)
Teori aksi beralasan (Fishbein dan Ajzen, 1975,1980) menegaskan peran dari
niat seseorang dalam menentukan apakah sebuah perilaku akan terjadi. Teori ini
secara tidak langsung menyatakan bahwa perilaku pada umumnya mengikuti niat dan
tidak akan pernah terjadi tanpa niat. Niat-niat seseorang juga dipengaruhu oleh
sikap-sikap terhadap suatu perilaku, seperti apakah iya merasa perilaku itu
penting. Teori ini juga menegaskan sikap “normatife” yang mungkin dimiliki
orang-orang: mereka berfikir tentang apa yang akan dilakukan orang lain
(terutama, orang-orang yang berpengaruh dalam kelompok) pada suatu situasi yang
sama.
f.
Model Consequences
(Konsekunsi)
Adalah model peristiwa yang terjadi dilingkungan yang mengikuti perilaku
baik itu memperkuat, memperlemah, bahkan menghentikan perilaku tersebut.
1) Positif reinforcement (pengaruh yang positif)
Peristiwa yang
menyenangkan mengikuti suatu peristiwa.
Contoh:
Penghargaan bagi
ibu yang memberikan ASI ekslusif, peristiwa ini akan meningkatkan kemungkinan
bahwa perilaku tersebut akan terjadi lagi.
2) Negative reinforcement (penguat yang negative)
Peristiwa yang secara
terus menerus tidak menyenangkan yang juga menguatkan perilaku.
Contoh:
Ketidak nyamanan
orang dalam menggunakan kondom padahal dapat membantu mencegah penularan
penyakit kelamin
3) Punishment (hukuman)
Konsekuensi
negative yang menekankan atau memperlemah perilaku.
Contoh:
Hukuman yang
diberiak oleh orangtua pada anaknya dalam rangka memberikan pendidikan disiplin
akan membuat peristiwa tersebut tidak akan terulang kembali
g. Teori Atribusi
Teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan tentang perilaku seseorang.
Apakah perilaku itu disebabkan oleh factor disposisional (factor
dalam/internal), misalnya sifat, karakter, sikap, dsb, ataukah disebabkan oleh
keadaan eksternal, misalnya tekanan situasi atau keadaan tertentu yang memaksa
seseorang melakukan perbuatan tertentu.
Setiap individu pada dasarnya adalah seorang ilmuwan semu (pseudo
scientist) yang berusaha untuk mencari sebab kenapa seseorang berbuat dengan
cara tertentu. Misalkan kita melihat seseorang bapak paroh baya melakukan
pencurian. Sebagai manusia kita ingin mengetahui penyebab kenapa dia sampai
mencuri ?
Apakah orang tersebut mencuri karena sifat dirinya yang memang suka mencuri
? ataukah karena iya dipaksa oleh situasi, karena dia harus punya uang untuk
membeli obat untuk anaknya yang sakit keras. Ada tiga teori atribusi yaitu :
1) Thery of Correspondent Inference (Edward Jones dan Keith
Davis)
Apabila perilaku
berhubungan dengan sikap atau karakteristik personal, berarti dengan melihat
perilakunya dapat diketahui dengan pasti sikap atau karakteristik orang
tersebut. Hubungan yang demikian adalah hubungan yang dapat disimpulkan
(correspondent inference).
Bagaimana
mengetahui bahwa perilaku berhubungan dengan karakteristiknya?
a) Dengan melihat kewajaran perilaku. Orang bertindak wajar
sesuai dengan keinginan masyarakat, sulit untuk dikatakan bahwa tindakannya itu
cerminan dari karakternya.
b) Pengamatan terhadap perilaku yang terjadi pada situasi yang
memunculkan beberapa pilihan.
c) Memberikan peran berbeda dengan peran yang sudah biasa
dilakukan. Misalnya seorang juru tulis diminta menjadi juru bayar. Dengan peran
yang baru akan tampak keaslian perilaku yang merupakan gambaran dari
karakternya.
2) Model of Scientific Reasoner (Harold Kelley, 1967,1971)
Harrold Kelley
mengajukan konsep untuk memahami penyebab perilaku sesorang dengan memandang
pengamat seperti ilmuwan, disebut ilmuwan naïf. Untuk sampai pada suatu
kesimpulan atribusi seseorang, diperlukan tiga informasi penting. Masing-masing
informasi juga harus menggambarkan tinggi rendahnya. Tiga informasi itu adalah:
a) Distinctiveness
Konsep ini merujuk pada bagaimana seseorang berperilaku dalam kondisi berbeda-beda.
Distinctiveness yang tinggi terjadi apabila orang yang bersangkutan mereaksi
secara khusus pada suatu peristiwa. Sedangkan Distinctiveness rendah apabila
seseorang merespon sama terhadap stimulus yang berbeda.
b) Konsistensi
Hal ini menunjuk pada pentingnya waktu sehubungan dengan suatu peristiwa.
Konsistensi dikatakan tinggi apabila seseorang merespon sama untuk stimulus
yang sama pada waktu yang berbeda. Apabila responnya tidak menentu maka
seseorang dikatakan konsistensinya rendah.
c) Konsensus
Apabila orang lain tidak bereaksi sama dengan seseorang, berarti
konsensusnya rendah, dan sebaliknya. Selain itu konsep tentang consensus selalu
melibatkan orang lain sehubungan dengan stimulus yang sama.
Dari ketiga informasi diatas dapat ditentukan atribusi pada seseorang.
Menurut Kelley ada tiga atribusi yaitu :
Ø Atribusi internal, dikatakan perilaku seseorang merupakan
gambaran dari karakternya bila distinctivenessnya rendah, konsensusnya rendah,
dan konsistensinya tinggi.
Ø Atribusi eksternal, dikatakan demikian apabila ditandai
dengan distinctiveness yang tinggi,
consensus yang tinggi, dan konsistensinya juga tinggi.
Ø Atribusi internal-eksternal, hal ini ditandai dengan
distinctiveness yang tinggi, consensus rendah, dan konsistensi tinggi.
3) Consensus ( weiner )
a) Keberhasilan dan kegagalan memiliki penyebab internal atau
eksternal.
b) Stabilitas penyebab, stabil atau tidak stabil.
5.
Langkah-langkah Promosi bidang Kesehatan Lingkungan.
Dalam melakukan promosi dapat dilakukan dengan mengadakan
penyuluhan. Langkah dalam Perencanaan Penyuluhan Promosi Kesehatan:
a. Mengenal Masalah,
Masyarakat, dan Wilayah
Tindakan yang dilakukan pertama kali oleh penyuluh adalah
melakukan pengumpulan data tentang berbagai hal yang diperlukan, baik untuk
kepentingan perencanaan maupun data awal sebagai pembanding penilaian.
1) Mengenal Masalah
Untuk
dapat mengenal masalah, kegiatan yang dilakukan di antaranya :
a) Mengenal program
yang akan ditunjang dengan penyuluhan
b) Mengenal masalah
yang akan ditanggulangi oleh program tersebut.
Misalnya program
mengenal gejala dini penyakit DHF seperti demam, kepala pusing, sendi terasa
ngilu dan lemas, masalah yang akan ditanggulangi adalah risiko syok yang
berakibat pada ancaman kematian pada pasien. Masalah gizi (program
penanggulangan kekurangan vitamin A), maka masalah yang akan ditanggulangi
adalah xeroftalmia yang bisa mengakibatkan kebutaan.
c) Dasar pertimbangan
apa yang dipergunakan untuk menentukan masalah yang akan dipecahkan
Bagaimana pandangan para pimpinan dan ahli kesehatan
terhadap masalah tersebut, apakah masalah tersebut merupakan prioritas masalah
sehingga perlu untuk segera ditanggulangi, bagaimana pandangan masyarakat
terhadap masalah, apakah mereka menganggap masalah tersebut sebagai masalah
utama, apakah masalah tersebut bisa dipecahkan, serta apakah dengan penyuluhan
masalah sudah bisa diatasi.
d) Pelajari masalah
tersebut serta kenali dari segi perilakunya.
Pelajari pengertian, sikap, dan tindakan apa dari individu,
kelompok atau masyarakat yang menyebabkan masalah tersebut.
2) Mengenal Masyarakat
Program penyuluhan
ini adalah untuk masyarakat, maka pada tahap perencanaan penyuluhan yang harus
sudah terkaji pada masyarakat adalah sebagai berikut :
a) Jumlah penduduk,
berapa jumlah penduduknya, bagaimana dengan kelompok-kelompok khusus yang
beresiko seperti ibu hamil, ibu menyusui, lansia, dan lainnya.
b) Keadaan sosial
budaya dan ekonomi masyarakat, bagaimana dengan tingkat pendidikan masyarakat
(apakah masih ada yang tak bias baca tulis), norma masyarakat setempat, adakah
tantangan sehubungan dengan prilaku yang diharapakan, pola kepemimpinan yang
terapkan adakah kelompok-kelompok yang berpengaruh, hubungan yang satu dengan
yang lainnya (siapa yang berpengaruh dalam mengambil keputusan di masyarakat
termasuk keluarga). pola partisipasi masyarakat setempat dan organisasi sosial
yang ada, serta tingkat ekonomi masyarakat setempat (mata pencaharian).
c) Pola komunikasi di
masyarakat, bagaimana informasi disebarluaskan di masyarakat, siapa sebagai
sumber informasi, pusat-pusat penyebaran informasi (warung, arisan,
jamaah-jamah yasinan, tahlil, atau lainnya), serta saluran komunikasi yang ada
di masyarakat (radio, surat kabar, pengeras suara, dan lain-lainnya).
d) Pelajari masalah
tersebut serta kenali dari segi perilakunya. Pelajari pengertian, sikap, dan
tindakan apa dari individu, kelompok atau masyarakat yang menyebabkan masalah
tersebut.
3) Mengenal
Masayarakat
Program penyuluhan ini adalah untuk masyarakat, maka pada
tahap perencanaan penyuluhan yang harus sudah terkaji pada masyarakat adalah
sebagai berikut :
a) Jumlah penduduk,
berapa jumlah penduduknya, bagaimana dengan kelompok-kelompok khusus yang
beresiko seperti ibu hamil, ibu menyusui, lansia, dan lainnya.
b) Keadaan sosial
budaya dan ekonomi masyarakat, bagaimana dengan tingkat pendidikan masyarakat
(apakah masih ada yang tak bias baca tulis), norma masyarakat setempat, adakah
tantangan sehubungan dengan prilaku yang diharapakan, pola kepemimpinan yang
terapkan adakah kelompok-kelompok yang berpengaruh, hubungan yang satu dengan
yang lainnya (siapa yang berpengaruh dalam mengambil keputusan di masyarakat
termasuk keluarga). pola partisipasi masyarakat setempat dan organisasi sosial
yang ada, serta tingkat ekonomi masyarakat setempat (mata pencaharian).
c) Pola komunikasi di
masyarakat, bagaimana informasi disebarluaskan di masyarakat, siapa sebagai
sumber informasi, pusat-pusat penyebaran informasi (warung, arisan,
jamaah-jamah yasinan, tahlil, atau lainnya), serta saluran komunikasi yang ada
di masyarakat (radio, surat kabar, pengeras suara, dan lain-lainnya).
d) Sumber daya yang
ada (resources)
Ø Sarana apa saja
yang dimiliki masyarakat, baik sebagai individu maupun masyarakat secara
keseluruhan yang bisa dipergunakan oleh mereka untuk perubahan prilaku yang
diharapkan.
Ø Sarana apa saja
yang ada, baik pada istitusi pemerintah maupun non pemerintah yang bisa
dipergunakan oleh masyarakat untuk mengubah prilaku. Informasi tentang penyakit
DHF bisa ke unit P2M di puskesmas dan informasi tentang adanya klinik gizi.
Ø Sarana apa saja
yang ada, baik pada institusi pemerintah maupun swasta, juga masyarakat yang
bisa dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan, seperti
pengeras suara, ruang pertemuan balai Rw, kelurahan, sekolah, masjid, dan
tempat lainnya.
Ø Sumber daya tenaga
yang ada, petugas kesehatan yang bisa dilibatkan dalam penyuluhan, tugas pokok
masing-masing tenaga, latihan yang pernah diperoleh di bidang penyuluhan
kesehatan, bimbingan yang diterima dalam penyuluhan kesehatan pada masing-masing
petugas kesehatan, hambatan dalam melibatkan petugas kesehatan dalam melakukan
program penyuluhan, apakah ada petugas lain yang dapat membantu, serta apakah
tenaga yang ada di masyarakat yang bisa membantu
e) Pengalaman
masyarakat program sebelumnya, sikap mereka terhadap pelayanan yang diberikan,
terhadap para petugas, sikap ini mempunyai pengaruh positif /negative terhadap
penyuluhan yang akan direncakan, apakah dari program-program tersebut ada yang
memberikan pengalaman yang kurang menyenangkan.
f)
Pengalaman masyarakat di masa lalu sehubungan dengan program
penaggulangan penyakit DHF atau penanganan penyakit gizi buruk yang pernah
dilaksanakan di daerah tersebut. Apakah berkesan atau malah mengecewakan
masyarakat.
4) Mengenal Wilayah
Program bisa dilaksanakan dengan baik jika yang melaksanakan
program tersebut mengetahui benar situasi lapangan. Berikut ini dua hal
pengkajian yang perlu dilakukan dalam mengenal wilayah :
a) Lokasinya, apakah
terpencil (tidak berbatasan dengan desa lain), apakah daerahnya datar atau
pegunungan apakah ada jalur transpor umum dan lainnya.
b) Sifatnya, kapan
musim hujan, kemarau panjang, daerah kering/gersang atau cukup sumber air,
sering banjir, pasang surut, apakah daerah perbatasan, dan lainnya.
b. Menentukan
Prioritas Masalah
Prioritas dalam penyuluhan harus sejalan dengan prioritas
masalah yang di tentukan oleh program yang ditunjang, hindari penyuluhan
menentukan prioritas sendiri sebab dapat menyebabkan program berjalan sendiri.
Misalnya pada program penanggulangan penyakit DHF, maka penyuluhan harus
mengambil masalah yang resiko syok yang mengakibatkan pada ancaman kematian
pasien sebagi masalah prioritas dan menngembangkan segi penyuluhan. Jika nanti
dalam upaya penanggulangan resiko syok dengan memanfaatkan penekanan gejala
dini dari penyakit DHF seperti demam, kepala pusing, sendi terasa nyilu, dan
lemas merupak interfensi yang diprioritaskan, maka penyuluhan harus ditunjang
dengan interfensi yang diprioritaskan. Penentuan prioritas bisa berdasarkan
berbagai pertimbangan.
1) Berdasarkan akibat
yang ditimbulkan oleh masalah tersebut, sehingga perlu diprioritaskan upaya
penanggulangannya.
2) Pertimbangan
politis, yaitu menyangkut nama baik Negara.
3) Berdasarkan sumber
daya yang ada.
c.
Menentukan Tujuan Penyuluhan
Tujuan dari penyuluhan kesehatan diantaranya adalah tujuan
jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Tujuan jangka pendek adalah
terciptanya pengertian, sikap, dan norma menuju kepada terciptanya prilaku
sehat. Sedangkan tujuan jangka panjang adalah terjadi perubahan status
kesehatan yang optimal. Tujuan harus jelas, realistis (bisa dicapai) dan dapat
diukur. Hal ini diperlukan agar penilaian penyuluhan dapat dilaksanakan dengan
baik.
Beberapa hal yang dapat diperhatikan pada program yang akan
dikembangkan dari segi penyuluhannya adalahsudah berapa lama program tersebut
berjalan, program apa yang sedang dilaksanakan dan yang sudah berjalan.
1) Seberapa jauh
penyuluhan sudah dimasukkan di waktu lalu.
2) Kalau sudah masuk,
apa tujuan penyuluhan di masa lalu.
3) Apa kegiatan
penyuluhan yang dilaksanakan waktu itu, dan bagaimana hasilnya, ini perlu agar
petugas penyuluh kesehatan dapat menentukan tujuan yang baru.
d. Menentukan Sasaran
Penyuluhan
Sasaran program dan sarana penyuluhan tidak selalu sama,
yang di maksud dengan sasaran adalah kelompok sasaran seperti individu atau
kelompok yang akan diberi penyuluhan.menentukan kelompok sasaran menyangkut
pula strategi.
Sebagai contoh, tujuan penyuluhan adalah agar kelompok
lanjut usia mau melakukan senam lansia tiap seminggu sekali dalam hal ini
sasaran penyuluhannya mungkin bukan hanya para lansia saja, tetapi juga pada
orang-orang yang berpengaruh dalam mengambil keputusan dalam keluarga. Mungki
anggota keluarga yang non lansia bisa diikutkan dengan harapan mereka bisa membujuk
orang-orang yang sudah lanjut usia untuk mengikuti senam lansia.
e. Menentukan Isi
Penyuluhan
Setelah tujuan,
sasaran, situasi, masalah, dan latarbelakang sasaran ditentukan, maka isi
penyuluhan dapat ditentukan. Isi penyuluhan dan keuntungan terhadap kelompok
sasaran harus juga disebutkan. Isi penyuluhan harus dituangkan dengan bahasa
yang mudah dipahami oleh sasaran, pesan harus benar-benar bisa dilaksanakan
oleh sasaran dengan sarana yang mereka miliki, atau yang terjangkau oleh
mereka. Dasar-dasar komunikasi perlu dipahami dalam menyusun isi penyuluhan.
f.
Menentukan Metode Penyuluhan yang Akan Dipergunakan
Metode diartikan
sebagai cara pendekatan tertentu. Didalam proses belajar, pendidik harus dapat
memilih dan menggunakan metode (cara) mengajar yang cocok atau relevan, sesuai
dengan kondisi setempat. Meskipun berlaku pedoman umum bahwa tidak ada satu pun
metode belajar yang paling baik dan tidak ada satu pun metode belajar yang
berdiri sendiri. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang cukup tentang
penerapan , metode yang sesuai dengan sasaran, tempat, dan waktu yang berbeda.
Pemberian
pendidikan kesehatan pada sasaran yang sama, tetapi wkatu dan/ atau tempat yang
berbeda dalam pelaksanaanya memerlukan metode yang juga berbeda. Demikian juga
sebaliknya, pada sasaran yang berbeda dengan tempat yang sama, membutuhkan
metode yang mungkin berbeda atau bahkan metode yang sama. Kecermatan pemilihan
metode sangat diperlukan dalam mencapai tujuan pendidikan kesehatan itu
sendiri.
1) Jenis Metode
Secara garis besar, metode dibagi menjadi dua, yaitu metode
didaktif dan metode sokratik.
a) Metode didaktik
didasarkan atau dilakukan secara satu arah atau one way method. Tingkat keberhasilan metode didaktif sulit
dievaluasi karena peserta didik bersifat pasif dan hanya pendidik yang aktif
(misalnya : ceramah, film, leaflet, bulket, poster, dan siaran radio, kecuali
siaran radio yang bersifat interaktif, dan tulisan di media cetak).
b) Metode sokratik.
Metode ini dilakukan secara dua arah atau two
ways method. Dengan metode ini, kemungkinan antara pendidik dan peserta
didik bersikap aktif dan kreatif (misalanya : diskusi kelompok, debat, panel,
forum, buzzgroup, seminar, bermain peran, sosiodarma, curah pendapat,
demonstrasi, studi kasus, lokakarya, dan penugasan perorangan).
Metode dalam melakukan pendidikan kesehatan dibagi menjadi
tiga kelompok, antara lain :
a) Metode Pendidikan Individual (Perorangan)
b) Metode Pendidikan Kelompok
c) Metode Pendidikan Massa
2) Aspek Penilaian
Metode
Pemilihan metode
belajar yang efektif dan efesien harus mempertimbangkan hal-hal berikut.
a) Hendaknya disesuaikan dengan tujuan pendidikan
b) Bergantung pada kemampuan
guru atau pendidiknya
c) Kampuan pendidik
d) Bergantung pada
besarnya kelompok sasaran atau kelas
e) Harus disesuiakan
dengan waktu pemberian atau penyampaian pesan tersebut
f)
Hendaknya mempertimbangkan fasilitas-fasilitas yang ada
3) Klasifikasi Metode
Menurut Notoatmodjo
(1993) dan WHO (1992), metode pendidikan kesehatan diklasifikasikan menjadi
tiga bagian, yaitu metode pendidikan individu, kelompok, dan massa.
a) Metode pendidikan
inividu
Ø Bimbingan dan
Konseling
Bimbingan berisi penyampaian informasi yang berkenan dengan
masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang disajikan dalam
bentuk pelajaran. Informasi dalam bimbingan dimaksudkan memperbaiki dan
mengembangkan pemahaman diri dan orang lain, sedangkan perubahan sikap
merupakan tujuan tidak langsung. Konseling adalah proses belajar yang bertujuan
memungkinkan konseli (peserta pendidik) mengenal dan menerima diri sendiri
serta realistis dalam proses penyelesaian dengan lingkungannya (Nurihsan, 2005).
Konseling menjadi strategi utama dalam proses bimbingan, dan
merupakan teknik standar dan tugas pokok seorang konselor di pusat pendidikan.
Konseling membantu konseli memecahkan masalah-masalah pribadi (sosial atau
emosional), mengerti diri, mengeksploitasi diri, dan dapat memimpin diri
sendiri dalam suatu masyarakat serta membantu mengembangkan kesehatan mental,
perubahan sikap, dan tingkah laku.
Proses konseling terdiri atas tiga tahap (Cavagnh, 1982),
yaitu :
·
Tahap awal. Meliputi pengenalan, kunjugan, dan dukungan
lingkungan
·
Tahap pertengahan. Berupa kegiatan penjelasan masalah klien,
dan membantu apa yang akan diberikan berdasarkan penilaian kemabli masalah
klien
·
Tahap akhir. Ditandai oleh penurunan kecemasan klien.
Terdapat perubahan perilaku kearah positif, sehat dan dinamik, tujuan hidup
yang jelas di masa yang akan datang, dan terjadi perubahan sikap.
Ø Wawancara
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan
konseling. Wawancara petugas dengan klien dilakukan untuk menggali informasi
mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, apakah tertarik atau tidak
terhadap perubahan dan untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau belum
diadopsi memiliki dasar pengertian dan kesadaran yang kuat.
b) Metode pendidikan
kelompok
Metode
kelompok dibagi menjadi 2 yaitu kelompok besar dan kecil.
1) Kelompok Besar
Untuk kelompok yang
besar (sasaran berjumlah lebih dari 15 orang), dapat digunakan metode ceramah
dan seminar.
Ø Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran pendidikan tinggi maupun
rendah. Hal-hal uang perlu diperhatikan dalam menggunakan metoda ceramah:
·
Persiapan :
Ceramah yang berhasil apabila
penceramah itu sendiri menguasai materi apa yang akan diceramahkan. Untuk itu
penceramah harus mempersiapkan diri.
Mempelajari materi dengan sistematika
yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema. Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah singkat, slide,
transparan, sound sistem, dan sebagainya.
·
Pelaksanaan :
Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah
apabila penceramah dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai
sasaran (dalam arti psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai
berikut:
ü Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan
gelisah.
ü Suara hendaknya cukup keras dan jelas.
ü Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.
ü Berdiri di depan (di pertengahan), seyogianya tidak duduk.
ü Menggunakan alat-alat bantu lihat (AVA) semaksimal mungkin.
Ø Seminar
Metode
ini hanya cocok untukpendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu
penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu
topic yang dianggap penting dan dianggap hangat masyarakat.
2) Kelompok Kecil
Apabila peserta
kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok kecil.
Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain :
Ø Diskusi Kelompok
Dalam diskusi kelompok agar semua
anggota klompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk
para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapt berhadap-hadapan atau
saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi
empat. Pimpinan diskusi juga duduk di antara peserta sehingga tidak menimbulkan
kesan yang lebih tinggi. Dengan kata lain mereka harus merasa dalam taraf yang
sama sehingga tiap anggota kelompok mempunyai kebebasan/keterbukaan untuk
mengeluarkan pendapat.
Untuk memulai diskusi, pemimpin
diskusi harus memberikan pancingan-pancingan yang dapat berupa
pertanyaan-petanyaan atau kasus sehubungan dengan topic yang dibahas. Agar
terjadi diskusi yang hidup maka pemimpin kelompok harus mengarahkan dan megatur
sedemikian rupa sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara, sehingga tidak
menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta.
Ø Curah pendapat
(Brain Storming)
Metode
ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sana dengan metode
diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaan pemimpin kelompok memancing dengan
satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau tanggapan (curah
pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam
flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya,
tidak boleh dikomentari oleh siapa pun. Baru setelah semua anggota dikeluarkan
pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
Ø Bola Salju (Snow Bailing)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) dan kemudian
dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit maka
tiap 2pasang bergabung menjadi satu. Msreka tetap mendiskusikan masalah
tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah
beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya, demikian
seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.
Ø Kelompok-kelompok
Kecil (Buzz Group)
Kelompok
langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz group) yang
kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak sama dengan kelompok
lain, Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut, Selanjutnya
hasil dan tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya.
Ø Bermain peran (Role
Ploy)
Dalam
metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran tertentu
untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter Puskesmas, sebagai perawat
atau bidan, dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau
anggota masyarakat. Mereka memperagakan, misalnya bagaimana interaksi atau
berkomunika sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
Ø Permainan Simulasi (Simulation Game)
Metode ini merupakan gabungan antara
role play dengan diakusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan da lam
beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya persis
seperti bermain monopoli, dengan menggunakan dadu, gaco (petunjuk arah), selain
beberan atau papan main. Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi
berperan sebagai narasumber.
c) Metode pendidikan
massa
Metode pendidikan
massa dilakukan untuk mengonsumsikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan untuk
masyarakat. Karena sasaran pendidikan bersifat umum, dalam arti tidak
membedakan golongan, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, dan
tingkat pendiidkan. Umumnya, bentuk pendekatan massa diberikan secara tidak
langsung, biasanya menggunakan atau melalui media massa. Berikut ini merupakan
contoh metode pendidikan massa yakni :
1)
Ceramah umum (public speaking). Pada
acar-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, Menteri Kesehatan
atau pejabat kesehatan lainnya berpidato dihadapan massa rakyat untuk
menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Safari KB
juga merupakan salah satu bentuk pendekatan massa.
2)
Pidato-pidato/ diskusi tentang
kesehatan melalui media elektronik, baik TV maupun radio, pada hakikatnya
merupakan bentuk promosi kesehatan massa.
3)
Simulasi, dialog antara pasien
dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau
masalah kesehatan adalah juga merupakan pendekatan pendidikan kesehatan massa.
4)
Tulisan-tulisan di majalah atau
koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab atau konsultasi tentang
kesehatan adalah merupakan bentuk pendekatan promosi kesehatan massa.
5)
Bill Board, yang dipasang di pinggir
jalan, spanduk, poster, dan sebagainya juga merupakan bentuk promosi kesehatan
massa. Contoh : billboard Ayo ke Posyandu
g. Memilih Alat bantu
(Media) Penyuluhan yang Dibutuhkan
1) Pengertian
Media
adalah alat yang digunakan oleh pendidik
dalam menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran. Media pendidikan kesehatan
disebut juga sebagai alat peraga karena berfungsi membantu dan memeragakan
sesuatu dalam proses pendidikan atau pengajaran. Prinsip pembuatan alat peraga
atau media bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang diterima atau ditangkap
melalui pancaindera.
Semakin
banyak pancaindra yang digunakan, semakin banyak dan semakin jelas pula
pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa
keberadaan alat peraga dimaksudkan mengarahkan indra sebanyak pada suatu objek
sehingga memudahkan pemahaman.
2) Intensitas Alat
Bantu
Alat
peraga atau media mempunyai intensitas yang berbeda dalam membantu permasalahan
seseorang. Elgar Dale menggambarkan intensitas setiap alat peraga dalam suatu
kerucut .
Alat
peraga yang memiliki tingkat intensitas paling tinggi adalah benda asli dan
yang memiliki intensitas paling rendah adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa
penyampaian materi hanya dengan kata-kata saja kurang efektif. Seperti
penggunaan metode, akan lebih efektif dan efesien bila yang digunakan tidak
hanya satu alat peraga, tetapu gabungan beberapa media.
3) Manfaat Alat Bantu Promosi
(Kesehatan)
Secara rinci, manfaat alat peraga adalah sebagai berikut.
a) Menimbulkan minat
sasaran
b) Mencapai sasaran
yang lebih banyak
c) Membantu mengatasi
banyak hambatan dalam pemahaman
d) Merangsang sasaran
untuk meneruskan pesan pada orang lain
e) Memudahkan
penyampaian informasi
f)
Memudahkan penerimaan informasi oleh sasaran
g) Menurut penelitian,
organ yang paling banyak menyalurkan pengetahuan adalah mata. Lebih kurang
75-87% pengetahuan manusia diperoleh atau disalurkan melalui mata, dan 13-25%
lainnya tersalurkan melalui indra lain. Oleh sebab itu, dalam aplikasi
pembuatan media, disarankan lebih banyak menggunakan alat-alat visual karena
akan mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi oleh masyarakat
h) Mendorong keinginan
untuk mengetahui, mendalami, dan mendapat penegertian yang lebih baik
i)
Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh, yaitu
menegakkan pengetahuan yang telah diterima sehingga apa yang diterima lebih
lama tersimpan dalam ingatan.
4) Macam- macam Alat Bantu Promosi (Kesehatan)
Pembagian alat peraga secara umum,yaitu:
a) Alat bantu lihat (visual aids). Alat bantu ini digunakan untuk membantu
menstimulasi indera mata (penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan.
Alat ini ada 2 bentuk :
Ø Alat yang diproyeksikan (misalnya, slide, OHP, dan film strip)
Ø Alat-alat yang tidak diproyeksikan (misalnya, 2 dimensi, gambar peta, dan
bagan) termasuk alat bantu cetak atau tulis, misalnya leafet, poster, lembar
balik, dan buklet. Termasuk tiga dimensi seperti bola dunia dan boneka).
b) Alat bantu dengar (audio aids), yaitu alat yang dapat membantu untuk
menstimulasikan indewra pendengar pada waktu proses penyampaian bahan
pendidikan/bahan pengajaran. Misalnya : piring hitam, radio, tape, dan CD. Alat
bantu dengar dan lihat, seperti TV, film dan video.
5) Pembagian Alat
Peraga Berdasarkan Fungsinya
a) Media cetak
Ø Booklet. Media
untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik berupa tulisan
maupun gambar
Ø Leaflet. Bentuk
penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat.
Isi informasi dapat berupa kalimat, gambar, atau kombinasi.
Ø Flyer (selebaran),
bentuk seperti leaflet, tetapi tidak dilipat
Ø Flip chart (lembar
balik), biasanya dalam bentuk buku, setiap lembar (halaman) berisi gambar yang
diinformasikan dan lembar baliknya (belakangnya) berisi kalimat sebagai pesan
atau informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut
Ø Rubrik atau
tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas suatu masalah
kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan
Ø Poster. Bentuk
media yang berisi pesan-pesan atau informasi kesehatan yang biasanya ditempel
didinding, tempat-tempat umum, atau kendaraan umum. Biasanya isinya bersifat
pemberitahuan dan propaganda.
Ø Foto yang
mengungkap informasi kesehatan.
b) Media elektronik
Jenis-jenis media
elektronik yang dapat digunakan sebagai media pendidikan kesehatan, antara lain
adalah sebagai berikut.
Ø Televisi.
Penyampaian pesan kesehatan melalui media televisi dapat berbentuk sandiwara,
sinetron, forum diskusi, pidato (ceramah), TV spot, dan kuis atau cerdas
cermat.
Ø Radio. Bentuk
penyampaian informasi diradio dapat berupa obrolan (tanya jawab), konsultasi
kesehatan, sandiwara radio, dan radio spot.
Ø Video. Penyampaian
informasi kesehatan melalui video.
Ø Slide. Slide dapat
juga digunakan untuk menyampaikan informasi kesehatan
Ø Film strip
c) Media papan (billboard)
Media
papan yang dipasang ditempat-tempat umum dapat diisi pesan-pesan atau informasi
kesehatan. Media ini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng
dan ditempel di kendaraan umum (bus dan taksi)
d) Media hiburan
Penyampaian
informasi kesehatan dapat dilakukan melalui media hiburan, baik di luar gedung
(panggung terbuka) maupun dalam gedung, biasanya dalam bentuk dongeng, sosiodrama, kesenian
tradisional, dan pemeran.
6) Sasaran yang Dicapai Alat Bantu Pendidikan
Pengetahuan tentang sasaran pendidikan yang akan dicapai alat peraga,
penting untuk dipahami dalam menggunakan alat peraga. Ini berarti penggunaan
alat peraga harus berdasarkan pengetahuan tentang sasaran yang ingin dicapai.
Hal yang perlu diketahui tentang sasaran adalah sebgai berikut.
a) Individu atau kelompok
b) Kategori sasaran, seperti aspek demografi, sosial
c) Bahasa yang mereka gunakan
d) Adat istiadat serta kebiasaan
e) Minat dan perhatian
f)
Pengetahuan dan pengalaman mereka
tentang pesan yang akan diterima
7) Pembagian Alat Bantu Berdasarkan Pembuatan dan Penggunaanya
a)
Alat bantu yang rumit, seperti film, film strip, dan slide.
Dalam penggunaanya, alat bantu ini memerlukan listrik dan proyektor.
b)
Alat bantu yang sederhana/mudah dibuat sendiri dengan
bahan-bahan setempat yang mudah diperoleh seperti bambu, karton, kaleng bekas,
dan kertas karton.
Ciri-ciri alat
bantu sederhana adalah mudah dibuat, bahan-bahannya dapat diperoleh dari bahan-bahan
lokal, mencerminkan kebiasaan, kehidupan dan kepercayaan setempat, ditulis
(gambar) dengan sederhana, bahasa setempat dan mudah dimengerti oleh
masyarakat, dan memenuhi kebutuhan petugas kesehatan dan masyarakat.
Kotak 10.2 contoh alat bantu/peraga yang dapat digunakan menurut sasaran
atau tatanan yang sesuai
|
Ø Di rumah tangga : leaflet, komik, dan benda nyata
(buah-buahan dan sayur-sayuran)
Ø Di masyarakat : poster, spanduk, leaflet, fannel graph,
dan boneka wayang
Ø Di kantor atau sekolah, seperti papan tulis, filpchart,
poster, leaflet, buku cerita gambar, kotak gambar gulung dan boneka
|
B.
Kebijakan dan Strategi Promosi Kesehatan Lingkungan
Promosi kesehatan
merupakan salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang berorientasi pada penyampaian
informasi tentang kesehatan guna penanaman pengetahuan tentang kesehatan
sehingga tumbuh kesadaran untuk hidup sehat. Penerapan promosi kesehatan di
lapangan biasanya melalui pendidikan kesehatan dan penyuluhan kesehatan.
Promosi kesehatan merupakan proses untuk meningkatkan kemampuan orang dalam
mengendalikan dan meningkatkan kesehatannya. Untuk mencapai keadaan sehat,
seseorang atau kelompok harus mampu mengidentifikasi dan menyadari aspirasi,
mampu memenuhi kebutuhan dan mengubah atau mengendalikan lingkungan (Piagam
Ottawa, 1986). Promosi kesehatan dapat dilaksanakan dengan maksimal dengan
adanya upaya bentuk kerja sama antarlintas program maupun lintas sektor
terutama dalam hal ini ialah adanya peran serta/pemberdayaan masyarakat secara
optimal.
Pemberdayaan atau
Enpowerment merupakan salah satu proses membangun dedikasi dan komitmen yang
tinggi sehingga organisasi itu bisa menjadi sangat efektif dalam mencapai
tujuan-tujuannya dengan mutu yang tinggi. Dalam masyarakat yang telah
diberdayakan akan tercipta hubungan diantara orang-orangnya yang saling berbagi
kewenangan, tanggung jawab, komunikasi, harapan-harapan, dan pengakuan serta
penghargaan.
Sangat perlu
dipahami bahwa, promosi kesehatan sebagai bagian dari kesehatan masyarakat juga
mempunyai aspek teori atau ilmu, dan praktik, aplikasi atau seni. Sehingga
sebelum dilaksanakannya promosi kesehatan perlu dipahami bahwa perlunya kajian
yang sistematis yang diawali dari pengakajian, perencanaan, tindakan sampai
pada evaluasiuntuk menentukan promosi kesehatan yang dilaksanakan terlaksana
secara komprehensif dan bermanfaat sesuai sasaran dan kebutuhan di masyarakat.
Dalam menentukan
rancangan maupun strategi promosi kesehatan tidak terlepas dari konteks tatanan
konsep maupun teori, green, dan kreuter (1991) telah mengembangkan suatu model
pendekatan untuk membuat perencanaan dan evaluasi kesehatan yang dikenal
sebagai model PRECEDE-PROCEED. PRECEDE (Predisposing,
Reinforcing and Enabling Causes in Educational Diagnosis and Evaluation).
Digunakan pada fase diagnosis masalah kesehatan, penetapan prioritas masalah
dan tujuan Tahap Pertencanaan dalam Promosi Kesehatan program. PROCEED (Policy, Regulatory, Organizational Construct
in Educational and Environmental Development) digunakan untuk menetapkan
sasaran dan kriteria kebijakan serta pelaksanaan dan evaluasi.
1.
Strategi Promosi Kesehatan Ottawa Charter dan WHO
a. Strategi Ottawa Charter
1) Membangun kebijakan publik berwawasan kesehatan (Build healthy public policy)
Promosi kesehatan
lebih daripada sekedar perawatan kesehatan. Promosi kesehatan menetapkan
kesehatan pada agenda dari pembuat kebijakan disemua sektor pada semua level,
mengarahkan mereka supaya sadar akan konsekuensi kesehatan dari keputusan
mereka dan agar mereka menerima tanggung jawab mereka atas kesehatan. Kebijakan
promosi kesehatan mengombinasikan pendekatan yang berbeda namun dapat saling
mengisi termasuk legislasi, perhitungan fiskal, perpajakan, dan perubahan
organisasi. Ini adalah kegiatan yang terkoordinasi yang membawa kepada kesehatan,
pendapatan, dan kebijakan sosial yang menghasilkan kesamaan yang lebih besar.
Kegiatan terpadu memberikan kontribusi untuk memastikan barang dan jasa yang
lebih aman dan lebih sehat, pelayanan jasa publik yang lebih sehat dan lebih
bersih, dan lingkungan yang lebih menyenangkan.
Kebijakan promosi
kesehatan memerlukan identifikasi hambatan untuk diadopsi pada kebijakan publik
di luar sektor kesehatan, serta cara menghilangkannya. Hal ini dimaksudkan agar
dapat membuat pilihan yang lebih sehat dan lebih mudah untuk membuat keputusan.
Kebijakan berwawasan kesehatan artinya setiap keputusan pimpinan selalu
memandang atau mempunyai cara pandang tentang kesehatan. Contoh sederhana
ketika camat mengeluarkan izin mendirikan bangunan, maka harus ada ketentuan
bahwa yang membuat bangunan harus membangun bagunan dengan didukung sarana
kesehatan seperti jamban keluarga.
2) Menciptakan lingkungan yang mendukung (Create Supportive Environments)
Masyarakat kita
kompleks dan saling berhubungan. Kesehatan tidak dapat dipisahkan dari
tujuan-tujuan lain. Kaitan yang tak terpisahkan antara manusia dan
lingkungannya menjadi basis untuk sebuah pendekatan sosio-ekologis bagi
kesehatan. Prinsip keseluruhan bagi dunia, bangsa, kawasan, dan komunitas yang
serupa, adalah kebutuhan untuk memberi semangat pemeliharaan yang timbal-balik
untuk memelihara satu sama lain, komunitas, dan lingkungan alam kita.
Konservasi sumber daya alam di seluruh dunia harus ditekankan sebagai tanggung
jawab global. Perubahan pola hidup, pekerjaan, dan waktu luang memiliki dampak
yang signifikan pada kesehatan. Pekerjaan dan waktu luang harus menjadi sumber
kesehatan untuk manusia. Cara masyarakat mengatur kerja harus dapat membantu
menciptakan masyarakat yang sehat. Promosi kesehatan menciptakan kondisi hidup
dan kondisi kerja yang aman, menstimulasi, memuaskan, dan menyenangkan.
Penjajakan
sistematis dampak kesehatan dari lingkungan yang berubah pesat terutama di
daerah teknologi, daerah kerja, produksi energi dan urbanisasi sangat esensial
dan harus diikuti dengan kegiatan untuk memastikan keuntungan yang positif bagi
kesehatan masyarakat. Perlindungan alam dan lingkungan yang dibangun serta
konservasi dari sumbr daya alam harus ditujukan untuk promosi kesehatan apa
saja. Lingkungan yang mendukung adalah lingkungan dimana kita akan menjadikan
contoh yang baik tentang kesehatan lingkungan ketika kita akan melakukan
promosi kesehatan. Contoh adanya sekolah sehat yang mempunyai lingkungan yang
sehat.
3) Memperkuat kegiatan-kegiatan komunitas (Strengthen Community Actions)
Promosi kesehatan
bekerja melalui kegiatan komunitas yang konkret dan efisien dalam mengatur
prioritas, membuat keputusan, merencanakan strategi, dan melaksanakannya untuk
mencapai kesehatan yang lebih baik. Inti dari proses ini adalah memberdayakan
komunitas kepemilikan mereka dan kontrol akan usaha dan nasib mereka.
Pengembangan komunitas menekankan pengadaan sumber daya manusia dan material
dalam komunitas untuk mengembangkan kemandirian dan dukungan sosial, dan untuk
mengembangkan sistem yang fleksibel untuk memperkiuat partisipasi publik dalam
masalah kesehatan. Hal ini memerlukan akses yang penuh serta terus menerus akan
informasi, mempelajari kesempatan untuk kesehatan, sebagaimana penggalangan
dukungan. Gerakan masyarakat merupakan suatu partisipasi masyarakat yang
menunjang kesehatan. Contoh gerakan Jum’at bersih.
4) Mengembangkan keterampilan individu (Develop Personal Skills)
Promosi kesehatan
mendukung pengembangan personal dan sosial melalui penyediaan informasi,
pendidikan kesehatan, dan pengembangan keterampilan hidup. Dengan demikian, hal
ini meningkatkan pilihan yang tersedia bagi masyarakat untuk melatih dalam
mengontrol kesehatan dan lingkungan mereka, dan untuk membuat pilihan yang
kondusif bagi kesehatan.
Memungkinkan masyarakat
untuk belajar melalui kehidupan dalam menyiapkan diri mereka untuk semua
tingkatannya dan untuk menangani penyakit dan kecelakaan sangatlah penting. Hal
ini harus difasilitasi dalam sekolah, rumah, tempat kerja, dan semua lingkungan
komunitas. Keterampilan individu adalah kemampuan petugas dalam menyampaikan
informasi kesehatan dan kemampuan dalam mencontohkan (mendemonstrasikan).
Contoh sederhana ketika petugas memberikan promosi kesehatan tentang pembuatan
larutan gula garam, maka petugas harus mampu membuatnya dan bisa
mencontohkannya.
5) Reorientasi pelayanan kesehatan (Reorient Health Services)
Tanggung jawab
untuk promosi kesehatan pada pelayanan kesehatan dibagi diantara individu,
kelompok komunitas, profesional kesehatan, institusi pelayanan kesehatan, dan
pemerintah. Mereka harus bekerja sama melalui suatu sistem perawatan kesehatan
yang berkontribusi untuk pencapaian kesehatan. Peran sektor kesehatan harus
bergerak meningkatkan pada arah promosi kesehatan, di samping tanggung jawabnya
dalam menyediakan pelayanan klinis dan pengobatan.
Pelayanan kesehatan
harus memegang mandat yang meluas yang merupakan hal sensitif dan ia juga harus
menghormati kebutuhan kultular. Mandat ini harus mendukung kebutuhan individu
dan komunitas untuk kehidupan yang lebih sehat, dan membuka saluran antara
sektor kesehatan dan komponen sosial, politik, ekonomi, dan lingkungan fisik
yang lebih luas. Reorientasi pelayanan kesehatan juga memerlukan perhatian yang
kuat untuk penelitian kesehatan sebagaimana perubahan pada pelatihan dan
pendidikan profesional. Hal ini harus membawa kepada perubahan sikap dan
pengorganisasian pelayanan kesehatan dengan memfokuskan ulang kepada kebutuhan
total dari individu sebagai manusia yang seutuhnya.
Reorientasi
pelayanan kesehatan artinya setiap kegiatan promosi kesehatan diorientasikan
bagaimana pelayanan kesehatan yang seharusnya dan dapat terjangkau. Contoh
adalah pemanfaatan sarana kesehatan terdekat sebagai wadah informasi dan
komunikasi tentang kesehatan.
6) Bergerak ke masa depan (Moving
Into The Future)
Kesehatan
diciptakan dan dijalani oleh manusia diantara pengaturan dari kehidupan mereka
sehari-hari diaman mereka belajar, bekerja, bermain dan mencintai. Kesehatan
diciptakan dengan memelihara satu sama lain dengan kemampuan untuk membuat
keputusan dan membuat kontrol terhadap kondisi kehidupan seseorang, dan dengan
memastikan bahwa masyarakat yang didiami seseorang menciptakan kondisi yang
memungkinkan pencapaian kesehatan oleh semua anggotanya. Merawat, kebersamaan,
dan ekologi adalah isu-isu yang penting dalam mengembangkan strategi untuk
promosi kesehatan. Untuk itu, semua yang terlibat harus menjadikan setiap fase
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan promosi kesehatan serta
kesetaraan abtara pria dan wanita sebagai acuan utama.
b. Strategi WHO
1) Advokasi (Advocacy)
Advokasi (advocacy) adalah kegiatan memberikan
bantuan kepada masyarakat dengan membuat keputusan (Decision Makers) dan penentu kebijakan (Policy Makers) dalam bidang kesehatan maupun sektor lain di luar kesehatan
yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat. Advokasi terhadap kesehatan
merupakan sebuah upaya yang dilakukan orang-orang dibidang kesehatan, utamanya
promosi kesehatan, sebagai bentuk pengawalan terhadap kesehatan. Advokasi ini
lebih menyentuh pada level pembuat kebijakan, bagaimana orang-orang yang
bergerak dibidang kesehatan bisa mempengaruhi para pembuat kebijakan untuk
lebih tahu dan memperhatikan kesehatan. Advokasi dapat dilakukan dengan
mempengaruhi para pembuat kebijakan untuk membuat peraturan-peraturan yang bisa
berpihak pada kesehatan dan peraturan tersebut dapat menciptakan lingkungan
yang dapat mempengaruhi kurung waktu sehat dapat terwujud di masyarakat
(Kapalawi, 2007).
Advokasi bergerak
secara top-down (dari atas ke bawah), melalui advokasi, promosi kesehatan masuk
ke wilayah politik. Agar pembuat kebijakan mengeluarkan peraturan yang
menguntungkan kesehatan. Advokasi adalah suatu cara yang digunakan guna
mencapai tujuan yang merupakan suatu usaha sistematis dan terorganisasi untuk
mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan public secara
bertahap maju. Misalnya kita memberikan promosi kesehatan dengan sokongan dari
kebijakan public dari kepala desa sehingga maksud dan tujuan dari informasi
kesehatan bisa tersampaikan dengan mudah kepada masyarakat atau promosi
kesehatan yang kita sampaikan dapat menyokong atau pembelaan terhadap kaum
lemah (miskin).
Organisasi
nonpemerintah (ornop) mendefinisikan
advokasi sebagai upaya penyadaran kelompok masyarakat marginal yang sering
dilanggar hak-haknya (hukum dan asasi). Yang dilakukan dengan kampanye guna
membentuk opini public dan pendidikan massa lewat aksi kelas (class action) atau unjuk rasa adalah :
a) Tujuan advokasi
Tujuan umum
advokasi adalah untuk mendorong dan memperkuat suatu perubahan dalam kebijakan,
program atau legislasi, dengan memperkuat basis dukungan sebanyak mungkin.
b) Fungsi advokasi
Advokasi berfungsi
untuk mempromosikan suatu perubahan dalam kebijakan program atau peraturan dan
mendapatkan dukungan dari pihak-pihak lain.
c) Persyaratan untuk advokasi:
Ø Dipercaya (credible),
dimana program yang ditawarkan harus dapat meyakinkan para penentu kebijakan
atau pembuat keputusan, oleh karena itu harus didukung akurasi data dan
masalah.
Ø Layak (feasible),
program yang ditawarkan harus mampu dilaksanakan secara teknik politik maupun
teknik sosial.
Ø Memenuhi kebutuhan masyarakat (relevant)
Ø Penting dan mendesak (urgent),
program yang ditawarkan harus mempunyai prioritas tinggi.
d) Pendekatan kunci advokasi
Ø Melibatkan para pemimpin/pengambil keputusan
Ø Menjalin kemitraan
Ø Memobilisasi kelompok peduli
2) Dukungan sosial/kemitraan
Kemitraan adalah
suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau
organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Dalam
kerja sama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-masing,
tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat,
dan saling berbagi baik dalam risiko maupun keuntungan yang diperoleh.
Dari definisi ini
terdapat 3 kata kunci dalam kemitraan, yakni :
a) Kerjasama antar kelompok, organisasi, dan individu
b) Bersama-sama mencapai tujuan tertentu (yang disepakati
bersama)
c) Saling menanggung risiko dan keuntungan
Mengingat kemitraan
adalah bentuk kerja sama atau aliansi, maka setiap pihak yang terlibat di
dalamnya harus ada kerelaan diri untuk bekerja sama dan melepaskan kepentingan
masing-masing, kemudian membangun kepentingan bersama. Oleh karena itu,
membangun kemitraan harus didasarkan pada hal-hal berikut :
a) Kesamaan perhatian (commont intereste) atau kepentingan
b) Saling mempercayai dan menghormati
c) Tujuan yang jelas dan terukur
d) Kesediaan berkorban baik waktu, tenaga, maupun sumber daya
yang lain.
Dalam membangun kemitraan ada tiga fungsi kunci yang perlu
dipahami oleh masing-masing anggota kemitraan, yakni :
a) Persamaan (equity)
Individu,
organisasi atau individu yang telah bersedia menjalin kemitraan harus merasa
“duduk sama rendah berdidri sama tinggi”. Oleh sebab itu, di dalam vorum
kemitraan asas demokrasi harus diutamakan, tidak boleh satu anggota memaksakan
kehendak kepada yang lain karena merasa lebih tinggi dan tidak ada dominasi
terhadap yang lain.
b) Keterbukaan (transparancy)
Keterbukaan
maksudnya adalah apa yang menjadi kekuatan atau kelebihan atau apa yangmenjadi
kekurangan atau kelemahan, masing-masing anggota harus diketahui oleh anggota
lainnya. Demikian pula berbagai sumber daya yang dimiliki oleh anggota yang
satu harus diketahui oleh anggota yang lain. Bukan untuk menyombongkan yang
satu terhadap yang lainnya, tetapi lebih untuk saaling memahami satu dengan
yang lain sehingga tidak ada rasa saling mencurigai. Dengan saling keterbukaan
ini akan menimbulkan rasa saling melengkapi dan saling membantu diantara
anggota.
c) Saling menguntungkan (mutual
benefit)
Menguntungkan
disini bukan selalu diartikan dengan materi ataupun uang, tetapi lebih kepada
nonmateri. Saling menguntungkan disini lebih dilihat dari kebersamaan atau
sinergitas dalam mencapai tujuan bersama.
Tujuh landasannya,
yaitu : saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi (kaitan dengan struktur);
saling memahami kemampuan masing-masing (kapasitas unit/organisasi); saling
menghubungi secara proaktif (linkage);
saling mendekati, bukan hanya secara fisik tetapi juga pikiran dan perasaan (empati, proximity); saling terbuka,
dalam arti kesediaan untuk dibantu dan membantu (opennes); saling mendorong/mendukung kegiatan (synergy); dan saling mengahargai kenyataan masing-masing (reward).
3) Pemberdayaan masyarakat (empowernment)
Pemberdayaan atau
empowernment adalah sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan
alam pikiran masyarakat dan kebudayaan barat, terutama Eropa. Untuk memahami
konsep pemberdayaan secara tepat dan jernih memerlukan upaya pemahaman latar
belakang kontekstual yang melahirkannya. Konsep tersebut telah begitu meluas
diterima dan dipergunakan, mungkin dengan pengertian persepsi yang berbeda satu
dengan yang lain. Penerimaan dan pemakaian konsep tersebut secara kritikal
tentulah meminta kita mengadakan telaah yang sifatnya mendasar dan jernih.
Pemberdayaan
masyarakat secara umum lebih efektif jika dilakukan melalui program
pendampingan masyarakat (community
organizing and development), karena pelibatan masyarakat sejak perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing),
pelaksanaan (actuating) hingga
evaluasi atau pengawasan (controlling)
program dapat dilakukan secara maksimal. Upaya ini merupakan inti dari
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat.
Pelibatan
masyarakat melalui pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen; perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), hingga evaluasi atau
pengawasan (controlling) program atau
biasa disingkat POAC telah diadopsi untuk program-program bidang kesehatan.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
a) Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah
suatu kegiatan atau proses penganalisisan dan pemahaman sistem, penyusunan
konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan mencapai tujuan demi masa depan yang
baik.
Beberapa batasan
tentang perencanaan yang penting diketahui adalah :
Ø Perencanaan adalah kemampuan untuk memilih suatu kemungkinan
yang tersedia dan yang dipandang paling tepat untuk mencapai tujuan.
Ø Perencanaan adalah pekerjaan yang menyangkut penyusunan
konsep serta kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan demi masa depan yang lebih baik.
Ø Perencanaan adalah upaya menyusun berbgai keputusan yang
bersifat pokok yang dipandang paling penting dan yang akan dilaksanakan menurut
urutannya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Ø Perencanaan adalah proses menetapkan pengarahan yang resmi
dan menetapkan berbagai hambatan yang dipikirkan dan dalam menjalankan suatu
program guna dipakai sebagai pedoman dalam suatu organisasi .
Ø Perencanaan adalah proses kerja yang terus menerus yang
meliputi pengambilan keputusan yang bersifat pokok dan penting dan yang akan
dilaksanakan secara sistematik, melakukan perkiraan-perkiraan dengan
mempergunakan segala pengetahuan yang ada tentang masa depan, mengorganisasi
secara sistematik segala upaya yang dipandang perlu untuk melaksanakan segala
keputusan yang telah ditetapkan, serta mengukur keberhasilan dalam pelaksanaan
segala keputusan tersebut dengan membandingkan hasil yang dicapai terhadap
target yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan umpan balik yang diterima dan
yang telah disusun secara teratur dan baik.
b) Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian
adalah pengkoordinasian kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan suatu institusi,
guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan mencakup; hal yang
diorganisasikan, proses pengorganisasian dan hasil pengorganisasian.
Beberapa batasan
tentang pengorganisasian yang penting diketahui ialah :
Ø Pengorganisasian adalah pengelompokan bebagai kegiatan yang
diperlukan untuk melaksanakan suatu rencana sedemikian rupa sehingga tujuan
yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan memuaskan.
Ø Pengorganisasian adalah pengaturan sejumlah porsonel yang
dimiliki untuk memungkinkan tercapainya suatu tujuan yang telah disepakati
dengan jalan mengalokasikan masing-masing fungsi dan tanggung jawab.
Ø Pengorganisasian adalah pengkoordinasian secara sosial
bebagai kegiatan dari sejumlah orang tertentu untuk mencapai tujuan bersama
melalui pengaturan pembagian kerja dan fungsi menurut penjejangannya secara
bertanggung jawab.
c) Pengawasan (controlling)
Fungsi manajemen
yang tidak kalah pentingnya adalah pengawasan (controlling). Perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan yang
tidak diikuti pengawasan niscaya akan mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Tujuan pokok dan fungsi pengawasan adalah agar kegiatan-kegiatan dan
orang-orang yang melakukan kegiatan yang telah direncanakan tersebut dapat
berjalan dengan baik.
Dalam pelaksanaan
program-program pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan, perlu
diperhatikan karakteristik masyarakat setempat yang dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
Ø Masyarakat pembina (carring
community)
Yaitu, masyarakat
yang peduli kesehatan, misalnya; LSM kesehatan, orgainsasi profesi yang
bergerak dibidang kesehatan.
Ø Masyarakat setara (coping
community)
Yaitu masyarakat
yang karena kondisinya kurang memadai sehingga tidak dapat memelihara
kesehatannya. Misalnya seorang ibu sadar akan pentingnya pemeriksaan diri,
tetapi karena keterbatasan ekonomi dan tidak adanya transportasi sehingga si
ibu tidak pergi ke sarana pelayanan kesehatan.
Ø Masyarakat pemula (crisis
response community)
Yaitu masyarakat
yang tidak tahu akan pentingnya kesehatan dan belum didukung oleh fasilitas
yang tersedia. Misalnya, masyarakat yang berdomisili di lingkungan kumuh dan
daerah terpencil.
2.
Strategi Promosi Kesehatan Dengan Pendekatan Sosial
Marketing
Sesuai dengan
berkembangnya zaman dan teknologi yang ada sekarang, dengan pendekatan berbagai
disiplin ilmu yang dapat digunakan sebagai metode pendekatan terhadap perubahan
suatu perilaku dapat menggunakan metode pendekatan lain diantaranya dengan
pendekatan sosial marketing.
Philip Kotler
menjelaskan pemasaran (marketing)
adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
melalui proses pertukaran. Menurut Philip Kotler dan Amstrong pemasaran adalah
sebagai suatu proses sosial dan managerial yang membuat individu dan kelompok
memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan
pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain. Menurut W Stanton
pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan
jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli (konsumen) maupun pembeli potensial
(calon pembeli/konsumen).
Pemasaran sosial
“lahir” sebagai disiplin pada 1970-an, ketika Philip Kotler dan Gerald Zaltman
menyadari bahwa prinsi-prinsip pemasaran yang sama yang digunakan untuk menjual
produk ke konsumen dapat digunakan untuk “menjual” ide-ide, sikap dan perilaku.
Kotler dan Andersen mendefinisikan pemasaran sosial sebagai “berbeda dari
daerah lain pemasaran hanya berkenaan dengan tujuan dari pemasar dan
organisasinya”. Pemasaran sosial berusaha untuk mempengaruhi perilaku sosial
tidak menguntungkan pemasar, tapi untuk menguntungkan target audiens maupun
masyarakat umum. “Teknik ini telah digunakan secara luar dalam program-program
kesehatan internasional, terutama untuk kontrasepsi dan terapi rehidrasi oral
(ORT), dan sedang digunakan dengan frekuensi lebih di Amerika Serikat untuk
beragam topik seperti penyalahgunaan narkoba, penyakit jantung, dan donor
organ.
Ketika berbicara
strategi social marketing atau pemasaran sosial, pertanyaan pertama yang muncul
adalah wujud rancangan strategi. Selanjutnya yang menjadi hal penting adalah
cara menyusun strategi dan cara menerapkannya. Lalu dari mana organisani
nirlaba harus memulai? Apakah dengan mengadopsi begitu saja strategi pemasaran
bisnis dalam “menjual” gagasan?
Social marketing
sebagaimana pemasaran secara generik bukanlah teori yang berdiri sendiri.
Pemasaran sosial merupakan sebuah kerangka atau struktur kerja yang tersusun
atas berbagai pengetahuan lain seperti teori ilmu psikologi, sosiologi,
antropologi, dan komunikasi dalam rangka memahami cara mempengaruhi perilaku
masyarakat. Sebagaimana juga dasar marketing bisnis, pemasaran sosial
didasarkan pada proses perencanaan logis yang melibatkan riset yang
berorientasi pada konsumen, analisis pemasaran, segmentasi pemasaran,
menentukan sasaran dan identifkasi strategi, dan taktik pemasran. Pemasaran
sosial dipengaruhi oleh perilaku interaktif yang terus berubah, dalam iklim
ekonmi, sosial, dan politik yang komplekss. Apabila pemasaran bisnis menyadari
tujuan utamanya adalah untuk mempertemukan para pemegang saham. Maka, social
marketing menargetkan keinginan masyarakat untuk memperbaiki atau meningkatkan
kualitas hidup mereka.
a. Strategi Pemasaran
Macam strategi
pemasaran diantaranya :
1) Strategi kebutuhan primer
Strategi-strategi
pemasaran untuk merancang kebutuhan primer yaitu :
a) Menambah jumlah
pemakai dan
b) Meningkatkan jumlah pembeli/konsumen
2) Strategi kebutuhan selektif
Yaitu dengan cara :
a) Mempertahankan kepuasan pelanggan misalnya :
Ø Memelihara kepuasan pelanggan;
Ø Menyederhanakan proses pembelian;
Ø Mengurangi daya tarik atau jelang untuk beralih merek;
b) Menjaring pelanggan (Acquistion Strategies)
Ø Mengambil posisi berhadapan (head-to heas positioning)
Ø Mengambil posisi berbeda (differentiated position)
Secara lebih jelas, strategi pemasaran dapat dibagi ke dalam
empat jenis yaitu :
a) Merangsang kebutuhan primer dengan menambah jumlah pemakai.
b) Merangsang kebutuhan primer dengan memperbesar tingkat
pembelian.
c) Merangsang kebutuhan selektif dengan mempertahankan
pelanggan yang ada.
d) Merangsang kebutuhan selektif dengan menjaring pelanggan
baru.
b. Segmentasi Pasar
Segmentasi pasar adalah kegiatan membagi suatu pasar menjadi
kelompo-kelompok pembeli yang berbeda yang memiliki kebutuhan, karakteristik,
atau perilaku yang berbeda yang mungkin membutuhkan produk atau bauran
pemasaran yang berbeda. Segmentasi pasar bisa diartikan adalah proses
pengidentifikasian dan menganalisis para pembeli di pasar produk, menganalisis
perbedaan antara pembeli di pasar.
1) Dasar-dasar dalam penetapan segmentasi pasar
Dalam penetapan segmentasi pasar ada beberapa hal yang menjadi dasarnya,
yaitu :
a) Dasar-dasar segmentasi pasar pada pasar konsumen
Ø Variabel geografi, diantaranya : wilayah, ukuran, daerah,
ukuran kota, dan kepadatan iklim.
Ø Variabel demografi, diantaranya : umur, keluarga, siklus
hidup, pendapatan, pendidikan, dan lain-lain.
Ø Variabel psikologis, diantaranya : kelas sosial, gaya hidup,
dan kepribadian.
Ø Variabel perilaku pembeli, diantaranya : manfaat yang
dicari, status pemakai, tingkat pemakaian, status kesetiaan dan sikap pada
produk.
b) Dasar-dasar segmentasi pasar pada pasar industri
Ø Tahap 1 : menetapkan segmentasi makro, yaitu pasar pemakai
akhir, lokasi geografis, dan banyaknya langganan.
Ø Tahap 2 : yaitu sikap terhadap penjual, ciri-ciri
kepribadian, kualitas produk, dan pelanggan.
2) Syarat segmentasi pasar
Ada beberapa syarat segmentasi pasar efektif, yaitu :
a) Dapat diukur
b) Dapat dicapai
c) Cukup besar atau cukup menguntungkan
d) Dapat dibedakan
e) Dapat dilaksanakan
3) Tingkat segmentasi pasar
Karena pembelian mempunyai kebutuhan dan keinginan yang unik. Setiap
pembeli, berpotensi menjadi pasar yang terpisah. Oleh karena itu, segmentasi
pasar dapat dibangun pada beberapa tingkat yang berbeda.
1. Pemasaran massal
Pemasaran massal berfokus pada produksi massal, distribusi massal, dan
promosi massal untuk produk yang sama dalam cara yang hampir sama ke seluruh konsumen.
2. Pemasaran segmen
Pemasaran segmen menyadari bahwa pembeli berbeda dalam kebutuhan, persepsi,
dan perilaku pembelian.
3. Pemasaran ceruk
Pemasaran ceruk (marketing niche) berfokus pada sub grup di dalam
segmen-segmen. Suatu ceruk adalah suatu grup yang didefinisikan dengan lebih
sempit.
4. Pemasaran mikro
Pemasaran ini
menciptakan penawaran/layanan yang sesuai dan tepat dengan kebutuhan/keinginan
dan daerah konsumen. Produk baik itu barang/jasa dibuat sesuai dengan yang
diinginkan oleh konsumen. Pemasaran ini mempunyai pemilihan saluran distribusi
(distribution channel) dan komunikasi yang lebih jelas serta mengerti lebih
dalam tentang siapa saja konsumen/masyarakat yang ingin dituju.
4) Manfaat segmentasi pasar
Sedangkan manfaat dari segmentasi pasar adalah :
a) Penjual atau produsen berada dalam posisi yang lebih baik
untuk memilih kesempatan-kesempatan pemasaran.
b) Penjual atau produsen dapat menggunakan pengetahuannya
terhadap respons pemasaran yang berbeda-beda, sehingga dapat mengalokasikan
anggarannya secara lebih tepat pada berbagai segmen.
c) Penjual atau produsen dapat mengatur produk lebih baik dan
daya tarik pemasarannya.
c.
Faktor-Faktor Yang
Memengaruhi Perilaku Konsumen
Adapun faktor-faktor yang memengaruhi perilaku konsumen adalah :
1) Budaya : faktor-faktor budaya memberikan pengaruhnya paling
puas pada keinginan dan perilaku konsumen. Budaya (culture) adalah penyebab
paling mendasar teori keinginan dan perilaku seseorang.
2) Subbudaya : setiap kebudayaan mengandung sub kebudayaan yang
lebih kecil, atau sekelompok orang yang mempunyai sistem nilai yang sama
berdasarkan pengalaman dan situasi kehidupan yang sama. Sub kebudayaan meliputi
: kewarganegaraan, agama, ras, dan daerah geografis.
3) Kelas sosial : hampir setiap masyarakat memiliki beberapa
bentuk struktur kelas sosial. Kelas-kelas sosial adalah bagian-bagian
masyarakat yang relatif permanen dan tersusun rapi yang anggota-anggotanya
mempunyai nilai-nilai, kepentingan dan perilaku yang sama.
Perilaku konsumen juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti
kelompok kecil, keluarga serta aturan dan status sosial konsumen. Di sisni
keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam
masyarakat. Keputusan orang ingin membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik
pribadi seperti umur dan tahap siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya
hidup dan kepribadian, serta konsep diri.
Selain dari beberapa faktor di atas yang memengaruhi perilaku konsumen juga
dipengaruhi juga oleh faktor-faktor psikologis seseorang, yang meliputi
motivasi, persepsi, pengetahuan, keyakinan, serta sikap.
d. Proses Pengambilan Keputusan Pembeli
1) Proses pengambilan keputusan pembeli terhadap produk baru
Sebuah produk baru adalah barang, jasa, atau ide yang
dianggap baru oleh pembeli potensial. Terkadang produk yang beredar di pasaran
telah lama ada, di sini konsumen dapat membuat keputusan untuk
menerima/mengadopsinya. Proses adopsi adalah proses mental yang dilalui
seseorang, mulai dari pengenalan pertama sampai pada penerimaan/adopsi final.
Tahap-tahap proses adopsi :
a) Sadar : konsumen menjadi sadar akan adanya produk baru,
tetapi kekurangan informasi mengenai produk tersebut.
b) Tertarik : konsumen akan menjadi tertarik untuk mencari
informasi mengenai produk baru.
c) Evaluasi : konsumen harus mempertimbangkan apakah produk
baru tersebut masuk akal atau tidak untuk dikomsumsi.
d) Mencoba : konsumen mencoba produk baru tersebut dalam skala
kecil untuk meningkatkannilai produk tersebut.
e) Adopsi : konsumen memutuskan secara penuh dan teratur
menggunakan produk baru tersebut.
2) Tipe-tipe perilaku membeli
a) Perilaku pembeli yang kompleks
Disini kosumen mengakui keterikatan yang tinggi dalam proses
pembeliannya, harga produk tinggi, jarang dibeli, memilki resiko yang tinggi.
Perilaku konsumen melalui proses tiga langkah, yaitu : pertama, mengembangkan
keyakinan tentang produk tersebut. Kedua, membangun sikap, dan ketiga,
melakukan pilihan.
b) Perilaku pembelian yang mengurangi ketidakefisienan
Disini konsumen mengalami keterlibatan tinggi, akan tetapi terlihat sedikit
perbedaan, diantara merek-merek, konsumen mengunjungi beberapa tempat untuk
mencari yang lebih cocok.
c) Perilaku pembelian karena kebiasaan
Disini konsumen
rendah sekali dalam proses pembelian karena tidak ada perbedaan nyata diantara
berbagai merek dan harga barang relatif rendah.
d) Perilaku pembelian yang mencari keragaman
Disini keterlibatan
konsumen yang rendah akan dihadapkan pada berbagai pemilihan merek.
3) Tahap-tahap Proses Membeli
a) Pengenalan kebutuhan/masalah
Disini orang yang akan memasarkan produk meneliti mengenai apa
yang dibutuhkan, apa yang menyebabkan semua itu muncul dan mengapa seseorang
membutuhkan sesuatu. Seorang pemasar mengenalkan pada konsumen agar lebih
tertarik.
b) Pencarian informasi
Sumber informasi konsumen terbagi dalam empat kelompok, yaitu :
Ø Sumber pribadi, meliputi : keluarga, teman-teman, tetangga,
dan kenalan.
Ø Sumber niaga, meliputi : periklanan, petugas penjualan,
penjual kemasan, dan pemajangan.
Ø Sumber umum, meliputi : media massa dan organisasi konsumen.
Ø Sumber pengalaman, meliputi : pernah menangani, menguji, dan
mempergunakan produk.
4) Pencarian Alternatif
Terdapat lima konsep dasar bagi pemasar dalam penilaian
alternatif konsumen, yaitu :
a) Sifat-sifat produk, apa yang menjadi ciri-ciri khusus dan
perhatian konsumen terhadap produk atau jasa tersebut.
b) Pemasar lebih memperhatikan pentingnya ciri-ciri produk
daripada penonjolan ciri-ciri produk.
c) Kepercayaan konsumen terhadap ciri merek yang menonjol.
d) Fungsi kemanfaatan, yaitu bagaimana konsumen mengharapkan
kepuasan yang diperoleh dari produk dengan tingkat alternatif yang berbeda-beda
setiap hari.
e) Bagaimana prosedur penilaian yang dilakukan konsumen dari
sekian banyak ciri-ciri barang.
5) Keputusan membeli
Ada dua faktor yang
menyebabkan seseorang mengambi keputusan untuk membeli, yaitu :
a) Sikap orang lain : keputusan membeli itu banyak dipengaruhi
oleh teman-teman, tetangga, atau siapa saja yang dipercayai.
b) Faktor-faktor situasi yang tidak terduga : seperti faktor
harga pendapatan.
e. Strategi Pemasaran Bisnis = Pemasaran Sosial ?
Berdasarkan definisi para ahli, social marketing pada
dasarnya merupakan aplikasi strategi komersial untuk “menjual” gagasan dalam
rangka manajemen yang mencakup analisis, perencanaan, implementasi, dan
pengawasan.
Lalu bagaimana organisasi nirlaba perlu memahami dan merancang
strategi social marketing berdasarkan pemahaman ini? Selain penerapan sembilan
elemen marketing yang telah dikenal (segmentasi pasar, target, positioning,
diferensiasi, marketing mix, selling, brand, service, dan process), pada
dasarnya marketing adalah sesuatu yang sederhana. Social marketing dapat
diumpamakan sebagai seni “menjual” diri (selling self) atau organisasi. Apabila
seseorang atau organisasi mempraktikkan prinsip-prinsip : promosi tanpa
memaksa, memahami dan menerapkan positioning secara tepat, memahami branding
dan diferensiasi berarti lembaga atau perusahaan telah menjalankan marketing
dengan benar.
Apa saja landasan pemasaran secara umum yang dapat
diterapkan pada pemasaran sosial? Dasar-dasar marketing sebagai “3i Marketing
Triangel”, yaitu positioning (cara sasaran/publik yang hendak diubah
perilakunya mendefinisikan perusahaan/organisasi dengan kompetitor),
differentiation (perbedaan) dan brand (keunikan, ketajaman dan fokus sebuah
produk dibandingkan denga produk lainnya, bisa berupa logo dan bentuk unik).
Pemasaran di masa kini menjadi lebih berhasil apabila
memperbanyak strategi marketing horizontal (dari individu ke individu).
Misalnya, dengan membuat situs web. Cara-cara vertikal seperti menggunakan
metode komunikasi satu arah kini kurang efektif. Marketing seharusnya tidak
dipandang hanya sebagai sebuah alat atau seolah anggota tubuh. Pandanglah
marketing sebagai sebuah keseluruhan (the whole), sesuatu yang menyeluruh.
Menurut Hermawan, dimasa kini visi,
misi, dan nilai-nilai organisasi tidak hanya melibatkan intelektualitas (mind)
dan hati (heart), melainkan juga ruh (spirit). Penjabaran dapat dilihat pada
bagan “3² values-Based Matrix”. Intinya, pandanglah marketing sebagai the whole
(menyeluruh dan utuh) dan bukan sekedar alat atau diandaikan anggota tubuh.
f.
Marketing Mix
dengan Pendekatan “4 P dan P plus”
Seperti pemasaran komersial, fokus utama adalah pada konsumen-pada belajar
apa yang orang inginkan dan butuhkan daripada mencoba membujuk mereka untuk
membeli apa yang kita kebutulan produksi. Pemasaran pembicaraan untuk konsumen,
bukan tentang produk. Proses perencanaan ini mengambil fokus konsumen
memperhitungkan dengan mengatasi unsur-unsur dari “bauran pemasaran”. Hal ini
mengacu pada keputusan tentang Product
(konsepsi sebuah produk), Harga (price), Distribusi (place), Promosi
(promotion). Ini sering disebut “4 P” pemasaran. Pemasaran sosial juga
menambahkan beberapa lagi “itu P”. Pada akhirnya dalah contoh dari bauran
pemasaran.
1) Produk (product)
Pemasaran “produk”
sosial tidak selalu korban fisik. Sebuah kontinum produk ada mulai dari yang
nyata, produk-produk fisik (misalnya, kondom), untuk layanan (misalnya, ujian
medis), praktik (misalnya, menyusui, atau makan diet, jantung sehat) dan
akhirnya, lebih banyak ide tidak berwujud (misalnya, perlindungan lingkungan).
Untuk memiliki produk yang layak, orang harus terlebih dahulu merasa bahwa
mereka memiliki masalah asli, dan bahwa penawaran produk adalah solusi yang
baik untuk masalah itu. Peran penelitian disini adalah untuk menemukan persepsi
konsumen dari masalah dan produk, dan untuk menentukan seberapa penting mereka
merasa itu adalah untuk mengambil tindakan terhadap masalah.
2) Harga (price)
“Harga” mengacu pada apa yang konsumen harus lakukan untuk
mendapatkan produk pemasaran sosial. Biaya ini mungkin moneter, atau malah
mungkin memerlukan konsumen untuk menyerah berwujud, seperti waktu atau usaha,
atau mengambil resiko malu dan ketidaksetujuan. Jika biaya lebih besar daripada
manfaatnya dari seorang individu, nilai yang dirasakan dari korban akan rendah
dan akan tidak mungkin diadopsi. Namun, jika imbalan tersebut dianggap sebagai
lebih besar dari biaya mereka, kemungkinan percobaan dan adopsi produk jauh
lebih besar.
Dalam menetapkan harga, terutama untuk produk fisik, seperti
kontrasepsi, ada masalah yang perlu dipertimbangkan. Jika produk dngan harga
yang terlalu rendah, atau disediakan secara gratis, konsumen mungkin melihatnya
sebagai yang rendah dalam kualiatas. Disisi lain, jika harga terlalu tinggi,
beberapa konsumen tidak akan mampu membelinya. Pemasar sosial harus
menyeimbangkan pertimbangan ini, dan sering berakhir pengisian minimal biaya
nominal untuk meningkatkan biaya persepsi kualitas dan untuk memberikan rasa
“martabat” untuk transakasi. Persepsi dari biaya dan manfaat dapat ditentukan
melalui penelitian, dan digunakan dalam memposisikan produk.
3) Tempat (place)
“Tempat”
menggambarkan cara bahwa produk tersebut mencapai konsumen. Untuk produk yang
nyata, ini mengacu pada sistem distribusi termasuk gudang, truk, tenaga
penjualan, gerai ritel dimana itu dijual, atau tempat dimana ia diberikan
secara gratis. Untuk produk yang tidak berwujud, tempat kurang jelas, tetapi
mengacu pada keputusan tentang saluran melalui mana konsumen mencapai dengan
informasi atau pelatihan. Ini mungkin termasuk kantor dokter, pusat
perbelanjaan, media massa kendaraan atau di rumah demonstrasi. Unsur lain
tempat adalah memutuskan bagaimana memastikan aksesibilitas korban dan kualitas
pelayanan. Dengan menentukan kegiatan dan kebiasaab target audiece, serta
pengalaman mereka dan kapuasan dengan sistem pengiriman yang ada, peneliti
dapat menentukan cara yang paling ideal distribusi yang ditawarkan.
4) Promosi (promotion)
Akhirnya, yang terakhir “P” adalah promosi. Karena visibilitas, unsur ini
sering keliru dianggap sebagai terdiri dari seluruh pemasaran sosial. Namun,
seperti dapat dilihat oleh pembahasan sebelumnya, hanya satu bagian. Promosi
terdiri dari pemanfaatan yang terintegrasi dari periklanan, humas, promosi,
advokasi media, penjualan pribadi dan kendaraan hiburan. Fokusnya adalah pada
menciptakan dan mempertahankan permintaan untuk produk. Iklan layanan
masyarakat atau iklan dibayar adalah salah satu cara, tetapi ada metode lain
seperti kupon, acara media, editorial, “Tupperware” ala pesta atau di dalam
toko display. Penelitian sangat penting untuk menentukan kendaraan yang paling
efektif dan efisien untuk menjangkau khalayak sasaran dan meningkatkan
permintaan. Temuan penelitian primer sendiri juga dapat digunakan untuk mendapatkan
publisitas untuk program di acara-acara media dan berita.
3.
Strategi Aplikasi Sistem Promosi Kesehatan Precede-Proceed
Sesuai dengan
strategi yang telah dibahas pada bab sebelumnya, promosi kesehatan dapat
dilaksanakan sesuai dengan konsep yang telah ditentukan sesuai dengan cakupan
dan kebutuhan masyarakat dengan pendekatan strategi yang telah dijalankan,
karena tolak ukur keberhasilan dari program promosi kesehatan berlaku
sistematis dan tidak hanya mengacu pada tahap pelaksanaan saja. Pada bab ini akan
dibahas mengenai strategi aplikasi dalam promosi kesehatan dengan pendekatan
sistem pengkajian, analisis data, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi dalam promosi kesehatan.
a. Tahap Pengkajian dalam Promosi Kesehatan
Tahap ini sangat berguna untuk pengumpulan informasi yang merupakan tahap
awal dalam proses penentuan promosi kesehatan. Dari informasi yang terkumpul,
didapatkan data/informasi tentang masalah-masalah yang dihadapi individu,
kelompok atau masyarakat. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk
menentukan perencanaan selanjutnya guna mengatasi masalah-masalah kurangnya
pengetahuan.
Pengkajian dapat dilakukan dari data yang ada maupun dengan melakukan
pengumpulan data secara langsung dari inidividu, kelompok atau masyarakat dan pihak
yang terkait. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara survei, Focus Group Discussion (FGD) atau
wawancara dengan informan kunci seperti kepala desa, tokoh masyarakat, kader
atau perwakilan masyarakat setempat dan pihak terkait.
Dari aspek aplikasi, Promosi Kesehatan mencakup komponen-komponen atau
faktor-faktor yang terkait dengan pelaksanaan Promosi Kesehatan di lapangan.
Pelaksanaan atau Promosi Kesehatan dari aspek praktis, tidak terlepas dari 6W
dan 1H untuk menentukan pengkajian awal yang harus dilakukan, yaitu meliputi :
1) Why, mengapa promosi kesehatan perlu dilakukan (perlunya promosi
kesehatan)
2) Who, siapa yang melaksanakan promosi kesehatan, (pelaksana
promosi kesehatan)
3) Whom, kepada siapa promosi kesehatan dilakukan atau dilaksanakan, (sasaran
promosi kesehatan)
4) What, apa saja yang akan diberikan kepada masyarakat, (materi
promosi kesehatan)
5) When, kapan promosi kesehatan dilaksanakan, (waktu pelaksanaan
promosi kesehatan)
6) Where, dimana promosi kesehatan dilakukan, (tempat atau tatanan promosi
kesehatan dilakukan
7) How, bagaimana cara melakukan promosi kesehatan (metode dan
teknik promosi kesehatan.
Setelah kita mendapatkan informasi sesuai dengan kajian di atas, maka kita
dapat menentukan kesimpulan masalah-masalah yang harus ditindak lanjuti dengan
menentukan prioritas masalah apa yang harus diberikan dalam promosi kesehatan
kepada masyarakat. Untuk selanjutnya kita dapat menentukan diagnosis masalah
kesehatan.
b. Tahap Penentuan Diagnosis dalam Promosi Kesehatan
Tahap diagnosis ini sangat diperlukan kemampuan kognitif dalam pengembangan
daya pikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan
pengetahuan,pengalaman, dan pengertian. Dalam melakukan analisis data,
diperlukan kemampuan mengaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan
konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam
menentukan masalah/diagnosis kesehatan.
Pada fase inii diidentifikasi masalah perilaku yang memengaruhi masalah
kesehatan dan masalah lingkungan (fisik dan psiko-sosial) yang memengaruhi
perilaku dan status kesehatan maupun kualitas hidup masyarakat. Adapun
diagnosis yang dapat ditentukan pada tahap ini ialah : 1) diagnosis sosial; 2)
diagnosis epidemiologi; 3) diagnosis perilaku dan lingkungan; 4) diagnosis
pendidikan dan organisasional; 5) diagnosis administratif dan kebijakan.
c.
Tahap Menetapkan
Prioritas Masalah dalam Promosi Kesehatan
Langkah yang harus ditempuh untuk menetapkan prioritas masalah kesehatan
adalah :
1) Menetapkan status kesehatan
2) Menentukan pola pelayanan kesehatan yang ada
3) Menentukan hubungan antara status kesehatan dengan pelayanan
kesehatan di masyarakat.
4) Menetukan determinan masalah kesehatan.
Setelah melakukan langkah-langkah di atas, selanjutnya dalam menentukan
prioritas masalah kita harus mempertimbangkan beberapa faktor, seperti :
1) Beratnya masalah dan akibat yang ditimbulkan.
2) Pertimbangan politis, guna mendapatkan dukungan
3) Sumber daya yang ada di masyarakat.
d. Tahap Menentukan Tujuan dalam Promosi Kesehatan
Agar tuuan promosi
kesehatan di masyarakat dapat dicapai dan dijalankan sesuai dengan apa yang
diinginkan, maka tujuan harus dibuat dengan berpedoman pada SMART yang
merupakan singkatan dari Spesific;
yang artinya tujuan harus khusus, Measurable;
atau dapat diukur, Appropriat; atau tepat guna, Reasonable; atau dapat dilaksanakan, dan Time bound; yang artinya harus dicapai dalam kurun waktu tertentu.
Menurut Green dan Kreuter (2005), tujuan promosi kesehatan terdiri atas
tiga tingkatan, yaitu :
1)
Tujuan program (Program
Objective)
Merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode waktu
tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan. Jika ditinjau dari kerangka
PRECEDE-PROCEED, maka tujuan program merupakan refrleksi dari fase sosial dan
epidemiologi. Oleh sebab itu, tujuan program sering pula disebut sebagai tujuan
jangka panjang.
2)
Tujuan pendidikan (educational objective)
Merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai dan dapat mengatasi masalah
kesehatan yang ada, yang merupakan refleksi dari fase perilaku dan lingkungan.
Oleh sebab itu, tujuan pendidikan disebut pula sebagai tujuan jangpa menengah.
3)
Tujuan perilaku (behavioral objective)
Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai
perilaku yang diinginkan, yang jika dilihat dari kerangka PRECEDE-PROCEED
merupakan refleksi dari fase pendidikan dan organisasional. Oleh sebab itu,
tujuan perilaku berhubungan dengan pengetahuan dan sikap dan disebut pula
sebagai tujuan jangka pendek.
WHO (2003)
menyederhanakan tujuan program promosi kesehatan di masyarakat menjadi dua yang
terdiri atas: 1) tujuan umum (goal),
yang merupakan pernyataan tentang status kesehatan yang akan dicapai diakhir
program yang akan dilaksanakan selama periode waktu tertentu, dan 2) tujuan
khusus (objective), yang merupakan
pernyataan tentang pengetahuan, sikap dan perilaku atau keterampilan tertentu
yang dapat mengatasi masalah kesehatan yang ada. tujuan khusus merupakan
gabungan dari tujuan pendidikan dan tujuan perilaku dari tingkatan tujuan.
e. Tahap Menentukan Metode Promosi Kesehatan
Dalam menentukan metode yang akan digunakan dalam memberikan
pendidikan kesehatan kepada masyarakat harus dipertimbangkan aspek yang akan
dicapai. Bila mencakup aspek pengetahuan maka dapat dilakukan dengan cara
penyuluhan langsung, misalnya materi penyuluhan, pemasangan poster dan spanduk
di lingkungan masyarakat, sehingga warga dan masyarakat sering melihat dan
membacanya yang akan berdampak pada terjadinya perubahan pengetahuan mereka.
Untuk aspek sikap perlu diberikan contoh yang lebih konkret yang dapat
menggugah emosi, perasaan, dan sikap masyarakat, misalnya dengan memperlihatkan
foto, slide, atau pemutaran film. Untuk maksud tersebut dapat dilakukan dengan
menjalin kerjasama dengan pihak-pihak terkait, seperti pemerintah daerah dinas
kesehatan, lembaga pendidikan, pihak swasta dan LSM yang ada, dan lain
sebagainya.
f.
Tahap Menentukan
Media Promosi Kesehatan
Teori pendidikan menyebutkan belajar yang paling baik dan
mudah adalah dengan menggunakan panca indera sebanyak mungkin, yang untuk
maksud tersebut hampir semua program pendidikan kesehatan menggunakan berbagai
media. Jenis media yang digunakan harus disesuaikan dengan sasaran pendidikan,
aspek yang ingin dicapai, metode yang digunakan, dan sumber daya yang ada.
g. Tahap Menyusun Rencana Evaluasi dalam Promosi Kesehatan
Evaluasi bertujuan untuk mengukur keberhasilan dari apa yang
telah dilaksanakan. Oleh sebab itu, pada waktu mengembangkan perencanaan
program promosi kesehatan di masyarakat, rencana evaluasi juga harus
dilaksanakan. Disini harus dijabarkan tentang kapan evaluasi akan dilaksanakan,
dimana akan dilaksanakan, kelompok sasaran mana yang akan dievaluasi, dan siapa
yang akan melaksanakan evaluasi.
1) Prinsip evaluasi :
a) Memperkuat program; tujuan kita adalah promosi kesehatan dan
peningkatan kepercayaan diri masyarakat.
b) Menggunakan pendekatan multiple; selain pendekatan
multidisiplin, metode evaluasi mungkin banyak dan bermacam-macam yang sejalan
dengan tujuan program.
c) Merancang evaluasi untuk memenuhi isu nyata; program
berbasis dan berfokus masyarakat, yang berakar pada komunitas “nyata” dan
berdasarkan pengakajian, harus memiliki rancangan evaluasi untuk mengukur
kriteria mengenai pentingnya program tersebut bagi masyarakat.
d) Menciptakan proses partisipasi; apabila masyarakat merupakan
bagian dari pengkajian, analisis, perencanaan, dan implementasi, merekapun
harus menjadi mitra dalam evaluasi.
e) Memungkinkan fleksibilitas; pendekatan evaluasi harus
fleksibel dan bersifat perskriptif, jika tidak, akan sulit untuk
mendokumentasikan munculnya perubahan yang sering kali meningkat secara tajam
dan kompleks.
f)
Membangun
kapasitas; selain mengukur hasil akhir, harus meningkatkan keterampilan,
pengetahuan, dan perilaku indifidu yang terlibat didalamnya.
2) Jenis evaluasi yang dilakukan :
a) Evaluasi formatif
Maksud dari evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan di
tengah-tengah atau pada saat berlangsungnya proses kegiatan promosi kesehatan,
yaitu dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana proses promosi kesehatan
sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.
Adapun manfaat dari evaluasi formatif adalah :
Ø Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang
tepat atau tidak?
Ø Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan
pra-syarat yang belum diperhitungkan?
Ø Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk
mempertinggi hasil yang akan dicapai atau tidak?
Ø Apakah metode, pendekatan dan alat evaluasi yang digunakan
sudah tepat atau tidak?
b) Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilaksanakan setelah sekumpulan
program promosi kesehatan selesai diberikan. Dengan kata lain evaluasi yang
dilaksanakan setelah seluruh rangkaian program promosi kesehatan diberikan.
Adapun tujuan utama dari evaluasi sumatif ini adlah untuk menentukan
keberhasilan masyarakat/audience setelah mereka mendapatkan promosi kesehatan
dalam jangka waktu tertentu.
Berikut ini merupakan beberapa manfaat yang didapat dari evaluasi sumatif :
Ø Untuk menentukan nilai keberhasilan program promosi
kesehatan
Ø Untuk menentukan masyarakat dapat atau tidak
mengikuti/menerima dalam program berikutnya
Ø Untuk catatan kemampuan masyarakat dalam menerima rangkaian
program promosi kesehatan.
h. Tahap Menyusun Jadwal Pelaksanaan Kegiatan dan Tindak Lanjut
Untuk memudahkan pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
kegiatan yang dilakukan perlu disusun jadwal pelaksanaan kegiatan, yang
biasanya disajikan dalam bentuk gan chart,
yang terdiri dari : waktu, tempat, dan pelaksanaan dari setiap kegiatan. Tindak
lanjut program dalam hal ini adalah bentuk evaluasi dalam jangka panjang untuk
menindaklanjuti kegiatan yang bersifat sistematis/berkesinambungan, akan tetapi
dapat pula dilakukan reassessment
apabila dikemudian hari didapatkan perkembangan/perubahan kebutuhan dari
masyarakat dalam pengetahuan yang terkait dengan pelaksanaan promosi kesehatan
agar selalu bermanfaat dan selalu fresh
sesuai trend maupun isu perkembangan ilmu yang ada.
C.
Pelaksanaan Promosi bidang Kesehatan Lingkungan:
1.
Persiapan kegiatan promosi bidang Kesehatan Lingkungan
a. Pendekatan kepada masyarakat dan lingkungan
b. Menentukan metode promosi kesehatan
1) Jenis – jenismetode
Secara
garis besar, metode dibagi menjadi dua, yaitu metode didaktif dan metode
sokratik.
a) MetodeDidaktif
Metode
ini didasarkan atau dilakukan secara satu arah. Tingkat keberhasilan metode
didaktif sulit dievaluasi karena peserta didik bersifat pasif dan hanya
pendidik yang aktif. Misalnya: ceramah, film, leaflet, booklet, poster dan
siaran radio.
b) MetodeSokratif
Metode
ini dilakukan secara dua arah. Dengan metode ini, kemungkinan antara pendidik
dan peserta didik bersikap aktif dan kreatif. Misalnya: diskusi kelompok,
debat, panel, forum, seminar, bermain peran, curah pendapat, demonstrasi, studi
kasus, loka karya dan penugasan perorangan.
2) Menentukan media
promosi kesehatan
Media
adalah alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan
atau pengajaran. Media promosi kesehatan adalah alat yang dipakai untuk
mengirimkan pesan kesehatan. Media pendidikan kesehatan disebut juga alat
peraga karena berfungsi membantu dan memeragakan sesuatu dalam proses
pendidikan atau pengajaran. Pembuatan alat peraga atau media mempunyai prinsip
bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang diterima dan ditangkap melalui
panca indra.
Semakin
banyak pancaindra yang digunakan maka semakin jelas juga pengetahuan yang
didapatkan. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan alat peraga dapat melibatkan indra
sebanyak mungkin pada suatu objek sehingga dapat memudahkan pemahaman bagi peserta
didik. Alat peraga atau media mempunyai intensitas yang berbeda dalam membantu pemahaman
seseorang. Elgar menggambarkan intensitas setiap alat peraga dalam suatu kerucut.
KERUCUT ELGAR
DALE
KETERANGAN :
a) Kata-kata
b) Tulisan
c) Rekaman, Radio
d) Film
e) Televisi
f)
Pameran
g) Field Trip
h) Demonstasi
i)
Sandiwara
j)
Benda Buatan
k) Benda Asli
Berdasarkan gambar alat peraga yang memiliki intensitas
paling tinggi adalah benda asli sedangkan yang memiliki intensitas paling
rendah adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa penyampaian materi hanya
menggunakan kata-kata saja kurang efektif jadi akan lebih efektif dan efisien
jika menggunakan beberapa alat peraga atau gabungan beberapa media.
Pemilihan media promosi kesehatan ditentukan oleh banyaknya
sasaran, keadaan geografis, karakteristik partisipan, dan sumber daya
pendukung. Contohnya di daerah terpencil yang hanya dapat dicapai dengan peswat
terbang khusus dan pendidikan kesehatan yang diinginkan adalah yang mencapai
sebanyak mungkin sasaran, maka media yang dapat dipilih adalah flyer atau media elektronik jika sumber
dayanya memungkinkan.
c.
Persiapan sarana.
d. Penyiapan tenaga fasilitator.
2.
Penyusunan Rencana Promosi bidang Kesehatan Lingkungan
Tahap perencanaan
penting untuk memastikan bahwa promosi kesehatan yang akan dilakukan terfokus
pada prioritas kerja yang sesuai dengan tujuan/goal yaitu memberikan layanan
keperawatan terbaik pada klien meliputi individu, kelompok maupun masyarakat.
Model perencanaan diperlukan dalam promosi kesehatan karena perencanaan
menyediakan cara untuk memandu pilihan sehingga keputusan yang dibuat mewakili
cara terbaik untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pendekatan rasional
menunjukkan bahwa seluruh jajaran atau option harus diidentifikasi dan
dipertimbangkan sebelum program komprehensif disusun. Model perencanaan
rasional (Rational planning model) memberikan pedoman pilihan dalam mengambil
keputusan yang mewakili langkah terbaik untuk mencapai tujuan yang akan
dicapai.
Perencanaan kegiatan promosi
kesehatan dilaksanakan oleh masyarakat sendiri sesuai kebutuhan masyarakat di
wilayah tersebut. Perencanaan dilakukan oleh masyarakat dan di fasilitasi oleh
fasilitator, meliputi kegiatan promosi kesehatan di masyarakat atau instansi
seperti di sekolah, menggunakan panduan perencanaan partisipatif masyarakat,
sehingga dapat disusun rencana kerja masyarakat.
Beberapa batasan tentang perencanaan yang penting diketahui
:
a. Perencanaan adalah
kemampuan untuk memilih suatu kemungkinan yang tersedia dan yang dipandang
paling tepat untuk mencapai tujuan
b.
Perencanaan adalah pekerjaan yang menyangkut penyusunan
konsep serta kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan demi mas depan yang lebih baik
c.
Perencanaan adalah upaya menyusun berbagai keputusan yang
bersifat pokok yang dipandang paling penting dan yang akan dilaksakan menurut
urutannya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan
d.
Perencanaan adalah proses menetapkan pengarahan yang resmi
dan menetapkan berbagai hambatan yang dipikirkan dan
dalam menjalankan suatu program guna dipakai sebagai pedoman dalam suatu
organisasi.
e.
Perencanaan adalah proses kerja yang terus menerus yang
meliputi pengambilan keputusan yang bersifat pokok dan penting dan yang akan
dilaksakan secara sistematik, melakukan perkiraan-perkiraan dengan
mempergunakan segala pengetahuan yang ada tentang masa depan, mengorganosir
secara sistematik segala upaya yang dipandang perlu untuk melaksanakan segala
keputusan yang telah ditetapkan, serta mengukur keberhasilan dalam pelaksanaan
segala keputusan tersebut dengan membandingkan hasil yang dicapai terhadap
target yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan umpan balik yang diterima dan
yang telah disusun secara teratur dan baik.
Perencanaan memeiliki keuntungan supaya tujuan yang akan
dicapai jelas oleh karena itu dalam tahap perencanaan memerlukan:
a. Pengkajian kebutuhan promosi kesehatan
b. Penentuan tujuan mengenai apa yang akan dicapai
c.
Penentuan target
berhubungan dengan tepat hasil. Target harus SMART; Sesific, Measurable,
Achieveable, Realistic, Time-limited
d. Pemilihan metode atau strategi yang akan digunakan dalam
pencapaian tujuan
e. Evaluasi hasil
Beberapa perecanaan diperkenalkan dalam bentuk linier, namun
ada juga model perencanaan yang ditampilkan dalam bentuk circular (melingkar),
yang mengindikasi bahwa pada hasil evaluasi akan dijadikan feedback (umpan balik)
pada tahap perencanaan berikutnya.
Langkah kegiatan perencanaan promosi kesehatan adalah seperti
diuraikan di bawah ini :
a. Identifikasi Masalah,
Potensi dan Analisis Situasi
b. Menentukan Tujuan Promosi Kesehatan
Pada dasarnya tujuan
utama promosi kesehatan adalah untuk mencapai 3 hal, yaitu :
1) Peningkatan pengetahuan
atau sikap masyarakat
2) Peningkatan perilaku
masyarakat
3) Peningkatan status
kesehatan masyarakat
c. Menentukan Sasaran Promosi Kesehatan
Di dalam promosi kesehatan
yang dimaksud dengan sasaran adalah kelompok sasaran, yaitu individu, kelompok maupun
keduanya.
d. Menentukan Isi/MateriPromosiKesehatan
Isi promosi kesehatan harus dibuat sesederhana mungkin
sehingga mudah dipahami oleh sasaran. Bila perlu buat menggunakan gambar dan bahasa
setempat sehingga sasaran mau melaksanakan isi pesan tersebut.
e. MenentukanMetode
1) Pengetahuan: penyuluhan
langsung, pemasangan poster, spanduk, penyebaran leaflet, dll.
2) Sikap: memberikan contoh
konkrit yang dapat menggugah emosi, perasaan dan sikap sasaran, misalnya dengan
memperlihatkan foto, slide atau melalui pemutaran film/video.
3) Keterampilan: sasaran harus diberi kesempatan untuk mencoba
keterampilan tersebut.
4) Pertimbangkan sumber
dana & sumber daya.
f.
Menetapkan Media
1) Teori pendidikan : belajar
yang paling mudah adalah dengan menggunakan media.
2) Media yang dipilih harus
bergantung pada jenis sasaran, teknik pendidikan, aspek yang ingin dicapai,
metode yang digunakan dan sumber daya yang ada.
g. Menyusun Rencana Evaluasi
Rencana evaluasi harus
dijabarkan yaitu mengenai kapan evaluasi akan dilaksanakan, di mana akan dilaksanakan,
kelompok sasaran yang mana akan dievaluasi & siapa yang akan melaksanakan evaluasi
tersebut.
h. Menyusun Jadwal Pelaksanaan
Penjabaran dari waktu,
tempat & pelaksanaan yang biasanya disajikan dalam bentuk gan chart.
3.
Melaksanakan Promosi bidang Kesehatan Lingkungan secara
Individual dan kelompok
Pelaksanaan promosi
Bidang Kesehatan Lingkungan secara Individual, yaitu:
Dengan diberikannya promosi kesehatan individu
diharapkan memperoleh informasi baik secara langsung ataupun melalui berbagai
media, mempunyai kemampun untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatannya, dapat melakukan tindakan hidup bersih dan lingkungan yang sehat,
ikut berperan dalam kegiatan sosial yang berkaitan dengan kesehatan.
Pelaksanaan promosi Bidang Kesehatan Lingkungan
secara Kelompok, terdiri dari:
a. Masyarakat atau LSM
Diharapkan
dapat mengembangkan upaya peningkatan kesehatan dan saling bekerjasama serta
saling membantu untuk mewujudkan lingkungan sehat.
b. Lembaga pemerintah
Diharapkan
dapat perduli dan mndukung upaya mengembangkan perilaku sehat dan lingkungan
sehat, membuat kebijakan yang berhubungan dengan bidang kesehatan.
c.
Institusi
Diharapkan
dapat meningkatkan mutu kesehatan yang dapat memeberi kepuasan pada masyarakat.
4.
Evaluasi hasil kegiatan promosi bidang Kesehatan Lingkungan
a. Pengertian Evaluasi
Evaluasi adalah
suatu proses menentukan nilai atau besarnya sukses dalam mencapai tujuan yang
sudah ditetapkan sebelumnya. (APHA)
Evaluasi adalah bagian
integral (terpadu) dari proses manajemen, termasuk manajemen promosi
kesehatan. Mengapa orang melakukan evaluasi, tidak lain karena orang ingin
mengetahui apa yang telah dilakukan telah berjalan sesuai rencana, apakah semua
masukan yang diperkirakan sesuai dengan kebutuhan dana apakah kegiatan yang
dilakukan memberi hasil dan dampak yang seperti yang diharapkan.
Evaluasi sebagai
suatu proses yang memungkinkan administrator mengetahui hasil programnya dan
ber-dasarkan itu mengadakan penyesuaian-penyesuaian untuk mencapai tujuan
secara efektif, (Klineberg).
Berdasarkan
definisi di atas, proses ini mencakup langkah-langkah:
1) Memformulasikan tujuan
2) Mengidentifikasi kriteria untuk mengukur sukes
3) Menentukan dan menjelaskan besarnya sukses
4) Rekomendasi untuk kegiatan program selanjutnya
b. Maksud (Tujuan) Penilaian
1) Untuk membantu perencanaan dimasa datang
2) Untuk mengetahui apakah sarana dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya
3) Untuk menemukan kelemahan dan kekuatan dalam pelaksanaan
program
4) Untuk membantu menentukan strategi program
5) Untuk motivasi
6) Untuk mendapatkan dukungan sponsor
c.
Siapa dan Bagaimana
Penilaian
1) Pihak dalam (pelaksana program), melalui:
a) Pencatatan dan pelaporan
b) Supervisi
c) Wawancara
d) Observasi
2) Pihak luar program
a) Laporan pihak lain
b) Angket
d. Kapan dilakukan Penilaian
1) Penilaian rutin
Penilaian yang
berkesinambungan, teratur dan bersamaan dengan pelaksanaan program.
2) Penilaian berkala
Penilaian yang
periodik pada setiap akhir suatu bagian program misalnya pada setiap 3 bulan, 6
bulan, 1 tahun, dst.
3) Penilaian akhir
Penilaian yang
dilakukan pada akhir program atau beberapa waktu setelah akhir program selesai.
e. Apa yang dinilai(dimensi Evaluasi)
1) Input
Masukan, bahan,
teknologi, sarana, manajemen.
2) Proses
Pelaksanaan program
promkes dibidang Kesehatan Lingkungan
3) Output
Hasil dari program
pemahaman/pengetahuan, peningkatan sikap dan keterampilan
4) Outcome = dampak
Dampak dari program
seperti peningkatan PHBS, kepemilikan JAGA, SPAL dan lain-lain.
5) Impact
Peningkatan status
kesehatan.
f.
Evaluasi Pendidikan
Kesehatan
1) Tujuan evaluasi
Untuk mengetahui
apakah tujuan pendidikan kesehatan tercapai atau tidak. Tujuan pendidikan
kesehatan meliputi :
a) Aspek knowledge = pengetahuan
b) Aspek attitude = sikap
c) Aspek psikomotorik = ketrampilan/praktik
2) Waktu evaluasi
a) Selama pendidikan kesehatan berlangsung
b) Setelah pendidikan kesehatan selesai
3) Metode evaluasi
Tergantung kepada
tujuan pendidikan kesehatan
a) Pengetahuan : tes tulis atau lisan
b) Sikap : skala sikap
c) Psikomotor : praktik
4) Indikator
Sesuai tujuan
pendidikan kesehatan, meliputi :
a) Aspek pengetahuan
b) Aspek sikap
c) Aspek ketrampilan/tindakan
5) Hasil = Kesimpulan
Bergantung pada
tujuan pendidikan kesehatan, dikategorikan berhasil apabila peserta pendidikan
kesehatan dapat:
a) Memahami pesan pendidikan kesehatan
b) Sikapnya baik (menerima/setuju)
c) Melaksanakan kegiatan sesuai pesan pendidikan kesehatan
5.
Menyusun laporan hasil kegiatan.
Di akhir
program tentunya akan menghasilkan sesuatu yang dapat dilihat dalam bentuk
laporan akhir yang terdiri dari :
a. Latar Belakang Masalah
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan
d. Manfaat
e. Landasan Teori
f. Kerangka Konsep
g. Hipotesis
h. Rancangan Penelitian
i. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
j. Analisis Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
k. Proses Pelaksanaan Kegiatan
l. Evaluasi Kegiatan
m. Hasil dan Pembahasan
n. Kesimpulan
o. Rekomendasi
p. Referensi
q. Lampiran (instrumen evaluasi dan instrumen
intervensi, data (transkrip, output statistik), dan dokumentasi)
Daftar Pustaka
Sumber Referensi Buku:
1. Kholid, Ahmad. 2012. Promosi
Kesehatan Dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media dan Aplikasinya. Semarang:
Rajawali Pers.
2. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
3. Maulana, Heri D.J. 2009. Promosi
Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran.
4. Fitriani, Sinta. 2010. Promosi
Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sumber Referensi Internet:
3. http://dianhusadanabilah.blogspot.com/p/tujuan-promosi-kesehatan.html (diakses pada tggl 22 okt 2014)
4. http://newkesehatan.blogspot.com/2012/04/tujuan-promosi-kesehatan-dalam.html (diakses pada tggl 22 okt 2014)
5. http://howtokillwa4.blog.com/2014/08/24/sejarah-promosi-kesehatan-pdf/ (diakses pada tanggal 22 oktober 2014)
6. http://mimpibesarku.blogspot.com/2012/05/ruang-lingkup-promosi-kesehatan.html (diakses pada diakses pada 24 okt 2014 )
7. http://kartikasari2013.blogspot.com/2013/04/makalah-monitoring-dan-evaluasi-promosi.html (diakses pada 3 Nov 2015)
9. http://abidinsumatera.blogspot.com/2014/04/metode-dan-alat-bantu-media-pada.html (diakses pada 02 nov 2015)
10.
http://radensurahmat28.blogspot.com/2013/06/promosi-kesehatan-seven-jump.html (diakses pada 24 okt 2014)