Rabu, 25 Maret 2015
MATA KULIAH : PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN
DOSEN :
DJOKO PURWOKO, SKM.,M.Kes
MAKALAH PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN
Oleh:
EVI NURSYAFITRI
PO.71.4.221.13.2.012
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D.IV
2014
Kata
Pengantar
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur atas kehadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Makalah Penyakit Berbasis Lingkungan dengan judul “Jenis-jenis Penyakit Berbasis Lingkungan” ini dapat selesai dengan tepat waktu. Terwujudnya makalah ini, tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu saya selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada:
Puji syukur atas kehadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Makalah Penyakit Berbasis Lingkungan dengan judul “Jenis-jenis Penyakit Berbasis Lingkungan” ini dapat selesai dengan tepat waktu. Terwujudnya makalah ini, tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu saya selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Djoko Purwoko, SKM.,M.Kes selaku dosen pengampu pada mata
kuliah Penyakit Berbasis Lingkungan (PBL) yang telah memberikan ilmu dan sumbangsinya dalam menyusun makalah ini.
2. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan motivasi dan dukungan
baik moral maupun spiritual.
3. Teman-teman yang tercinta yang telah sabar untuk meluangkan
waktunya untuk berdiskusi dalam menyusun makalah ini.
4. Dan semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini.
Dalam makalah ini terdapat beberapa
pembahasan materi mengenai “Jenis Penyakit Berbasis Lingkungan”. Namun dalam
penyusunannya masih terdapat banyak kekurangan oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun diharapkan penulis dari semua pihak, agar kedepannya lebih baik
lagi dalam menyusun makalah.
Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak, baik itu
penulis terlebih kepada pembacanya.
Wasallam
Makassar, September 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Sampul ......................................................................................................................
Kata Pengantar........................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A.
Latar
Belakang .............................................................................................. 1
B.
Tujuan
........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3
A.
Pengertian Penyakit Berbasis Lingkungan ................................................... 3
B. Jenis-jenis Penyakit Berbasis
Lingkungan..................................................... 3
BAB
III PENUTUP.................................................................................................. 17
A.
Kesimpulan.................................................................................................... 17
B.
Saran
............................................................................................................. 17
DAFTAR
PUSTAKA .............................................................................................. 18
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sanitasi merupakan salah satu komponen
dari kesehatan masyarakat. Perilaku sengaja untuk membudidayakan hidup bersih
untuk mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan
bahaya. Sanitasi meliputi penyediaan air, pengelolaan limbah, control vector,
pencegah dan pengontrolan pencemaran tanah, sanitasi makanan, serta pencemaran
udara. Kesehatan lingkungan di Indonesia sangat memprihatinkan. Belum
optimalnya sanitasi ditandai dengan masih tingginya angka kejadian infeksi dan
penyakit menular seperti demam berdarah, kusta, serta hepatitis A yang tidak
ada habisnya Kondisi sanitasi sangat menentukan keberhasilann dari paradigm
pembangunan sehat yang lebih menekankan upaya promotif dan preventif tanpa
mengesampingkan upaya kuratif dan rehabiliaif. Kenyatannya sekarang, kondisi
sanitasi di Indonesia cukup tertinggal dari Malaysia dan Singapura yang lebih
bekomitmen menjaga kebersihan lingkungan.
Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan
penyebab utama kematian di Indonesia. Kecenderungan ini juga semakin
mendapatkan legitimasi seiring dengan munculnya Flu Burung dan Flu Babi, dua
penyakit yang sangat berkaitan dengan sanitasi lingkungan.
Bahkan pada kelompok bayi dan balita, penyakit-penyakit
berbasis lingkungan menyumbangkan lebih 80% dari penyakit yang diderita oleh
bayi dan balita. Keadaan tersebut mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan
kualitas intervensi kesehatan lingkungan. Munculnya kembali beberapa penyakit
menular sebagai akibat dari semakin besarnya tekanan bahaya kesehatan
lingkungan yang berkaitan dengan masalah sanitasi cakupan air bersih dan jamban
keluarga yang masih rendah, perumahan yang tidak sehat, pencemaran makanan oleh
mikroba, telur cacing dan bahan kimia, penanganan sampah dan limbah yang belum
memenuhi syarat kesehatan, vektor penyakit yang tidak terkendali (nyamuk,
lalat, kecoa, ginjal, tikus dan lain-lain), pemaparan akibat kerja (penggunaan
pestisida di bidang pertanian, industri kecil dan sektor informal lainnya),
bencana alam, serta perilaku masyarakat yang belum mendukung ke arah pola hidup
bersih dan sehat.
B.
Tujuan
Tujuannya adalah untuk mengetahui berbagai jenis penyakit
berbasis lingkungan baik secara fisika, kimia, maupun biologi.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Penyakit Berbasis Lingkungan
Kondisi patologis
(kelainan fungsi atau morfologi) suatu organ tubuh yang disebabkan oleh
interaksi manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi
penyakit.
Penyakit yang
memiliki akar atau hubungan yang erat dengan lingkungan dan kependudukan.
B.
Jenis-jenis Penyakit Berbasis
Lingkungan
1.
Biologis
Penyakit berbasis lingkungan yang menular melalui agen biologis
membutuhkan peran agen makhluk hidup seperti virus, bakteri, jamur, prozoa dan
cacing untuk melakukan infeksi. Beberapa penyakit menular yang ditimbulkan oleh
agen biologis,yaitu:
a) Penyakit Virus
1) Influenza
Ø Pengertian
Influenza merupakan penyakit virus yang endemik di seluruh dunia dan sering
menjadi epidemi di banyak negara. Penyebab influenza adalah virus influenza
tipe A,B dan C, virus berukuran 200 nm yang mempunyai selubung virion. Virus
influenza termasuk famili Orthomyxoviridae.
Ø Penularan
Penyakit influenza ditularkan oleh virus influenza melalui udara, menyerang
saluran pernapasan, akibatnya penderita mengalami kesulitan bernapas.
Ø Gejala klinis influenza
Sesudah masa inkubasi 1-2 hari, gejala umum dan keluhan yang tidak khas
terjadi berupa malaise umum, sistem kataral sistemik, demam menggigil,
kadang-kadang muntah dan diare, sakit kepala, mialga dan sakit tenggorok. Daya
tahan tubuh penderita dan adanya infeksi sekunder mempengaruhi beratnya
influenza. Komplikasi influenza berupa infeksi sekunder bakteril dengan kuman
Staphyllococcus aureus, Haemophyllus influenzae dan pneumokokus dapat
menimbulkan otitis, sinusitis, mastoiditis, bronkiolitis, bronkopneumoni,
miokarditis dan perikarditis.
Ø Pencegahan
Salah satu pencegahan adalah dengan menggunakan vaksin influenza yang
mengandung virus A dan B dan disebutkan dapat mengurangi terjadinya infeksi
yang disebabkan oleh virus H5N1 atau flu burung dan juga pencegahan flu pada
usia 5 – 50 tahun. Golongan yang memerlukan vaksini ini antara lain : usia >
65 th, memiliki penyakit kronis lainnya (paru-paru, jantung, darah dan ginjal,
DM), memiliki gangguan sistem pertahanan tubuh, dan petugas kesehatan.
Dianjurkan untuk memberikan vaksin sebelum musim dingin atau musim hujan.
Selain itu perubahan perilaku masyarakat dengan gaya hidup yang sehat dapat
mengurangi terjadinya penyakit influenza ini.
2) Varicella atau Cacar Air
Ø Pengertian
Cacar air atau Varicella simplex adalah
suatu penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus
Varicella zoster. Penyakit ini disebarkan secara aerogen.
Ø Penularan
Penyakit varicella atau cacar air ditularkan oleh virus Varicella
zoster melalui udara, menyerang lapisan kulit, akibatnya penderita
mengalami gatal – gatal dan nyeri kulit seperti bisul.
Ø Gejala Klinis
Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek,
cepat merasa lelah, lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi
virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa didapatkan nyeri sendi, sakit kepala
dan pusing. Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan
pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di
sekitar dada dan perut atau punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan
wajah.
Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan
dinding tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga
dapat tergaruk tak sengaja. Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera
mengering membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan terlepas dan
meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi).
Bercak ini lama-kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan
meninggalkan bekas lagi.
Ø Pencegahan
Imunisasi tersedia bagi anak-anak yang berusia lebih dari 12 bulan.
Imunisasi ini dianjurkan bagi orang di atas usia 12 tahun yang tidak mempunyai
kekebalan.Penyakit ini erat kaitannya dengan kekebalan tubuh.
3) Variola
Ø Pengertian
Cacar adalah penyakit virus sistemik dengan gejala khas adanya erupsi
kulit. Kebanyakan cacar dikelirukan dengan cacar air dimana lesi dikulit pada
cacar air umumnya muncul dalam bentuk successive crops (berhubungan satu sama
lain) dengan tingkat yang berbeda disaat yang sama.
Ø Penularan
Penyakit cacar ditularkan oleh Variola virus , spesies Orthopoxvirus
melalui udara. Penularan umumnya terjadi pada saat muncul wabah dimana 50% dari
mereka yang tidak divaksinasi akan tertulari. Penyakit ini menyerang bagian
kulit tubuh, hampir sama dengan cacar air. Namun penyakit cacar tidak
mengelurakan cairan.
Ø Gejala Klinis
Penyakit muncul mendadak dengan gejala demam, tidak nafsu makan, sakit
kepala, badan lemah, sakit pinggang berat, kadang-kadang sakit perut dan
muntah; gambaran klinis menyerupai influenza.
Cacar dapat dikenal dengan jelas pada awal sakit, ditandai dengan munculnya
lesi kulit kurang lebih secara simultan pada saat suhu tubuh meningkat, bentuk
lesi yang mirip satu sama lain pada daerah yang sama
Ø Pencegahan
Pencegahan pada penyakit cacar yakni dengan mandi dua kali sehari,
cuci tangan stelah beraktivitas, serta menjaga kebersihan lingkungan.
b) Penyakit Bakteri
1) TBC Paru
Ø Pengertian
Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Sumber
penularan adalah penderita TB BTA positif pada waktu batuk atau bersin,
penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak).
Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama
beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam
saluran pernafasan. Setelah kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia melalui
pernafasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya,
melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau
penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.
Ø Penularan
Penularan penyakit TBC adalah melalui udara yang tercemar oleh
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan/dikeluarkan oleh si penderita TBC
saat batuk, dimana pada anak-anak umumnya sumber infeksi adalah berasal dari
orang dewasa yang menderita TBC. Masuknya Mikobakterium tuberkulosa kedalam
organ paru menyebabkan infeksi pada paru-paru, dimana segeralah terjadi
pertumbuhan koloni bakteri yang berbentuk bulat (globular).
Ø Gejala Klinis
Gejala penyakit TBC yakni batuk dalam jangka waktu yang lama, demam tinggi
serta sering keringat dingin.
Ø Pencegahan
a) Status sosial ekonomi rendah yang merupakan faktor menjadi sakit,
seperti kepadatan hunian, dengan meningkatkan pendidikan kesehatan.
b) Tersedia sarana-sarana kedokteran, pemeriksaan penderita, kontak
atau suspect gambas, sering dilaporkan, pemeriksaan dan pengobatan dini bagi
penderita, kontak, suspect, perawatan.
c) Pengobatan preventif, diartikan sebagai tindakan keperawatan
terhadap penyakit inaktif dengan pemberian pengobatan INH sebagai pencegahan.
d) BCG, vaksinasi, diberikan pertama-tama kepada bayi dengan
perlindungan bagi ibunya dan keluarhanya. Diulang 5 tahun kemudian pada 12
tahun ditingkat tersebut berupa tempat pencegahan.
e) Memberantas penyakti TBC pada pemerah air susu dan tukang potong
sapi, dan pasteurisasi air susu sapi.
f) Tindakan mencegah bahaya penyakit paru kronis karean menghirup
udara yang tercemar debu para pekerja tambang, pekerja semen dan sebagainya.
g) Pemeriksaan bakteriologis dahak pada orang dengan gejala tbc paru.
h) Pemeriksaan screening dengan tubercullin test pada kelompok
beresiko tinggi, seperti para emigrant, orang-orang kontak dengan penderita,
petugas dirumah sakit, petugas/guru disekolah, petugas foto rontgen.
i) Pemeriksaan foto rontgen pada orang-orang yang positif dari hasil
pemeriksaan tuberculin test.
2) Difteri
Ø Pengertian
Difteri/ Diphteria adalah penyakit infeksi bakteri yang disebabkan
oleh Corynebacterium diphteriae, yang umumnya menyerang membran
mukosa yang melapisi hidung dan tenggorokan serta tonsil. Akibatnya tenggorokan
menjadi terinflamasi dan inflamasi ini dapat menyebar ke kotak suara ( larynx)
sehingga mempersempit saluran pernafasan.
Ø Penularan
Penularan
penyakit difteri terjadi melalui tetes udara yang dikeluarkan oleh
penderita ketika batuk atau bersin. Penularan juga dapat terjadi melalui
tissue/ sapu tangan atau gelas bekas minum penderita atau menyentuh luka
penderita.
Anak-anak usia kurang dari 5 tahun dan orang tua usia diatas 60 tahun
sangat beresiko tertular penyakit difteri, demikian pula mereka yang tinggal
di lingkungan padat penduduk atau lingkungan yang kurang bersih dan juga mereka
yang kurang gizi dan tidak diimunisasi DTP.
Ø Gejala Klinis
a) Ada membran tebal warna abu-abu yang melapisi
tenggorokan dan tonsil ( ciri khas )
b) Sakit tenggorokan dan suara serak
c) Sakit ketika menelan
d) Kelenjar getah bening di leher membengkak
e) Kesulitan bernafas dan nafas cepat
f) Keluar cairan dari hidung
g) Demam dan menggigil
h) Malaise
Tanda dan gejala umumnya muncul 2-5 hari setelah terinfeksi, namun mungkin
juga baru muncul 10 hari kemudian.
Ø Pencegahan
Pencegahan penyakit difteri adalah dengan memberikan imunisasi DTP
saat anak berumur 2, 4, 6, 18 bulan dan 5 tahun. Sedangkan pada usia 10 tahun
dan 18 tahun diberikan imunisasi TD ( Toxoid Difteri ) saja. Bila pada suntikan
DTP pertama terjadi reaksi yang berat maka sebaiknya suntikan berikut jangan
diberikan DTP lagi melainkan DT saja (tanpa P). (Prof. DR.A.H. Markum, 2000).
3) Meningitis
Ø Pengertian
Penyakit meningitis adalah infeksi pada lapisan otak dan urat saraf
tulang belakang. Meningitis merupakan infeksi yang dapat mengancam nyawa.
Bila tidak ditangani dapat terjadi pembengkakan otak, kecacatan tetap, koma
bahkan kematian.
Ø Penularan
Penyakit meningitis yang disebabkan oleh bakteri tertentu dan merupakan
penyakit yang serius. Salah satu contoh bakterinya yaitu Meningococcal
bacteria.Penyakit ini menular melalui kontak dengan udara bebas.
Ø Gejala
Gejala awal penyakit meningitis yaitu demam, sakit kepala, kaku kuduk,
sakit tenggorokan, dan muntah. Selain itu juga pada orang dewasa menjadi lebih
mudah tersinggung, linglung, dan sangat mengantuk, hingga terjadi penurunan
kesadaran koma bahkan meninggal.
Ø Pencegahan
Menjaga hygiene merupakan cara yang paling baik untuk menghindari transmisi
penyakit. Antibiotik diberikan untuk mencegah meningitis pada orang yang kontak
dekat dengan orang yang menderita meningitis.
c) Penyakit Jamur
1) Askariasis
Ø Penyebab
Askariasis disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides yang oleh masyarakat
umum dikenal sebagai cacing gelang.
Ø Penularan
Penularan askariasis dapat terjadi melalui beberapa jalan, yaitu telur
infektif masuk mulut bersama makanan dan minuman yang tercemar, melalui tangan
yang kotor, atau telur infektif terhirup melalui udara bersama debu.
Ø Gejala klinis
Pada manusia cacing dewasa dapat menimbulkan berbagai akibat mekanik, yaitu
obstruksi usus, intususepsi, dan perforasi ulkus yang ada di usus.
Ø Diagnosis
Diagnosis pasti askariasis ditegakkan jika melalui pemeriksaan makroskopis
terhadap tinja atau muntahan penderita ditemukan cacing dewasa.
Ø Pencegahan
1. Membuat kakus yang baik untuk
menghundari pencemaran tanah dengan tinja penderita.
2. Mencegah masuknya telur cacing yang
mencemari makanan atau minuman dengan selalu memasak makanan dan minuman sebelum
dumakan atau diminum
3. Menjaga kebersihan perorangan
d) Penyakit Protozoa
1) Toksoplasmosis
Ø Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh Toxoplasma gondii menyebabkan penyakit
toksoplasmosis pada manusia dan hewan. Parasit ini dapat menimbulkan radang
pada kulit, kelenjar getah bening, jantung, paru, mata, otak dan selaput otak.
Ø Penularan
Penularan pada manusia dapat terjadi melalui dapatan (acquired) atau secara
kongenital dari ibu ke bayi yang dikandungnya.Secara dapatan, penularan dapat
terjadi melalui makanan mentah atau kurang masak yang mengandung psedokista
(dalam daging, susu sapi atau telur unggas), penularan melalui udara atau
droplet infection (berasal dari penderita pneumonitis toksoplasmosis) dan
melalui kulit yang kontak dengan jaringan yang infektif atau ekskreta hewan
misalnya kucing, anjing, babi atau roden yang sakit.
Ø Gejala klinis
Pada orang dewasa, gejala klinik tidak jelas dan tidak ada keluhan
penderita. Gejala yang jelas terjadi pada penderita yang menderita
toksoplasmosis kongenital karena luasnya kerusakan organ dan sistem saraf
penderita (bayi dan anak).
Ø Diagnosis
Diagnosis pasti ditetapkan sesudah dilakukan pemeriksaan mikroskopik
histologis secara langsung atau hasil biopsi atau pungsi atau otopsi atas
jaringan penderita, dan pemeriksaan jaringan berasal dari hewan coba yang
diinokulasi dengan bahan infektif.
Ø Pencegahan
1. Selalu memasak makanan dan minuman
2. Menghindari kontak langsung dengan
daging atau jaringan hewan yang sedang diproses
3. Menjaga kebersihan lingkungan
4. Hewan-hewan penderita toksoplasmosis
juga harus segera diobati atau dimusnahkan
2.
Kimia
1) Asbestosis
Ø Pengertian
Asbestosis adalah suatu penyakit saluran pernafasan yang terjadi akibat
menghirup serat-serat asbes, dimana pada paru-paru terbentuk jaringan parut
yang luas. Asbestos terdiri dari serat silikat mineral dengan komposisi kimiawi
yang berbeda. Jika terhisap, serat asbes mengendap di dalam dalam paru-paru,
menyebabkan parut. Menghirup asbes jugs dapat menyebabkan
penebalan pleura atau selaput yang melapisi paru-paru (www.dokter-online.co.nr,
2006).
Ø Penyebab
Penyebab asbestosis adalah serat asbes, dimana serat asbes sukar untuk
dihancurkan, bahkan oleh makrofag. Ketika makrofag mencoba untuk mencernakan
serat asbes, sering mengalami kegagalan sebab seratnya terlalu kuat dan ikatan
rantainya sangat kuat untuk diuraikan. Pada proses ini, makrofag menghasilkan
unsur yang diharapkan dapat menghancurkan benda asing, tetapi hal itu dapat
juga merugikan alveoli. Hal ini akan menyebabkan terjadinya inflamasi pada
alveoli dan secepatnya dapat meninggalkan parut.
Ø Penyebaran
Debu asbes yang terhirup masuk ke dalam paru-paru akan mengakibatkan gejala
sesak napas dan batuk-batuk yang disertai dengan dahak. Ujung-ujung jari
penderitanya akan tampak membesar / melebar. Apabila dilakukan pemeriksaan pada
dahak maka akan tampak adanya debu asbes dalam dahak tersebut. Pemakaian
asbes untuk berbagai macam keperluan kiranya perlu diikuti dengan kesadaran
akan keselamatan dan kesehatan lingkungan agar jangan sampai mengakibatkan
asbestosis ini.
Ø Pencegahan
1. Health Promotion
a. Pendidikan kesehatan kepada pekerja
b. Peningkatan dan perbaikan gizi pekerja
c. Perkembangan kejiwaan pekerja yang
sehat
d. Penyediaan tempat dan lingkungan kerja
yang sehat
e. Pemeriksaan sebelum bekerja (Effendy,
1997)
2. Specific Protection
a. Penggunaan masker bagi pekerja yang
beresiko tinggi dapat mengurangi pemaparan.
b. Asbestosis dapat dicegah dengan
mengurangi kadar serat dan debu asbes di lingkungan kerja.
c. Pengendalian penggunaan asbes di tempat
kerja ini adalah metoda yang paling efektif untuk mencegah asbestosis.
d. Ventilasi udara yang cukup di ruang
kerja
e. Untuk mengurangi resiko terjadinya
kanker paru-paru, kepada para pekerja yang berhubungan dengan asbes, dianjurkan
untuk berhenti merokok.
f. Guna menghindari sumber penyakit yang
akan tersebar pada pihak keluarga, disarankan setiap pekerja untuk mencuci
pakaian kerjanya di pabrik, dan menggantinya dengan pakaian bersih untuk
kembali ke rumah. Sehingga semua pakaian kerja tidak ada yang dibawa pulang,
dan pekerja membersihkan diri atau mandi sebelum kembali ke rumah masing-masing
(Aditama TY, 1992).
3. Early Diagnostic
a. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan:
b. Terdengar suara ronki keying
c. Diikuti dengan keluhan takipnue, dan
sianosis
d. Dapat terlihat adanya jari tabuh.
e. Pergerakan dada menjadi berkurang
f. pada stadium lanjut dapat ditemukan kor
pulmonal dan mungkin gagal jantung (Aditama TY, 1992).
3.
Fisika
a) Kebisingan
1) Sensorineural hearing loss
Ø Pengertian
Gangguan
pendengaran sensorineural (HPS) adalah jenis gangguan pendengaran di mana akar penyebab
terletak pada saraf vestibulocochlear ( saraf kranial VIII), bagian dalam
telinga , atau pusat-pusat pengolahan sentral dari otak . Gangguan pendengaran
sensorineural dapat ringan, sedang, atau berat, termasuk tuli total.
Ø Penyebab
Sebagian
besar gangguan pendengaran sensorineural manusia disebabkan oleh kelainan pada
sel-sel rambut dari organ Corti di koklea. Gangguan telinga ini juga bisa
disebabkan akibat kebisingan di atas ambang batas yang terus menerus.
Ø Pencegahan
1. Pengendalian secara teknis: Meredam
sumber bising dengan jalan memberi bantalan karet untuk mengurangi getaran
peralatan dari logam, mengurangi jatuhnya
2. Pengendalian secara administrative: Pengendalian
ini meliputi rotasi kerja pada pekerja yang terpapar oleh kebisingan dengan
intensitas tinggi ke tempat atau bagian lain yang lebih rendah, cara mengurangi
paparan bising dan melindungi pendengaran.
3. Pemakaian alat pelindung telinga: Pengendalian
ini tergantung terhadap pemilihan peralatan yang tepat untuk tingkat kebisingan
tertentu, kelayakan dan cara merawat peralatan.
b) Suhu
1) Hipotermia
Ø Pengertian
Hipotermia
adalah kondisi darurat medis yang terjadi ketika tubuh kehilangan panas lebih
cepat dari pada saat tubuh menghasilkan panas sehingga suhu tubuh pun
menjadi sangat rendah. Penderita hipotermia suhu tubuhnya di bawah 36
derajat Celcius padahal suhu tubuh manusia normal adalah 37 derajat Celcius.
Ø Penyebab
Penyebab
Hipotermia yakni pasti ada kontak dengan lingkungan dingin, ada gangguan
penyakit yang tengah diderita, penggunaan obat - obatan ataupun alkohol serta
radang pankreas.
Ø Pencegahan:
1.Pindahkan
ke tempat kering yang teduh. Ganti pakaian basah dengan pakaian kering yang
hangat, selimuti untuk mencegah kedinginan. Jika tersedia, gunakan bahan tahan
angin, seperti alumunium foil atau plastik untuk perlindungan lebih lanjut.
Panas tubuh dari orang lain juga bagus untuk diberikan, suruh seseorang melepas
pakaian, dan berbagi pakai selimut dengan si korban. Jika penderita sadar,
berikan minuman hangat jangan memberikan minuman alkohol. Segeralah cari
bantuan medis.
2.Bila kita
melakukan kegiatan luar ruangan ( pendakian gunung khususnya ) pada musim hujan
atau di daerah dengan curah hujan tinggi, harus membawa jas hujan, pakaian
hangat ( jaket tahan air dan tahan angin ) dan pakaian ganti yang berlebih dua
tiga stel, serta kaus tangan, kaus kaki dan topi ninja juga sangat penting.
Perlengkapan yang tidak kalah pentingnya adalah sepatu pendakian yang baik dan
dapat menutupi sampai mata kaki, jangan pakai sendal gunung atau bahkan jangan
pakai sendal jepit.
3.Bawa
makanan yang cepat dibakar menjadi kalori, seperti gula jawa, coklat dll. Dalam
perjalanan banyak “ngemil” untuk mengganti energi yang hilang.
4.
Bila angin bertiup kencang, maka segeralah memakai perlengkapan pakaian hangat,
seperti jaket dan kaus tangan. Kehilangan panas tubuh tidak terasa oleh kita,
dan tahu- tahu saja kita jatuh sakit.
BAB IV
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
pembahasan materi di atas dapat disimpulkan ada 3 macam agent yang dapat
menyebabkan penyakit berbasis lingkungan, yaitu: secara biologis, kimia, dan
fisik, serta kita juga dapat mengetahui jenis-jenis penyakit berbasis
lingkungan tersebut.
B.
Saran
Ada beberapa saran yang perlu kami
sampaikan kepada pihak – pihak terkait
1) Pemerintah perlu mensosialisakan
mengenai perilaku hidup sehat yang harus dijalankan oleh masyarakat, terkait
dengan munculnya berbagai penyakit berbasis lingkungan.
2) Para cendikiawan, seyogyanya perlu
melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh lingkungan terhadap
munculnya berbagai penyakit baru.
3) Sarjana Kesehatan Masyarakat perlu
melakukan berbagai upaya tindakan preventif terhadap perkembangan penyakit
berbasis lingkungan yang dapat diikuti oleh seluruh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
http://iddamahfiroh.blogspot.com/2013/04/penyakit-berbasis-lingkungan-udara_4230.html (diakses pada
12-09-2014)
http://febryaristian.blogspot.com/2011/05/contoh-makalah.html (diakses pada tanggal 16-09-2014)
Langganan:
Postingan (Atom)
MAKALAH PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN
Written on 14.06.00 by Unknown
MATA KULIAH : PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN
DOSEN :
DJOKO PURWOKO, SKM.,M.Kes
MAKALAH PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN
Oleh:
EVI NURSYAFITRI
PO.71.4.221.13.2.012
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D.IV
2014
Kata
Pengantar
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur atas kehadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Makalah Penyakit Berbasis Lingkungan dengan judul “Jenis-jenis Penyakit Berbasis Lingkungan” ini dapat selesai dengan tepat waktu. Terwujudnya makalah ini, tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu saya selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada:
Puji syukur atas kehadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Makalah Penyakit Berbasis Lingkungan dengan judul “Jenis-jenis Penyakit Berbasis Lingkungan” ini dapat selesai dengan tepat waktu. Terwujudnya makalah ini, tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu saya selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Djoko Purwoko, SKM.,M.Kes selaku dosen pengampu pada mata
kuliah Penyakit Berbasis Lingkungan (PBL) yang telah memberikan ilmu dan sumbangsinya dalam menyusun makalah ini.
2. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan motivasi dan dukungan
baik moral maupun spiritual.
3. Teman-teman yang tercinta yang telah sabar untuk meluangkan
waktunya untuk berdiskusi dalam menyusun makalah ini.
4. Dan semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini.
Dalam makalah ini terdapat beberapa
pembahasan materi mengenai “Jenis Penyakit Berbasis Lingkungan”. Namun dalam
penyusunannya masih terdapat banyak kekurangan oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun diharapkan penulis dari semua pihak, agar kedepannya lebih baik
lagi dalam menyusun makalah.
Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak, baik itu
penulis terlebih kepada pembacanya.
Wasallam
Makassar, September 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Sampul ......................................................................................................................
Kata Pengantar........................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A.
Latar
Belakang .............................................................................................. 1
B.
Tujuan
........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3
A.
Pengertian Penyakit Berbasis Lingkungan ................................................... 3
B. Jenis-jenis Penyakit Berbasis
Lingkungan..................................................... 3
BAB
III PENUTUP.................................................................................................. 17
A.
Kesimpulan.................................................................................................... 17
B.
Saran
............................................................................................................. 17
DAFTAR
PUSTAKA .............................................................................................. 18
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sanitasi merupakan salah satu komponen
dari kesehatan masyarakat. Perilaku sengaja untuk membudidayakan hidup bersih
untuk mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan
bahaya. Sanitasi meliputi penyediaan air, pengelolaan limbah, control vector,
pencegah dan pengontrolan pencemaran tanah, sanitasi makanan, serta pencemaran
udara. Kesehatan lingkungan di Indonesia sangat memprihatinkan. Belum
optimalnya sanitasi ditandai dengan masih tingginya angka kejadian infeksi dan
penyakit menular seperti demam berdarah, kusta, serta hepatitis A yang tidak
ada habisnya Kondisi sanitasi sangat menentukan keberhasilann dari paradigm
pembangunan sehat yang lebih menekankan upaya promotif dan preventif tanpa
mengesampingkan upaya kuratif dan rehabiliaif. Kenyatannya sekarang, kondisi
sanitasi di Indonesia cukup tertinggal dari Malaysia dan Singapura yang lebih
bekomitmen menjaga kebersihan lingkungan.
Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan
penyebab utama kematian di Indonesia. Kecenderungan ini juga semakin
mendapatkan legitimasi seiring dengan munculnya Flu Burung dan Flu Babi, dua
penyakit yang sangat berkaitan dengan sanitasi lingkungan.
Bahkan pada kelompok bayi dan balita, penyakit-penyakit
berbasis lingkungan menyumbangkan lebih 80% dari penyakit yang diderita oleh
bayi dan balita. Keadaan tersebut mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan
kualitas intervensi kesehatan lingkungan. Munculnya kembali beberapa penyakit
menular sebagai akibat dari semakin besarnya tekanan bahaya kesehatan
lingkungan yang berkaitan dengan masalah sanitasi cakupan air bersih dan jamban
keluarga yang masih rendah, perumahan yang tidak sehat, pencemaran makanan oleh
mikroba, telur cacing dan bahan kimia, penanganan sampah dan limbah yang belum
memenuhi syarat kesehatan, vektor penyakit yang tidak terkendali (nyamuk,
lalat, kecoa, ginjal, tikus dan lain-lain), pemaparan akibat kerja (penggunaan
pestisida di bidang pertanian, industri kecil dan sektor informal lainnya),
bencana alam, serta perilaku masyarakat yang belum mendukung ke arah pola hidup
bersih dan sehat.
B.
Tujuan
Tujuannya adalah untuk mengetahui berbagai jenis penyakit
berbasis lingkungan baik secara fisika, kimia, maupun biologi.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Penyakit Berbasis Lingkungan
Kondisi patologis
(kelainan fungsi atau morfologi) suatu organ tubuh yang disebabkan oleh
interaksi manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi
penyakit.
Penyakit yang
memiliki akar atau hubungan yang erat dengan lingkungan dan kependudukan.
B.
Jenis-jenis Penyakit Berbasis
Lingkungan
1.
Biologis
Penyakit berbasis lingkungan yang menular melalui agen biologis
membutuhkan peran agen makhluk hidup seperti virus, bakteri, jamur, prozoa dan
cacing untuk melakukan infeksi. Beberapa penyakit menular yang ditimbulkan oleh
agen biologis,yaitu:
a) Penyakit Virus
1) Influenza
Ø Pengertian
Influenza merupakan penyakit virus yang endemik di seluruh dunia dan sering
menjadi epidemi di banyak negara. Penyebab influenza adalah virus influenza
tipe A,B dan C, virus berukuran 200 nm yang mempunyai selubung virion. Virus
influenza termasuk famili Orthomyxoviridae.
Ø Penularan
Penyakit influenza ditularkan oleh virus influenza melalui udara, menyerang
saluran pernapasan, akibatnya penderita mengalami kesulitan bernapas.
Ø Gejala klinis influenza
Sesudah masa inkubasi 1-2 hari, gejala umum dan keluhan yang tidak khas
terjadi berupa malaise umum, sistem kataral sistemik, demam menggigil,
kadang-kadang muntah dan diare, sakit kepala, mialga dan sakit tenggorok. Daya
tahan tubuh penderita dan adanya infeksi sekunder mempengaruhi beratnya
influenza. Komplikasi influenza berupa infeksi sekunder bakteril dengan kuman
Staphyllococcus aureus, Haemophyllus influenzae dan pneumokokus dapat
menimbulkan otitis, sinusitis, mastoiditis, bronkiolitis, bronkopneumoni,
miokarditis dan perikarditis.
Ø Pencegahan
Salah satu pencegahan adalah dengan menggunakan vaksin influenza yang
mengandung virus A dan B dan disebutkan dapat mengurangi terjadinya infeksi
yang disebabkan oleh virus H5N1 atau flu burung dan juga pencegahan flu pada
usia 5 – 50 tahun. Golongan yang memerlukan vaksini ini antara lain : usia >
65 th, memiliki penyakit kronis lainnya (paru-paru, jantung, darah dan ginjal,
DM), memiliki gangguan sistem pertahanan tubuh, dan petugas kesehatan.
Dianjurkan untuk memberikan vaksin sebelum musim dingin atau musim hujan.
Selain itu perubahan perilaku masyarakat dengan gaya hidup yang sehat dapat
mengurangi terjadinya penyakit influenza ini.
2) Varicella atau Cacar Air
Ø Pengertian
Cacar air atau Varicella simplex adalah
suatu penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus
Varicella zoster. Penyakit ini disebarkan secara aerogen.
Ø Penularan
Penyakit varicella atau cacar air ditularkan oleh virus Varicella
zoster melalui udara, menyerang lapisan kulit, akibatnya penderita
mengalami gatal – gatal dan nyeri kulit seperti bisul.
Ø Gejala Klinis
Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek,
cepat merasa lelah, lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi
virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa didapatkan nyeri sendi, sakit kepala
dan pusing. Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan
pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di
sekitar dada dan perut atau punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan
wajah.
Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan
dinding tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga
dapat tergaruk tak sengaja. Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera
mengering membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan terlepas dan
meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi).
Bercak ini lama-kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan
meninggalkan bekas lagi.
Ø Pencegahan
Imunisasi tersedia bagi anak-anak yang berusia lebih dari 12 bulan.
Imunisasi ini dianjurkan bagi orang di atas usia 12 tahun yang tidak mempunyai
kekebalan.Penyakit ini erat kaitannya dengan kekebalan tubuh.
3) Variola
Ø Pengertian
Cacar adalah penyakit virus sistemik dengan gejala khas adanya erupsi
kulit. Kebanyakan cacar dikelirukan dengan cacar air dimana lesi dikulit pada
cacar air umumnya muncul dalam bentuk successive crops (berhubungan satu sama
lain) dengan tingkat yang berbeda disaat yang sama.
Ø Penularan
Penyakit cacar ditularkan oleh Variola virus , spesies Orthopoxvirus
melalui udara. Penularan umumnya terjadi pada saat muncul wabah dimana 50% dari
mereka yang tidak divaksinasi akan tertulari. Penyakit ini menyerang bagian
kulit tubuh, hampir sama dengan cacar air. Namun penyakit cacar tidak
mengelurakan cairan.
Ø Gejala Klinis
Penyakit muncul mendadak dengan gejala demam, tidak nafsu makan, sakit
kepala, badan lemah, sakit pinggang berat, kadang-kadang sakit perut dan
muntah; gambaran klinis menyerupai influenza.
Cacar dapat dikenal dengan jelas pada awal sakit, ditandai dengan munculnya
lesi kulit kurang lebih secara simultan pada saat suhu tubuh meningkat, bentuk
lesi yang mirip satu sama lain pada daerah yang sama
Ø Pencegahan
Pencegahan pada penyakit cacar yakni dengan mandi dua kali sehari,
cuci tangan stelah beraktivitas, serta menjaga kebersihan lingkungan.
b) Penyakit Bakteri
1) TBC Paru
Ø Pengertian
Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Sumber
penularan adalah penderita TB BTA positif pada waktu batuk atau bersin,
penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak).
Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama
beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam
saluran pernafasan. Setelah kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia melalui
pernafasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya,
melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau
penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.
Ø Penularan
Penularan penyakit TBC adalah melalui udara yang tercemar oleh
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan/dikeluarkan oleh si penderita TBC
saat batuk, dimana pada anak-anak umumnya sumber infeksi adalah berasal dari
orang dewasa yang menderita TBC. Masuknya Mikobakterium tuberkulosa kedalam
organ paru menyebabkan infeksi pada paru-paru, dimana segeralah terjadi
pertumbuhan koloni bakteri yang berbentuk bulat (globular).
Ø Gejala Klinis
Gejala penyakit TBC yakni batuk dalam jangka waktu yang lama, demam tinggi
serta sering keringat dingin.
Ø Pencegahan
a) Status sosial ekonomi rendah yang merupakan faktor menjadi sakit,
seperti kepadatan hunian, dengan meningkatkan pendidikan kesehatan.
b) Tersedia sarana-sarana kedokteran, pemeriksaan penderita, kontak
atau suspect gambas, sering dilaporkan, pemeriksaan dan pengobatan dini bagi
penderita, kontak, suspect, perawatan.
c) Pengobatan preventif, diartikan sebagai tindakan keperawatan
terhadap penyakit inaktif dengan pemberian pengobatan INH sebagai pencegahan.
d) BCG, vaksinasi, diberikan pertama-tama kepada bayi dengan
perlindungan bagi ibunya dan keluarhanya. Diulang 5 tahun kemudian pada 12
tahun ditingkat tersebut berupa tempat pencegahan.
e) Memberantas penyakti TBC pada pemerah air susu dan tukang potong
sapi, dan pasteurisasi air susu sapi.
f) Tindakan mencegah bahaya penyakit paru kronis karean menghirup
udara yang tercemar debu para pekerja tambang, pekerja semen dan sebagainya.
g) Pemeriksaan bakteriologis dahak pada orang dengan gejala tbc paru.
h) Pemeriksaan screening dengan tubercullin test pada kelompok
beresiko tinggi, seperti para emigrant, orang-orang kontak dengan penderita,
petugas dirumah sakit, petugas/guru disekolah, petugas foto rontgen.
i) Pemeriksaan foto rontgen pada orang-orang yang positif dari hasil
pemeriksaan tuberculin test.
2) Difteri
Ø Pengertian
Difteri/ Diphteria adalah penyakit infeksi bakteri yang disebabkan
oleh Corynebacterium diphteriae, yang umumnya menyerang membran
mukosa yang melapisi hidung dan tenggorokan serta tonsil. Akibatnya tenggorokan
menjadi terinflamasi dan inflamasi ini dapat menyebar ke kotak suara ( larynx)
sehingga mempersempit saluran pernafasan.
Ø Penularan
Penularan
penyakit difteri terjadi melalui tetes udara yang dikeluarkan oleh
penderita ketika batuk atau bersin. Penularan juga dapat terjadi melalui
tissue/ sapu tangan atau gelas bekas minum penderita atau menyentuh luka
penderita.
Anak-anak usia kurang dari 5 tahun dan orang tua usia diatas 60 tahun
sangat beresiko tertular penyakit difteri, demikian pula mereka yang tinggal
di lingkungan padat penduduk atau lingkungan yang kurang bersih dan juga mereka
yang kurang gizi dan tidak diimunisasi DTP.
Ø Gejala Klinis
a) Ada membran tebal warna abu-abu yang melapisi
tenggorokan dan tonsil ( ciri khas )
b) Sakit tenggorokan dan suara serak
c) Sakit ketika menelan
d) Kelenjar getah bening di leher membengkak
e) Kesulitan bernafas dan nafas cepat
f) Keluar cairan dari hidung
g) Demam dan menggigil
h) Malaise
Tanda dan gejala umumnya muncul 2-5 hari setelah terinfeksi, namun mungkin
juga baru muncul 10 hari kemudian.
Ø Pencegahan
Pencegahan penyakit difteri adalah dengan memberikan imunisasi DTP
saat anak berumur 2, 4, 6, 18 bulan dan 5 tahun. Sedangkan pada usia 10 tahun
dan 18 tahun diberikan imunisasi TD ( Toxoid Difteri ) saja. Bila pada suntikan
DTP pertama terjadi reaksi yang berat maka sebaiknya suntikan berikut jangan
diberikan DTP lagi melainkan DT saja (tanpa P). (Prof. DR.A.H. Markum, 2000).
3) Meningitis
Ø Pengertian
Penyakit meningitis adalah infeksi pada lapisan otak dan urat saraf
tulang belakang. Meningitis merupakan infeksi yang dapat mengancam nyawa.
Bila tidak ditangani dapat terjadi pembengkakan otak, kecacatan tetap, koma
bahkan kematian.
Ø Penularan
Penyakit meningitis yang disebabkan oleh bakteri tertentu dan merupakan
penyakit yang serius. Salah satu contoh bakterinya yaitu Meningococcal
bacteria.Penyakit ini menular melalui kontak dengan udara bebas.
Ø Gejala
Gejala awal penyakit meningitis yaitu demam, sakit kepala, kaku kuduk,
sakit tenggorokan, dan muntah. Selain itu juga pada orang dewasa menjadi lebih
mudah tersinggung, linglung, dan sangat mengantuk, hingga terjadi penurunan
kesadaran koma bahkan meninggal.
Ø Pencegahan
Menjaga hygiene merupakan cara yang paling baik untuk menghindari transmisi
penyakit. Antibiotik diberikan untuk mencegah meningitis pada orang yang kontak
dekat dengan orang yang menderita meningitis.
c) Penyakit Jamur
1) Askariasis
Ø Penyebab
Askariasis disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides yang oleh masyarakat
umum dikenal sebagai cacing gelang.
Ø Penularan
Penularan askariasis dapat terjadi melalui beberapa jalan, yaitu telur
infektif masuk mulut bersama makanan dan minuman yang tercemar, melalui tangan
yang kotor, atau telur infektif terhirup melalui udara bersama debu.
Ø Gejala klinis
Pada manusia cacing dewasa dapat menimbulkan berbagai akibat mekanik, yaitu
obstruksi usus, intususepsi, dan perforasi ulkus yang ada di usus.
Ø Diagnosis
Diagnosis pasti askariasis ditegakkan jika melalui pemeriksaan makroskopis
terhadap tinja atau muntahan penderita ditemukan cacing dewasa.
Ø Pencegahan
1. Membuat kakus yang baik untuk
menghundari pencemaran tanah dengan tinja penderita.
2. Mencegah masuknya telur cacing yang
mencemari makanan atau minuman dengan selalu memasak makanan dan minuman sebelum
dumakan atau diminum
3. Menjaga kebersihan perorangan
d) Penyakit Protozoa
1) Toksoplasmosis
Ø Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh Toxoplasma gondii menyebabkan penyakit
toksoplasmosis pada manusia dan hewan. Parasit ini dapat menimbulkan radang
pada kulit, kelenjar getah bening, jantung, paru, mata, otak dan selaput otak.
Ø Penularan
Penularan pada manusia dapat terjadi melalui dapatan (acquired) atau secara
kongenital dari ibu ke bayi yang dikandungnya.Secara dapatan, penularan dapat
terjadi melalui makanan mentah atau kurang masak yang mengandung psedokista
(dalam daging, susu sapi atau telur unggas), penularan melalui udara atau
droplet infection (berasal dari penderita pneumonitis toksoplasmosis) dan
melalui kulit yang kontak dengan jaringan yang infektif atau ekskreta hewan
misalnya kucing, anjing, babi atau roden yang sakit.
Ø Gejala klinis
Pada orang dewasa, gejala klinik tidak jelas dan tidak ada keluhan
penderita. Gejala yang jelas terjadi pada penderita yang menderita
toksoplasmosis kongenital karena luasnya kerusakan organ dan sistem saraf
penderita (bayi dan anak).
Ø Diagnosis
Diagnosis pasti ditetapkan sesudah dilakukan pemeriksaan mikroskopik
histologis secara langsung atau hasil biopsi atau pungsi atau otopsi atas
jaringan penderita, dan pemeriksaan jaringan berasal dari hewan coba yang
diinokulasi dengan bahan infektif.
Ø Pencegahan
1. Selalu memasak makanan dan minuman
2. Menghindari kontak langsung dengan
daging atau jaringan hewan yang sedang diproses
3. Menjaga kebersihan lingkungan
4. Hewan-hewan penderita toksoplasmosis
juga harus segera diobati atau dimusnahkan
2.
Kimia
1) Asbestosis
Ø Pengertian
Asbestosis adalah suatu penyakit saluran pernafasan yang terjadi akibat
menghirup serat-serat asbes, dimana pada paru-paru terbentuk jaringan parut
yang luas. Asbestos terdiri dari serat silikat mineral dengan komposisi kimiawi
yang berbeda. Jika terhisap, serat asbes mengendap di dalam dalam paru-paru,
menyebabkan parut. Menghirup asbes jugs dapat menyebabkan
penebalan pleura atau selaput yang melapisi paru-paru (www.dokter-online.co.nr,
2006).
Ø Penyebab
Penyebab asbestosis adalah serat asbes, dimana serat asbes sukar untuk
dihancurkan, bahkan oleh makrofag. Ketika makrofag mencoba untuk mencernakan
serat asbes, sering mengalami kegagalan sebab seratnya terlalu kuat dan ikatan
rantainya sangat kuat untuk diuraikan. Pada proses ini, makrofag menghasilkan
unsur yang diharapkan dapat menghancurkan benda asing, tetapi hal itu dapat
juga merugikan alveoli. Hal ini akan menyebabkan terjadinya inflamasi pada
alveoli dan secepatnya dapat meninggalkan parut.
Ø Penyebaran
Debu asbes yang terhirup masuk ke dalam paru-paru akan mengakibatkan gejala
sesak napas dan batuk-batuk yang disertai dengan dahak. Ujung-ujung jari
penderitanya akan tampak membesar / melebar. Apabila dilakukan pemeriksaan pada
dahak maka akan tampak adanya debu asbes dalam dahak tersebut. Pemakaian
asbes untuk berbagai macam keperluan kiranya perlu diikuti dengan kesadaran
akan keselamatan dan kesehatan lingkungan agar jangan sampai mengakibatkan
asbestosis ini.
Ø Pencegahan
1. Health Promotion
a. Pendidikan kesehatan kepada pekerja
b. Peningkatan dan perbaikan gizi pekerja
c. Perkembangan kejiwaan pekerja yang
sehat
d. Penyediaan tempat dan lingkungan kerja
yang sehat
e. Pemeriksaan sebelum bekerja (Effendy,
1997)
2. Specific Protection
a. Penggunaan masker bagi pekerja yang
beresiko tinggi dapat mengurangi pemaparan.
b. Asbestosis dapat dicegah dengan
mengurangi kadar serat dan debu asbes di lingkungan kerja.
c. Pengendalian penggunaan asbes di tempat
kerja ini adalah metoda yang paling efektif untuk mencegah asbestosis.
d. Ventilasi udara yang cukup di ruang
kerja
e. Untuk mengurangi resiko terjadinya
kanker paru-paru, kepada para pekerja yang berhubungan dengan asbes, dianjurkan
untuk berhenti merokok.
f. Guna menghindari sumber penyakit yang
akan tersebar pada pihak keluarga, disarankan setiap pekerja untuk mencuci
pakaian kerjanya di pabrik, dan menggantinya dengan pakaian bersih untuk
kembali ke rumah. Sehingga semua pakaian kerja tidak ada yang dibawa pulang,
dan pekerja membersihkan diri atau mandi sebelum kembali ke rumah masing-masing
(Aditama TY, 1992).
3. Early Diagnostic
a. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan:
b. Terdengar suara ronki keying
c. Diikuti dengan keluhan takipnue, dan
sianosis
d. Dapat terlihat adanya jari tabuh.
e. Pergerakan dada menjadi berkurang
f. pada stadium lanjut dapat ditemukan kor
pulmonal dan mungkin gagal jantung (Aditama TY, 1992).
3.
Fisika
a) Kebisingan
1) Sensorineural hearing loss
Ø Pengertian
Gangguan
pendengaran sensorineural (HPS) adalah jenis gangguan pendengaran di mana akar penyebab
terletak pada saraf vestibulocochlear ( saraf kranial VIII), bagian dalam
telinga , atau pusat-pusat pengolahan sentral dari otak . Gangguan pendengaran
sensorineural dapat ringan, sedang, atau berat, termasuk tuli total.
Ø Penyebab
Sebagian
besar gangguan pendengaran sensorineural manusia disebabkan oleh kelainan pada
sel-sel rambut dari organ Corti di koklea. Gangguan telinga ini juga bisa
disebabkan akibat kebisingan di atas ambang batas yang terus menerus.
Ø Pencegahan
1. Pengendalian secara teknis: Meredam
sumber bising dengan jalan memberi bantalan karet untuk mengurangi getaran
peralatan dari logam, mengurangi jatuhnya
2. Pengendalian secara administrative: Pengendalian
ini meliputi rotasi kerja pada pekerja yang terpapar oleh kebisingan dengan
intensitas tinggi ke tempat atau bagian lain yang lebih rendah, cara mengurangi
paparan bising dan melindungi pendengaran.
3. Pemakaian alat pelindung telinga: Pengendalian
ini tergantung terhadap pemilihan peralatan yang tepat untuk tingkat kebisingan
tertentu, kelayakan dan cara merawat peralatan.
b) Suhu
1) Hipotermia
Ø Pengertian
Hipotermia
adalah kondisi darurat medis yang terjadi ketika tubuh kehilangan panas lebih
cepat dari pada saat tubuh menghasilkan panas sehingga suhu tubuh pun
menjadi sangat rendah. Penderita hipotermia suhu tubuhnya di bawah 36
derajat Celcius padahal suhu tubuh manusia normal adalah 37 derajat Celcius.
Ø Penyebab
Penyebab
Hipotermia yakni pasti ada kontak dengan lingkungan dingin, ada gangguan
penyakit yang tengah diderita, penggunaan obat - obatan ataupun alkohol serta
radang pankreas.
Ø Pencegahan:
1.Pindahkan
ke tempat kering yang teduh. Ganti pakaian basah dengan pakaian kering yang
hangat, selimuti untuk mencegah kedinginan. Jika tersedia, gunakan bahan tahan
angin, seperti alumunium foil atau plastik untuk perlindungan lebih lanjut.
Panas tubuh dari orang lain juga bagus untuk diberikan, suruh seseorang melepas
pakaian, dan berbagi pakai selimut dengan si korban. Jika penderita sadar,
berikan minuman hangat jangan memberikan minuman alkohol. Segeralah cari
bantuan medis.
2.Bila kita
melakukan kegiatan luar ruangan ( pendakian gunung khususnya ) pada musim hujan
atau di daerah dengan curah hujan tinggi, harus membawa jas hujan, pakaian
hangat ( jaket tahan air dan tahan angin ) dan pakaian ganti yang berlebih dua
tiga stel, serta kaus tangan, kaus kaki dan topi ninja juga sangat penting.
Perlengkapan yang tidak kalah pentingnya adalah sepatu pendakian yang baik dan
dapat menutupi sampai mata kaki, jangan pakai sendal gunung atau bahkan jangan
pakai sendal jepit.
3.Bawa
makanan yang cepat dibakar menjadi kalori, seperti gula jawa, coklat dll. Dalam
perjalanan banyak “ngemil” untuk mengganti energi yang hilang.
4.
Bila angin bertiup kencang, maka segeralah memakai perlengkapan pakaian hangat,
seperti jaket dan kaus tangan. Kehilangan panas tubuh tidak terasa oleh kita,
dan tahu- tahu saja kita jatuh sakit.
BAB IV
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
pembahasan materi di atas dapat disimpulkan ada 3 macam agent yang dapat
menyebabkan penyakit berbasis lingkungan, yaitu: secara biologis, kimia, dan
fisik, serta kita juga dapat mengetahui jenis-jenis penyakit berbasis
lingkungan tersebut.
B.
Saran
Ada beberapa saran yang perlu kami
sampaikan kepada pihak – pihak terkait
1) Pemerintah perlu mensosialisakan
mengenai perilaku hidup sehat yang harus dijalankan oleh masyarakat, terkait
dengan munculnya berbagai penyakit berbasis lingkungan.
2) Para cendikiawan, seyogyanya perlu
melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh lingkungan terhadap
munculnya berbagai penyakit baru.
3) Sarjana Kesehatan Masyarakat perlu
melakukan berbagai upaya tindakan preventif terhadap perkembangan penyakit
berbasis lingkungan yang dapat diikuti oleh seluruh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
http://iddamahfiroh.blogspot.com/2013/04/penyakit-berbasis-lingkungan-udara_4230.html (diakses pada
12-09-2014)
http://febryaristian.blogspot.com/2011/05/contoh-makalah.html (diakses pada tanggal 16-09-2014)